Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU PERTEMUAN 11

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


Dosen Pengampu : Dr. Sintowati Rini Utami, M.Pd.

Disusun oleh:
Aldi Fariz Wiransyah
Matematika B 2023

(Ulasan Buku Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri Karya Thomas Hidya Tjaya)

Identitas buku:
 Judul Buku: Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri
 Penulis: Thomas Hidya Tjaya
 Penerbit: Gramedia
 Jenis Buku: Non Fiksi
 Tahun Terbit: 2004 (Cetakan I)
 Tebal Halaman: 200 halaman

Orientasi:
Eksistensialisme adalah sebuah aliran filsafat yang tidak hanya bergumul pada soal-soal
filsafat yang abstrak, sistematis, logis dan menguras pikiran dan waktu untuk memahaminya.
Lebih dari itu filsafat eksistensialisme memusatkan diri pada manusia, bergumul bersama
dinamika kehidupan manusia dan serentak mengajak manusia sebagai subjek yang bebas
untuk memberi makna atasnya. Kali ini saya akan membahas sedikit mengenai filsafat
eksistensialisme Kierkegaard.
Buku yang ditulis oleh Thomas Hidya Tjaya ini memberikan gambaran seputar pemikiran
eksistensialisme dari filsuf Denmark Soren Kierkegaard. Buku ini terdiri atas tujuh bab yang
diawali dengan prolog dan ditutup dengan epilog dari penulis sendiri. Pada bagian prolog,
penulis mengulas secara umum isi pemikiran dari filsuf Soren Kierkegaard yang dimulai dari
kesangsian terhadap rasionalitas objektif ala Hegel kepada ide mengenai kebenaran yang
bersifat subjektif dalam kacamata eksistensialisme. Gambaran umum mengenai isi pemikiran
eksistensialisme Kierkegaard ini tentunya sangat membantu mempermudah pembaca untuk
menyelami alur pemikran Kiergergard pada uraian yang lebih mendetail pada bagian-bagian
berikutnya pada buku ini.
Tafsiran:
Pada bab pertama, penulis lalu menyajikan tentang siapakah sosok Kierkegaard dengan
seluruh dinamika pergumulan hidup dan karya-karya intelektualnya. Penulis sendiri sengaja
mengulas secara umum karya-karya Kierkegaard dengan langsung melihat dari sisi historis
drama pergulatan kehidupan yang dialami oleh sang filsuf. Hal ini dilakukan tentu dengan
suatu tujuan agar pembaca dapat dengan lebih mudah memahami latar belakang historis yang
melingkupi setiap hasil karya sang filsuf. Lebih dari itu, penyatuan ulasan mengenai sejumlah
karya-karya dengan langsung mengintip pada derap kehidupan sang filsuf ini juga semakin
membawa pembaca untuk betul-betul masuk dalam alur pemikiran eksistensialisme yang
tidak lain adalah berkaca pada pengalaman langsung manusia seperti kecemasan dan dan
keputusasaan. Dengan demikian membaca pemikiran Kierkegaard sama halnya dengan
membaca dinamika kehidupan diri dan serentak berkaca pada sosok sang filsuf.
Sebuah pemikiran filosofis selalu bergerak dalam alur dialektis. Sebuah cetusan
pandangan filosofis tidak terlepas dari pengaruh isi pemikiran para filsuf atau pemikir
terdahulunya. Dalam konteks ini, pemikiran Kierkegaard pun berarak dalam alur yang sama.
Lahirnya program filsafat eksitensialisme dengan menitikberatkan pada pandangan akan
filsafat yang harus merefleksikan realitas kehidupan manusia ini tidak terlepas dari tanggapan
kritisnya terhadap bangunan pemikiran filsuf sebelumnya yaitu Hegel. Dalam hal ini penulis
dengan jeli mengulasnya dalam bab kedua dari buku ini yang diawali dengan memberikan
pemahaman umum tentang isi pemikiran Hegel yang menjadikan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang absolut dan dapat menjelaskan segala-galanya. Pemahaman akan kritik
filosofis dari Kierkegaard terhadap Hegel ini tentunya membantu pembaca dalam memahami
orientasi Kierkegaard pada manusia sebagai subjek eksistensial dalam filsafatnya.
Pada bab ketiga, penulis mendiskusikan seputar beberapa pemikiran pokok dari
Kierkegaard mengenai perjuangan menghidupi eksistensi manusia yang otentik. Menghidupi
eksistensi yang otentik ini adalah bentuk perlawanan terhadap kehidupan dunia yang kerap
diwarnai oleh kepalsuan yaitu kesenjangan antara penampilan luar dan penghayatan dalam
dunia batin. Seperti biasa, penulis dalam hal ini langsung mengulasnya bersamaan dengan
pengalaman pribadi dari sang filsuf dalam kaitan dengan hubungan sang percintaannya
dengan seorang wanita bernama Regina. Sang filsuf yang dengan berani memutuskan
hubungan pertunangannya dengan Regina sebagai wujud dari keinginan diri yang beralih dari
kepalsuan yang ada kepada keotentikan diri. Bagi sang filsuf, bahtera rumah tangga tidak
dapat dibangun jika masih ada sejumlah rahasia yang tetap disembunyikan kepada pasangan.
Dari perjuangan melawan kepalsuan dalam diri, penulis selanjutnya akan membawa
pembaca sekalian untuk melihat secara lebih nyata tentang isi pemikiran Kierkegaard yang
juga melawan kepalsuan dalam realitas dunia sosial. Dalam hal ini perjuangan menghidupi
eksistensi ini juga diarahkan kepada kritik Kierkegaard terhadap publik. Manusia kerap kali
hidup berdasarkan apa yang didikte dalam komunitas, mengalir bersama tuntutan arus
kebenaran massa yang dianggap sudah lumrah dalam masyarakat. Dengan keberadaan
semacam ini, subjek (manusia) kerap kali terjebak dalam drama kehidupan yang penuh
kepalsuan dan lupa untuk menghidupi apa yang menjadi gerak batinnya. Bagi sang filsuf,
publik bersifat abstrak dan menyembunyikan identitas otentuik.
Pada bab keempat dari buku ini, pembahasan secara lebih dalam diarahkan pada eksistensi
itu sendiri. Dalam bagian ini penulis mengulas secara ringkas dan padat pembagian wilayah
eksistensi oleh Kierkegaard. Wilayah eksistensi itu sendiri terdiri atas empat yakni wilayah
estetis, etis, dan religius. Keempat wilayah eksistensi ini serentak juga sebagai tahap-tahap
jalan hidup manusia. Hal yang mau disampaikan oleh penulis dari ide Kierkegaard pada
bagian ini adalah bahwa hidup manusia pada dasarnya bergerak secara bertahap melalui
empat wilayah eksistensi ini. Dalam proses menemukan eksistensi yang otentik dengan
secara bertahap berjalan dalam wilayah- wilayah eksistensi ini, manusia sebenarnya
mengungkapkan diri sebagai sintesis antara yang mewaktu dan yang abadi. Ketidaktahuan
atau keengganan orang untuk mengakui kodratnya ini kerap mengantar manusia pada
keputusasaan (despair).
Pada bab kelima penulis mengulas pandangan Kierkegaard mengenai kebenaran sebagai
subjektivitas. Makna dan kepenuhan hidup yang penting dijumpai oleh seseorang terhadap
apa yang diyakininya sebagai kebenaran dan bukan sebaliknya pengetahuan apakah
kebenaran itu sungguh-sungguh benar (kebenaran objektif). Dalam hal ini, yang dibutuhkan
adalah perlunya memeluk kebenaran secara pribadi dengan penuh hasrat dan komitmen. Hal
ini terwujud dalam dunia religius yaitu relasi dengan Yang Ilahi. Penghayatan agama yang
hanya setengah-setengah tanpa didasari dengan gairah demi kemunafikan belaka adalah
model hidup religius yang tidak otentik serentak mengungkapkan penghayatan eksistensi
yang tidak otentik.
Pemikiran Kierkegaard tidak hanya berhenti untuk masa dan konteksnya. Lebih dari itu
ide-ide dasar tentanng eksistensialisme ini juga berpengaruh kepada para filsuf lain
sesudahnya. Pada bab keenam dari buku ini, penulis memaparkan secara garis besar ide
sejumlah filsuf eksistensialis dan postmodern yang juga mendapat inspirasi dari Kierkegaard.
Mungkin cara pandang mereka sedikit berbeda tetapi roh eksistensialismenya tetap sama.
Mereka itu seperti Heidegger, Jaspers, Sartre dan beberapa tokoh postmodern lainnya.
Pada bagian epilog penulis kembali menegaskan ide eksitensialism Kierkegaard, sekaligus
mengajak pembaca untuk terjun dalam dimensi pengalaman hidup konkretnya. Ada beberapa
hal konkret- praktiks yang langsung dicontohkan oleh penulis. Semua ulasan ini sengaja
diutarakan demi membawa pembaca sekalian untuk membaca diri serentak mengarahkan diri
menuju pada panggilan diri yang otentik.
Evaluasi:
(Kelebihan)
Membaca pemikiran Kierkegaard dalam terang pemikiran eksistensialisme ini memang
cukup penting untuk pembaca sekalian. Ide-ide eksistensialisme yang diulas oleh
Kierkegaard dalam beberapa karyanya juga disampaikan secara ringkas dan mendalam oleh
penulis dalam sebuah buku. Selain itu cara penyajiannya pun begitu sederhana, jauh dari
penggunaan bahasa yang merumitkan seperti ulasan filsafat pada umumnya. Lebih dari itu,
membaca eksistensialime yang telah diulas ini juga membawa pembaca untuk kembali
kepada diri, memeriksa diri dan tentunya menjadi sebuah pegangan bagi diri dalam menapaki
derap kehidupan ini menuju diri yang otentik.
Dengan mendalami buku ini juga pembaca sekalian diajak untuk menyelami kehidupan
dengan tidak hanya tunduk pada nasib. Realitas kehidupan yang disajikan dengan banyak
pilihan membutuhkan ketegasan dari diri dalam mengambil keputusan atasnya. Dalam hal ini
diperlukan nilai-nilai yang mesti menjadi tuntunan bagi diri. Nilai-nilai itu mestinya diyakini
sebagai kebenaran yang bersifat subjektif yang mesti dipeluk secara erat. Oleh kesadaran
semacam inilah orang sampai pada diri yang mempunyai komitmen dan gairah untuk terus
mengembangkan diri. Hidup yang reflektif adalah jalan menuju penemuan kebenaran yang
subjektif ini. Oleh kemampuan reflektif itulah manusia dapat memeluk kebenaran bagi
dirinya dan serentak terus mengembangkan dirinya.
(Kekurangan)
Di samping memiliki sejumlah kelebihan ini, tentunya buku yang ditulis oleh Thomas
Hidya Tjaya ini juga masih memiliki kekurangan. Tentu saja ulasan yang begitu padat tentang
ide-ide Kierkegaard ini juga memungkinkan tidak semua idenya dapat diselami secara lebih
mendalam. Selain itu patut diketahui bahwa setiap pemikiran filosofis juga mengandung sisi
kelebihan dan kelemahannya. Kelemahan dari sebuah ide itulah yang mengundang tangapan
kritis dari setiap orang yang mendalaminya. Sikap kritis atas sebuah ide terutama ide filosofis
ini penting sehingga sehingga memungkinkan orang tidak terjebak dalam sebuah konsep
pemikiran tunggal yang bisa jadi bersifat dogmatis. Memang hal ini diutarakan oleh penulis
pada bagian penutup dengan mengutarakan bahwa ide Kierkegaard adalah bukan sebuah
pegangan tunggal bagi pemaknaan akan hidup. Namun dalam hal ini perlu adanya juga
catatan kritis yang disampaikan secara implisit sehingga tetap memancing sikap kritis dan
terbuka dari pembaca untuk terus berdialog dengan ide filosofis Kierkegaard.

Daftar Referensi
Badriyah, Siti. Struktur Teks Ulasan serta Pengertian Ciri, Jenis, dan Contohnya. (Online),
(https://www.gramedia.com/literasi/teks-ulasan/, diakses 3 Oktober 2023)
Paat, Via Dellarossa. Marentek, Angelie. Rapar, Florentina. Nirigi, Keabunus. 2022.
Hidroponik untuk Pemula. (Online), (https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam-
ratulangi/bahasa-indonesia/teks-ulasan-buku-akademik/33794841, diakses 3 Oktober 2023)
Haryono, Patris. 2021. Membaca Diri dalam Terang Eksistensialisme Kierkegaard. (Online),
(https://bukuonlinestore.com/membaca-diri-dalam-terang-eksistensialisme-kierkegaard/
#lightbox/0/, diakses 3 Oktober 2023)

Anda mungkin juga menyukai