Anda di halaman 1dari 12

GERAKAN TAJDID PADA

100 TAHUN KE DUA

Dosen Pengampu :

Nama Kelompok

1. Ruly Ikhsan 3012242

2. Mochammad Sufi Mulyanuddin 220301034

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “GERAKAN
TAJDID PADA 100 TAHUN KE-2”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah AIK 2 di Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Gresik, 27 November

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4

1.3 Tujuan ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 5

2.1 Pokok Pikiran Gerakan Muhammadiyah ................................... 5

2.2 Gerakan tajdid Muhammadiyah Pada 100 Tahun ke-2 ............. 5

2.3 Pandangan dan Harapan Beberapa Tokoh Tentang

Muhammadiyah di Abad ke-2 ................................................... 7

2.4 Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid menggunakan tiga

Paradigma .................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan
pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang
berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.
Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-
problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan
persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Gerakan
pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani,
krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan
bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk
mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan
martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan
kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.
Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban
misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang
mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian,
menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki
maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjungtinggi akhlak
mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah
tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam
menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam
yang autentik. Muhammadiyah dalam melakukan gerakan pencerahan berikhtiar
mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi
(perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi- aksi. Untuk itu kami
membuat makalah ini dengan tujuan membahas 2 pokok-pokok pemikiran
Muhammadiyah Abad kedua dan Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua
Muhammadiyah.

3
4

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pokok pikiran gerakan Muhammadiyah?
2. Bagaimana gerakan tajdid Pada 100 tahun Kedua Muhammadiyah?
3. Pandangan dan Harapan Beberapa Tokoh Tentang Muhammadiyah di Abad
ke-2
4. Muhammadiyah dalam gerakan tajdid menggunakan 3 paradigma teks

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dirumuskan tujuan sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pokok pikiran gerakan Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui gerakan tajdid pada 100 tahun Kedua gerakan
Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui pandangan beberapa tokoh tentang muhammadiyah pada
abad ke 2
4. Mengetahui 3 paradigma muhammadiyah pada 100 tahun ke dua
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pokok Pikiran Gerakan Muhammadiyah


Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran,
kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan,
hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung
tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa
diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi anti perang, antiterorisme,
antikekerasan dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi
seperti korupsi. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang
memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat
manusia di muka bumi.
Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan
pandangan dan misi islam yang berkelanjutan sebagaimana spirit awal
kelahirannya tahun 1912. Pandangan islam yang berkemajuan yang di
perkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi
kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme
islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan.

2.2 Gerakan Tajdid Muhammadiyah Pada 100 Tahun Ke -2


Tajdid merupakan proses yang tidak pernah berhenti. Ia akan tumbuh
dan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Dalam
ranah agama, tajdid dimaknai sebagai uapaya untuk redifinisi makna di
tengah-tengah kehidupan manusia yang progresif. Islam seringkali dimaknai
penganutnya sebagai agama yang “Rahmatan lil’alamin” agama yang
senatiasa susuai di setiap tempat dan zaman. Untuk mengejawantahkannya,
Islam seringkali dihadapkan pada dilemma antara normativitas teks dan
realitas social. Dalam menghadapi dilemma ini, yang harus diubah adalah cara
pandang terhadap teks al-Qur’an dan al-Sunnah. Amin Rais menyebut tajdid
dilakukan secara koprehensif yang mengarah kepada future oriented (Rais,
1998: 10).

Muhammadiyah pada abad kedua sarat dengan perkembangan dan


perubahan yang spektakuler di berbagai bidang, yang berada di pusaran
dinamika globalisasi yang membawa idiologi kapitalisme dan neo-liberalism
global yang masuk keseluruh relung kehidupan bangsa-bangsa.

5
6

Muhammadiyah dengan cita-cita ingin wujudkan masyarakat Islam yang


sebenar-benarnya dan menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil-alamin
memerlukan transformasi dalam aktualisasi gerakannya diberbagai bidang
kehidupan, Muhammadiyah mempunyai potensi dan modal dasar yang kuat
untuk memasuki abad kedua dengan gerakan pencerahan. Muhammadiyah
diharapkan terus berkiprah untuk pencerahan dan kemajuan bangsa, serta
mampu menjadi gerakan Islam kosmopolitan yang membawa Islam sebagai
rahmat bagi semesta kehidupan.

Melalui gerakan pencerahan yang membawa misi dakwa dan tajdid


yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan di tengah
dinamika abad modern, tahap lanjutnya sarat tantangan. Muhammadiyah
dituntut melakukan transformasi pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan. Muhammadiyah
dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif.

Maka, gerakan tajdid Muhammadiyah untuk 100 tahun kedua


memiliki beberapa agenda yang perlu diejawantahkan. Artinya
Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan
gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang
berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan dan memajukan
kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas
problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan
dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural.
Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan
ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan
ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan
berkomitmen untuk mengembangkan relasi social yang berkeadilan tanpa
diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan,
menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan dan membangun pranata social
yang utama.

Dengan gerakan pencerahan, MUhammadiyah terus bergerak dalam


mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghindarkan Islam sebagai
ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasathiyah), membangun
perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat dan martabat
kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
menjunjung tinggi akhalak mulia dan memajukan kehidupan umat manusia.
Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam
7

yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus
kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.

2.3 Pandangan dan Harapan Beberapa Tokoh Tentang Muhammadiyah di


Abad ke-2
A. Buya Ahmad Syafii Maarif (Mantan Ketua PP Muhammadiyah)
Agar dikemudian hari pemimpin di negeri ini dipegang oleh orang
Muhammadiyah, sebagian orang Muhammadiyah yang punya bakat harus
masuk ke politik, tetapi dia tidak boleh hilang kendali, sebab politik itu
penting. Buya Syafii berharap orang Muhammadiyah melebarkan sayap,
tidak hanya sibuk mengurus diri di organisasi, tetapi juga mengurus
kemajuan bangsa ini. Kita punya presiden RI pertama, yaitu Bung Karno,
pernah menjadi coordinator Muhammadiyah, kita punya presiden RI
kedua, yang pernah sekolah di Muhammadiyah. Saya berharap orang
Muhammadiyah bisa menjadi pemimpin negeri ini dengan
mengesampingkan organisasi organisasi dan memberikan kemakmuran
bagi bangsa dan Negara

B. Azyumardi Azra (Guru Besar dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta, 1998-2006)
Kini, ideology puritanisme Muhammadiyah ditantang oleh paham dan
praksis keagamaan ultrapuritan yang pada dasarnya bersifat transnasional.
pemeliharaan lembaga-lembaganya. Infiltrasi kaum ultrapuritan ke dalam
Muhammadiyah secara potensial Tantangan kaum ultra puritan bukan
hanya menyodot kalangan warga Muhammadiyah-walaupun masih dalam
skala sangat terbatas- melainkan juga lembaga-lembaganya sejak dari
mesjid, sekolah sampai universitas. Bahkan, bukan tidak mungkin
infiltrasi kelompok ultrapuritan juga sudah merambah ke lembaga
Muhammadiyah lain seperti rumah sakit, klinik dan rumah yatim piatu.
Karenanya sangat urgen bagi pemimpin dan aktivis Muhammadiyah sejak
tingkat nasional ke tingkat local untuk memberikan perhatian lebih pada
lebih besar dari pada ke ormas lainnya semacam NU. Hal ini tidak lain
karena terdapat banyak afinitas ideologis antara Muhammadiyah yang
pernah juga puritan dengan kelompok-kelompok ultrapuritan yang
berkecambah khususnya sejak masa paska Suharto. Bagaimanapun,
infiltrasi kelompok ultrapuritan dapat membawa potensi friksi di antara
pimpinan dan warga Muhammadiyah sendiri.
8

2.4 Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid menggunakan tiga paradigma


Pengetahuan dan peradaban manusia senantiasa berubah dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Sebagai bagian dari
narasi besar ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu keislaman pun mengalami
pergeseran paradigmatik. Hal ini terjadi karena ilmu- ilmu yang lahir tidak
lepas dari bingkai sosial yang mengkonstruksi realitas. Bingkai sosial
inilah yang selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
zaman peradaban manusia. Oleh karena itu, pergeseran paradigma
merupakan tuntutan sejarah, 151Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
yang Berwatak Tajdid dan Tajrid sehingga senantiasa relevan dan
kontekstual, bahkan berdaya guna.

A. Bayani
Bayani adalah pengetahuan Islam yang bertitik tolak dari nas sebagai
sumber pengetahuan. Metode berpikir bayani digunakan memecahkan
masalah-masalah terkait ibadah mahdah (khusus). Karena asas hukum
syariah tentang ibadah menegaskan bahwa ibadah itu pada asasnya
tidak dapat dilaksanakan kecuali yang disyariatkan.
B. Burhani
Burhani adalah pengetahuan yang berbasis pada akal (al-‘aql) dan
empirisme (al-tajribah). Pendekatan burhani memberikan dinamika
pemikiran tarjih. Khususnya ibadah ghaira mahdlah (ibadah umum).
Berbagai permasalahan sosial dan kemanusiaan yang timbul tidak
hanya didekati dari sudut nash syariah, tetapi juga didekati dengan
menggunakan ilmu pengetahuan yang relevan. Metode burhani
menempatkan hukum kausalitas sebagai unsur terpenting. Misalnya,
ijtihad penentuan awal bulan Qamariah, khususnya bulan-bulan terkait
ibadah, seperti Ramadan, Syawal atau Zulhijah. Ijtihad
Muhammadiyah boleh menggunakan kemajuan ilmu falak, sehingga
tidak lagi rukyat.
C. Irfani
Irfani adalah pengetahuan yang bertitik tolak pada al-‘ilm al-hudluri.
Metode ini dikembangkan para sufi dan filsuf. Pendekatan irfani
berdasarkan kepada upaya meningkatkan kepekaan nurani dan
ketajaman intuisi batin. Dasar ontologis irfani yaitu wahdatul wujud.
Paham wahdatul wujud ini mengenalkan bahwa realitas itu hanya ada
satu yang ditempati Allah semata, dan benda-benda. Selain Allah
hanyalah bayangan, yang hakikatnya bukan wujud. Para sufi bahkan
menyebut alam, yakni segala sesuatu selain Allah,
9

sebagai tajalli (penampakan-diri) Tuhan. Pandangan ini diyakini oleh


Ibnu Arabi, Abdul Karim al-Jili, Hamzah Fansuri, dan sejumlah sufi
lainnya. Konsekuensi aksiologis dari paham wahdatul wujud akan
melahirkan sikap anti dunia dan menganggap kehidupan ini kotor.
Sementara konsekuensi epistemologisnya adalah sulit
mengembangkan sains dan teknologi. Pasalnya, sistem epistemologi
yang mereka pakai dalam memperoleh pengetahuan adalah dengan
ahwal dan maqamat untuk sampai ma’rifatullah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam


Muhammadiyah mengalami perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam
Muhammadiyah pada tataran praktis dan gerakan aksi yang mengarah pada
pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi terhadap penyimpangan yang dilakukan
oleh umat Islam.

Melalui gerakan pencerahan yang membawa misi dakwa dan tajdid yang
membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan di tengah dinamika abad
modern, tahap lanjutnya sarat tantangan. Muhammadiyah dituntut melakukan
transformasi pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan usaha-usaha lain yang
bersifat unggul dan terobosan. Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan
inovatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,(

Jokyakarta : Pustaka Pelajar, 2002, Cet I )

https://www.muhammadiyahlamongan.com/blog/tajdid

https://web.suaramuhammadiyah.id/2023/03/15/muhammadiyah

11

Anda mungkin juga menyukai