Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM CONVEYOR DAN PISAU


PEMOTONG PADA MESIN DOUGH DIVIDER KAPASITAS 5
KILO GRAM

OLEH:
ANDREAS LUCKY RAMADHAN
NIM: 2031240136

DOSEN PEMBIMBING:
MUJAHID WAHYU S.Pd.,M.Pd.
NIDN:0707078901

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2023
LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM CONVEYOR DAN PISAU


PEMOTONG PADA MESIN DOUGH DIVIDER KAPASITAS 5
KILO GRAM

OLEH:
ANDREAS LUCKY RAMADHAN
NIM: 203124036

DOSEN PEMBIMBING:
MUJAHID WAHYU S.Pd.,M.Pd.
NIDN:0707078901

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


PSDKU POLINEMA DI KOTA KEDIRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
KEDIRI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern ini roti bakar sudah menjadi salah satu makanan

ringan yang amat di gemari di kalangan masyarakat desa maupun masyarakat

perkotaan. Di daerah perkotaan maupun pedesaan roti bakar sangat di gemari

sebagai camilan di waktu malam hari bersama dengan keluarga, kerabat, maupun

teman. Selain untuk camilan di malam hari, roti bakar juga dapat dikonsumsi di

pagi hari sebagai bekal maupun sarapan pagi yang enak dan mudah pembuatanya

bahkan dalam kondisi tidak di bakar pun roti sudah bisa di konsumsi karena

sebelumnya roti sudah masuk dalam tahap baking (pembakaran) dengan

menggunakan oven. Kandungan gizi produk olahan dari tepung ini cukup tinggi.

Di dalam ilmu pangan, roti bakar dikelompokkan dalam produk bakery, bersama

dengan cake, donat, biskuit, roll, cracker, dan pie. Di dalam kelompok bakery,

roti bakar merupakan produk yang paling di gemari sebagai camilan di waktu

malam hari dan pagi hari. Pada proses pembuatan roti yang dilakuakan yaitu

pemilihan bahan, penimbangan bahan, pencampuran bahan (mixing), peragian,

pengukuran atau pembagian adonan, pembulatan adonan (Rounding),

pengembangan singkat (Intermediate Proof), pembentukan adonan (Moulding),

peletakan adonan dalam cetakan (Panning), dan pembakaran roti setengah jadi

dengan oven. Proses ini harus dilakukan dengan berurutan agar hasil rotinya

memuaskan.
Kendala yang sering terjadi dalam proses pembuatan roti bakar setengah

jadi ini yaitu pada proses pengukuran dan pembagian adonan. Proses ini berjalan

lambat dikarenakan dikerjakan secara manual. Hal inilah yang memberikan

gagasan bagi penulis untuk melakukan perancangan mesin pengantar dan

pemotong adonan roti. Mesin pembagi adonan roti (dough divider) merupakan

alat yang digunakan untuk proses membagi adonan menjadi potongan - potongan

adonan yang sama ukuran dan bentuknya. Mesin pembagi adonan roti ini juga

merupakan elemen penting dalam indusri pembuatan roti bakar setengah jadi, baik

skala menengah dan skala besar, selain itu mesin ini membantu para pelaku

industri kecil maupun besar dalam proses pembagi adonan. Jika dilakukan dengan

cara manual proses pembagi adonan akan membutuhkan waktu yang lama dan

juga hasil pembagian adonan sepenuhnya tidak terbagi dengan sama,maka

berkenaan dengan itu kelompok kami akan mencoba membuat sebuah inovasi

mesin yang dapat membantu dalam hal produksi roti pada bagian proses

pembagian adonanya agar dapat berjalan cepat dan lancar.

Mesin pembagi adonan roti (dough divider) merupakan alat yang

digunakan untuk proses membagi adonan menjadi potongan - potongan adonan

yang sama ukuran dan bentuknya. Mesin pembagi adonan roti ini juga merupakan

elemen penting dalam indusri roti, baik skala kecil dan skala menengah, selain itu

mesin ini membantu anda dalam proses pembagian adonan. Jika dilakukan dengan

cara manual proses pembagian adonan akan membutuhkan waktu yang lama dan

juga hasil pembagian adonan sepenuhnya tidak terbagi dengan sama.

Pada perancangan mesin ini terdiri dari berbagai bagian, salah satunya

adalah sistem conveyor dan pisau pemotong. Conveyor adalah suatu sistem
mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan material dari suatu tempat ke

tempat lain. Pada pengoperasiannya conveyor menggunakan tenaga penggerak

berupa motor listrik dengan perantara roda gigi. Sabuk yang berada diatas roller-

roller dengan kecepatan sesuai putaran. Sedangkan pisau pemotong digunakan

untuk memotong adonan roti. Pisau pemotong ini akan dibuat dengan sistem plat

yang dapat dibongkar pasang dan dapat diganti bila terjadi kerusakan. Bahan yang

digunakan untuk membuat pisau pemotong adalah plat stainless steel.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas terdapat rumusan

masalah yaitu:

1. Bagaimana desain conveyor dan pisau pemotong pada mesin pembagi

adonan (dough divider)?

2. Bagaimana perhitungan sistem convenyor pada mesin pembagi adonan

(dough divider)?

3. Bagaimana perhitungan pisau pemotong pada mesin pembagi adonan

(dough divider)?

1.3 Batasan Masalah

Diperlukan batasan masalah dalam melakukan penelitian sehingga

pembahasan dapat lebih terarah dan jelas. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adonan roti yang digunakan adalah adonan memiliki ciri elastis dan tidak

lengket di tangan.
2. Adonan yang dibagi memiliki bentuk tabung.

3. Kapasitas perpotong adonan adalah 90 gram.

4. Tidak membahas sebelum dan sesudah proses pembagian adonan.

5. Tidak menghitung biaya perancangan.

1.4 Tujuan

1. Mengetahui desain conveyor dan pisau pemotong pada mesin pembagi

adonan (dough divider).

2. Mengetahui perhitungan conveyor pada mesin pembagi adonan (dough

divider).

3. Mengetahui perhitungan pisau pemotong pada mesin pembagi adonan

(dough divider).

1.5 Manfaat

Adanya Laporan Tugas Akhir ini di harapkan dapat mencapai beberapa

manfaat, yaitu :

1. Bagi mahasiswa

a) Dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam proses perancangan

sistem conveyor dan pisau pemotong pada mesin pembagi adonan (dough

divider).

b) Mahasiswa juga dapat menerapkan ilmu yang di dapat di kampus

Politeknik Negeri Malang PSDKU Kediri.

2. Bagi Perguruan Tinggi


a) Sebagai bahan masukan (feedback) yang dapat di gunakan untuk

bahan evaluasi program kerja dan metode pengajaran pada jurusan dan

prodi.

3. Manfaat Bagi Mitra UMKM

a) Mempermudah proses produksi dalam industri yang menjalin mitra

kerja.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

manfaat, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang konsep dan dasar teori yang digunakan dalam

penelitian.

3. Bab III Metode dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai tahap-tahap yang dilakukan dalam

penelitian dan membahas pengumpulan data dan proses pembahasan

beserta analisisnya.

4. Bab IV Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

penelitian dan pembahasan serta memberikan saran untuk hasil penelitian

dari pengolahan data tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian untuk mencari perbandingan dan

disamping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan

penelitian serta menunjukan orisinilitas dari penelitian. Penelitian ini merupakan

pengembangan dari penelitian yang telah di lakukan, yang ditunjukkan pada Tabel

2.1 Berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Kesimpulan
Peneliti
1. Perancangan
pembuatan rangka.
Rancang Bangun Mesin 2. Perancangan
Riki
Serut Elektrik Dengan pembuatan mata pisau
1 Setiawan
Penggerak Motor atau cutter block.
(2014)
Listrik 3. Perancangan
pembuatan roll
conveyor.
1. Jenis jenis roti bakar di
kalangan masyarakat
dan cara
Sejarah roti bakar di
pengembangannya
Anggita indonesia di
dalam usaha roti
2 (2018) indonesia,bahan roti
bakar , serta mengenal
bakar
omset dan bahan
dalam industri roti
bakar .
Analisa Reaksi Gaya
Screw Conveyor pada 1. Macam-macam Screw
Zakariya Rancang Bangun Mesin Conveyor.
3
(2014) Penggiling Beras Skala 2. Perhitungan kapasitas
Rumah Tangga Screw Conveyor

2.2 Roti Bakar

Roti bakar didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari tepung terigu

yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Ke dalam adonan biasanya

ditambahkan garam, gula, susu, lemak dan bahan-bahan pelezat seperti coklat,

kismis dan sukade. Di pasaran roti umumnya dijual dalam bentuk roti bakar dan

roti tawar. Pada awalnya roti dibuat dari bahan yang sederhana dengan cara

pembuatan yang sederhana pula, roti dibuat dari gandum yang digiling menjadi

terigu murni dan dicampur air, kemudian dibakar diatas batu panas atau oven.

Perkembangan teknologi, menghasilkan roti yang lebih bervariasi dari segi

ukuran, penampilan, bentuk, tekstur, rasa, dan isiannya. Hal itu dipengaruhi oleh

perkembangan pengetahuan tentang pembuatan roti meliputi aspek bahan baku,

proses pencampuran, dan metode pengembangan adonan. Berikut adalah gambar

2.1 Roti Bakar.


Gambar 2.1 Roti Bakar
Sumber: contohmu.github.io

Roti bakar yang berkualitas dihasilkan dari bahan yang berkualitas,

komposisi bahan yang tepat, proses pembuatan yang tepat dan didukung oleh

bahan penunjang yang tepat. Kriteria roti manis yang baik adalah teksturnya

lembut, tingkat kekenyalan nya cukup tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek,

jika ditekan roti akan kembali seperti semula, berpori kecil, warna kulit luar

bagian atas kuning kecoklatan sedangkan kulit luar bawah kuning muda atau

coklat muda, remah halus tanpa gumpalan putih dan beraroma harum. Berikut ini

adalah Tabel 2.2 Bahan Pembuatan Adonan Roti:

Tabel 2.2
Bahan roti bakar Jumlah
Tepung terigu 50kg
Ragi instan 20g
Garam halus 50g
Gula susu 50g
Margarin mentega 5kg
Pengembang 20g
Sumber: Anggita, 2018

Proses pembuatan roti bakar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
straight dough dan cara sponge and dough. Adapun komposisi dari roti manis

yang sering digunakan menurut formula dasar, yang dapat divariasi sesuai dengan

keinginan.

2.3 Dough Divider

Dough divider atau yang lebih dikenal dengan mesin pembagi adonan

merupakan alat yang digunakan untuk proses membagi adonan menjadi potongan-

potongan adonan yang sama ukuran dan bentuknya. Mesin pembagi adonan

belum terlalu banyak digunakan pada industri pembuatan roti, cake dan

sebagainya di daerah kabupaten kediri. Mesin pembagi adonan roti ini juga

merupakan elemen penting dalam industri roti baik skala menengah dan skala

besar, selain itu mesin ini membantu dalam proses pembagian adonan dengan

menggunakan sistem pemotongan teratur sehingga lebih efisien. Mesin ini

menggunakan sistem kerja motor listrik dan dinamo sebagai tenaga penggerak

utama screw conveor dan pisau potongnya, serta menggunakan sistem transmisi

gear dan rantai untuk penyalur tenaga dari motor listrik menuju screw conveor

dimana dalam penggunaanya sudah di perhitungkan kapasitas dan kekuatan kerja

benda kerja tersebut, sehingga dapat melakukan pemotongan secara teratur dan

hasil yang memuaskan tanpa memerlukan tenaga yang berarti.

2.4 Komponen Mesin Dough Divider

Dalam suatu mesin pasti memiliki part/komponen dari masing masing

mesin tak terkecuali yang ada pada mesin dough divider. Berikut adalah

komponen-komponen pada mesin Dough Divider.


2.4.1 Konveyor Ulir ( Screw Conveyor)

Screw conveyor merupakan suatu alat yang berupa pipa ulir yang di susun

pada pipa atau poros yang berputar di dalam tabung tetap untuk memindahkan

berbagai jenis material yang mempunyai daya alir. Tingkat kebebasan partikel

suatu material yang secara individu bergerak saling mendahului satu partikel yang

lainya. Karakteristik ini penting dalam operasi screw conveyor. Berikut Gambar

2.2 merupakan gambar dari Screw Conveyor.

Gambar 2.2 Screw Conveyor


Sumber : www.omesin.ac.uk.com

Screw conveyor terdiri dari poros yang digabung dengan ulir yang berputar

sepanjang saluran pemasukan dan unit penggerak pemutar poros. Pada saat poros

berputar, material dalam hal ini adonan roti yang telah diisikan akan terdorong

kedepan yang selanjutnya akan di potong oleh pisau pemotong.

2.4.1.1 Jenis dan Bagian-Bagian dari Srew Conveyor

Dalam mendesain screw conveyor, harus diperhatikan terhadap material

apa yang dipindahkan. Jenis – jenis screw conveyor yang umum digunakan yaitu :

a. Continous Screw
Digunakan untuk memindahkan material berupa butiran dan bubuk yang tidak

padat, seperti terlihat pada gambar 2.3 Continous Screw

Gambar 2.3 Continous Screw


Sumber: Zakariya, 2014
b. Robbon Screw

Digunakan untuk memindah material yang sifatnya lengket dan

menggumpal, seperti terlihat pada gambar 2.4 Robbon Screw

Gambar 2.4 Robbon Screw


Sumber: Zakariya, 2014

Bagian – bagian screw conveyor terdiri dari :

1. Poros

2. Ulir dari pelat baja

3. Poros penggerak yang disatukan dengan bushing

4. Pin dengan sistem baut

Bagian-bagian screw conveyor dapat dilihat pada gambar 2.5


Gambar 2.5 Bagian-bagian Screw Conveyor
Sumber: Zakariya, 2014

2.4.1.2 Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor

Kapasitas dari screw conveyor tergantung dari diameter (D), crew pitch

(S), putaran poros (n) dan efisiensi beban berdasarkan luasan screw. Perhitungan

kapasitas screw conveyor dapat dihitung dengan rumus :

Q=Vγ

Q = 60 S. n. ψ. γ. С ( ton/jam).................(2.1)

(Farid Ahmad Zakariya et V. Dyachkov, 2014)

Dengan :

Q = Kapasitas screw conveyor (ton/jam)

V = Kapasitas material yang dipindahkan (m3/jam)

D = Diameter screw conveyor (m)

S = Pitch screw conveyor (m)

n = Putaran screw (rpm)

γ = Massa jenis material yang dipindahkan (ton/m3)

ψ = efisiensi daerah vertical screw conveyor

С = Faktor kemiringan

β = Sudut kemiringan screw conveyor (0)


2.4.1.3 Perhitungan Daya Screw Conveyor

Tahanan total yang mempengaruhi gerakan screw conveyor adalah akibat

gesekan–gesekan material dengan rumah, antara material dan permukaan screw,

gesekan pada bearing (intermediate dan terminal), tambahan tekanan karena

pemadatan material sekitar intermediate bearing, gesekan antara material yang

terbawa screw dan material yang melekat pada dinding rumah. Bila screw

conveyor menyudut keatas, masih ditambah daya untuk mengatasi gaya grafitasi.

Barmacam – macam tahanan diatas dapat dihitung apabila faktor gesek

masing – masing diketahui, tetapi hal ini sulit dilakukan. Biasanya dipakai factor

tahanan (𝜔0) yang besarnya didasarkan pada hasil percobaan pada screw

conveyor.

Daya yang direncanakan untuk menggerakkan screw conveyor dapat

dihitung dengan rumus :

N0= .....................................................(2.2)

(Farid Ahmad Zakariya et V. Dyachkov, 2014)

Dimana :

N0 = Daya yang direncanakan (kW)

𝜔0 = Faktor keamanan

L = Panjang screw (m)

2.4.1.4 Perhitungan Torsi Screw Conveyor

Torsi yang dibutuhkan pada poros screw bila putarannya (n) rpm,

dapat dihitung dengan rumus :

M0 = 975 ...........................................(2.3)
(Farid Ahmad Zakariya et V. Dyachkov, 2014)

Dimana :

M0 = Torsi screw conveyor (kgm)

N0 = Daya yang direncanakan (kW)

n = Putaran screw conveyor (rpm)

2.4.1.5 Perhitungan Kecepatan Laju Material

Untuk menentukan kecepatan laju material pada screw konveyor

(v) dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

V= (m/s)............................................(2.4)

(Farid Ahmad Zakariya et V. Dyachkov, 2014)

Dimana :
v = Kecepatan laju material (m/s)

S = Pitch srew conveyor (m)

n = Putaran screw conveyor (rpm)

2.4.2 Poros

Poros (Shaft) merupakan salah satu elemen pada mesin yang berputar

maupun tetap (stationary) yang biasanya mempunyai bentuk silinder dengan

penampang melingkar (diameter) yang lebih kecil dari pada panjangnya dan

merupakan tempat bagi elemen lain ditempatkan (mounted) disana, seperti elemen

transmisi daya; roda gigi (gear), pulley, belt, rantai (chain), flywheels, sprocket

dan juga bentalan bearing (laher). Berikut adalah Gambar 2.6 Poros
Gambar 2.6 Poros
Sumber: Zakariya, 2014

Beban yang terjadi pada poros dapat berupa bending, tranverse, torsi, dan

juga beban axial (tarik-tekan). Dalam mendesain poros, beberapa faktor yang

harus diperhatikan yaitu faktor kekuatan dengan menggunakan pandekatan yield

atau fatigue sebagai kriterianya, defleksi, dan juga critical speed dari poros yang

akan kita desain.

Pembebanan pada poros tergantung pada besarnya daya dan putaran mesin

yang diteruskan serta pengaruh gaya yang ditimbulkan oleh bagian-bagian

mesin yang didukung dan ikut berputar bersama poros. Beban puntir

disebabkan oleh daya dan putaran mesin sedangkan beban lentur serta beban

aksial disebabkan oleh gaya- gaya radial dan aksial yang timbul.

a. Daya Rencana

Pd = fc.P........................................(2.5)
(Zakariya, 2014)

Dengan:

Pd = Daya rencana (HP)

fc = Faktor koreksi

P = Daya nominal output dari motor penggerak (HP)


2.4.3 Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi

energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada

peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot

debu. Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan

ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut

sebagai elektro magnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub dari magnet yang

senama akan tolak-menolak dan kutub tidak senama, tarik-menarik. Maka dapat

memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros

yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.

2.4.3.1 Jenis – Jenis Motor Listrik

Tipe atau jenis motor listrik yang ada saat ini beraneka ragam jenis dan

tipenya. Semua jenis motor listrik yang ada memiliki 2 bagian utama yaitu stator

dan rotor. Stator adalah bagian motor listrik yang diam dan rotor adalah bagian

motor listrik yang bergerak (berputar). Pada dasarnya motor listrik dibedakan dari

jenis sumber tegangan kerja yang digunakan. Berdasarkan sumber tegangan

kerjanya motor listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Motor Listrik Arus Bolak-balik (AC) adalah jenis motor listrik yang

beroperasi dengan sumber tegangan arus listrik bolak balik.

b. Motor Listrik Arus Searah (DC) adalah jenis motor listrik yang

beroperasi dengan sumber tegangan arus listrik searah.


2.4.3.2 Cara Kerja Motor Listrik

Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama. Arus

listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa

arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi loop yaitu,

pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang

berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torque untuk memutar

kumparan. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk

memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan

oleh susunan elektromagnetik yang disebu kumparan medan. Dalam memahami

sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan beban motor.

Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/torque sesuai dengan kecepatan

yang diperlukan. Berikut merupakan Gambar 2.7 Motor Listrik

Gambar 2.7 Gambar Motor Listrik


Sumber : http:id.hanzelmotor.org

2.4.3.3 Daya Motor Penggerak

Dalam perencanaan screw konveyor digunakan tenaga motor listrik. Poros

motor penggerak dirangkai dengan sistem transmisi roda gigi yang mana daya dan

putaran dari motor listrik direduksi dan diteruskan ke poros penggerak konveyor.
Daya penggerak poros screw konveyor dapat dihitung dengan persamaan:

............................................. (2.6)
(M.Norain, 2020)

Dimana : Pp = Daya penggerak poros konveyor (kW)

Q = Kapasitas konveyor (kg/s)

l = Panjang lintasan konveyor atau panjang poros konveyor (m)

2.4.4 Gear Box

Gear box atau transmisi adalah salah satu komponen utama motor yang

disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan

dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar

spindel mesin maupun melakukan gerakan feeding. Transmisi juga berfungsi

untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat

bergerak maju dan mundur.

Dalam beberapa unit mesin memiliki sistem pemindah tenaga yaitu gear

box yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu

bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah

pergerakan baik putaran maupun pergeseran. Gear box merupakan suatu alat

khusus yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau torsi (momen/daya) dari

motor yang berputar, dan gear box juga adalah alat pengubah daya dari motor

yang berputar menjadi tenaga yang lebih besar. Berikut merupakan Gambar 2.8

Gear Box.
Gambar 2.8 Gambar Gear box
Sumber: www.core.ac.uk.com

2.4.5 Rantai

Rantai atau Chain merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi

untuk mentransmisikan daya (Power Transmision). Dalam penggunaannya rantai

memiliki keuntungan seperti:

 Mampu meneruskan daya yang besar karena kekuatannya yang besar

 Tidak memerlukan tegangan awal

 Keausan kecil pada bantalannya

 Mudah dalam pemasangannya

Disamping keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh rantai, dipihak lain

rantai juga memiliki kekurangan, yaitu:

 Variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada

sprocket yang mengait pada mata rantai

 Suara dan getaran karena tumbukan antara rantai dan dasar gigi sprocket

 Perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan oleh

gesekan dengan sprocket.

Berikut adalah Gambar 2.9 Rantai


Gambar 2.9 Rantai
Sumber: cnnindonesia.com, 2023

2.4.6 V-Belt

Gambar 2.9 Gambar V-Belt


Sumber: dir.indiamart.com

Dari Gambar 2.9 V-Belt merupakan salah satu komponen mesin, banyak

mesin yang menggunakan v-belt ini , seperti misalnya pada mobil v-belt

digunakan untuk meneruskan tenaga dari main engine ke dinamo listrik , pompa

AC , dan berbagai macam lainnya , sedangkan pada mesin penghancur plastik v-

belt ini digunakan sebagai penerus daya dari motor penggerak ke crusher.

Dengan bantuan pulley, maka v-belt ini bisa dihubungkan. Dalam

penentuan diameter pulley akan menentukan berat ringannya motor dalam

memutar crusher, ntuk itu penting diketahui berapa minimal atau maksimal
diameter dari pulley ini. Jika penentuan diameter pulley tidak tepat akibatnya

adalah motor listrik akan bekerja ekstra, bahkan dalam beberapa kasus motor

listrik akan terbakar.

V-Belt terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau nilon dan

diresapi karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan tetoron atau

semacamnya dipergunakan sebagai inti belt untuk membawa tarikan yang besar.

V-Belt dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian belt yang

sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian

dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena

pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada

tegangan yang relatif rendah.

Sebagian besar transmisi belt menggunakan V-belt karena mudah

penanganannya dan harganya murah. Kecepatan belt direncanakan untuk sampai

20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s). Daya maksimum yang

dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kW). Susunan Komposisi V-Belt

ditunjukan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Susunan Komposisi V-Belt


Sumber: supplierbearing.com

Kalau melihat pada gambar diatas, v-belt dibagi menjadi 2 bagian yakni

dengan permukaan yang rata dan satu lagi dengan permukaan yang bergerigi,
fungsi keduanya pada dasarnya adalah sama, hanya saja pada bentuk dengan

permukaan yang bergerigi, bisa menghindari kemungkinan adanya slip antara v-

belt dengan pulley. V-belt itu sendiri dibuat dari campuran beberapa elemen yakni

1. Canvas : Berada di bagian terluar dari sebuah v-belt.

2. Rubber : Posisinya berada tepat dibawah canvas.

3. Cord : Lapisan yang ketiga adalah yang disebut cord.

4. Rubber : merupakan lapisan terdalam dari sebuah v-belt.

Jenis Jenis V-Belt ada tiga yaitu:

1. Bahan dari sabuk-v terdiri dari sebagai berikut :

a. Canvas (kampas/kain mota/terpal) berfungsi sebagai bahan pengikat

struktur karet.

b. Rubber (karet) berfungsi sebagai elastisitas dari sabuk-v dan menjaga

agar tidak slip.

c. Cord (kawat pengikat) berfungsi sebagai penguat agar tidak gampang

putus.

2. Tipe Sabuk-V:

a. Tipe standar; ditandai dengan huruf A,B,C,D, dan E.

Gambar 2.10 Sabuk-V Tipe Standar


Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004

b. Tipe sempit; ditandai dengan simbol 3V, 5V, dan 8V


Gambar 2.11 Sabuk-V Tipe Sempit
Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004

c. Tipe untuk beban ringan; ditandai dengan simbol 2L, 3L, 4L, dan

5L

Gambar 2.12 Sabuk-V Tipe Beban Ringan


Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004

3. Pemilihan Sabuk-V

Pemilihan sabuk-v dapat ditentukan apabila daya perencanaan (Pd) dan

putaran (n) sudah diketahui. Pemilihan sabuk-v dapat dilihat dengan diagram

pemilihan sabuk-v yang ditujukkan pada Gambar 2.12.


Gambar 2.12 Diagram Pemilihan Sabuk
Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004

Untuk menghitung daya perencanaan (Pd) dapat dinyatakan persamaan

sebagai berikut :

Pd=P x fc (2.5)

dengan :

Pd = daya perencanaan (kW)

P = daya

fc = faktor koreksi

2.4.7 Pulley

Pulley merupakan salah satu jenis transmisi yang berbentuk seperti roda.

Puli dalam bahasa inggris bisa disebut dengan Pulley. Pada penggunaan nya

biasanya puli selalu dipasangkan atau dihubungkan dengan sabuk.

Sistem puli dengan sabuk terddapat dua atau lebih puli yang dihubungkan

dengan menggunakan sabuk. Sistem tersebut memungkinkan untuk memindahkan

daya, torsi, kecepatan, dan bahkan puli memiliki diameter yang berbeda dapat

meringankan pekerjaan untuk memindahkan beban yang berat.

Untuk menghitung besarnya diameter puli dapat dinyatakan persamaan

sebagai berikut :

N 1 D2 (2.6)
=
N 2 D1

dengan :

N 1=¿ Putaran puli penggerak (rpm)

N 2=¿ Putaran puli yang digerakkan (rpm)

D1=¿ Diameter puli penggerak (mm)


D2=¿ Diameter puli yang digerakkan (mm)

Tabel 2.3 Diameter Puli Minimum


Tipe Belt A B C D E 3V 5V 8V

Diameter 65 115 175 300 450 67 180 315

minimum

yang

diizinkan

(mm)

Diameter 95 145 225 350 550 100 224 360

minimum

yang

dianjurkan

(mm)

Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004

Perencanaan perhitungan sabuk-v menurut (Sularso dan Kiyokatsu Suga,

1978) terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :

1. Merencanakan Kecepatan Sabuk-V

dpx n (2.7)
V=
60 x 10000

dengan :

V = Kecepatan puli (m/s)

d p= Diameter puli kecil (mm)

n = Putaran poros penggerak (rpm)

2. Panjang Keliling Sabuk-V


π 1 2 (2.8)
L=2. C+ ( D p+ d p ) + ( D −d )
2 4. C p p

dengan :

L = panjang keliling sabuk (mm)

C = jarak sumbu poros (mm)

3. Jarak Sumbu Poros

b=2 L−3 , 14 ( D p +d p ) (2.9)

b+ √ b2 −8 ( D p−d p ) 2
C=
8

dengan :

L = panjang keliling sabuk (mm)

b = lebar sabuk (mm)

d p = diameter puli kecil (mm)

D p = diameter puli besar (mm)

C = jarak sumbu poros sebenarnya (mm)

4. Sudut Kontak

57 ( D p−d p ) (2.10)
θ=180°−
C

dengan :

θ = sudut kotak

d p = diameter puli kecil (mm)

D p = diameter puli besar (mm)

C = jarak sumbu poros sebenarnya (mm)


2.4.6 Pisau Pemotong

Pisau adalah alat yang digunakan untuk memotong sebuah benda atau

material. Pisau terdiri dari dua bagian utama, yaitu bilah pisau dan gagang atau

pegangan pisau. Bilah pisau terbuat dari logam pipih yang tepinya dibuat

tajam,tepi yang tajam ini disebut dengan pisau. Material yang digunakan untuk

pisau pemotong pada mesin dough divider adalah stainless stell. Berikut adalah

Gambar 2.9 Pisau Pemotong pada Mesin Dough Divider.

Gambar 2.13 Pisau Pemotong


Sumber: shopee.com, 2023
BAB III

METODE DAN PEMBAHASAN

3.1 Metodologi Penelitian

Sebelum merancang dan mendesain mesin maka terlebih dahulu dilakukan

tahapan-tahapan sebelum perancangan. Dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai

berikut:

Tabel 3.1 flowchart metodologi penelitian

Mulai

Pengumpulan data

Studi literatur observasi

Identifikasi masalah

Desain conveyor

Desain pisau pemotong


T
Hasil Desain

Perhitungan sistem conveyor


(screw conveyor)

Perhitungan pisau pemotong

Hasil
Perhitungan?

Penyusunan laporan

Selesai

Sumber: penulis, 2023

3.1.1 Penjelasan Diagram Alir

Dalam pelaksanaan tugas pembuatan Tugas Akhir ini menggunakan

metode penelitian, meliputi :

1. Observasi

Sebelum merencanakan suatu alat maka harus dilakukan suatu pengamatan

dilapangan karena dari pengamatan tersebut dapat diketahui peralatan apa saja
yang dibutuhkan. Dari hasil observasi tersebut maka timbul ide untuk membuat

dan merencanakan alat pengaduk tipe horizontal yang hanya digerakkan oleh satu

motor listrik.

2. Studi Literatur

Setelah mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada, selanjutnya

mempelajari dengan mengacu pada referensi, buku, jurnal ilmiah dan pencarian

di internet. Setelah mempelajari literatur yang ada, maka dilakukan percobaan

untuk mengatasi solusi diatas dengan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

khususnya dibidang manufaktur mengenai desain mesin, perhitungan daya dan

kapasitas.

3. Perumusan Masalah

Setelah melakukan pengamatan dilapangan, ditemukan beberapa masalah

pada mesin pengaduk tipe horizontal yang bisa dibuat sebagai tugas akhir.

4. Desain Alat

Membuat desain alat sementara berupa sket gambar berdasarkan data yang

diperoleh dari obsevasi dan studi literature.

5. Perhitungan dan pembahasan

Setelah mendapatkan dasar teori dari studi literatur, maka

mengaplikasikannya dalam perhitungan sesuai dengan dasar teori sehingga

mendapatkan alat yang diinginkan.

6. Pengecekan kembali hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan tersebut akan dilakukan pemeriksaan apakah telah

layak, bahwa alat yang akan dibuat akan berjalan. Jika tidak maka proses akan
kembali lagi pada perencanaan alat. Jika layak akan dilanjutkan proses

pembuatan alat.

7. Pembuatan Alat

Pembuatan alat yang telah direncanakan dan dihitung.

8. Perakitan Alat

Dalam tahapan ini, dilakukan perakitan komponen alat yang telah dibuat

menjadi satu kesatuan.

9. Pengujian

Alat akan diuji untuk mengetahui hasil yang diinginkan tercapai atau tidak.

Dan jika hasil yang diingikan tercapai maka akan dilanjutkan pada proses

penulisan laporan.

10. Penulisan laporan

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dari hasil perhitungan

dan pewujudan alat, maka dibuat laporan mengenai hasil rangcangan atau

pembuatan alat tersebut.

3.2 Perhitungan dan Pembahasan

3.3 Pengumpulan Data

3.4 Pengolahan Data

3.5 Pembuatan Desain Gambar

Dalam pembuatan desain mesin ini kami menggunakan aplikasi

SolidWorks, SolidWorks adalah software atau aplikasi CAD (Computer Aided

Design), CAM (Computer Aided Manufacture) serta CAE (Computer Aided


Engineering) yang dikembangkan oleh perusahaan ternama Dassault Systemes.

SolidWorks memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu:

a. SolidWorks sebagai aplikasi desain.

b. SolidWorks untuk simulasi pemesinan.

c. SolidWorks untuk analisis.

Berikut ini merupakan Gambar 3.1 hasil desain mesin pembagi adonan roti

(Dough Divider) yang telah kami buat.

Gambar 3.1 Desain Mesin Pembagi Adonan Roti (Dough Divider)


Sumber: Penulis, 2023
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai