Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER 1

“PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL YANG
BERMORAL”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pendidikan Karakter 1
Dosen Pengampu: D.Romi Sihombing,Dr.,Ir.,S,H.,MH.,CI.L

Disusun oleh:
Aliftia Radianti Taniasari (D212111001)
Rudi Loilatu (D212111015)
Triana Siti Aryani (D212111021)
Fanisa Tri Agna Fata (D212111028)
Siti Nur Rohimah (D212111031)
Wawan Jefriansyah (D212111032)

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan
Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang peran Pendidikan Karakter dalam membentuk manusia sebagai makhluk
sosial, dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami
berterima kasih kepada bapak D.Romi Sihombing, Dr.,Ir.,S,H.,MH.,CI.L,S.Pi,
M.Si selaku dosen mata kuliah pendidikan karakter.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai peran pendidikan karakter dalam
membentuk manusia sebagai makhluk sosial, kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, 18 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 6
2.1.1 Karakter ......................................................................................... 6
2.1.2 Pendidikan Karakter ...................................................................... 8
2.1.3 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL .............................. 8
2.1.4 PEMBENTUKAN MORAL ....................................................... 11
2.2 ANALISIS .............................................................................................. 12
2.2.1 Pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu sebagai
makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat ........................................ 12
2.2.2 Ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral............ 13
2.2.3 Dampak yang ditimbulkan ketika manusia tidak menerapkan
hakikatnya sebagai makhluk social yang bermoral .................................... 15
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia sebagai
makhluk sosial yang bermoral ................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 19
3.2 SARAN .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan karakter adalah topik yang semakin mendapatkan perhatian
di dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Dalam era globalisasi dan
perkembangan teknologi yang pesat, semakin mendesak perlunya pendidikan
yang tidak hanya fokus pada aspek intelektual dan keterampilan, tetapi juga
pada aspek karakter individu. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki peran
penting dalam membentuk dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat
dalam masyarakat.
Karakter seseorang mencerminkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang
membentuk identitas individu. Nilai-nilai seperti kejujuran, kepedulian,
keadilan, dan tanggung jawab adalah bagian integral dari karakter seseorang
dan sangat relevan dalam konteks hubungan sosial. Pendidikan karakter
bertujuan untuk membantu individu memahami, menginternalisasi, dan
menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
berperan aktif dalam masyarakat.
Sejarah pendidikan karakter dapat ditelusuri kembali ke berbagai tradisi
budaya dan agama di seluruh dunia. Namun, dalam lingkungan pendidikan
formal, pendidikan karakter seringkali dilupakan atau dianggap sebagai
tanggung jawab yang lebih kecil dibandingkan dengan pendidikan akademik.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemahaman tentang pentingnya pendidikan
karakter telah berkembang pesat, dan banyak lembaga pendidikan telah mulai
mengintegrasikan program pendidikan karakter ke dalam kurikulum mereka.
Latar belakang ini menjelaskan mengapa peran pendidikan karakter
dalam membentuk manusia sebagai makhluk sosial sangat penting. Hal ini
melibatkan pembentukan individu yang mampu berinteraksi dengan orang lain
dengan rasa hormat, empati, dan integritas. Melalui makalah ini, kita akan
mengeksplorasi bagaimana pendidikan karakter dapat mendukung

4
perkembangan sosial individu dan memberikan kontribusi positif terhadap
masyarakat yang lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu
sebagai makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat?
2. Bagaimana ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan ketika manusia tidak menerapkan
hakikatnya sebagai makhluk sosial?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan manusia sebagai makhluk
sosial?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pendidikan karakter berperan dalam membentuk
individu sebagai makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan ketika manusia tidak
menerapkan hakikatnya sebagai makhluk sosial.
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan manusia
sebagai makhluk sosial.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Karakter
a) Pengertian Karakter
Menurut Samami, karakter dapat dimaknai sebagai nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.1
Sementara itu Winnie sebagaimana dikutip dari Mu’in,
memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter. Pertama, dia menunjukan bagaimana
seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku tidak
jujur, kejam atau anarkis, tentulah orang tersebut
dimanifestasikan perilaku buruk. Kedua istilah karakter erat
kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.2
Menurut Wiyani, karakter adalah kualitas atau kekuatan
mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan
peggerak, serta membedakannya dengan individu lain.5
Sedangkan menurut Alwisol, karakter adalah penggambaran
tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-
buruk) baik secara implisit dan eksplisit.3
Dari penjelasan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
karakter yaitu karakteristik seseorang yang memebedakanya
dengan orang lain yang terwujud dalam tingkah laku yang
sesuai dengan kaidah moral dalam kehidupan sehari-hari.

b) Faktor-faktor pembentukan karakter


Menurut Gunawan, faktor-faktor pembentuk karakter
dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1 Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), 43.
2
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, 160.
3
Alwisol, Psikologi kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), 6.
1. Faktor intern
Terdapat 5 hal yang termasuk dalam faktor intern yang
dapat mempengaruhi karakter, yaitu:
1) Insting atau naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat
menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak
didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri
merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan
suatu pembawaan yang asli. Maka perbuatan seseorang
dapar bersumber dari latihan-latihan ataupun pembawaan.
2) Adat atau kebiasaan Yang dimaksud dengan kebiasaan
adalah perbuatan yang selalu dilulang-ulang sehingga
mudah untuk dikerjakan. Maka dapat dipahami bahwa
dengan melakukan pengulangan secara terus-menerus suatu
perilaku maka perilaku tersebut bisa menjadi bagian atau
kebiasaan dirinya.4
3) Kehendak/kemuan Kemauan adalah kemauan untuk
melangsungkn segala ide dan segala yang dimaksud, walau
disertai berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran,
namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan
tersebut.5
4) Suara batin atau suara hati Suara hati berfungsi
memperingatkan bahaya berbuat buruk dan berusaha
mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal
baik. Dalam diri manusia terhadap suara batin yang dapat
membuat keputusan untuk melekukan kebaikan, dan
menghindari perbuatan yang buruk.
5) Keturunan Keturunan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam keturunan
terdapat dua jenis hal yang dapat diturunkan orang tua
kepada kedua anaknya, yaitu sifat jasmaniyah yaitu
kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf orang tua
yang dapat diwariskan kepada anaknya.

2. Faktor ekstern
1) Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam pembentukan karakter. Pendidikan
untuk mematangkan kepribadian manusia sehingga

4 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 20.


5
Ibid.

7
tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah
diterima oleh orang baik pendidikan formal, informal
maupun nonformal.6

2.1.2 Pendidikan Karakter


a) Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Samami, pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,
serta rasa dan karsa.7
Menurut Elkind dan Sweet dalam Gunawan,
mendefinisaikan pendidikan karakter yaitu upaya yang
disengaja untuk membatu memahami manusia, peduli dan inti
atas nilai-nilai etis/susila.8
Menurut Ratna Megawangi dalam Wiyani, pendidikan
karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.9
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk
menenamkan karakter pada diri individu yang bertujuan lebih
memahami nilai-nilai etis melalui berbagai metode agar kelak
dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.

2.1.3 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


a) Pengertian Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manusia
adalah makhluk yang berakal budi/al-insan al-kamil maksudnya
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang sangat sempurna
dilihat dari segi jasmani serta rohani karena manusia makhluk
yang yang berbudaya dan bermasyarakat.

6 Ibid., 21.
7
Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 8.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 23.
9
Novan ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, 26

8
Manusia sebagai suatu fenomena, bisa dikatakan
khusunya sama dengan makhluk hidup. Sebab manusia juga
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan
seterusnya dan tunduk kepada hukum Allah (sunattulah).
Menurut sejarah manusia membawa perubahan pada ruang muka
bumi sangat berbeda kondisi saat sebelum manusia lahir.10
Menurut sosiologi manusia ialah makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri. Dalam bahasa al-Qur’an istilah untuk
menyebut manusia ada beberapa macam, yaitu basyar, insan, an-
nas, bani Adam, dan sebagainya.
Manusia dinamakan basyar sebab kulitnya tampak jelas
dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Kata insan terambil
dari pangkal kata uns yang berarti jinak, humoris, tampak, lupa,
dan berguncang. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandangan
Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa kata tersebut
terambil dari kata nasiya (lupa) ataupun nas-yanusa
(berguncang). Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. 43
Manusia yang berbeda antara seorang dengan yang lain, akibat
perbedaan fisik, mental serta kecerdasan.11

b) Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Pada hakekatnya, manusia ialah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri karena saling membutuhkan. Secara
alami keberadaannya membutuhkan hubungan dengan orang lain.
Oleh karena itu, manusia selalu berhubungan dengan lingkungan
sosial di lingkungannya. Secara bahasa sosial dari bahasa latin
socius yang memilki arti teman, ikatan. Secara etimologi
makhluk yang berteman, memilki ikatan antar satu dengan yang
lainnya. Karena kata sosial ini untuk menekankan terdapatnya
kedekatan seorang individu dengan individu, kelompok dengan
individu, atau kelompok dengan kelompok.12

10 Nursid Sumaadmadja, Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 7
11
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagi Persoalan Umat,
(Jakarta: Mizan, 1996), hlm.367-369
12
Sujarwa, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 288- 28

9
c) Karakter Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Sudah beradad-abad konsep manusia terhadap makhluk
sosial ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang
berkuasa kepada individu, semacam dorongan untuk makan,
dorongan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk
melangsungkan hubungan beda jenis. Hal ini manusia yang
memiliki unsur keharusan biologis.13
Dengan keharusan biologis karena terdapatnya saling
ketergantungan dan membutuhkan seorang untuk
mempertahankan hidup. Karena adanya ketergantungan tersebut
yang mengambarkan betapa individu manusia dalam
perkembangannya sebagai makhluk sosial. Adanya saling
komunikasi terhadap lingkungan hendak terjadinya suatu
masyarakat yang membentuk perkumpulan antar manusia yang
disebut makhluk sosial.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual
membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga
terbentuknya interaksi sosial antar manusia dengan yang lainnya.
Secara garis besar faktor-faktor personal yang memengaruhi
interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni:
A. Tekanan emosional. Keadaan psikologis apakah bahagia,
sedih, dan sebagainya.
B. Harga diri yang rendah. Keadaan seperti ini akan membentuk
keadaan psikologis yang membutuhkan kasih sayang dan
moral.
C. Isolasi sosial. Keadaan semacam ini dimana seseorang akan
berupaya melakukan sebuah interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi
yang harmonis.14

13 Rusmin Tuumanggor, Kholis Ridho, Nurrochim, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2017), Hlm. 55
14
Ibid, Rusmin Tuumanggor, hlm 57

10
2.1.4 PEMBENTUKAN MORAL
a) Pengertian Moral
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa latin yaitu
“mos” yang artinya kebiasaan atau adat istiadat. Dalam KBBI
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah
yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak
dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.15
Menurut Lawrance Kohlberg menyebutkan bahwa
perkembangan moral merupakan salah satu aspek yang sangat
penting untuk mendukung proses perkembangan kepribadian dan
kemampuan anak bersosialisasi.16
Usaha meingkatkan nilai nilai moral dan agama peserta
didik melalui berbagai metode terus dikembangkan.17 Ini
menunjukan bahwa nilai-nilai moral dan agama memang perlu
dibina sejak anak usia dini dan penanaman moral dan agama
ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan
Rasulnya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama
makhluk tuhan dan sifat-sifat mulia lainnya. Selanjutnya tahap
perkembangan moral Menurut Piaget perkembangan moral
terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah “tahap
realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap
kedua yaitu “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas kerjasama
atau hubungan timbal balik”.18

b) Tujuan Pembentukan Moral


Tujuan moral pada umumnya untuk mengarahkan
manusia agar bermoral (berbudi pekerti, berakhlak dan

15
Raudhatul Jannah, Kenakalan Remaja Disebabkan Hilangnya Nilai-Nilai Pergaulan, Jurnal
Ilmiah Umum, Vol. 1 No. 1 (2017) h. 109
16 Hadisa Putri, Penggunaan Metode Cerita Untuk Mengembangkan Nilai Moral Anak TK/SD,

Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 3 No. (Oktober 2017) h. 89


17
Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi seorang muslim berakhlak Mulia, (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2016) h. 52-53
18
Umayah, Menanamkan Moral dan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini, A-ibyan, Jurnal
Pendidikan Guru Raudlatul Ahfal Issn 2541-5549 ,Vol. 1, No. 1, (2016) h. 96-105

11
beretika),19 tujuan pendidikan moral diantaranya menurut
Mulinah adalah merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan
untuk memberikan kesadaran tentang moral pada anak sejak
dini.20
Agar mampu menggunakan pengetahuan mengkaji, dan
menginternalisasikan serta memersonalisasikan nilai,
meningkatkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya akhlak mulia serta mewujudkannya dalam
perilaku sehari hari dalam berbagai kehidupan sosial budaya yang
berbhineka sepanjang hayat.
Dari beberapa tujuan pendidikan moral atau karakter yang
dipaparkan diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwasanya
tujuan pendidikan moral terhadap peserta didik adalah upaya
yang dilakukan untuk merangsang perkembangan moral peserta
didik agar peserta didik memiliki kepribadian yang baik dalam
menjalani kehidupan dimasa depan dengan berbekalkan
pengetahuan tentang moralitas, penalaran moral, perasaan
kasihan, dan mementingkan orang lain dan tendensi moral.

2.2 ANALISIS
2.2.1 Pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu
sebagai makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat
Pendidikan karakter memainkan peran penting dalam
membentuk individu sebagai makhluk sosial yang memiliki moral
yang kuat. Ini berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai dan sikap
yang baik dalam diri seseorang, yang dapat membantu mereka
berinteraksi dengan masyarakat secara positif. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa pendidikan karakter sangat penting:

1. Pembentukan Nilai-Nilai Moral: Pendidikan karakter membantu


individu mengembangkan nilai-nilai moral yang kuat, seperti
kejujuran, kebaikan, rasa tanggung jawab, empati, dan integritas.
Ini membantu mereka membuat keputusan etis dalam berbagai
situasi kehidupan.

19
Monawati, dkk, Hubungan Disiplin terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V d SD Negeri 10
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD. Vol.1 No.1 Agustus 2016. h.22
20
Mulianah Khaironi,”Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini” Pg Paud Universiatas Hamzanwa,
Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, Vol. 1, No. 1,(Juni 2017), h. 1-16

12
2. Kemampuan Berinteraksi Secara Positif: Dengan memiliki nilai-
nilai moral yang baik, individu cenderung dapat berinteraksi
dengan orang lain secara lebih baik. Mereka dapat memahami
perasaan dan perspektif orang lain, serta bekerja sama dengan
orang lain dalam berbagai konteks sosial.

3. Pemberian Contoh yang Baik: Pendidikan karakter juga


melibatkan memberikan contoh yang baik. Orang-orang yang
memiliki karakter yang baik seringkali menjadi panutan bagi
orang lain. Mereka memengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk mengikuti pola perilaku yang serupa.

4. Mengatasi Tantangan Moral: Kehidupan sering kali melibatkan


situasi-situasi di mana individu dihadapkan pada tantangan
moral. Pendidikan karakter memberikan dasar yang kuat bagi
individu untuk mengatasi situasi-situasi tersebut dengan
bijaksana.

5. Peningkatan Kualitas Hidup: Individu yang memiliki karakter


yang baik cenderung memiliki kehidupan yang lebih bermakna
dan bahagia. Mereka lebih mampu mengatasi konflik,
mengembangkan hubungan yang sehat, dan merasa puas dengan
diri mereka sendiri.

6. Kontribusi kepada Masyarakat: Individu yang memiliki karakter


yang kuat cenderung lebih cenderung berkontribusi secara positif
kepada masyarakat. Mereka dapat menjadi warga yang
bertanggung jawab, terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan
berusaha untuk menciptakan perubahan positif dalam lingkungan
mereka.

2.2.2 Ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral


Manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral memiliki
ciri-ciri yang mencerminkan kemampuan mereka untuk berinteraksi
dalam masyarakat dengan nilai-nilai moral yang kuat. Berikut
adalah beberapa ciri-ciri utama manusia sebagai makhluk sosial
yang bermoral:

13
1. Kesadaran Moral: Manusia yang bermoral memiliki kesadaran
akan perbedaan antara tindakan yang benar dan salah. Mereka
memiliki kemampuan untuk memikirkan konsekuensi moral
dari tindakan mereka dan memilih untuk bertindak sesuai
dengan nilai-nilai etika yang mereka anut.
2. Empati: Kemampuan untuk merasakan empati adalah ciri
penting dari makhluk sosial yang bermoral. Manusia yang
bermoral mampu memahami dan merasakan perasaan dan
perspektif orang lain. Ini membantu mereka memperlakukan
orang lain dengan baik dan memahami dampak tindakan mereka
pada orang lain.
3. Kepedulian Sosial: Manusia bermoral cenderung peduli
terhadap kesejahteraan dan hak-hak individu lain. Mereka
merasa tanggung jawab untuk membantu orang yang
membutuhkan dan berkontribusi pada kesejahteraan bersama.
4. Integritas: Individu yang bermoral memiliki integritas pribadi.
Mereka bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang
mereka anut, bahkan dalam situasi di mana tidak ada
pengawasan eksternal.
5. Rasa Tanggung Jawab: Manusia yang bermoral merasa
bertanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan mereka.
Mereka memahami konsekuensi tindakan mereka terhadap diri
mereka sendiri, orang lain, dan masyarakat secara umum.
6. Kepatuhan Terhadap Hukum dan Etika: Manusia yang bermoral
cenderung patuh terhadap hukum dan aturan sosial yang
berlaku. Mereka juga memiliki ketaatan terhadap prinsip-
prinsip etika dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tempat
mereka tinggal.
7. Kesadaran Diri: Kesadaran diri adalah ciri yang penting bagi
manusia bermoral. Mereka mampu merenungkan dan
mengevaluasi tindakan dan perilaku mereka sendiri, sehingga
dapat memperbaiki diri dan mengembangkan karakter yang
lebih baik.
8. Penghargaan Terhadap Keragaman: Manusia yang bermoral
menghargai keragaman budaya, agama, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Mereka tidak hanya menghormati perbedaan, tetapi
juga mampu berinteraksi dengan individu dari latar belakang
yang berbeda secara adil dan bijaksana.
9. Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Etika Universal: Manusia
yang bermoral seringkali mengikuti prinsip-prinsip etika

14
universal, seperti prinsip keadilan, rasa hormat terhadap hak
asasi manusia, dan prinsip-prinsip moral yang diterima secara
luas.

Ciri-ciri ini mencerminkan peran penting moral dalam


kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Mereka membantu
menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis dalam
masyarakat serta berkontribusi pada pembangunan komunitas
yang adil dan bermoral.

2.2.3 Dampak yang ditimbulkan ketika manusia tidak menerapkan


hakikatnya sebagai makhluk social yang bermoral

Ketika manusia tidak menerapkan hakikatnya sebagai


makhluk sosial yang bermoral, berbagai dampak negatif dapat
muncul, baik pada diri individu maupun pada masyarakat secara
lebih luas. Beberapa dampak yang bisa terjadi ketika manusia tidak
menjalani perannya sebagai makhluk sosial yang bermoral
termasuk:
• Gangguan Hubungan Sosial: Ketika manusia tidak
menerapkan moralitas dalam interaksinya dengan orang lain,
hubungan sosial dapat terganggu. Ini dapat menyebabkan
konflik, ketidakpercayaan, dan kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
• Tindakan Amoral atau Immoral: Individu yang tidak
menerapkan moralitas seringkali lebih rentan melakukan
tindakan amoral atau immoral, seperti penipuan, pencurian,
atau perilaku yang merugikan orang lain. Ini dapat merusak
kualitas hidup mereka dan orang lain.
• Kerusakan Sosial: Ketidakmoralan individu dalam masyarakat
dapat menyebabkan kerusakan sosial yang lebih besar. Ini
termasuk tindakan kriminal, korupsi, atau pelanggaran hukum
lainnya yang dapat merugikan banyak orang.
• Hilangnya Kepedulian Sosial: Manusia yang tidak
menerapkan moralitas dapat kehilangan rasa peduli terhadap
kesejahteraan dan hak-hak orang lain. Ini dapat
mengakibatkan kurangnya empati dan dukungan sosial yang
diperlukan dalam masyarakat.
• Kehilangan Kepercayaan: Ketika manusia tidak bermoral,
orang lain cenderung kehilangan kepercayaan pada mereka.

15
Ini dapat menghambat hubungan percaya dan kolaborasi yang
penting dalam masyarakat.
• Konsekuensi Hukum: Tindakan-tindakan yang tidak bermoral
seringkali melanggar hukum, dan individu yang terlibat dalam
perilaku seperti itu mungkin menghadapi konsekuensi hukum,
seperti penuntutan dan hukuman.
• Dampak pada Kesejahteraan Mental: Melanggar prinsip-
prinsip moral seringkali dapat memiliki dampak negatif pada
kesejahteraan mental individu. Mereka mungkin merasa
bersalah, cemas, atau stres akibat tindakan mereka.
• Isolasi Sosial: Ketidakmoralan dapat menyebabkan individu
dijauhi oleh komunitas atau kelompok sosial tertentu. Mereka
mungkin menjadi terisolasi atau dihindari oleh orang lain
karena perilaku mereka.
• Ketidakstabilan Sosial: Ketidakmoralan dalam skala besar
dalam masyarakat dapat mengganggu stabilitas sosial. Hal ini
bisa mengarah pada konflik sosial, ketidakstabilan politik, dan
ketidakamanan.

Penting untuk diingat bahwa moralitas adalah dasar


penting bagi kehidupan sosial yang berfungsi dengan baik.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki tanggung jawab untuk
menjalani peran mereka dengan moral dan etika yang kuat untuk
menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Kehidupan sosial yang
bermoral merupakan fondasi penting bagi pembangunan
masyarakat yang adil, aman, dan berkelanjutan.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia sebagai


makhluk sosial yang bermoral
Kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari faktor
internal individu maupun faktor eksternal yang ada di lingkungan
sosial. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral:

1. Nilai dan Keyakinan Pribadi: Nilai, keyakinan, dan prinsip moral


individu memainkan peran penting dalam membentuk kebutuhan

16
moral mereka. Individu mungkin merasa perlu untuk menjalani
nilai-nilai moral yang mereka anut.

2. Pengaruh Keluarga: Keluarga adalah tempat pertama di mana


individu mengembangkan pemahaman tentang moralitas. Nilai-
nilai yang diajarkan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya
dapat mempengaruhi kebutuhan moral seseorang.

3. Pendidikan dan Kultur: Sistem pendidikan dan budaya di mana


individu dibesarkan memainkan peran penting dalam membentuk
kebutuhan moral. Pendidikan formal dan nilai-nilai yang
diajarkan dalam masyarakat dapat memberikan pedoman moral.

4. Agama dan Kepercayaan: Agama dan sistem kepercayaan


memainkan peran kunci dalam membentuk kebutuhan moral
seseorang. Agama seringkali memberikan kerangka kerja etika
yang diikuti oleh penganutnya.

5. Teman dan Lingkungan Sosial: Teman-teman, rekan kerja, dan


lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi kebutuhan moral
seseorang. Interaksi sosial dan ekspektasi dari kelompok sosial
tertentu dapat memengaruhi perilaku moral individu.

6. Hukum dan Regulasi: Hukum dan regulasi yang berlaku dalam


suatu masyarakat dapat mempengaruhi kepatuhan moral individu.
Individu mungkin merasa perlu untuk mematuhi hukum dan
norma sosial.

7. Pendidikan Moral: Pendidikan moral formal dan informaI


memiliki dampak besar pada pemahaman moral individu.
Pelajaran dan informasi yang diberikan tentang etika dan
moralitas dapat memengaruhi kebutuhan moral.

8. Media dan Budaya Populer: Media massa dan budaya populer


juga memainkan peran dalam membentuk kebutuhan moral.
Representasi moral dalam media dapat memengaruhi persepsi
individu tentang apa yang dianggap benar atau salah.

9. Pengalaman Pribadi: Pengalaman hidup individu, termasuk


konflik moral, kegagalan, dan keberhasilan, dapat memengaruhi

17
kebutuhan moral mereka. Pengalaman ini dapat menjadi
pembelajaran moral.

10. Perubahan Lingkungan Sosial: Perubahan dalam lingkungan


sosial, seperti perubahan ekonomi, teknologi, dan politik, dapat
mempengaruhi kebutuhan moral. Perubahan ini dapat
memunculkan tantangan moral yang baru.

Penting untuk diingat bahwa kebutuhan moral dapat bervariasi


antara individu dan masyarakat, dan faktor-faktor di atas saling
berinteraksi dalam membentuk pemahaman moral seseorang.
Menjaga keseimbangan antara faktor-faktor internal dan eksternal ini
dapat membantu individu menjalani peran mereka sebagai makhluk
sosial yang bermoral dengan baik.

18
19

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu sebagai
makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat, ini berkaitan dengan
pengembangan nilai-nilai dan sikap yang baik dalam diri seseorang, yang
dapat membantu mereka berinteraksi dengan masyarakat secara positif.
Manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral memiliki ciri-ciri yang
mencerminkan kemampuan mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat
dengan nilai-nilai moral yang kuat.
Mereka memiliki kemampuan untuk memikirkan konsekuensi moral
dari tindakan mereka dan memilih untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai
etika yang mereka anut. Ketika manusia tidak menerapkan hakikatnya
sebagai makhluk sosial yang bermoral, berbagai dampak negatif dapat
muncul, baik pada diri individu maupun pada masyarakat secara lebih luas.

3.2 SARAN
Diharapkan kepada pribadi mahasiswa agar terus konsisten
menumbuhkan diri pribadi sebagai makhluk sosial yang bermoral dengan
menerapkan pendidikan karakter. Mulai dalam memperhatikan hal-hal kecil
yang dapat membawa perubahan dari faktor-faktor, ciri-ciri dan dampak
dari pendidikan karakter sebagai makhluk sosial yang bermoral.
20

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), 6.


Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, 160.
Hadisa Putri, Penggunaan Metode Cerita Untuk Mengembangkan Nilai Moral
Anak TK/SD, Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 3 No. (Oktober 2017) h.
89
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 20.
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 23.
Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 8.
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagi Persoalan
Umat, (Jakarta: Mizan, 1996), hlm.367-369
Monawati, dkk, Hubungan Disiplin terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V d SD
Negeri 10 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD. Vol.1 No.1
Agustus 2016. h.22
Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), 43.
Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi seorang muslim berakhlak Mulia,
(Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2016) h. 52-53
Mulianah Khaironi,”Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini” Pg Paud Universiatas
Hamzanwa, Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, Vol. 1, No.
1,(Juni 2017), h. 1-16
Novan ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, 26
Nursid Sumaadmadja, Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan
Hidup, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 7
Sujarwa, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm.
288- 28
Umayah, Menanamkan Moral dan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini, A-
ibyan, Jurnal Pendidikan Guru Raudlatul Ahfal Issn 2541-5549 ,Vol. 1, No.
1, (2016) h. 96-105

Anda mungkin juga menyukai