TugasM - Kelas D - Siti Namirah Aprilliah
TugasM - Kelas D - Siti Namirah Aprilliah
PENGUKURAN LISTRIK
KELAS D
Disusun Oleh :
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................1
DAFTAR TABEL...................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................3
D. Manfaat Makalah...................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengukuran.............................................................................................................4
B. Menyatakan Ketidakpastian Pengukuran...........................................................5
C. Ketepatan / akurasi (accuracy).............................................................................6
D. Ketelitian /Presisi (Precision)................................................................................7
E. Angka Berarti /Angka Penting..............................................................................8
a. Penjumlahan angka penting..............................................................................9
b.
Perkalian dan Pembagian..................................................................................9
F. Kepekaan Alat Ukur / Sensitivitas (Sebsitifity).................................................10
G. Kesalahan Dalam Pengukuran...........................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam ilmu pengetahuan alam adalah
eksperimen, bukan “apa yang ada dalam buku”. Dalam eksperimen kita harus
melakukan pengukuran, karena itu pengukuran sangat penting dalam fisika.
Dalam pengukuran kita mengenal “Nilai” dan “Satuan”.
”Nilai” adalah besar dari besaran yang dinyatakan dalam satuan tertentu,
selain itu pengukuran memerlukan suatu sistem “satuan” agar hasil eksperimen
yang telah dilakukan di suatu tempat dapat diuji secara langsung oleh peneliti di
tempat lain dengan titik tolak penggunaan perangkat satuan yang sama
Dalam eksperimen, saat melakukan pengukuran tentunya kita menggunakan
berbagai macam alat ukur seperti penggaris, jangka sorong dan mikrometer
sekrup untuk menggukur panjang dan lebar suatu objek. Setiap alat ukur memiliki
skala dan ketelitian tertentu, karena itu di perlukan cara penulisan yang sesuai
untuk melaporkan nilai dari hasil pengukuran. Nilai ini disebut dengan angka
penting atau angka berarti dalam pengukuran.
Selain ketelitian, ketepatan dan kepekaan alat ukur juga sangat mempegaruhi
hasil pengukuran, karena itu diperlukan metode untuk memperkirakan atau
memperhitungkan seberapa besar kesalahan hasil pengukuran yang dapat terjadi
saat menggunakan alat ukur tertentu agar ketelitian dari hasil yang didapat
sangatlah tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang pengertian pengukuran.
2. Menjelaskan tentang ketepatan pengukuran dan kesalahan.
3. Menjelaskan tentang ketelitian pengukuran dan hubungannya dengan
ketepatan.
4. Menjelaskan tentang angka berarti.
5. Menjelaskan tentang kepekaan alat ukur.
C. Tujuan Makalah
1. Memahami tentang pengertian pengukuran.
2. Memahami tentang ketepatan pengukuran dan kesalahan.
3. Memahami tentang ketelitian pengukuran dan hubungannya dengan
ketepatan.
4. Memahami tentang angka berarti.
5. Memahami tentang kepekaan alat ukur.
D. Manfaat Makalah
1. Dapat memberi pengetahuan bagi penulis dan teman-teman yang lain
tentang Pengukuran dan Kesalahan.
2. Menjadi salah satu sumber informasi atau bahan ajar tentang Pengukuran
dan kesalahan.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat Ukur dan Metoda Pengukuran
dalam Fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran
Pengukuran yaitu segala cara yang dilakukan untuk menentukan ukuran atau
kapasitas suatu besaran dengan cara membandingkannya dengan besaran lain
yang sejenis yang digunakan sebagai satuan. Contohnya panjang pena
dibandingkan dengan panjang meja, berapa pena yang dibutuhkan agar
panjangnya sama dengan panjang meja?
Setiap pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, berikut ini beberapa
sumber ketidakpastian dalam pengukuran:
1. Ketidakpastian Skala Alat (Scale Uncertainty), Ketidakpastian skala adalah
batas ketelitian pengukuran yang dibatasi oleh alat ukur.
2. Kesalahan nol, sebelum digunakan penunjukan alat tidak pada skala nol.
Sebagian besar alat sudah dilengkapi dengan sekrup pengatur.
3. Ketidakpastian Aproksimasi (Approximation Uncertainties), dimana persisnya
posisi pusat massa? Seberapa teliti bisa ditentukan? Panjang juga akan
berbeda bila diukur pada keadaan vertikal dengan keadaan horizontal.
4. Masalah Defenisi, apa yang dimaksud oleh suatu pengukuran? Ukur “panjang
papan”. Dimana harus diukur? Disisi kiri, kanan, tengah atau dimana?
5. Ketidakpastian Random (Random Uncertainties), ketidakpastian yang berasal
dari pengaruh yang tidak dapat diprediksi dan dikontrol. Seperti: fluktuasi
pada besaran listrik, getaran landasan, radiasi latar belakang, gerak acak
molekul udara.
6. Ketidakpastian Pengamatan (Paralax), merupakan ketidakpastian pengukuran
yang bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan
pengukuran. Misanya: metode pembacaan skala tidak tegak lurus atau
paralaks.
B. Menyatakan Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Ketidakpastian pengukuran tunggal dinyatakan dengan setengah nilai skala
terkecil (NST)
Pengukuran berulang
Langkang-langkah melaporkan hasil pengkuran berulang:
1. Hitung nilai terukur diperoleh dari rata-rata data pengukuran
4. Nyatakan nilai rata-rata dan ketakpastian itu ke jumlah angka yang sesuai.
5. Cantumkan besaran tersebut.
Tabel 1 :pengukuran berulang laju bunyi di udara pada 20oC
Pada gambar 4. Panjang logam tersebut pasti melebihi 2,7 cm dan kurang dari
2,8 cm. Kalau kita mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga setengah
skala terkecil, panjang logam dapat dituliskan 2,75 cm. Angka terakhir (angka 5)
merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka tersebut hanyalah dari hasil
menaksir atau memperkirakan saja. Berarti hasil pengukuran 2,75 cm terdiri dari
dua angka pasti, yaitu angka 2 dan 7, dan satu angka taksiran yaitu angka 5.
Seandainya tepi logam berada tepat pada garis 2,7 cm, maka hasil pengukuran
harus ditulis 2,70 cm bukan 2,7 cm. Penulisan angka nol pada 2,70 cm
menunjukkan bahwa :
• hasil pengukurannya tidak kurang dan tidak lebih dari 2,7 cm.
• angka 7 masih merupakan angka pasti.
Bila hanya ditulis 2,7 cm, maka angka 7 merupakan angka taksiran. Karena
memberikan informasi atau makna tertentu, maka angka nol pada 2,70 termasuk
angka penting.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting
atau bukan, dapat diikuti beberapa aturan berikut :
a. Semua angka bukan nol termasuk angka penting,
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
b. Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka
penting,
Contoh: 2,50 memiliki 3 angka penting
16,00 memiliki 4 angka penting.
c. Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka
bukan nol), juga termasuk angka penting
Contoh: 207 memiliki 3 angka penting
10,50 memiliki 4 angka penting
d. Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi
sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting,
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting
0,0860 memiliki 3 angka penting
Ditulis :10,3
b. Perkalian dan Pembagian
Bila beberapa hasil pengukuran yang jumlah angka pentingnya tidak sama
dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting hasil operasi perkalian atau
pembagian paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari
bilangan-bilangan yang dioperasikan.
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2 ditulis 6,8 cm2
Menurut Miller & Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Kesalahan alat
Kesalahan nol (zero error) akibat tidak berhimpitnya titik nol jarum
penunjuk.
Kelelahan (fatigue) alat karena misalnya pegas yang dipakai telah lembek.
Gesekan antar bagian yang bergerak.
Kesalahan kalibrasi yaitu ketidak-tepatan pemberian skala ketika pertama
kali alat dibuat. Bisa dihindari dengan membandingkan alat tersebut dengan
alat baku (standar).
Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi, yaitu pada
kondisi suhu, tekanan atau kelembaban yang berbeda. Itulah sebabnya
perlu dicatat nilai variable atau kondisi lingkungan saat eksperimen
dilakukan, misalnya suhu dan tekanan udara di laboratorium.
b) Kesalahan pengamat
b) Fluktuasi tegangan listrik yang tak teratur yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran dengan alat-alat ukur listrik.
c) Landasan (meja, lantai, atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat lalu lintas
atau sumber lain.
3. Kesalahan mutlak
Kesalahan mutlak adalah kesalahan yang dihitung berdasarkan kuantitas
variabel yang diukur. Salah Mutlak (SM) adalah kesalahan terbesar yang mungkin
timbul dalam pengukuran. Suatu nilai kesalahan mutlak yang disebabkan karena
keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, kesalahan yang
umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah: 4 Rumus: SM = ½ x
SPT
4. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak
diketahui dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan sistematis telah
diperhitungkan. Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil pada
percobaan/pengukuran yang telah direncanakan dengan baik, tetapi menjadi
penting pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Misalkan
suatu tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap setengah
jam. Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisi-kondisi lingkugan yang
sempurna dan telah dikalibrasikan secara tepat sebelum pengukuran, akan
diperoleh hasil- hasil pembacaan yang sedikit berbeda selama periode
pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun
dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan
kesalahan ini adalah dengan menambah jumlah pembacaa dan menggunakan cara-
cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik terhadap harga yang
sebenarnya.
5. Kesalahan Residu
Kesalahan Residu. Hasil dari setiap pengukuran pasti mengandung
kesalahan sistematis, meskipun tindakan pencegahan yang paling rumit. Jika
diasumsikan secara hipotetis bahwa semua kesalahan sistematis telah dihilangkan
seluruhnya, atau kesalahan itu sangat kecil sehingga dapat diabaikan, masih ada
kesalahan tertentu yang tidak dapat dihindari yang timbul dari sumber yang secara
intrinsik terkait dengan kuantitas yang diukur atau peralatan yang digunakan. Ini
disebut kesalahan residual, dan kadang-kadang disebut sebagai kesalahan yang
tidak disengaja, kesalahan acak, atau ketidakpastian. Istilah "kebetulan"
menunjukkan bahwa kesalahan ini muncul dari kombinasi serampangan dari
sejumlah besar peristiwa kecil, seperti tabrakan molekul. Istilah “acak”
mengandung arti sifat yang tidak menentu dan perilaku yang tidak teratur, sama
sekali bebas dari pola apapun. Istilah "ketidakpastian" menunjukkan efek
kesalahan residual yang dihasilkan dalam penentuan kuantitas yang diukur.
A. Kesimpulan
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran
sejenis (alat ukur) yang ditetapkan sebagai satuan. Perlu diketahui bahwa setiap
alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda.
Kesalahan Hasil Pengukuran Sering kali terjadi sebuah benda diukur dengan
hasil yang berbeda- beda, dan secara logis hal ini jelas salah. Mengapa kejadian
ini dapat terjadi? Selisih antara ukuran sebenarnya dan ukuran yang di peroleh
dari pengukuran itu disebut kesalahannya.
Dalam pengukuran pasti tidak akan mendapatkan hasil yang maximal pasti
terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan tersebut tidak dapat dihindari, tapi bisa
diperkecil. Adapun macam-macam kesalahan dalam pengukuran yaitu kesalahan
sistematis, kesalahan yang tidak disengaja dan kesalahan umum yang disebabkan
oleh keteledoran pengamat.
B. Saran
Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan sumber bahan ajar mengenai Pengukuran dan kesalahan. Bagi
penulis lainnya diharapkan agar makalah ini dapat dikembangkan lebih lanjut
guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, Bab 1 Besaran, Satuan, Dan Pengukuran, Padang: Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Andalas, 2016.