Anda di halaman 1dari 3

Nama : Matius Chanri Simanullang (210510053)

Kelas : III-A

Mata Kuliah : Filsafat Post-Modern

Dosen : Dr. Laurentius Tinambunan

JEAN FRANCOIS LYOTARD: RUNTUHNYA GRAND NARRATIVE


(OTORITARIANISME) DAN MUNCULNYA LITTLE NARRATIVE

1. Runtuhnya Grand Narratives (Otoritarianisme)

Jean Francois Lyotard merupakan salah seorang filsuf penggagas post-modernisme.


Kemunculan aliran filsafat post-modernisme ditandai dengan runtuhnya grand narrative. Grand
narrative merupakan konsep yang mereduksi pemikiran orang-orang dengan sifatnya yang
universal. Sifat ini membuat grand narrative berusaha menggeneralisasikan suatu hal dan
memaksakan satu sistem. Salah satu bentuk grand narrative itu adalah otoritarianisme.
Penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu tanpa melihat dinamika setiap
individu dengan ciri khasnya masing-masing.1 Dengan demikian, mereka menjadi pemegang
keputusan yang bisa mengubah dunia dan mengontrol politik. Kelemahan sistem seperti ini ialah
tidak mampu mengontrol dan memprediksi tindakan orang-orang yang banyak. Grand narrative
dan otoritarianisme mengindikasikan kontrol yang sangat besar dan luas. Kedua hal ini
mengalami kegagalan untuk memahami manusia secara pribadi yang unik. Penekanan kekuasaan
perlu dispesifikasikan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dengan tujuan tertentu.

2. Delegitimasi Melahirkan Little Narrative

Little Narrative menghadirkan berbagai narasi-narasi kecil dengan cita rasa lokal dan
spesifik dari setiap realitas. Hal ini tidak menyimpulkan bahwa Little Narrative merelativisir
kebenaran karena perpecahan narasi besar menjadi narasi-narasi kecil. Grand Narrative
mengalami delegitimasi.2 Delegitimasi berarti mengakui adanya berbagai realitas yang memiliki
logikanya masing-masing. Realitas tidak lagi bersifat homolog (satu tertib nalar) melainkan

1
Simon Malpas, Jean-Francois Lyotard, (London: Routledge, 2003), hlm. 54-55.
2
Wlad Godzich – Jochen Schulte-Sasse (ed.), Theory and History of Literature, Vol. 10, The Postmodern
Condition: A Report on Knowledge (Jean-Francois Lyotard), (Manchester: Manchester University Press, 1984),
hlm. 37.
paralog (beragam tertib nalar).3 Kebenaran tidak direlatifkan, melainkan lebih menekankan cara
atau metode yang beragam dalam mencapai kebenaran itu. Dengan demikian, setiap sistem harus
dilihat sebagai sistem kecil yang otonom dan memiliki aturan tersendiri, misalnya antara
matematika dan teologi memiliki aturan yang berbeda dan sistem yang satu tak dapat dipaksakan
kepada sistem yang lain. Setiap bahasa harus dimainkan sesuai aturannya. Jean Lyotard melihat
perlunya little narrative untuk menjawab hal-hal secara lebih konkret dan efisien, serta
mengontekstualisasikan sistem dan menonjolkan keragaman hidup dan ciri khas manusia.

3. Little Narrative dalam Konteks Gereja

Dalam konteks Gereja, hal ini dapat dilihat setelah Konsili Vatikan II. Gereja mulai
menyadari perlunya keterbukaan melihat kebenaran dalam budaya-budaya di mana Gereja itu
hidup dengan jalan inkulturasi, yakni melokalisasi iman itu. Salah satu hal yang masih hangat
dalam kalangan Gereja ialah sinode dengan tema “Gereja Sinodal”. Berbeda dari sinode-sinode
besar sebelumnya yang sangat hierarkis, Gereja Sinodal lebih menekankan kebersamaan dan
melakukan konsultasi dengan Umat Allah di setiap Gereja Partikular dengan mendengarkan
realitas Gereja lokal,4 sehingga sinode menjadi hal yang mendasar dan mendarat bagi kehidupan
Gereja. Sebagai salah satu bentuk Little Narrative, Gereja berusaha untuk mengaktualisasikan
diri dan melokalisasi nilai-nilai iman di mana Gereja itu hidup dan berkembang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

3
Medhy Aginta Hidayat, Menimbang Teori-teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik dan Masa
Depan Postmodernisme, dalam Journal of Urban Sociology, Volume 2 / No. 1 (April 2019), hlm. 42-64.
4
Paus Fransiskus, Kostitusi Apostolik Episcopalis Communio, (Seri Dokumen Gerejawi), diterjemahkan
oleh Thomas Eddy Susanto, (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2018) pasal. 6, § 1.
Godzich, Wlad – Jochen Schulte-Sasse (ed.). Theory and History of Literature. Vol. 10. The
Postmodern Condition: A Report on Knowledge (Jean-Francois Lyotard). Manchester:
Manchester University Press, 1984.

Hidayat, Medhy Aginta. Menimbang Teori-teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik
dan Masa Depan Postmodernisme. Dalam Journal of Urban Sociology. Volume 2 / No.
1 (April 2019).

Malpas, Simon. Jean-Francois Lyotard. London: Routledge, 2003.

Paus Fransiskus. Kostitusi Apostolik Episcopalis Communio (Seri Dokumen Gerejawi).


Diterjemahkan oleh Thomas Eddy Susanto. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan KWI, 2018.

Anda mungkin juga menyukai