Laprak Bio Acara 5
Laprak Bio Acara 5
ACARA V
MAKROMOLEKUL: PREPARAT SEGAR
DISUSUN OLEH:
SYAFIRA DIAN NURANI
V1823068
KELAS C
KELOMPOK 3
2 10 x 10
Granula meupakan butiran-butiran kecil yang terdapat dalam sel. Granula pati
merupakan komponen utama yang tidak dapat pecah dalam air dingin, dan ketika
ditambahkan ke air pada suhu ruang, hanya sedikit terjadi pemecahan sampai
dilakukan pemanasan. Granula pati memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
tergantung dari sumbernya. Granula pati memiliki beragam bentuk seperti bulat,
oval, lenticular, polygonal dan ukuran (diameter 2-100 𝜇𝑚) yang sifatnya spesifik
spesies. Umumnya ukuran pati serelia lebih kecil dari pati umbi - umbian dan
kacang-kacangan. Secara mikroskopik, campuran molekul dalam granula pati
berstruktur linear dan bercabang tersusun membentuk lapisan-lapisan tipis yang
berbentuk cincin atau lamella, yang mana lamella tersebut tersusun terpusat
mengelilingi titik awal yang disebut hilus atau hilum. granula pati mempunyai sifat
merefleksikan cahaya terpolarisasi, sehingga di bawah mikroskop terlihat kristal
hitam putih. Sifat ini disebut birefringent (Rahman, 2018).
Hasil pengamatan granula pati ketela pohon, kentang, dan pisang terlihat
dalam Tabel 5.1 Dalam tabel tersebut, tampak bahwa ketiga sampel preparat
memiliki perbedaan yang tidak terlalu mencolok, kecuali dalam kasus pisang. Pada
ketela pohon dan kentang, granula pati memiliki bentuk bulat dan cenderung
terkelompok, sementara pada granula pati pisang, bentuknya berupa ovoid dan
polihedral, mereka terlihat menyebar dan tidak saling berkumpul. Temuan ini
konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa granula pati pada pisang memiliki
bentuk ovoid atau polihedral, sementara pada ketela pohon dan kentang, granula
patinya berbentuk bulat dan berkelompok (Harni dkk., 2022). Sedangkan pada
granula pati kentang didapatkan hasil granula pati yang berbentuk bulat yang
lonjong dengan ukuran yang sedang dan berjarak renggang antar granulanya.
Granula pati tapioka memiliki bentuk bulat-bulat yang berukuran sangat kecil
dengan jarak yang sangat rapat antar granulanya. Secara teoritis granula pati
memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bentuk dan ukuran dari granula
pati tergantung pada sumber granula pati tersebut. Oleh karena itu, pada praktikum
ini hasil yang didapatkan sesuai dengan teori (Rahman, 2018).
Larutan iod, atau lebih dikenal sebagai larutan iodin lugol, juga disebut
sebagai iodin cair, larutan lugol, atau hanya lugol, merupakan larutan yang
mengandung senyawa kalium iodida dan iodin yang dilarutkan dalam air. Larutan
ini digunakan dalam berbagai aplikasi, terutama dalam bidang kimia dan
kedokteran. Larutan iod berperan penting dalam uji identifikasi karbohidrat, dan
berfungsi membantu mengungkapkan karakteristik senyawa karbohidrat dalam
sampel dengan menghasilkan perubahan warna yang spesifik berdasarkan reaksi
kimia antara iodin dengan amilum, dekstrin, atau glikogen. Prinsip dasar pengujian
iodin adalah bahwa amilum atau pati akan bereaksi dengan larutan iodin dan
menghasilkan warna biru, dekstrin akan menghasilkan warna merah keunguan,
sedangkan glikogen akan menghasilkan warna merah kecoklatan. Ini menjelaskan
mengapa uji iodin sering digunakan dalam penelitian karbohidrat, khususnya dalam
konteks mengidentifikasi glikogen dalam sampel (Mustakin dan Tahir, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F., Anita, Z dan Harahap, H. (2013). Pengaruh Waktu Simpan Film Plastik
Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong Terhadap Sifat Mekanikalnya. Jurnal
Teknik Kimia USU. Vol. 2 (2): 11 – 15.
Beals, K. (2018). Potatoes, Nutrition and Health American. Journal of Potato
Research. Vol.96 :102–110.
Harni, M., Anggraini, T., Rini, R dan Suliansyah, I. (2022). Review Artikel: Pati
pada Berbagai Sumber Tanaman. Agroteknika. Vol.5(1): 26-39.
Moore, J., Sulman, B., Mayes, M., Patterson, C and Classen, A. (2020). Plant roots
stimulate the decomposition of complex, but not simple, soil carbon.
Functional Ecology. Vol.34(4): 899-910.
Mustakin, F dan Tahir, M. (2019). Analisis kandungan glikogen pada hati, otot, dan
otak hewan. Journal of Food Technology, Nutritions, and Culinary. Vol.2: 75-
80.
Nangin, D. (2015). Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari Mikroba: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.Vol. 3(3): 1032-1039.
Padam, B., Tin, H., Chye, F. and Abdullah, M. (2014). Banana by-products: an
under-utilized renewable food biomass with great potential. Food Sci
Technol. Vol. 51(12) : 3527–3545.
Purnomo, B., Subayri, A dan Kuswardhani, N. (2015). Model sistem dinamik
ketersediaan singkong bagi industri tape di Kabupaten Jember. Jurnal
Agroteknologi. Vol. 9(02): 162-173.
Rahman, S. (2018). Teknologi Pengolahan Tepung Dan Pati Biji-Bijian Berbasis
Tanaman Kayu. CV Budi Utama. Sleman.
Wahyuni, S. (2017). Biokimia dan Enzim. Unimal Press. Lhokseumawe
LAMPIRAN GAMBAR