Anda di halaman 1dari 4

RMK MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

Oleh :

Kelompok 3

Kelas C7 / Semester 7

I Made Arif Dwipayana : 202032121418


Bagus Danu Paundra Susila : 202032121412
Putu Krisnanda Aryasa Putra : 202032121413
Anak Agung Gede Agung Tresna Putra : 202032121665
Rangga Oktavian : 202032121420
Calista Fiona Situmorang : 23010065
Patricia Novita Dewi Soputan : 23010046
Eklesia Marimar Nainggolan : 23010063
Yiska Pomantow : 23010059

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2023/2024
Definisi Bisnis Kecil

Bisnis kecil atau usaha kecil mengacu pada usaha yang berskala kecil. Ada beberapa
kriteria untuk mengklasifikasikan perusahaan berdasarkan ukurannya, antara lain jumlah
karyawan, pendapatan, modal yang diinvestasikan, kapitalisasi pasar, dan volume produksi.
Namun, kategori dan dasar klasifikasi mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain.
Berdasarkan beberapa definisi, mereka mungkin memiliki kurang dari 100 karyawan.
Mereka biasanya milik seorang individu atau sekelompok kecil individu.
Ciri-ciri Usaha Kecil
Berikut beberapa ciri-ciri usaha kecil:
1. Biasanya dimiliki dan dijalankan oleh satu orang.
2. Biasanya sejumlah kecil pekerja direkrut dari angkatan kerja lokal.
3. Nilai penjualan rendah, biasanya menyasar pasar lokal kecuali yang mengembangkan
saluran online.
4. Rendahnya daya saing karena keterbatasan modal dan sumber daya.
5. Organisasi yang tidak terstruktur dengan baik dimana fungsi bisnis mungkin tidak
terbagi dengan jelas.
6. Tidak didukung oleh staf profesional.
7. Fleksibilitas yang lebih besar untuk merespons perubahan lingkungan bisnis, dimana
pemilik dapat dengan mudah mengubah model bisnis atau bahkan menutup dan
melanjutkan bisnis lain.

Pentingnya usaha kecil


Usaha kecil penting bagi perekonomian dan rumah tangga. Meskipun jumlahnya kecil,
kontribusinya terhadap perekonomian bisa sangat besar karena jumlahnya yang besar,
terutama di negara-negara berkembang. Alasan berikut menjelaskan pentingnya usaha kecil
bagi perekonomian.
1. Mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun outputnya rendah, usaha kecil masih
berkontribusi terhadap produksi dengan menyediakan barang dan jasa bagi
perekonomian.
2. Penciptaan lapangan kerja. Usaha kecil menyediakan banyak lapangan kerja. Selain itu,
mereka juga dapat merekrut tenaga kerja lokal di lingkungannya, yang seringkali tidak
terserap oleh perusahaan besar karena kurangnya keterampilan.
3. Menghasilkan lebih banyak pendapatan. Bisnis mempekerjakan dan membayar
pekerjanya. Jadi mereka membantu mengurangi pengangguran dan memberikan
penghasilan bagi pekerja, meski tidak setinggi perusahaan besar.
4. Memenuhi kebutuhan lokal. Usaha kecil dapat menawarkan produk dan layanan khusus
yang mungkin tidak ingin ditawarkan oleh bisnis lain karena ukuran pasar yang kecil.
5. Mendorong efisiensi dan persaingan. Meskipun daya saingnya rendah, usaha kecil
dapat bersaing dengan perusahaan besar dengan menyediakan barang dan jasa yang
dipersonalisasi.
Kekurangan Usaha Kecil
Usaha kecil seringkali menghadapi sejumlah permasalahan, seperti buruknya keterampilan
manajemen pemiliknya. Akibatnya, mereka sering menghadapi masalah operasional seperti
buruknya manajemen utang dan inventaris. Kemudian, mereka juga mengalami kesulitan
dalam menarik pekerja berketerampilan, karena orang-orang ini sering kali lebih memilih
bekerja di perusahaan yang lebih besar dan lebih mapan.

Kerugian dari usaha kecil adalah:


1. Tingkat kegagalan yang tinggi karena organisasi yang tidak terstruktur dan
keterampilan manajemen yang buruk.
2. Rendahnya daya saing karena keterbatasan sumber daya.
3. Tidak mempunyai cukup modal untuk memperluas operasi.
4. Kualitas produk yang rendah, seringkali disebabkan oleh ketergantungan yang
berlebihan pada tenaga kerja dan manajemen kualitas yang buruk.
5. Tingginya harga produk karena rendahnya skala ekonomi.
6. Terbatasnya akses terhadap pembiayaan, pemberi pinjaman mungkin enggan
meminjamkan uang dalam jumlah besar karena risikonya yang tinggi.
Tahapan Bisnis Keluarga
Menurut Susanto (2005), perusahaan atau bisnis keluarga dibangun melalui proses atau tahapan
berikut ini:

1. Tahap pemilik mengelola perusahaan.


Pada tahap ini para pendiri mengelola menjadi pengelola yang mengelola secara langsung
perusahaan umur pemilik antara 30 sampai dengan 40-an tahun.

2. Tahap pelatihan dan pengembangan.


Pada tahap ini penerus (successor) menjalani masa pelatihan dan pengembangan baik di sekolah,
di dalam perusahaan. Pada tahap ini usia penerus antara 15 sampai dengan 30 tahun,
sedangkan usia pemilik sedang dalam kondisi kinerja yang baik dan meningkat ke posisi
puncak kinerja.

3. Tahap bekerja sama.


Pemilik maupun penerus bersama-sama mengelola perusahaan. Pada tahap ini usia pemilik
antara 55 sampai dengan akhir 60-an, sedangkan usia penerus berkisar antara 30-an sampai
dengan 45 tahun. Pada tahap ini pemilik sudah mulai tua dan pada saat bersamaan suksesor
diharapkan memiliki kinerja yang sedang meningkat menuju puncak.

4. Tahap penyerahan kepemimpinan. Perusahaan harus sudah siap untuk menyerahkan tampuk
kepada generasi penerus dan dengan bekal pengembangan dan pengalaman yang cukup
penerus diharapkan sudah siap untuk menggantikan pemilik memegang tampuk
kepemimpinan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai