Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pendidikan Karakter 1
Dosen Pengampu: D.Romi Sihombing,Dr.,Ir.,S,H.,MH.,CI.L
Disusun oleh:
Aliftia Radianti Taniasari (D212111001)
Rudi Loilatu (D212111015)
Triana Siti Aryani (D212111021)
Fanisa Tri Agna Fata (D212111028)
Siti Nur Rohimah (D212111031)
Wawan Jefriansyah (D212111032)
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan
Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang peran Pendidikan Karakter dalam membentuk manusia sebagai makhluk
sosial, dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami
berterima kasih kepada bapak D.Romi Sihombing, Dr.,Ir.,S,H.,MH.,CI.L,S.Pi,
M.Si selaku dosen mata kuliah pendidikan karakter.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai peran pendidikan karakter dalam
membentuk manusia sebagai makhluk sosial, kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
perkembangan sosial individu dan memberikan kontribusi positif terhadap
masyarakat yang lebih luas.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
1 Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), 43.
2
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, 160.
3
Alwisol, Psikologi kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), 6.
1. Faktor intern
Terdapat 5 hal yang termasuk dalam faktor intern yang
dapat mempengaruhi karakter, yaitu:
1) Insting atau naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat
menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak
didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri
merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan
suatu pembawaan yang asli. Maka perbuatan seseorang
dapar bersumber dari latihan-latihan ataupun pembawaan.
2) Adat atau kebiasaan Yang dimaksud dengan kebiasaan
adalah perbuatan yang selalu dilulang-ulang sehingga
mudah untuk dikerjakan. Maka dapat dipahami bahwa
dengan melakukan pengulangan secara terus-menerus suatu
perilaku maka perilaku tersebut bisa menjadi bagian atau
kebiasaan dirinya.4
3) Kehendak/kemuan Kemauan adalah kemauan untuk
melangsungkn segala ide dan segala yang dimaksud, walau
disertai berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran,
namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan
tersebut.5
4) Suara batin atau suara hati Suara hati berfungsi
memperingatkan bahaya berbuat buruk dan berusaha
mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal
baik. Dalam diri manusia terhadap suara batin yang dapat
membuat keputusan untuk melekukan kebaikan, dan
menghindari perbuatan yang buruk.
5) Keturunan Keturunan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam keturunan
terdapat dua jenis hal yang dapat diturunkan orang tua
kepada kedua anaknya, yaitu sifat jasmaniyah yaitu
kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf orang tua
yang dapat diwariskan kepada anaknya.
2. Faktor ekstern
1) Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam pembentukan karakter. Pendidikan
untuk mematangkan kepribadian manusia sehingga
7
tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah
diterima oleh orang baik pendidikan formal, informal
maupun nonformal.6
6 Ibid., 21.
7
Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 8.
8
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 23.
9
Novan ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, 26
8
Manusia sebagai suatu fenomena, bisa dikatakan
khusunya sama dengan makhluk hidup. Sebab manusia juga
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan
seterusnya dan tunduk kepada hukum Allah (sunattulah).
Menurut sejarah manusia membawa perubahan pada ruang muka
bumi sangat berbeda kondisi saat sebelum manusia lahir.10
Menurut sosiologi manusia ialah makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri. Dalam bahasa al-Qur’an istilah untuk
menyebut manusia ada beberapa macam, yaitu basyar, insan, an-
nas, bani Adam, dan sebagainya.
Manusia dinamakan basyar sebab kulitnya tampak jelas
dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Kata insan terambil
dari pangkal kata uns yang berarti jinak, humoris, tampak, lupa,
dan berguncang. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandangan
Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa kata tersebut
terambil dari kata nasiya (lupa) ataupun nas-yanusa
(berguncang). Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. 43
Manusia yang berbeda antara seorang dengan yang lain, akibat
perbedaan fisik, mental serta kecerdasan.11
10 Nursid Sumaadmadja, Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 7
11
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagi Persoalan Umat,
(Jakarta: Mizan, 1996), hlm.367-369
12
Sujarwa, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 288- 28
9
c) Karakter Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Sudah beradad-abad konsep manusia terhadap makhluk
sosial ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang
berkuasa kepada individu, semacam dorongan untuk makan,
dorongan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk
melangsungkan hubungan beda jenis. Hal ini manusia yang
memiliki unsur keharusan biologis.13
Dengan keharusan biologis karena terdapatnya saling
ketergantungan dan membutuhkan seorang untuk
mempertahankan hidup. Karena adanya ketergantungan tersebut
yang mengambarkan betapa individu manusia dalam
perkembangannya sebagai makhluk sosial. Adanya saling
komunikasi terhadap lingkungan hendak terjadinya suatu
masyarakat yang membentuk perkumpulan antar manusia yang
disebut makhluk sosial.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual
membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga
terbentuknya interaksi sosial antar manusia dengan yang lainnya.
Secara garis besar faktor-faktor personal yang memengaruhi
interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni:
A. Tekanan emosional. Keadaan psikologis apakah bahagia,
sedih, dan sebagainya.
B. Harga diri yang rendah. Keadaan seperti ini akan membentuk
keadaan psikologis yang membutuhkan kasih sayang dan
moral.
C. Isolasi sosial. Keadaan semacam ini dimana seseorang akan
berupaya melakukan sebuah interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi
yang harmonis.14
13 Rusmin Tuumanggor, Kholis Ridho, Nurrochim, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2017), Hlm. 55
14
Ibid, Rusmin Tuumanggor, hlm 57
10
2.1.4 PEMBENTUKAN MORAL
a) Pengertian Moral
Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa latin yaitu
“mos” yang artinya kebiasaan atau adat istiadat. Dalam KBBI
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah
yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak
dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.15
Menurut Lawrance Kohlberg menyebutkan bahwa
perkembangan moral merupakan salah satu aspek yang sangat
penting untuk mendukung proses perkembangan kepribadian dan
kemampuan anak bersosialisasi.16
Usaha meingkatkan nilai nilai moral dan agama peserta
didik melalui berbagai metode terus dikembangkan.17 Ini
menunjukan bahwa nilai-nilai moral dan agama memang perlu
dibina sejak anak usia dini dan penanaman moral dan agama
ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan
Rasulnya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama
makhluk tuhan dan sifat-sifat mulia lainnya. Selanjutnya tahap
perkembangan moral Menurut Piaget perkembangan moral
terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah “tahap
realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap
kedua yaitu “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas kerjasama
atau hubungan timbal balik”.18
15
Raudhatul Jannah, Kenakalan Remaja Disebabkan Hilangnya Nilai-Nilai Pergaulan, Jurnal
Ilmiah Umum, Vol. 1 No. 1 (2017) h. 109
16 Hadisa Putri, Penggunaan Metode Cerita Untuk Mengembangkan Nilai Moral Anak TK/SD,
11
beretika),19 tujuan pendidikan moral diantaranya menurut
Mulinah adalah merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan
untuk memberikan kesadaran tentang moral pada anak sejak
dini.20
Agar mampu menggunakan pengetahuan mengkaji, dan
menginternalisasikan serta memersonalisasikan nilai,
meningkatkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya akhlak mulia serta mewujudkannya dalam
perilaku sehari hari dalam berbagai kehidupan sosial budaya yang
berbhineka sepanjang hayat.
Dari beberapa tujuan pendidikan moral atau karakter yang
dipaparkan diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwasanya
tujuan pendidikan moral terhadap peserta didik adalah upaya
yang dilakukan untuk merangsang perkembangan moral peserta
didik agar peserta didik memiliki kepribadian yang baik dalam
menjalani kehidupan dimasa depan dengan berbekalkan
pengetahuan tentang moralitas, penalaran moral, perasaan
kasihan, dan mementingkan orang lain dan tendensi moral.
2.2 ANALISIS
2.2.1 Pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu
sebagai makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat
Pendidikan karakter memainkan peran penting dalam
membentuk individu sebagai makhluk sosial yang memiliki moral
yang kuat. Ini berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai dan sikap
yang baik dalam diri seseorang, yang dapat membantu mereka
berinteraksi dengan masyarakat secara positif. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa pendidikan karakter sangat penting:
19
Monawati, dkk, Hubungan Disiplin terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V d SD Negeri 10
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD. Vol.1 No.1 Agustus 2016. h.22
20
Mulianah Khaironi,”Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini” Pg Paud Universiatas Hamzanwa,
Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, Vol. 1, No. 1,(Juni 2017), h. 1-16
12
2. Kemampuan Berinteraksi Secara Positif: Dengan memiliki nilai-
nilai moral yang baik, individu cenderung dapat berinteraksi
dengan orang lain secara lebih baik. Mereka dapat memahami
perasaan dan perspektif orang lain, serta bekerja sama dengan
orang lain dalam berbagai konteks sosial.
13
1. Kesadaran Moral: Manusia yang bermoral memiliki kesadaran
akan perbedaan antara tindakan yang benar dan salah. Mereka
memiliki kemampuan untuk memikirkan konsekuensi moral
dari tindakan mereka dan memilih untuk bertindak sesuai
dengan nilai-nilai etika yang mereka anut.
2. Empati: Kemampuan untuk merasakan empati adalah ciri
penting dari makhluk sosial yang bermoral. Manusia yang
bermoral mampu memahami dan merasakan perasaan dan
perspektif orang lain. Ini membantu mereka memperlakukan
orang lain dengan baik dan memahami dampak tindakan mereka
pada orang lain.
3. Kepedulian Sosial: Manusia bermoral cenderung peduli
terhadap kesejahteraan dan hak-hak individu lain. Mereka
merasa tanggung jawab untuk membantu orang yang
membutuhkan dan berkontribusi pada kesejahteraan bersama.
4. Integritas: Individu yang bermoral memiliki integritas pribadi.
Mereka bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang
mereka anut, bahkan dalam situasi di mana tidak ada
pengawasan eksternal.
5. Rasa Tanggung Jawab: Manusia yang bermoral merasa
bertanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan mereka.
Mereka memahami konsekuensi tindakan mereka terhadap diri
mereka sendiri, orang lain, dan masyarakat secara umum.
6. Kepatuhan Terhadap Hukum dan Etika: Manusia yang bermoral
cenderung patuh terhadap hukum dan aturan sosial yang
berlaku. Mereka juga memiliki ketaatan terhadap prinsip-
prinsip etika dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tempat
mereka tinggal.
7. Kesadaran Diri: Kesadaran diri adalah ciri yang penting bagi
manusia bermoral. Mereka mampu merenungkan dan
mengevaluasi tindakan dan perilaku mereka sendiri, sehingga
dapat memperbaiki diri dan mengembangkan karakter yang
lebih baik.
8. Penghargaan Terhadap Keragaman: Manusia yang bermoral
menghargai keragaman budaya, agama, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Mereka tidak hanya menghormati perbedaan, tetapi
juga mampu berinteraksi dengan individu dari latar belakang
yang berbeda secara adil dan bijaksana.
9. Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Etika Universal: Manusia
yang bermoral seringkali mengikuti prinsip-prinsip etika
14
universal, seperti prinsip keadilan, rasa hormat terhadap hak
asasi manusia, dan prinsip-prinsip moral yang diterima secara
luas.
15
Ini dapat menghambat hubungan percaya dan kolaborasi yang
penting dalam masyarakat.
• Konsekuensi Hukum: Tindakan-tindakan yang tidak bermoral
seringkali melanggar hukum, dan individu yang terlibat dalam
perilaku seperti itu mungkin menghadapi konsekuensi hukum,
seperti penuntutan dan hukuman.
• Dampak pada Kesejahteraan Mental: Melanggar prinsip-
prinsip moral seringkali dapat memiliki dampak negatif pada
kesejahteraan mental individu. Mereka mungkin merasa
bersalah, cemas, atau stres akibat tindakan mereka.
• Isolasi Sosial: Ketidakmoralan dapat menyebabkan individu
dijauhi oleh komunitas atau kelompok sosial tertentu. Mereka
mungkin menjadi terisolasi atau dihindari oleh orang lain
karena perilaku mereka.
• Ketidakstabilan Sosial: Ketidakmoralan dalam skala besar
dalam masyarakat dapat mengganggu stabilitas sosial. Hal ini
bisa mengarah pada konflik sosial, ketidakstabilan politik, dan
ketidakamanan.
16
moral mereka. Individu mungkin merasa perlu untuk menjalani
nilai-nilai moral yang mereka anut.
17
kebutuhan moral mereka. Pengalaman ini dapat menjadi
pembelajaran moral.
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan karakter berperan dalam membentuk individu sebagai
makhluk sosial yang memiliki moral yang kuat, ini berkaitan dengan
pengembangan nilai-nilai dan sikap yang baik dalam diri seseorang, yang
dapat membantu mereka berinteraksi dengan masyarakat secara positif.
Manusia sebagai makhluk sosial yang bermoral memiliki ciri-ciri yang
mencerminkan kemampuan mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat
dengan nilai-nilai moral yang kuat.
Mereka memiliki kemampuan untuk memikirkan konsekuensi moral
dari tindakan mereka dan memilih untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai
etika yang mereka anut. Ketika manusia tidak menerapkan hakikatnya
sebagai makhluk sosial yang bermoral, berbagai dampak negatif dapat
muncul, baik pada diri individu maupun pada masyarakat secara lebih luas.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada pribadi mahasiswa agar terus konsisten
menumbuhkan diri pribadi sebagai makhluk sosial yang bermoral dengan
menerapkan pendidikan karakter. Mulai dalam memperhatikan hal-hal kecil
yang dapat membawa perubahan dari faktor-faktor, ciri-ciri dan dampak
dari pendidikan karakter sebagai makhluk sosial yang bermoral.
20
DAFTAR PUSTAKA