Anda di halaman 1dari 3

ALYSODEMENOS

Ophelia

Playlist Board
Middle of the night - Elley Duhe
Who is she? – I Monster
Love And Affection – Yahnna
Why’d you only call me when your high? – Artic Monkeys
Love me like you do – Ellie Guolding
Shades of cool – Lana Del Rey
Stargirl interlude – The Weeknd, Lana Del Rey Renegade
– Aaryan Shah

Manis darah melodinya kian meningkat. Seiring polesan jemarinya


menyusuri patahan gitar, yang kembali membuat detak jantung menggila.
Di sana, sudut tergelap yang tak pernah bisa digapai oleh siapapun. Jiwa
tegap terlingkup riuhnya gemuruh, suara penghormatan dari melodi sang
Hera. Matanya memerah menahan gejolak hasrat obsesi, yang bahkan tak
sebanding dengan surai indah yang membuat semua melodinya tak berarti.
Sudut bibirnya terangkat, puas. Sang pemuda pemilik jiwa tegap
melangkah. Menenggelamkan diri di tengah lautan manusia. Jenjangnya
tak berhenti menyusuri sampai mereka dengan sendirinya hilang tanpa
jejak, meninggalkan sunyi belulang jiwa tanpa ujung. Sang gitaris
menunduk lesu menyembunyikan luapan emosi dibalik surai lurus
indahnya. Suara di kepalanya bising berbanding terbalik dengan tempat
dia tertunduk. Tentu dia tahu semua iris manusia yang hadir hanya tertuju
oleh sang bintang utama. Mereka tak harus bersusah payah, menyiakan
waktu untuk melihat gaun putihnya yang membosankan. Kewarasannya
penuh oleh kabut emosi.
Menyeringai. Pemuda itu telah sampai tujuan dengan hadiah yang
sempurna. Ditemukannya sang putih dari kelamnya dunia. Genggaman
nya mengerat pada duri yang tertancap pada luas jemarinya, mawar.

Tak peduli bagaimana mawar itu menyakitinya dan darah yang tak
kunjung berhenti. Irisnya menggelap melihat sang "putih" terlihat
menyedihkan, langkah nya memberat. Dijatuhkan olehnya mawar yang
tangkainya sudah menyerupai warna terbelenggunya calyx. Di hadapan
sang "putih" yang kini terpaku dengan dagu yang kembali terangkat.
"Jangan kau merendahkan diri hanya untuk sang bintang sedangkan
dirimulah purnama, putih."
Datar dan gelap, suaranya menggema seakan siren yang bernyanyi untuk
para mayat. Darahnya menetes pada pijakan sisa kewarasan yang
bertubrukan dengan retina yang seperti lautan. Lantas tanpa suara kembali
melangkah pergi tanpa jejak dalam kabut ilusi.
Kewarasan sang putih kembali terjaga, retinanya bergerak liar sebelum
terpaku pada darah sia, yang tercecer begitu banyak melingkupi dari sang
mawar itu sendiri. Kembali irisnya terlarut pada jiwa yang tertinggal.

"Mawar" lirihnya. Dengan ragu ia raih dengan penuh hati, darah mulai
berlomba-lomba menetes di jemarinya. Bibirnya tertarik membentuk
siluet tawa yang indah. Matanya dipenuhi oleh cahaya, bersinar hanya
untuk kembali melihat hilangnya sang pemberi tanpa tahu takdir mulai
tertular oleh tawa manisnya.

Anda mungkin juga menyukai