Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MID

PENGUKURAN LISTRIK
KELAS D

Disusun Oleh :

Siti Namirah Aprilliah


D041191074

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................1
DAFTAR TABEL...................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................3
D. Manfaat Makalah...................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengukuran.............................................................................................................4
B. Menyatakan Ketidakpastian Pengukuran...........................................................5
C. Ketepatan / akurasi (accuracy).............................................................................6
D. Ketelitian /Presisi (Precision)................................................................................7
E. Angka Berarti /Angka Penting..............................................................................8
a. Penjumlahan angka penting..............................................................................9
b.
Perkalian dan Pembagian..................................................................................9
F. Kepekaan Alat Ukur / Sensitivitas (Sebsitifity).................................................10
G. Kesalahan Dalam Pengukuran...........................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam ilmu pengetahuan alam adalah
eksperimen, bukan “apa yang ada dalam buku”. Dalam eksperimen kita harus
melakukan pengukuran, karena itu pengukuran sangat penting dalam fisika.
Dalam pengukuran kita mengenal “Nilai” dan “Satuan”.
”Nilai” adalah besar dari besaran yang dinyatakan dalam satuan tertentu,
selain itu pengukuran memerlukan suatu sistem “satuan” agar hasil eksperimen
yang telah dilakukan di suatu tempat dapat diuji secara langsung oleh peneliti di
tempat lain dengan titik tolak penggunaan perangkat satuan yang sama
Dalam eksperimen, saat melakukan pengukuran tentunya kita menggunakan
berbagai macam alat ukur seperti penggaris, jangka sorong dan mikrometer
sekrup untuk menggukur panjang dan lebar suatu objek. Setiap alat ukur memiliki
skala dan ketelitian tertentu, karena itu di perlukan cara penulisan yang sesuai
untuk melaporkan nilai dari hasil pengukuran. Nilai ini disebut dengan angka
penting atau angka berarti dalam pengukuran.
Selain ketelitian, ketepatan dan kepekaan alat ukur juga sangat mempegaruhi
hasil pengukuran, karena itu diperlukan metode untuk memperkirakan atau
memperhitungkan seberapa besar kesalahan hasil pengukuran yang dapat terjadi
saat menggunakan alat ukur tertentu agar ketelitian dari hasil yang didapat
sangatlah tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang pengertian pengukuran.
2. Menjelaskan tentang ketepatan pengukuran dan kesalahan.
3. Menjelaskan tentang ketelitian pengukuran dan hubungannya dengan
ketepatan.
4. Menjelaskan tentang angka berarti.
5. Menjelaskan tentang kepekaan alat ukur.
C. Tujuan Makalah
1. Memahami tentang pengertian pengukuran.
2. Memahami tentang ketepatan pengukuran dan kesalahan.
3. Memahami tentang ketelitian pengukuran dan hubungannya dengan
ketepatan.
4. Memahami tentang angka berarti.
5. Memahami tentang kepekaan alat ukur.

D. Manfaat Makalah
1. Dapat memberi pengetahuan bagi penulis dan teman-teman yang lain
tentang Pengukuran dan Kesalahan.
2. Menjadi salah satu sumber informasi atau bahan ajar tentang Pengukuran
dan kesalahan.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat Ukur dan Metoda Pengukuran
dalam Fisika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengukuran
Pengukuran yaitu segala cara yang dilakukan untuk menentukan ukuran atau
kapasitas suatu besaran dengan cara membandingkannya dengan besaran lain
yang sejenis yang digunakan sebagai satuan. Contohnya panjang pena
dibandingkan dengan panjang meja, berapa pena yang dibutuhkan agar
panjangnya sama dengan panjang meja?
Setiap pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, berikut ini beberapa
sumber ketidakpastian dalam pengukuran:
1. Ketidakpastian Skala Alat (Scale Uncertainty), Ketidakpastian skala adalah
batas ketelitian pengukuran yang dibatasi oleh alat ukur.
2. Kesalahan nol, sebelum digunakan penunjukan alat tidak pada skala nol.
Sebagian besar alat sudah dilengkapi dengan sekrup pengatur.
3. Ketidakpastian Aproksimasi (Approximation Uncertainties), dimana persisnya
posisi pusat massa? Seberapa teliti bisa ditentukan? Panjang juga akan
berbeda bila diukur pada keadaan vertikal dengan keadaan horizontal.
4. Masalah Defenisi, apa yang dimaksud oleh suatu pengukuran? Ukur “panjang
papan”. Dimana harus diukur? Disisi kiri, kanan, tengah atau dimana?
5. Ketidakpastian Random (Random Uncertainties), ketidakpastian yang berasal
dari pengaruh yang tidak dapat diprediksi dan dikontrol. Seperti: fluktuasi
pada besaran listrik, getaran landasan, radiasi latar belakang, gerak acak
molekul udara.
6. Ketidakpastian Pengamatan (Paralax), merupakan ketidakpastian pengukuran
yang bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan
pengukuran. Misanya: metode pembacaan skala tidak tegak lurus atau
paralaks.
B. Menyatakan Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Ketidakpastian pengukuran tunggal dinyatakan dengan setengah nilai skala
terkecil (NST)

Gambar 1 :mengukur panjang logam dengan penggaris

Angka pasti: 2,7 cm


Angka pasti +1 angka tebakan: 2,74 cm
NST alat ukur: 1mm = 0.1 cm
1
/2 NST alat ukur: 0,5 mm atau 0,05 cm.
Hasil pengukuran dinyatakan sebagai: 2,74 ± 0,05 cm

Pengukuran berulang
Langkang-langkah melaporkan hasil pengkuran berulang:
1. Hitung nilai terukur diperoleh dari rata-rata data pengukuran

2. Hitung range data.


Range = Nilai Terbesar – Nilai Terkecil
3. Hitung ketakpastian dalam nilai rata-ratanya.

4. Nyatakan nilai rata-rata dan ketakpastian itu ke jumlah angka yang sesuai.
5. Cantumkan besaran tersebut.
Tabel 1 :pengukuran berulang laju bunyi di udara pada 20oC

Nilai rata-rata data = 341,775 m/s


Range= 345,5 -338,5 = 7
Ketakpastian = 7/8 = 0,875
Lajubunyi (pada 20oC) = (341,775 ±0,875) m/s ??

Ketakpastian berfungsi untuk menguantisasi range yang mungkin bagi


terdapatnya nilai suatu besaran berdasarkan alat ukur yang digunakan. Dari Tabel
tampak bahwa nilai-nilai yang tercatat itu memiliki satu angka di belakang koma.
Itu berarti, tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan adalah hingga “satu angka
di belakang koma”. Tidak masuk akal bila hasil akhirnya ditulis dalam bentuk
“lebih dari satu angka di belakang koma”. Di sinilah pentingnya dipahami
pengertian angka penting (significant figure). Kalau begitu, nilai rata-rata dan
ketakpastiannya harus dinyatakan dalam bentuk “satu angka di belakang koma”.
Nilai 341,775 ditulis mejadi 341,8 dan 0,875 menjadi 0,9. Jadi, penulisan hasil
akhir yang benar adalah:
Laju bunyi = (341,8 ±0,9) m/s

C. Ketepatan / akurasi (accuracy)

Gambar 2 :perbedaan skala penggaris


 Akurasi menyatakan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai benar
(accepted value)-nya.
 Diperiksa dengan metode /alat yang berbeda.
 Akurasi yang rendah berasal dari kesalahan prosedur atau alat.

D. Ketelitian /Presisi (Precision)

Tabel 2 :pengukuran berulang panjang kertas 25,45 cm

 Ketelitian menyatakan tingkat keyakinan terhadap hasil pengukuran.


 Diperksa dengan pengukuran berulang.
 Pengkuran “presisi tinggi” maka hasil pengukuran berulang berada pada
rentang nilai yang sempit.
 Ketelitian yang rendah berasal dari teknik pengukuran yang tidak baik.
Gambar 3 :ketelitian pengamatan dalam pengukuran

E. Angka Berarti /Angka Penting

Gambar 4 :mengukur dengan penggaris

Pada gambar 4. Panjang logam tersebut pasti melebihi 2,7 cm dan kurang dari
2,8 cm. Kalau kita mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga setengah
skala terkecil, panjang logam dapat dituliskan 2,75 cm. Angka terakhir (angka 5)
merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka tersebut hanyalah dari hasil
menaksir atau memperkirakan saja. Berarti hasil pengukuran 2,75 cm terdiri dari
dua angka pasti, yaitu angka 2 dan 7, dan satu angka taksiran yaitu angka 5.
Seandainya tepi logam berada tepat pada garis 2,7 cm, maka hasil pengukuran
harus ditulis 2,70 cm bukan 2,7 cm. Penulisan angka nol pada 2,70 cm
menunjukkan bahwa :
• hasil pengukurannya tidak kurang dan tidak lebih dari 2,7 cm.
• angka 7 masih merupakan angka pasti.
Bila hanya ditulis 2,7 cm, maka angka 7 merupakan angka taksiran. Karena
memberikan informasi atau makna tertentu, maka angka nol pada 2,70 termasuk
angka penting.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting
atau bukan, dapat diikuti beberapa aturan berikut :
a. Semua angka bukan nol termasuk angka penting,
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
b. Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka
penting,
Contoh: 2,50 memiliki 3 angka penting
16,00 memiliki 4 angka penting.
c. Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka
bukan nol), juga termasuk angka penting
Contoh: 207 memiliki 3 angka penting
10,50 memiliki 4 angka penting
d. Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi
sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting,
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting
0,0860 memiliki 3 angka penting

Operasi Angka Penting


a. Penjumlahan angka penting
Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil
penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan
ketelitian angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling tidak teliti.

Ditulis :10,3
b. Perkalian dan Pembagian
Bila beberapa hasil pengukuran yang jumlah angka pentingnya tidak sama
dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting hasil operasi perkalian atau
pembagian paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari
bilangan-bilangan yang dioperasikan.
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2 ditulis 6,8 cm2

Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan


indikator tingkat ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka
penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan
angka penting:
a. Satu angka penting :2; 0,1; 0,003; 0,01 x 10-2
b. Dua angka penting :1,6; 1,0; 0,010; 0,10 x 102
c. Tiga angka penting :101; 1,25; 0,0623; 3,02 x 104
d. Empat angka penting :1,000; 0,1020; 1,001 x 108

F. Kepekaan Alat Ukur / Sensitivitas (Sebsitifity)


Sensitifitas adalah rasio antara perubahan pada output terhadap perubahan
pada input. Pada alat ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa
hal harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang
bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara
belum tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.

Kepekaan (sensitivitas) menyatakan berapa besarnya harga pengukuran untuk


setiap satuan harga sinyal input. Sinyal input yang paling kecil yang memberikan
sinyal output dan dapat diukur dinamakan sensitivitas alat ukur.

G. Kesalahan Dalam Pengukuran

Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya dari


suatu pekerjaan pengukuran yang di lakukan oleh seseorang pengamat. Dalam
pengukuran besara fisis menggunakan alat ukur atau instrumen tidak akan mungkin
didapat suatu nilai yang benar tepat, namun selalu mempunyai ketidakpastian
yang disebabkan oleh kesalahan- kesalahn dalam pengukuran.

Macam – Macam Kesalahan Dalam Pengukuran

Menurut Miller & Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan serius (Gross error)

Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus


diulangi. Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang
digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel yang terbuang, dan
lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang
sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas,
tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error )

Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan


hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana
hasil secara individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini
memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari,
hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi.

3. Kesalahan sistematik (Systematic error)

Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua


hasil data salah dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan

Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran


sehingga menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.Hal ini dapat diatasi
dengan:
a. Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh ukuran kualitas yang homogen
b. Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar
2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran Perbedaan ini dapat diatasi dengan
cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang terdapat pada
situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek dapat
diprediksikan.
3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan Cara yang digunakan
untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang
terkontrol dan telah terkalibrasi.
4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi Kendala ini diatasi dengan
menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik sehingga keadaan
peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran Kesalahan ini dapat diatasi dengan
selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang akan
digunakan terlebih dahulu.
Jenis- Jenis Sumber Kesalahan Pengukuran
Di beberpa referensi ada yang menyebutkan 3 sumber yaitu manusia, alat dan
lingkungan. Namun disini akan di bagi hanya 2 yang meliputi sumber sistematis
dan sumber aca
1. Kesalahan Sistematis (systematics errors) atau alat dan manusia (pengamat)
Merupakan kesalahan yang disebabkan oleh peralatan atau instrumen serat
keslahan yang dibuat oleh si pengamat.

a) Kesalahan alat

 Kesalahan nol (zero error) akibat tidak berhimpitnya titik nol jarum
penunjuk.
 Kelelahan (fatigue) alat karena misalnya pegas yang dipakai telah lembek.
 Gesekan antar bagian yang bergerak.
 Kesalahan kalibrasi yaitu ketidak-tepatan pemberian skala ketika pertama
kali alat dibuat. Bisa dihindari dengan membandingkan alat tersebut dengan
alat baku (standar).
 Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi, yaitu pada
kondisi suhu, tekanan atau kelembaban yang berbeda. Itulah sebabnya
perlu dicatat nilai variable atau kondisi lingkungan saat eksperimen
dilakukan, misalnya suhu dan tekanan udara di laboratorium.

b) Kesalahan pengamat

 Kesalahan parallax yaitu kesalahan akibat posisi mata saat pembacaan


skala tidak tepat tegak lurus diatas jarum.
 Kesalahan interpolasi yaitu salah membaca kedudukan jarum diantara dua
garis skala terdekat.
 Penguasaan prosedur dan ketangkasan penggunaan alat. Beberapa peralatan
membutuhkan prosedur yang rumit, misalnya osiloskop, yang
membutuhkan ketrampilan pemakaian yang cukup.
 Sikap pengamat, misalnya kelelahan maupun keseriusan pengamat.Sumber
kesalahan ini dapat dihindari dengan sikap pengamatan yang baik,
memahami sumber kesalahan dan berlatih sesering mungkin

2. Kesalahan acak ( Kondisi Lingkungan ) Merupakan suatu kesalahan yang


disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu sehingga mengganggu
kerja alat ukur. Sumber kesalahan ini berasal dari luar sistem dan tidak dapat di
kuasai sepenuhnya, yaitu antara lain:

a) Gerak brown molekul udara yang dapat mempengaruhi penunjukkan alat-alat


halus seperti galvanometer.

b) Fluktuasi tegangan listrik yang tak teratur yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran dengan alat-alat ukur listrik.

c) Landasan (meja, lantai, atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat lalu lintas
atau sumber lain.

d) Noise atau bising pada rangkaian elektronika.

e) Latar belakang radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah radioaktif

3. Kesalahan mutlak
Kesalahan mutlak adalah kesalahan yang dihitung berdasarkan kuantitas
variabel yang diukur. Salah Mutlak (SM) adalah kesalahan terbesar yang mungkin
timbul dalam pengukuran. Suatu nilai kesalahan mutlak yang disebabkan karena
keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, kesalahan yang
umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah: 4 Rumus: SM = ½ x
SPT
4. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak
diketahui dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan sistematis telah
diperhitungkan. Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil pada
percobaan/pengukuran yang telah direncanakan dengan baik, tetapi menjadi
penting pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Misalkan
suatu tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap setengah
jam. Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisi-kondisi lingkugan yang
sempurna dan telah dikalibrasikan secara tepat sebelum pengukuran, akan
diperoleh hasil- hasil pembacaan yang sedikit berbeda selama periode
pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun
dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan
kesalahan ini adalah dengan menambah jumlah pembacaa dan menggunakan cara-
cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik terhadap harga yang
sebenarnya.

5. Kesalahan Residu
Kesalahan Residu. Hasil dari setiap pengukuran pasti mengandung
kesalahan sistematis, meskipun tindakan pencegahan yang paling rumit. Jika
diasumsikan secara hipotetis bahwa semua kesalahan sistematis telah dihilangkan
seluruhnya, atau kesalahan itu sangat kecil sehingga dapat diabaikan, masih ada
kesalahan tertentu yang tidak dapat dihindari yang timbul dari sumber yang secara
intrinsik terkait dengan kuantitas yang diukur atau peralatan yang digunakan. Ini
disebut kesalahan residual, dan kadang-kadang disebut sebagai kesalahan yang
tidak disengaja, kesalahan acak, atau ketidakpastian. Istilah "kebetulan"
menunjukkan bahwa kesalahan ini muncul dari kombinasi serampangan dari
sejumlah besar peristiwa kecil, seperti tabrakan molekul. Istilah “acak”
mengandung arti sifat yang tidak menentu dan perilaku yang tidak teratur, sama
sekali bebas dari pola apapun. Istilah "ketidakpastian" menunjukkan efek
kesalahan residual yang dihasilkan dalam penentuan kuantitas yang diukur.

Ketika sumber kesalahan residual ini diketahui, mungkin dalam beberapa


kasus untuk mengurangi efeknya. Misalnya, sumber kesalahan acak dalam
galvanometer d'Arsonval dikenal sebagai pemboman kacau dari kumparan
bergerak oleh molekul udara. Gerakan Brown yang dihasilkan dari kumparan,
yang dapat diamati dalam sistem sensitivitas tinggi yang sangat halus, sangat kecil
dan biasanya tidak mengganggu. Namun, orang bisa membayangkan
menempatkan galvanometer di ruang yang dievakuasi untuk mengurangi efek ini.
(Untuk alasan ini, orang mungkin berpendapat bahwa gerak Brown,
bagaimanapun, adalah kesalahan lingkungan tetapi biasanya tidak diklasifikasikan
seperti itu.) Bahkan ketika sumber kesalahan residual tidak diketahui, kadang-
kadang dimungkinkan dengan metode empiris untuk menekan sebagian efek acak
tanpa mempengaruhi, pada saat yang sama, kuantitas yang diukur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran
sejenis (alat ukur) yang ditetapkan sebagai satuan. Perlu diketahui bahwa setiap
alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda.

Kesalahan Hasil Pengukuran Sering kali terjadi sebuah benda diukur dengan
hasil yang berbeda- beda, dan secara logis hal ini jelas salah. Mengapa kejadian
ini dapat terjadi? Selisih antara ukuran sebenarnya dan ukuran yang di peroleh
dari pengukuran itu disebut kesalahannya.

Dalam pengukuran pasti tidak akan mendapatkan hasil yang maximal pasti
terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan tersebut tidak dapat dihindari, tapi bisa
diperkecil. Adapun macam-macam kesalahan dalam pengukuran yaitu kesalahan
sistematis, kesalahan yang tidak disengaja dan kesalahan umum yang disebabkan
oleh keteledoran pengamat.

B. Saran
Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan sumber bahan ajar mengenai Pengukuran dan kesalahan. Bagi
penulis lainnya diharapkan agar makalah ini dapat dikembangkan lebih lanjut
guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, Bab 1 Besaran, Satuan, Dan Pengukuran, Padang: Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Andalas, 2016.

Bartholomew davis, Allyn and Bacon. Electrical measurement and instrumnent,.


Boston, Inc, 1963.
Frank,ernest. Electrical measurement analysis, New York : mc.graw-hill book
company, inc, 1960.

Anda mungkin juga menyukai