Anda di halaman 1dari 19

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN SEJARAH ANTARA KURIKULUM K-13 DAN MERDEKA BELAJAR DI SMA NEGERI 2

LIMBOTO

Moh. Zaldy Karmuji. Nim. 231419054

Abstrak

Kurikulum merupakan sistem dalam dunia pendidikan oleh karna itu peran kurikulum penting di dalamnya. K-13 dan merdeka belajar
juga merupakan salah satu dari sekian kurikulum yang sudah dikeluarkan oleh badan pemerintah Indonesia. K-13 di keluarkan secara serentak pada
Tahun Pelajaran 2013/2014 yang dimana di dalamnya menyunjung terobosan pendidikan karakter. Setelah beberapa tahun berjalan yaitu pada tahun
2022 kurikulum Merdeka Belajar datang dengan terobosan Kebebasan belajar yang di mana pendidikan haruslah bebas dari para siswa dan tenaga
pendidik.
Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dimulai dengan proses menyusun asumsi dasar yang akan
digunakan dalam penelitian kemudian data yang dikumpulkan dalam riset, selanjutnya ditafsirkan dalam bentuk narasi. Beberapa langkah penting
dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Observasi merupakan tahap pengumpulan data, pada tahap ini
peneliti menemukan data terkait baik dari penggunaan dan pelaksanaan dari kurikulum K-13 dan Kurikulum Merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto.
Selanjutnya yaitu Reduksi Data merupakan penyaringan data-data relevan dan mendukung penelitian dalam hal ini peneliti mencari berbagai data
dari pengajar langsung kedua kurikulum tersebut. Selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan, dimana mencakup informasi penting dalam penelitian
dan ditafsirkan dalam bentuk narasi sehingga bisa dibaca yang sesuai dengan kaida menulisan ilmiah.
Kata Kunci : Kurikulum, K-13, Merdeka Belajar

Abstract

The curriculum is a system in the world of education, therefore the role of the curriculum is important in it. K-13 and independent

learning are also one of the curricula that have been issued by Indonesian government bodies. K-13 was issued simultaneously in the 2013/2014

Academic Year in which it honored character education breakthroughs. After several years of running, namely in 2022 the Merdeka Learning

curriculum came with a breakthrough Freedom of learning where education must be free from students and educators. Even though the curriculum

has changed over time, the essence of the curriculum remains the same, namely the refinement of the previous curriculum.

The research method used is a qualitative research method, which begins with the process of compiling the basic assumptions and rules

of thought that will be used in the research, then the data collected in the research is then interpreted in the form of a narrative. There are several

important steps in this research, namely data collection, data reduction and drawing conclusions. Observation is also included in the data collection

stage, at this stage the researcher finds data related to both the use and implementation of the K-13 curriculum and the Free Learning Curriculum at

SMA N 2 Limboto. In the next stage, namely Data Reduction, is filtering the data that is most relevant and supports research, in this case the

researcher is looking for various data from direct teachers of the two curricula. The next stage is drawing conclusions which include all important

information in the research and interpreted in narrative form so that it can be read according to the principles of scientific writing.

Keywords: Curriculum, K-13, Independent Learning

Pendahuluan

Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal dari beberapa ciptaan tuhan yang secara langsung tuhan menciptakan manusia dengan

tujuan agar bisa memiliki ilmu serta terus meningkatkannya dan memanfaatkanya untuk sesama dan lingkungannya, sebagaimana yang tertulis

1
dalam kitab suci umat Islam dalam surah Al-Alaq ayat 1-5. Walaupun demikian banyak juga manusia yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan

yang diberikannya hanya dengan berhura-hura dan merekalah yang termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

Bukan hanya dalam agama, pendidikan merupakan sesuatu yang penting karena dalam struktur masyarakat dan tantanan sosial

pendidikan merupakan suatu tolak ukur dalam derajat masyarakat bahkan seseorang yang berpendidikan di pandang lebih tinggi derajatnya di mata

masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Bukan hanya itu, perilaku seseorang yang berpendidikan dinilai sangat baik di

mata masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan.

Nilai dari seseorang yang memiliki pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Tidak ada kemajuan yang

di miliki suatu bangsa apabila masyarakatnya tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk mengembangkannya. Indonesia sendiri dalam sistem

pendidikan masih tertinggal jauh dari negara-negara lain yang pada saat ini sudah menjadi Negara maju namun seperti kata sang revolusioner

Indonesia tan malaka yaitu “Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah ilmu pasti itu".

Unsur penting dalam pendidikan merupakan kurikulum, setiap bentuk baik dari model, metode dan media pembelajaran diatur dalam

kurikulum pendidikan dan biasanya kurikulum sejalan dengan perkembangan pendidikan yang secara terus meningkat pada setiap jenjang

pendidikan. Secara umum kurikulum pendidikan di Indonesia sudah diterapkan di sekolah sejak zaman penjajahan belanda yang artinya pendidikan

di Indonesia sudah ada sejak lama walaupun dalam pendidikan tersebut masih terpengaruh dengan propaganda dan campur tangan belanda dalam

penangananya.

Pendidikan Indonesia pada zaman Penjajahan Belanda mempunyai ciri khas kurikulum tersendiri dan tentunya di penuhi dengan tujuan

atau misi kolonial Belanda, begitu pula dengan pendidikan yang dalam penjajahan Jepang. Dapat di simpulkan bahwa pendidikan yang di

kembangkan oleh bangsa penjajah pada saat itu mempunyai tujuan agar bisa menemukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas guna

dimanfaatkan sesuai dengan misinya masing-masing. Belanda memberikan pendidikan pada masyarakat Indonesia agar nantinya bisa menguasai

kekayaan alam se-optimal mungkin dan Jepang memanfaatkan pendidikan di Indonesia agar bisa membantu mereka dalam perangnya melawan

bangsa Eropa.

Seiring dengan berjalannya waktu Indonesia mengeluarkan kurikulum merdeka belajar. Kurikulum ini merupakan salah satu kurikulum

pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu K-13 untuk tahun ajaran 2022/2023 sekaligus penanggapan darurat terhadap situasi untuk

merespon dampak dari Covid-19 yang melanda di Indonesia. Kurikulum ini sendiri adalah suatu pembelajaran yang dalam pendekatannya dilakukan

siswa atau mahasiswa supaya bisa lebih bebas dalam pelajaran yang diminatinya.

Untuk SMA sendiri kurkulum merdeka belajar disini mengubah sistem kejuruan didalamnya jadi tidak ada lagi jurusan atau peminatan

seperti IPA, IPS dan Bahasa karena para siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang ingin dipelajarinya. Kurikulum ini juga dimaksudkan agar

siswa bisa mandiri dan lebih bisa mengambil keputusan dalam menentukan jalannya sendiri yang dimana para siswa sudah masuk pada umur

dewasa dan merdeka terhadap akal serta intelektual.

2
Sebelum menggunakan kurikulum merdeka belajar, K-13 atau kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sudah di pakai di segala

pelosok Indonesia. Kurikulum ini memiliki 4 aspek penilaian penting didalamnya yaitu aspek keterampilan (KI-4), aspek pengetahuan (KI-3),

aspek Sosial (KI-2) dan Spiritual (KI-1), dilihat dari penilaian K-13 lebih menitikberatkan pada pendidikan berbasis karakter. Untuk mata

pelajarannya sendiri terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran wajib yang harus di ikuti oleh semua siswa dari jurusan manapun adapun juga

pembelajaran minat yang hanya bisa di ikuti oleh siswa yang sesuai dengan jurusannya. Gorontalo sendiri banyak sekolah yang sudah menerapkan

kurikulum tersebut dari awal di berlakunya kurikulum K-13. Pada contoh dekat Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Limboto.

Peralihan dari kurikulum K-13 ke kurikulum merdeka belajar sebenarnya mempunyai beberapa kendala seperti model kurikulum yang

sangat berbeda jauh dengan kurikulum sebelumnya sehingga capaian dalam pendidikan belum terpenuhi maksimal. Perubahan dan peralihan

kerangka kurikulum tentu menutut adaptasi oleh semua elemen sistem pendidikan. Proses tersebut membutuhkan pengelolaan yang cermat sehingga

menghasilkan dampak yang sesuai dengan capaian target pendidikan, yaitu perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan Indonesia, oleh sebab

itu kemendikbudristek memberikan opsi kurikulum sebagai salah satu upaya manajemen perubahan kearah lebih baik dalam bidang pendidikan.

Berbeda dengan kurikulum K-13 yaitu lebih menitik beratkan pada pendidikan berbasis karakter namun tidak berbeda jauh dengan

kurikulum sebelumnya, kurikulum ini masih memiliki beberapa kelemahan seperti yang di alami pada SMA N 2 Limboto yaitu mayoritas tenaga

pengajar di sana lebih nyaman menerapkan KBM Konvesional. Selain itu dalam penerapan sistem penilaian sendiri para guru sudah terbiasa

dengan penilaian dari K-13 yaitu merujuk pada 3 penilaian utama seperti sikap, pengetahuan dan keterampilan namun pada kurikulum merdeka

belajar tidak ada pemisahan pada penilaian tersebut sehingga masih butuh penyesuaian bagi para tenaga pendidik terkhususnya SMA negeri 2

Limboto yang sudah menerapkan kurikulum merdeka belajar sebagai pengganti dari K-13.

Metode Penelitian

Lokasi/tempat, dan waktu penelitian

Adapun tempat yang akan dijadikan objek penelitian adalah di Kelurahan Hunggaluwa, Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.

Penentuan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan yaitu Kelurahan Hunggaluwa merupakan lokasi dari tempat penelitian yaitu

SMA N 2 Limboto dan belum ada yang mengkaji tetang kurikulum sekolah yang terkhususnya di SMA N 2 Limboto.

Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan yang di awali dengan persiapan awal sampai penyusunan laporan akhir yakni dari bulan Juli

– Desember 2022 adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel Agenda Penyusunan dari Proposal dan Penyusunan Skripsi

Kegiatan Waktu Ket

Juli Agustus September Oktober Noveber Desember

Penyusunan Proposal V

3
Bimbingan Proposal V V

Ujian Proposal V

Penelitian V V V

Penyusunan Laporan Akhir V V V

Bimbingan Skripsi V V V

Ujian Skripsi V

Lokasi penelitian ini yaitu di SMA N 2 Limboto, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo dengan estimasi waktu penelitian selama

2 bulan, lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel diatas.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan

secara deskriptif, analisis kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan informasi tentang keadanaan atau

realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus terpancang (embledded case study research) karena fokus permasalahan sudah

ditentukan dalam proposal sebelum penelitian ini mempunyai karakteristik tunggal (Sutopo, 2006 : 137-340). Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui efektivitas pencapaian tujuan ,hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai proses pelaksanaan yang telah direncanakan, yaitu tentang

perbandingan kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Informan yaitu, tenaga pengajar baik yang masih aktif maupun yang

sudah pensiun yang terkait dengan pelaksanaan kurikulum K13 dan Merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto. Selain itu, dokumen, yaitu arsip pada

guru ataupun pihak SMA N 2 Limboto yang masih tersimpan dengan baik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 3, yaitu 1). Observasi : dilakukan observasi berperan (participant

obsevasition), dimana peneliti datang ke lokasi penelitian untuk mengamati langsung objek yang akan diteliti. Dilakukan observasi secara pasif

karena meskipun kehadiran peneliti diketahui dan didasari sepenuhnya oleh objek, naum agar tidak menimbulkan kecurigaan maka saat observasi

dilakukan peneliti tidak membuat catatan-catatan pada saat itu juga yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada objek yang sedang diteliti.

Teknik ini dilakukan untuk mengamati dan menggali informasi megenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian menurut kondisi yang

sebenarnya (Sutopo, 2006:76). 2). Wawancara : wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan lebih menyerupai suatu bentuk dialog

antara peneliti dan narasumber dilakukan dlama suasana santai. Agar wawancara mendalam lebih terarah maka dipersiapkan pedoman wawancara

(interview guide) yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang studi komparasi K-13 dan Merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto. 3). Dokumentasi :

dokumentasi yang dilakukan dalma hal ini adalah dengan cara memotret segala bentuk aktivitas yang telah dilakukan sebelum dan sesudah proses

mengajar baik dari K-13 maupun kurikulum Merdeka Belajar.

4
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan teknik analis interaktif. Adapun alasan penelitian kualitatif diatas

dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokan bersama melalui

proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory )(Sutopo,2006:41). Analisis ini dilakukan bersamaan

dengan proses pelaksanaan di lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan lebih menekankan pada

pendekatan kritik dalam merekonstruksi suatu peristiwa yang ada di SMA N 2 Limboto tentang studi komparasi kurikulum.

Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Pengumpulan data dikumpulkan dari berbagai sumber termasuk dari informan yang telah ditunjuk dengan berbagai pertimbangan setelah sejumlah

data diperoleh maka langsung dianalisis tanpa menunggu data berikutnya. Ini berarti analisis data dimulai pada saat pertama data masuk dan disusul

analisis data berikutnya setiap kali data diperoleh dari lapangan yang menyangkut studi komparasi kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar yang

berlangsung di SMA N 2 Limboto.

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi

data ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini data yang tidak berguna atau tidak diperlukan bagi peneliti

dibuang/dipisahkan, sehingga data yang ada hanya yang diperlukan untuk kepentingan kegiatan analisis. Peneliti dalam kegiatan analisisnya akan

selalu melakukan reduksi data sampai proses verifikasi selesai dan tidak membutuhkan data baru lagi. Demikian juga reduksi adalah bagian analisis

yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, menguarangi hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

simpulan akhir dapat dilaksanakan.

Verifikasi/penarikan simpulan merupakan komponoen analisis yang memberikan eksplanasi secara sistematis sesuai dengan rumusan

masalah yang telah dikemukakan. Simpulan yang diperoleh dari penyajian data bersifat sementara, sebab masih terus berkembang sejalan dengan

penemuan data baru. Hal ini penting untuk mendapatkan simpulan akhir yang dapat di pertanggung jawabkan baik secara akademis maupun secara

keilmuannya.

Pengertian Studi Komparasi

Perbandingan atau komparasi adalah sebuah analisis terhadap suatu objek baik kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian komparasi

pada pokoknya adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan dan di analisis secara ilmiah dengan berbagai

prosedur penelitian sehingga menghasilkan suatu simpulan atau hasil akhir penelitian.

Ahmad Qurtubi (2020: 3) Mengatakan Bahwa :

Studi komparasi terdiri dari dua suku kata yaitu “studi” dan “komparasi” yang dimana studi berasal dari bahas inggris yaitu Study yang
berarti belajar. Sedangkan Komparasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Compare yang artinya membandingkan untuk menemukan
persamaan dari satu konsep atau lebih. Dalam penelitian studi komparasi yang mendalam biasanya membandingkan baik kelebihan
maupuan kelemahan antar variabbel demi menemukan solusi yang dimana itu menjadi tujuan dalam penelitian.

5
Studi komparasi tidak hanya membandingkan sistem pendidikan dan pengajaran, pemikiran pendidikan, teori-teori pendidikan saja

tetapi perbandingan pendidikan yang merupakan perbandingan lebih mendalam lagi yaitu mencari tentang latar belakang yang menimbulkan

problematika pendidikan dan sebab-sebab yang menimbulkan perbedaan dan persamaan teori serta praktik sistem pendidikan

Definisi perbandingan pendidikan menurut I. L Kandel dalam Ahmad Qurtubi (2020: 3-4) menjelaskan tentang konsep komparasi

pendidikan adalah penelitian komparasi sendiri adalah penelitian yang dimaksudkan untuk studi tentang praktik pendidikan masa sekarang

sebagaimana di pengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah. Jadi komparasi pendidikan dimaksudkan

sebagai media perbandingan pendidikan baik dari kekurangan dan kelebihan pendidikan di masa lalu dengan masa sekarang.

Penelitian komparasi sendiri adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui dan atau menguji perbedaan dua kelompok atau

lebih. Penelitian ini juga adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu varibel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau

waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibat. Metode komparasi sendiri adalah suatu metode yang digunakan untuk

membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru.

Perbandingan atau komparasi mempunyai beberapa macam model penelitian seperti yaitu perbandingan kontras secara individual

(Individualizing comparison contrasts), Perbandingan universal (Universalizing comparison), Perbandingan penemuan variasi (Variation finding

comparison), Perbandingan cakupan (Encompassing comparison). Berbagai macam metode penelitian komparasi ini di sesuaikan baik dengan

judul, tema, dan segala sesuatu yang menjadi faktor penyusun dalam penelitian.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan

tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Mohamad Asrori. (2013: 165-166) Mengatakan Bahwa:

Pembelajaran merupakan kata yang dipakai sebagai padanan kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu Instrction. Kata Instruction
mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang)
formal, pembelajaran atau Instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena
dalam Instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar
agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.

Pembelajaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata belajar yang dimana mempunyai arti perubahan yang relatif permanen dalam

perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat secara rutin atau terus-menerus. Belajar juga merupakan

akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dapat dianggap telah belajar jika terjadi perubahan dalam perilakunya. Dalam

pembelajaran juga ada yang dikenal dengan model pembelajaran dan metode pembelajaran.

6
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu

pembelajaran. Jadi secara luas bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa

implementasi yang efektif dalam mencapai suatu tujuan seperti perubahan pada peserta didik. Bisa dikatakan bahwa metode pembelajaran adalah

model pembelajaran yang telah memiliki aplikasi langkah-langkah spesifik.

Pengertian Pembelajaran Sejarah

Studi yang menjelaskan tentang manusai di masa lampau dengan semua aspek kegiatan manusia seperti politik, hokum, militer, sosial,

keagamaan merupakan pengertian pembelajaran sejarah secara umum atau secara luas ayng dimana sangat diperlukan dalam sistim pendidikan

karena hakikatnya manusia adalah mahluk yang berkembang terus maju dan belajar dari masa lalu demi masa yang akan mendatang.

Mustika Zahro. (2017: 2-3) Mengatakan Bahwa :

Pembelajaran sejarah merupakan studi yang menjelaskan tentang manusia di masa lampau dengan semua aspek kegiatan manusia
seperti politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni, musik, arsitektur Islam), keilmuan
dan intelektual. Selain itu, pembelajaran sejarah diharapkan dapat membangun kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan
dengan ingkungan tempat diri dan bangsanya hidup. Pembelajaran sejarah mempunyai peranan dalam upaya pembentukan karakter
bangsa dan menanamkan nilai budaya.

Bila dilihat dari pemahaman sebelumnya pembalajaran sejarah sangat penting bagi dunia pendidikan yang dimana merupakan

interaksi yang ada dalam proses siswa dalam belajar tentang keadaan masa lalu, guna untuk kepentingan yang akan datang. Pembelajaran sejarah

merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat yang ada di

Indonesia maupun dunia dari masa lalu hingga sekarang.

Ada beberapa fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran sejarah yaitu bisa membangkitkan perhatian serta minat masyarakat

kepada sejarah sebagai satu kesatuan. Selain itu juga memupuk kebiasaaan berfikir secara kontekstual terutama dalam meruang dan mewaktu,

tanpa menghilangkan hakekat perubahan yang terjadi dalam proses sosio-kultural dan tidak mudah terjebak pada opini, karena dalam berpikir

lebih mengutamakan sikap kritis dan rasional dengan dukungan fakta yang ada. Menghormati dan memperjuangkan nilai- nilai sejarah dengan

mengutamakan kemanusiaan juga hal yang menjadi fungsi dalam pembelajaran sejarah.

Pengertian Kurikulum

Dunia Pendidikan sekarang ini menjadikan kurikulum adalah hal yang sangat penting. Tanpa adanya Kurikulum yang tepat, para

peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran yang sesuai. Seiring berkembangnya zaman Kurikulum dalam dunia pendidikan pun terus

mengalami perubahan. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di eranya masing-masing.

Nasution . (2001: 6) Mengatakan Bahwa :

Pemahaman umum terkait kurikulum, merupakan suatu perangkat atau sistem yang mengatur atau mengkoordinir kegiatan belajar
mengajar. Dalam ruang lingkup pendidikan mempunyai beberapa komponen-komponen yang saling bersinergi agar nantinya bisa

7
mewujudkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Semua komponen mempunyai peran-peran sendiri yang penting, tidak terkecuali
kurikulum yang merupakan pilar di dalamnya yang menopang sistem pendidikan. Beberapa pemikir mengatakan bahwa kurikulum
merupakan jantung bagi pendidikan, suatu mutu dan kualitas yang dihasilkan dari pendidikan di tentukan pada penerapan kurikulum di
dalamnya, apakah bisa membangun dan membentuk pola pikir yang kritis dan kepercayaan diri kepada peserta didik.
Kurikulum merupakan sesuatu yang menentukan mutu bangsa di kemudian hari yang bergantung pada pendidikan anak-anak saat ini

terutama dalam pendidikan formal yang diterima di bangku sekolah. Oleh karena itu barang siapa yang menguasai kurikulum maka ia memegang

peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan negara ke depannya. Menengok betapa pentingnya kurikulum bagi pendidikan, dapat dipahami

bahwa kurikulum merupakan suatu hal yang vital bagi pendidikan. Sehingga para guru dan pengajar harus memahami kandungan kurikulum, karena

telah jelas tujuan pendidikan terdapat dalam kurikulum. Sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan kondusif, interaktif, efektif dan

lancar.

Alhamudin. (2014: 2) Mengatakan Bahwa:

Seiring dengan berjalannya waktu, kurikulum juga mengalami perubahan yang mengikuti dengan arus zaman yang dimana
dimaksudkan agar bisa melengkapi atau memperbaiki kelemahan-kelemahan kurikulum terdahulu. Perubahan ini juga terjadi karena
perubahan masyarakat kedepannya yang dimana sudah jadi hal umum bahwa manusia cenderung tidak puas akan segala sesuatu dan
begitu pula dengan kurikulum pendidikan yang dimana masyarakat tidak puas dengan pengaruh yang di hasilkan oleh kurikulum.
Suatu kurikulum bisa dianggap baik hanya di zaman tertentu dan belum tentu baik di zaman lainnya karena penyesuaian dengan
masyarakatlah yang menjadi faktornya.

Indonesia sendiri mengalami beberapa perubahan kurikulum, bahkan dalam perkembangannya Indonesia termasuk dalam negara yang

pendidikannya masih tergolong terbelakang, apabila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Pendidikan Indonesia

menepati peringkat 57 dari 65 negara, pada tahun 2016 yang diterbitkan oleh Oirganisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Dua Fakta serupa juga pada tahun 2014 yang dihimpun oleh Global Talent Competitiveness Index, yang menyebutkan bahwa Indonesia peringkat

86 dari 93 negara hal daya saing pekerja.

Pengertian Kurikulum K-13 dan Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum 2013 atau K-13 merupakan sebuah sistem pendidikan yang bertujuan untuk menyempurnakan kelemahan dari kurikulum

sebelumnya yaitu kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dirasa masih kurang berperan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.

Banyak keluhan-keluhan yang dimana mengatakan bahwa kurikulum KTSP mempunyai konten yang terlalu padat yang ditujukkan dengan

banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak-

anak sehingga tidak mencapai hasil yang memuaskan. Berbeda dengan kurikulum KTSP, K-13 lebih mengedepankan pada sikap dan perilaku

peserta didik karena pada hakikatnya kurikulum ini menginginkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia juga pandai dalam berbuat dan berfikir.

Lukmanul Hakim. (2017: 2) Mengatakan Bahwa :

8
Beberapa perubahan yang terjadi dari KTSP ke K-13 yaitu ada beberapa elemen seperti elemen perubahan kompetensi kelulusan,
elemen perubahan pada kedudukan mata pelajaran, proses pembelajaran, penilaian hasil belajar dan ekstra kurikuler. Pada elemen
pertama yaitu keseimbangan antara soft skill dan hard skill yang meliputi aspek keterampilan, sikap dan perilaku dalam ruang lingkup
ilmu pengetahuan. Sedangkan pada kedudukan mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dan disesuaikan
dengan kompetensi masing-masing.
Walaupun banyak kendala dan kelemahannya, kurikulum K-13 mempunyai beberapa keunggulan seperti dalam kurikulum ini siswa

lebih dituntut untuk lebih berperan aktif serta kreatif dan berpikiran inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka temui baik dari

lingkungan sekolah maupun lingkungan bermasyarakat. Selain itu pada kurikulum ini pula lebih mengedepankan penilaian perilaku dengan berpusat

pada religi. Sehingga pendidikan K-13 menjunjung tinggi pendidikan karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program

studi. Pendidikan nasional juga merupakan suatu kelebihan dari kurikulum ini.

Restu Rahayu dkk. (2022: 6316)

Kurikulum merdeka yang dijalankan saat ini atau lebih tepatnya tahun ajaran 2022/2023 dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbud untuk menyelesaikan segala permasalahan dan krisis pembelajaran yang telah lama dihadapi dan menjadi semakin parah
pada saat terjadinya pandemi. Krisis dari permasalahan ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik bahkan dalam hal yang
mendasar seperti pengetahuan literasi dalam membaca. Krisis belajar ini juga ditandai oleh beberapa ketimpangan kualitas dalam
belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.
Pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai

upaya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan

pendanaan yang lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga

pada bagaimana materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik akan mendorong dan memudahkan guru untuk

mengajar dengan lebih baik.

Struktur kurikulum merdeka di sekolah penggerak menurut Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi No. 162

Tahun 2021 dibagi menjadi 3 fase yaitu: Fase A untuk Kelas I dan Kelas II, Fase B untuk Kelas III dan Kelas IV, dan Fase C untuk Kelas V dan

Kelas VI. Adapun fase A adalah fase pengembangan dan penguatan kemampuan literasi dan numerasi dasar. Ilmu pengetahuan Alam dan Sosial

(IPAS) belum menjadi mata pelajaran wajib di fase A. IPAS mulai diajarkan diajarkan ada fase B Mata pelajaran IPAS yang bertujuan untuk

membangun kemampuan dasar untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Sekolah bisa menyajikan pembelajaran

tiap mata pelajaran atau melanjutkan tematik yang mengacu pada pembentukan karakter profil Pancasila, (Restu Rahayu dkk. 2022: 6317).

Kajian akademik ini menjelaskan latar belakang, landasan empiris, dan kerangka konseptual yang digunakan dalam merumuskan

kebijakan kurikulum dan merancang Kurikulum Merdeka. Kajian ini juga mencakup strategi implementasi kurikulum baru, sebuah isu yang sangat

mempengaruhi keberhasilan dari setiap kebijakan pendidikan. Selama dua tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan terus disempurnakan

berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, naskah ini juga akan mengalami revisi dan

pembaruan secara berkala.

9
Teori-Teori Belajar

Etty Ratnawati. (2015: 4) Mengatakan Bahwa:

Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara mengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa, perancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan baik dalam ruangan maupun di luar ruangan. ada empat teori belajar yang
paling utama yaitu Behavioristik, Kognitif, Konstuktivisme dan Humanistik. Untuk teori pertama yaitu behavioristic di kemukakan
oleh Gagne dan Berliner yang dimaana pada teori ini berisi tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman belajar
teori ini menjadi aliran psikologi belajar yang memiliki pengaruh terhadap tujuan peningkatan teori belajar dan praktik dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran.
Untuk teori ini mempunyai beberapa kelebihan seperti guru akan terbiasa untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi belajar serta dapat

mengganti cara mengajar (stimulus) yang satu dengan stimulus lainnya hingga mendapatkan apa yang diterima oleh murid (respons). Namun

mempunyai beberapa titik kelemahan yaitu tidak semua pelajaran dapat menggunakan teori behavioristik karena bisa terjadi ketidakcocokan dengan

mata pelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan. Adapun juga murid cenderung diarahkan untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif,

dan memposisikan murid sebagai murid pasif.

Lusi Susanti. (2015: 72) Mengatakan Bahwa:

Pada teori selanjutnya yaitu teori kognitif yang pertama kali di kemukakan oleh Jean Piaget. Teori kognitif berbicara tentang manusia
membangun kemampuan kognitifnya dengan motivasi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Inti dari konsep teori
ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya schemata (skema atau rencana manusia dalam mempersepsikan lingkungannya)
dalam tahapan-tahapan perkembangan manusia atau saat seseorang mendapatkan cara baru dalam memaknai informasi secara mental.

Apabila dikenali lebih jauh belajar kognitif merupakan proses perubahan persepsi dan pemahaman. Kelebihan dari teori ini

memudahkan siswa untuk memahami materi belajar serta menjadikan siswa lebih mandiri dan kreatif namun pada teori ini belum bisa digunakan

pada semua tingkat pendidikan karena setiap jenjang pendidikan memiliki limit atau batas persepsi maupun pemahaman pembelajaran. Jadi disini

dibutuhkan seorang guru yang mampu mengolah dan bisa memahami betul teori ini agar bisa menutupi kelemahan dan memoles kelebihan dari teori

ini.

Konstruksi berarti membangun. Jadi teori belajar konstruktivisme adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membangun tata hidup

yang berbudaya modern. Teori belajar ini berlandaskan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain, manusia membangun pengetahuan sedikit demi

sedikit yang hasilnya disebarkan melalui konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan,

Teori ini menekankan seseorang yang belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi,

menambahkan pengetahuan yang dimilikinya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Pada teori ini mempunyai kelebihan yaitu dalam

proses belajar mengajar guru dapat mengajarkan para murid untuk mengeluarkan ide-idenya atau gagasannya dan melatihnya agar bisa mengambil

keputusan serta semua murid bisa mengingat pelajaran yang sudah diajarkan karena mengikuti proses belajar mengajar secara langsung dan aktif.

10
Namun teori ini lebih sulit di terapkan secara maksimal karena ruang lingkupnya lebih luas dan tugas guru tidak optimal karena murid diberi

kebebasan lebih banyak.

Deskripsi Penelitian

Profil Sekolah

Nama Sekolah yang diteliti yaitu SMA Negeri 2 Limboto. Sekolah ini beralamat di Jln. Ahmad Yani, No. 12, Hunggaluwa, Kecamatan

Limboto, Kabupaten Gorontalo, dengan kode pos 96181. Luas Sekolah sebesar 27,568 M². Status sekolah ini Negeri, yang didirikan pada tahun

1986 dan telah terakreditasi A, dengan nomor akreditas 025/BAP-SM/SK/XI/2017. Nomor NPSN Sekolah yaitu, 40400458. Sekolah ini berada

dalam naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 dan Merdeka Belajar. Sekolah dibuka pagi

pukul 06.00 sampai sore hari. Letak titik koordinat wilayah sekolah yaitu 0°37'13.8"N 122°58'29.8"E. Jumlah guru sebanyak 49 orang, yang

didalamnya sebanyak 33 orang PNS, 6 Orang GTT, dan 10 Orang Honorer. Guru sejarah berjumlah 3 orang. Jumlah rombel sebanyak 27 ruang,

yang terdiri dari kelas X sebanyak 10 ruang, kelas XI sebanyak 9 ruang, dan kelas XII sebanyak 8 ruang. Ruang laboratorium berjumlah 2 ruang.

Sejarah Singkat SMA Negeri 2 Limboto

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Limboto atau yang biasa dikenal dengan sebutan SMANDULIM merupakan salah satu sekolah

menengah atas negeri yang sangat bergengsi di daerah provinsi Gorontalo terkhususnya kecamatan Limboto. Sekolah ini beralamat di Jln Kasmat

Lahay No.102 dengan NIS :300020 dan NSS: 30300201002 dengan surat keputusan yang diturunkan pada tanggal 15 juli 1986 dengan nomor

( 0426/O/1986).

SMA N 2 Limboto di mulai yang awal berdirinya dinamakan dengan Sekolah Pendidikan Guru Negeri 2 Limboto atau yang biasa di

panggil SPG 2 N Limboto pada tahun 1986 dibawah kepemimpinan kepala sekolah ibu Kartin Taha, BA. Dalam kepemimpinan beliau banyak

peningkatan yang di capai sekolah mengingat sekolah ini merupakan pelopor pendidikan di daerah kecamatan limboto.

Sejak berdirinya SMA N 2 Limboto sudah sekitar 9 kali pergantian kepala sekolah. Ada beberapa nama yang menjabat sebagai kepala

sekolah yaitu, 1). Periode Pertama (Tahun 1986-1991) Ibu Kartin Taha, BA. 2). Periode Kedua (Tahun 1991-1998 ) Bapak Adam Duda, BA. 3).

Periode Ketiga (Tahun 1998-2002) Bapak Drs. Jhon Rahman 4). Periode keempat ( Tahun 2002-2006) Ibu Dra. Lilian Rahman, M.Pd. 5). Periode

Kelima (Tahun 2006-2007) Bapak Risman Karim, M.Pd 6). Periode Keenam (Tahun 2007-2008) Ibu Rohana Mohi, M.Pd. 7). Periode Ketujuh

(Tahun 2008-2010) Bapak Drs. Rahman Idrus. 8). Periode Kedelapan (Tahun 2013-2020) Ibu Hj. Ester Yunginger, M.Pd. 9). Periode Kesembilan

(Tahun 2020-sekarang ) Ibu Dr. Hj Maryam Ui, M.Pd

Visi, Misi & Tujuan Sekolah

Visinya berupa terwujudnya sekolah yang menjadi lambing kualitas dan prestasi, berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur, peduli

lingkungan, cerdas kompehensih kompetitif, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

11
Misinya yaitu beraktualisasi diri melalui olah hati untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul, sehingga tercipta kualitas pendidikan yang memiliki kepribadian dan jati diri yang tangguh

serta mampu menjawab tantangan dinamika kehidupan global yang semakin kompetitif. Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan

sensitivitas akan kehalusan, keindahan seni dan budaya serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk

memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kritis, kreatif dan imajinatif sehingga tercipta pendidikan

berkualitas. Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya tahan sigap, terampil, trengginas.

Tujuan Sekolah meliputi: Menyiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, Membentuk kepribadian

peserta didik yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, Memupuk dan menjalin tali silaturahim yang harmonis diantara warga sekolah, orang

tua dan masyarakat luas, Membiasakan siswa mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang nyaman dan kondusif, Melaksanakan pembelajaran

(PAIKEM), pembinaan dan pengembangannya, Mengembangkan sekolah sebagai pusat pengembangan potensi sumber daya, untuk mampu

bersaing dan berprestasi secara akademik dan non akademik, Meningkatkan prestasi akademik para siswa yang efektif dan efisien dengan

memanfaatkan berbagai sumber belajar, Menghasilkan lulusan yang mampu berkompetensi di tingkat regional dan global.

Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)

Standar kompetensi kelulusan (SKL merupakan bagian yang sangat penting atau krusial dalam LKP untuk memberikan panduan tentang

kriteria kemampuan yang harus dicapai atau dikuasai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa pembelajaran tertentu di LKP (LKP). Sehingga

kursus dengan program keterampilan yang sama tetapi jenjang atau jumlah jam pelajaran berbeda, maka rumusan SKL yang digunakan oleh

masing-masing LKP pun akan berbeda pula.

SKL merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan

sebagai acuan penyusunan kurikulum dan pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Proses Pembelajaran Sejarah di SMA N 2 Limboto

Penelitian ini dilakukan dengan triagulasi sumber yaitu triagulasi sumber yang berasal dari wawancara dengan guru mata pelajaran

sejarah, namun tetap di imbangi dengan pendapat dari peserta didik. Adapun hasil penelitian di uraikan sebagi berikut:

Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Hanum Olii di tanyai mengenai bagaimana proses pembelajaran sejarah yang ada di SMA N 2

Limboto, baik dari segi KBM maupun prosedur penilaiannya. Adapun inilah tanggapan ibu Hanum :

“dalam proses belajar mengajar di SMA N 2 Limboto ini seperti yang berada di sekolah-sekolah lain. Untuk tenaga pengajar terdapat 3
guru yang memegang mata pelajaran sejarah dan saya memegang pelajaran sejarah kelas 3. Untuk kurikulm pembelajarannya sendiri
untuk SMA N 2 Limboto menggunakan kurikulum campuran yaitu kurikulum K-13 dan Kurikulum Merdeka Belajara, yang di mana
kurikulum K-13 dugunakan untuk siswa yang menduduki kelas 2 dan 3 SMA sedangkan Merdeka Belajar digunakan oleh siswa yang
berada di kelas 1.”

12
Dari penjelasan beliau dapat dilihat usaha sekolah untuk bisa menyesuaikan pengugunaan kedua kurikulum ini namun masih dalam

penggunaan yang terbatas. Dalam kasus SMA N 2 Limboto, awal penggunaan penggunaan kurikulum baik dari K-13 dan Merdeka belajar terdapat

jeda yang dimana hanya beberapa kelas yg bisa menggunakan dan kelas lain masih menggunakan kurikulum lama. Hal ini merupakan keputusan

tepat karena penggunaan tanpa persiapan dan pengenalan lebih dalam terhadap kurikulum baru bisa menghambat keefektifannya dalam proses

belajar mengajar.

Masih dalam pembahasan kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar SMA N 2 Limboto menggunakan 2 kurikulum yang berbeda dalam satu

sekolah yang hanya dibedakan oleh angkatannya hal ini juga di jelaskan oleh bapak Ben Mulyono Rauf selaku Wakil Kepala sekolah bidang

kesiswaan dan juga pengajar mata pelajaran sejarah, begini penjelasan bapak Ben Mulyono Rauf.:

“kurikulum yang berbeda pada angkatan kelas 1 dan kelas 2-3 merupakan salah satu bentuk upaya sekolah dalam hal peralihan
kurikulum yang pada awalnya menggunakan kurikulum k-13 beralih ke kurikulum merdeka belajar. Namun pada saat peralihan ini
tidak bisa dijalankan secara serentak dikarenakan untuk siswa kelas 2 dan 3 sudah masih kurikulum berjalan yanga dimana
menggunakan K-13 dan hal ini tidak bisa diubah di pertengahan jalan oleh sebab itu yang memungkinkan menggunakan kurikulum
baru yaitu Merdeka Belajar adalah siswa kelas 1.”
Seperti pendapat sebelumnya penegasan tentang penyesuaian kurikulum sangat diperlukan diberlakukan sebelum penggunaan kurikulum bari

di sekolah. Selain pendapat dan tanggapan dari ibu Hanum dan Bapak Ben, peneliti juga mewawancarai bapak Rahmat yang di mana beliau

dipercayai untuk memegang kelas yang menggunakan Kurikulum baru yaitu Merdeka Belajar. Tentang proses pembelajaran sejarah di SMA N 2

Limboto, bapak Rahmat mengatakan bahwa :

“untuk pembelajaran sejarah di SMA N 2 Limboto ini menggunakan 2 kurikulum yaitu k-13 dan merdeka belajar. Untuk kelas yang
saya pegang yaitu kelas 1 yang dimana menggunakan kurkulum baru merdeka belajar. Sebenarnya kurikulum ini tidak berbeda jauh
dengan kurikulum sebelumnya karena yang namanya kurikulum adalah perbaikan atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya,
hanya saja ada beberapa hal yang di ubah seperti dalam k-13 ketika materi pembelajaran tidak selesai maka tidak bisa di lanjutkan ke
materi selanjutnya sedangkan untuk merdeka belajar ketika materi tidak selesai bisa di lanjutkan ke materi selanjutnya sehingga
pembelajaran bisa lebih fleksibel itu adalah salah satu contoh kecil perubahan proses pembelajaran yang ada di SMA N 2 Limboto.”
Perbaikan atau penyempurnaan kurikulum sudah hal yang biasa dalam dunia pendidikan hanya saja efektif dan bsa berjalan optimal adalah

pertanyaan yang harus bisa di jawab dari pemerintah terhadap fakta di lapangan, hal ini di dukung dengan pendapat pak Rahmat. Beberapa

perubahan terdapat dari K-13 dan Merdeka Belajar

Proses Pembelajaran Sejarah di SMA N 2 Limboto dengan Menggunakan K-13

Kurikulum k-13 merupakan system yang berlaku dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan dasar pendidikan yang

ditetapkan pemerintah untuk menggantu kurikulum 2006 atau yang biasa di kenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sudah

di gunakan lebih dari 5 tahun. Kurikulum 2013 dikenalkan pada tahun ajaran 2013/2014 yang di implementasikan secara terbatas pada beberapa

sekolah perintis sebelum di pergunakan secara merata di penjuru daerah Indonesia.

13
Proses pembelajaran sejarah di SMA N 2 Limboto peneliti mewawancarai ibu hanum olii terkait kurikulum k-13 berhubung kelas yang

dipegang beliau yaitu kelas 3 yang menggunakan kurikulum K-13, ibu hanum olii mengatakan bahwa.:

“pembelajaran sejarah di SMA N 2 Limboto sama dengan pembelajaran k-13 seperti bagaimana halnya dengan yang lainnya mungkin
karena pembaharuan dari kurikulum sebelumnya untuk kompetensi inti K-13 terbagi menjadi 4, yang dimana sesuai dengan bidang
masing yaitu : KI-1 (sikap spiritual), KI-2(sikap sosial), KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan). Jadi dari pembagian kompetensi
tersebut pada kurikulum ini lebih menitik beratkan kepada penilaian perilaku atau personalitas individu siswa lebih di utamakan di
bandingkan pengetahuan berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih mengutamakan kompetensi pengetahuan. Selain itu pada
kurikulum ini juga kami para guru di tuntut untuk bisa lebih berkreativ dalam mengajar karena seperti perkataan saya tadi penilaian
tertinggi yaitu perilaku jadi kami guru harus bisa mindidik bukan hanya mengajar agar nantinya siswa bukan hanya pintar tapi juga
mempunyai adab dan tata karma yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.”
Pendapat dari ibu hanum terkait kurikulum, hanya K-13 karena beliau tidak mengajar menggunakan kurikulum baru. Namun pada

penjelasan tersebut di lihat ada beberapa kompetensi inti pada kurikulum K-13 seperti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

jika diperhatikan dengan seksama ada 2 penilaian yang mengutamakan sikap atau tingkah laku yang menjadikan kurikulum ini sebagai pendidikan

karakter. Dalam dunia pendidikan haruslah berjalan bersama dengan pendidikan norma masyarakat. Jika berkaca dengan pendidikan negara lain

banyak pendidikan ilmu pengetahuan mereka berhasil namun gagal untuk membangun karakter alhasil norma dan budaya di masyarakat menjadi

luntur bahkan bisa hilang. Hal inilah yang ingin diantisipasi oleh kurikulum K-13

Pendapat lain dari pengajar sejarah yang pernah menggunakan K-13 di SMA N 2 Limboto baik dari proses pembelajaran maupun

pengelaman dengan kurikulum sebelumnya, bapak Rahmat mengatakan bahwa.:

“untuk pengalaman kurikulum mana yang bagus dan tidak saya tidak bisa bilang k-13 bagus atau tidak karena masing-masing
kurikulum ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing hanya saja hakikat kurikulum merupakan sebuah pembaharuan yang
mana merujuk pada keadaan masyarakat saat itu jadi bisa di simpulkan bahwa kurikulum k-13 bisa di katakan bagus dengan catatan
pada waktu tersebut. Menurut saya sendiri k-13 merupakan suatu terobosan yang unik karena didalam k-13 terjadi perombakan yang
signifikan dimana secara garis besar dalam proses belajar mengajar peran aktiv bukan hanya di pegang oleh guru melainkan siswa di
tuntut lebih dominan. Jadi tidak ada lagi yang namanya guru kejar-kejar siswa yang tidak selesai tugasnya atau tidak masuk dikelas
karena dalam k-13 itu semua sudah di atur dalam kompetensi inti yang dimana memuat tentang perilaku atau tingkah laku.”
Adapun berikut pendapat dari bapak Ben Mulyono Rauf yang dimana beliau sudah lama menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang

kesiswaan. Berikut tanggapan beliau tentang proses Pembelajaran sejarah menggunakan K-13 di SMA N 2 Limboto, bapak Ben Mulyono Rauf

mengatakan bahwa:

“SMA N 2 Limboto pada saat menggunakan K-13 pada awala itu sangat sulit menyesuaikan karena pada saat itu para guru
terkhususnya guru-guru tua atau senior terbiasa dengan menggunakan KTSP. Di dalam KTSP tidak ada yang perlu dipikirkan, guru
datang kesekolah kasih siswa materi dan disuru mencatat. Tidak ada itu pusing-pusing ba pikir metode pembelajaran dan sebagainya.
Namun pada saat ada itu K-13 jadi siswa dan guru harus tetap aktiv bahkan siswa harus dominan adapun juga dalam kurikulum ini
lebih mengutamakan penilaian tingkah laku dibandingkan pengetahuan. Sedangkan dalam pembelajaran sejarah memiliki tantangan
tersendiri bagi saya karena di kalangan siswa pelajaran sejarah sudah terkenal dengan pelajaran yang membosankan makanya di k-13
guru di tuntut juga harus lebih kreatif agar nanti materinya tidak buat siswa bosan saya sendiri klw dalam pelajaran sering menyisipkan
lawakan agar Susana kelas lebih santai”

14
Proses Pembelajaran Sejarah di SMA N 2 Limboto dengan Menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar

Peneliti melakukan wawancara pada bapak Rahmat terkait pertanyaan bagaimana proses pembelajaran sejarah di SMA N 2 Limboto

dengan menggunakan kurikulum Merdeka Belajar. Bapak Rahmat mengatakan bahwa.:

“bagaimana prosesnya. Jika di tanya kepada kami pengajar merupakan hal yang sangat berbeda karena dari sistim pembelajarannya sudah berbeda.
Dalam kurikulum sebelumnya kami guru sejarah masih bisa mengajar pembelajaran sejarah karena pembelajaran sejarah masih terpisah dengan
mata pelajaran lain seperti geografi, ekonomi dan sosiologi, namun sekarang sudah di satukan menjadi mata pelajaran IPS. jadi kami sendiri sebagai
pengajar sejarah yang sesuai dengan bidang keilmuannya merasa tidak nyaman dengan pembelajaran ini namun mau tidak mau namanya guru harus
bisa menyesuaikan diri karena nanti kedepannya semua sekolah akan menggunakan merdeka belajar walaupun sekarang kurikulum ini masih dalam
tahap opsional karena belum merata dan sekolah masih di beri pilihan jika mau menggunakan kurikulum merdeka belajar atau masih tetap dengan
kurikulum lama yaitu K-13.”
Berdasarkan pendapat pak Rahmat terkait kurikulum K-13 dan merdeka belajar bisa di lihat secara garis besar man kekurangan dan

kelebihan masing-masing kurikulum tersebut, hanya saja untuk penyesuaan terhadap kurikulum Merdeka Belajar yang dinilai lebih sulit

disesuaikan. Jika di lihat dari bidang keilmuan pak Rahmat yaitu mengambil jurusan pendidikan sejarah. Jadi ketika di sekolah yang menggunakan

kurikulum Merdeka Belajar bidang kelilmuannya kurang di optimalkan.

Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto

Menanggapi pertanyaan dari peneliti terkait persepsi guru sejarah terhadap K-13 dan kurikulum merdeka Belajar di SMA N 2 Limboto

dalam hal ini ibu Hnum Olii mengatakan bahwa:

“saya sendiri karna saya pengajar kelas 3 jadi masih menggunakan K-13 jadi saya masih kurang mendalami terkait kurikulum merdeka
belajar tersebut karna ada guru lain yang memegang kelas 1 yang menggunakan kurikulum merdeka belajar. Dari yang saya tau
merdeka belajar mempunyai beberapa istilah yang berbeda dengan kurikulum k-13 yaitu sepeti prose diganti menjadi program
semesester, silabus diganti menjadi ATP( alur tujuan pembelajaran), KI menjadi capaian pembelajaran dan RPP diganti menjadi modul
pembelajaran. Kalau di tanya pendapat saya terkait K-13 saya sudah nyaman dengan kurikulum in karena perubahan dari kurikulum
sebelumnya masih bisa di sesuaikan dengan cara saya mengajar di sekolah hanya saja untuk kurikulum terbaru saya belum bisa
memberikan pendapat karena pak Rahmat yang tau lebih banyak, dia selaku pengajar di kelas 1 yang menggunakan kurikulum
merdeka belajar”

Masih dalam perihal yang sama namun pendapat dari guru mata pelajaran sejarah yang menagajar langsung menggunakan kurikulum

merdeka belajar dan K-13, bapak Rahmat mengatakan bahwa.:

“dari sudut pandang saya sendiri untuk kurikulum merdeka belajar lebih cenderung pada dimana siswa dengan guru itu memiliki
kebebasan dalam melakukan pembelajaran tidak monoton terpaku terhadap perangkat pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dan dikembangkan oleh gurunya. Jadi gurunya itu memiliki kebebasan dalam kegiatan pembelajaran semisal contohnya
pada kurikulum 13 ada beberapa KD atau kompetensi dasar misalnya dalam 1 semester ada 6 kompetensi dasar na 6 kompetensi dasar
itu di bagi berdasarkan bulan dan berapa kali pertemuan itu mau tidak mau harus tuntas misalkan KD 1 4 kalipertemuan, dalam 4 kali
pertemuan itu harus selesai. Berbeda dengan kurikulum merdeka belajar pada saat materi yang di ajarkan itu dirasa belum selesai itu
bisa diajarkan terus tapi tergantung kepada anak-anak apa sudah bisa menguasai maetri apa belum cuman resikonya bisa saja

15
ketinggalan pembelajaran. Ketika terjadi ketinggalan pembelajaran apabila sudah ujian semester maka soal ujian yang di berikan
kepada siswa juga menjadi sedikit.

Penerapan K-13 pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA N 2 Limboto

Sekolah Menegah atas negeri 2 limboto pada saat ini sudah menggunakan kurikulum terbaru atau yang lebih dikenal dengan kurikulum

merdeka belajar. Namun sebelum menggunakan kurikulum tersebut sekolah ini lebih dulu menggunakan kurikulum K-13. Adapun untuk

penerapan kurikulum ini sudah dilakukan dari awal diberlakukan kurikulum tersebut yang itu pada tahun 2013 yang dimana merupakan suatu

bentuk penyempurnaan sekaligus perombakan akan kurikulum yang sebelumnya digunakan yaitu Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Awal pelaksanaan kurikulum ini memiliki banyak kendala dalam pelaksanaannya yang dimana pada saat pertama kali digunakan, guru-

guru susah untuk beradaptasi dengan kurikulum ini sehingga keefektifitas dalam proses belajar mengajar tidak terjadi secara optimal. Terjadinya

hal tersebut dikarenakan perbedaan mendasar antara KTSP dan K-13 yang dimana terletak pada metode maupun model pembelajarannya yaitu

pada K-13 lebih mengutamakan keaktivan peserta didik dibandingkan dengan pendidik (guru) sehingga menuntut guru agar bisa memoles

pelajaran sedemikian menarik agar siswa tertarik dan menjadi aktiv dalam kelas. Sedangkan pada KTSP berlaku sebaliknya dimana pendidik

(guru) dituntut agar lebih aktiv ketimbang siswa, jadi perubahan inilah yang harus bisa disesuaikan oleh guru SMA N 2 Limboto.

Berbagai penyesuaian dilakukan oleh guru pengajar terkususnya pengajar sejarah ketika peralihan dari KTSP ke K-13. Pada kurikulum

sebelumnya yaitu KTSP, guru pengajar sejarah lebih terbiasa dan nyaman menggunakan metode pembelajaran konvesional yang dimana metode

pembelajaran ini dinilai sudah klasik dan kurang efektif. Ketika menggunakan kurikulum K-13 penggunaan metode tersebut dihilangkan bahkan

guru diharuskan mengembangakan metode pembelajaran agar bisa lebih baik dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan di dalam pembelajaran

yang dimana dalam kurikulum K-13 memiliki Basic pendidikan karakter.

Pada kurikulum 2013 ada beberapa aspek kompetensi kelulusannya yaitu lebih menekankan pada keseimbangan hard skills dan soft

skills, baik dalam aspek sikap, keterampilan, maupun pengetahuan, serta keseimbangan antara aspek kognitif (intelektual), psikomotorik (gerak)

dan afektif (sikap). Oleh sebab itu dalam metode pembelajarannya sering dirangkaikan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dapat

mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa. dalam kurikulum ini baik dalam pembelajaran tematik maupun non tematik dilakukan dengan

pendekatan Ilmiah (scientific approach) yaitu dengan melalui proses pengamatan, bertanya, menyajikan, menyimpulkan dan menciptakan, kalua

sesuai dengan urutannya dalam proses belajarnya lebih dominan afektif, psikomotor baru kemudian kognitif.

Taksonomi bloom merupakan dasar dari kurikulum K-13 yang merupakan suatu rujukan yang di dikemukakan awal tahun 1950an. Inti

dari kurikulum ini guru diharapkan bisa menerapkan Higher order thingking skill (HOTS) dari pada lower older thngking skill (LOTS) dalam

proses belajar mengajar di kelas. Jadi diharapkan dengan adanya k-13 dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan

mendorong mereka untuk bisa lebih kritis dan kreatif serta mampu secara mandiri mengevaluasi dan menganalisis daripada mengingat dan

menghafalkan pelajaran.

16
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dimulai dengan guru menyampaikan informasi atau materi pembelajaran yang akan dibahas

dan selanjutnya peserta didik dituntut untuk memiliki inisiatif agar bisa aktif dalam mengolah materi yang dibahas. Peran guru disini sebagai

pembimbing dan mengawasi peserta didik. Disinilah titik kelemahan K-13 karena pada saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di

tuntut agar memiiki pemikiran untuk aktiv dalam kelas sedangkan seiring perkembangan zaman pemikiran generasi muda masih minim dalam

berpikir karena di sebabkan mereka tidak lagi memiliki minat dalam membaca yang tinggi hal ini di buktikan dengan s urvei Most Littered Nation

In The Word pada tahun 2016-2019, indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara.

Karena permasalahan tersebut maka solusi untuk masala ini yaitu terletak pada peran guru. Jika peran guru bukan hanya memeberikan

materi saja melainkan memoles diri lebih baik lagi dalam keterampilan-keterampilan mengajar yang bisa membuat siswa tertarik dalam

pembelajaran maka siswa bisa menerima pembelajaran dan proses KBM bisa berhasil. Hal ini juga sudah di sesuaikan dalam pembelajaran sejarah

di SMA N 2 Limboto.

Dalam pembelajaran sejarah SMA N 2 limboto untuk kurikulum K-13 terbagi menjadi 2 mata pelajaran sejarah yaitu sejarah wajib dan

sejarah minat yang dimana pembagian ini di sesuaikan dengan bidang keilmuan atau jurusan yang di pilih oleh peserta didik. Mata pelajaran

sejarah wajib merupakan mata pelajaran yang wajib di pelajari oleh jurusan lain contohnya jurusan IPA dan Bahasa sedangkan untuk pelajaran

sejarah minat merupakan mata pleajaran yang hanya bisa di pelajari oleh jurusan ilmu sosial (IPS). sejarah wajib untuk materi pembelajarannya

meliputi pembahasan secara umum dalam mata pelajaran sejarah yang berbeda dengan mata pelajaran sejarah minat yang dalam pembahasannya

lebih luas dan lebih mendalam.

Setelah beberapa tahun berjalan ada juga beberapa kelemahan-kelemahan yang di temui dalam kurikulum K-13. Dalam jurnal yang ditulis oleh

(Haslina dkk, 2017: 213) yaitu K-13 dalam pelaksanaan di awal tahun pertama mengalami beberapa kesulitan dalam penyesuaian dan hal ini di

alami dari tenaga pendidik dan juga para peserta didik keadaan ini juga sama yang di alami oleh SMA N 2 Limboto. Walaupun demikian setelah

beberapa kali mengalami revisi dan perbaikan K-13 Sudah nyaman di gunakan tenaga pendidik dan peserta didik sampai saat ini.

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA N 2 Limboto

Kurikulum merdeka belajar adalah program pemerintah yang mengupayakan proses belajar mengajar pada siswa secara merdeka atau

bebas yang sesuai dengan minat dan karakter mereka. Tenaga pendidik atau guru tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja namun

menjadi perantara kurikulum ndan minat siswa. jadi secara garis besar kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang

mengacu pada pendekatan mnat dan bakat peserta didik. Para siswa bisa memilih pelajaran apa saja yang diinginkan dan sesuai dengan minat dan

bakat peserta didik.

Struktur kurikulum merdeka belajar SMA lebih berkaitan dan interaktif. Evaluasi bisa dilaksanakan lewat aktivitas project yang bisa

memberi peluang lebih luas ke pelajar agar semakin aktif mengeksploitasi desas-desus actual, seperti rumor lingkungan, kesehatan dan yang lain

untuk memberikan dukungan peningkatan watak dan kapabilitas profile siswa Pancasila. Menurut bapak Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset

17
dan Teknologi dalam peluncuran perdana kurikulum merdeka belajar menjelaskan bahwa kurikulum ini lebih sederhana karena lebih fokus pada

materi esensial sdan pengembangan peserta didik adapun juga lebih membebaskan baik dari tenaga pendidik dan peserta didik dalam mengolah

proses belajar mengajar yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.

Mungkin banyak yang belum mengerti tentang struktur Kurikulum Merdeka Belajar SMA/MA. Struktur merdeka belajar menurut

keputusan Mendikbutristek Nomor 56/M/2022. Susunan kurikulum SMA terdiri dari 2 (dua) babak yakni babak E untuk kelas X dan babak F

untuk kelas XI dan XII. Susunan kurikulum terbagi menjadi 2 antara lain, (1) evaluasi intrakulikuler dan (2) projek pengokohan profile siswa

Pancasila.

Aktivitas perihal struktur merdeka belajar merujuk pata aktivtas evaluasi intrakulikuler untuk tiap mata pelajaran pada perolehan

evaluasi. Projek pengokohan profile siswa Pancasila mempunyai peruntukan waktu sekitar 30% keseluruhan JP (jam pelajaran)/ tahun. Dalam

realisasinya projek pengokohan profile siswa Pancasila dilaksanakan secara fleksibel, baik secara muatan atau secara waktu penerapan. Secara

muatan, projek ini harus merujuk pada perolehan profile siswa Pancasila sesuai babak peserta didik dan tidak harus dihubungkan dengan

perolehan evaluasi pada mata pelajaran. Dan secara pengendalian waktu penerapan, projek ini bisa dikerjakan dengan menjumlah peruntukan jam

pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah keseluruhan waktu penerapan masing-masing projek tidak harus sama.

Kurikulum merdeka belajar yang dilaksanakan di SMA N 2 Limboto masih dalam tahap peralihan dari kurikulum 2013 yang dimana

pelaksanaan kurikulum baru ini hanya di berlakukan pada kelas 1 saja dan untuk kelas 2 dan 3 masih menggunakan kurikulum K-13 karena sudah

masuk di semester berjalan. Oleh sebab itu terjadi perombakan yang lumayan sulit diadaptasi oleh guru mata pelajaran terkhusunya sejarah. Pada

mata pelajaran sejarah di kurikulum K-13 pelajaran sejarah masih berdiri sendiri bahkan terbagi menjadi 2 yaitu sejarah wajib dan minat

sedangkan pada Kurikulum merdeka belajar, mata pelajaran sejarah dihimpun dalam satu mata pelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Perbandiangan Antara Kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar

Pada K-13 pendidikannya lebih berbasis kepada pendidikan karakter adapun basis pendidikan Merdeka belajar lebih mengusung kebebasan

berpendidikan dengan era perkembangan yang sesuai dengan zaman ini. Selanjutnya pada K-13 dan Merdeka Belajar terdapat poros pembelajaran

yang berbeda, yaitu pada K-13 menuntut siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran sedangkan pada Merdeka Belajar siswa lebih

mengutamakan minat belajarnya dan guru lebih ke mengarahkan.

Guru maupun siswa lebih nyaman dengan sistim dan proses KBM kurikulum terdahulu oleh sebab itu pada awal penerapan kurikulum

memiliki banyak kendala seperti penyesuaian yang dinilai lebih sulit yaitu pada Merdeka Belajar, untuk mata pelajaran Sejarah di rampungkan

dengan mata pelajaran ilmu sosial lain dan menjadi mata pelajaran ilmu pengetahuan Sosial (IPS).

Penutup

18
Pelaksanaan kurikulum baik dari kurikulum K-13 dan merdeka belajar ada beberapa kelebihan dan kekurangan di berbagai aspek yang

sesuai dengan kurikulum tersebut. Pada kurikulum K-13 pembelajarannya lebih menekankan kepada pendidikan karakter sehingga bisa memandu

siswa bukan hanya berilmu namun juga tau nilai-kesopanan dan berbudi pekerti luhur. Selain itu K-13 dapat mengembangkan guru untuk semakin

kreatif sebagai fasilitator pembelajaran,

Namun ada juga kelemahan pada kurikulum ini yaitu adaptasi guru sulit untuk diterapkan pada kurikulum ini karena pada kurikulum ini

KBM konvensional tidak bisa di terapkan sedangkan sebagian besar guru masih dalam zona nyaman dengan menggunakan metode pembelajaran

ini. Selain itu juga pada kurikulum K-13 materi yang dipelajari siswa terlalu banyak karena pembagian mata pelajaran yaitu wajib dan minat

seperti sejarah wajib dan sejarah peminatan.

Berbeda dengan K-13 Kurikulum Merdeka Belajar di nilai lebih Simple dan intens yang lebih berfokus pada materi materi yang esensial

dan pengembangan kompetensi siswa, Pada proses pembelajaran diubah menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana. Selain itu juga

kurikulum merdeka belajar juga lebih bebas karena para siswa tidak akan di paksakan belajar pelajaran yang diberikan namun di berikan opsi atau

pilihan sehingga peserta didik bisa lebih bebas memilih pelajaran yang nantinya ingin di pelajari yang sesuai dengan minatnya. Adapun sama

halnya dengan K-13 kurikulum ini juga ada beberapa kendala di dalamnya seperti yang terjadi di SMA N 2 Limboto yaitu kurikulum ini dinilai

kurang matang dalam persiapannya karena umur kurikulum ini masih baru jadi penyesuaian dalam beberapa bidang masih belum sesuai dengan

beberapa sekolah oleh sebab itu di butuhkan peran penuh sekolah untuk penyesuaian terhadap kurikulum ini agar bisa lebih efektif dalam

penerapannya.

19

Anda mungkin juga menyukai