Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN PERSPEKTIF KEUANGAN SYARI’AH

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MANAJEMEN KEUANGAN


SYAR’IAH

OLEH
KELOMPOK 5

WIWI FRIYANDANI
NIM:2220203861206117
NUR ANISA
NIM:2220203861206102
MIRNAWATI
NIM : 2220203861206115
KHUSNUL KHATIMA ARIF
NIM: 2220203861206094

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Manajemen Keuangan Syari’ah

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Darwis, S.E.,M.Si selaku dosen mata kuliah
Manajemen Keuangan Syari’ah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang telah dipelajari.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan keritik yang membangun dari berbagai pihak.

Pare-pare 1 November 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................................5
A. Dasar Syari’ah Manajemen Persediaan.............................................................................................5
B. Konsep Persediaan.............................................................................................................................5
C. Macam-macam Persediaan................................................................................................................6
D. Fungsi Persediaan..............................................................................................................................7
E. Tujuan Pengelolaan Persediaan.........................................................................................................8
F. Jenis-jenis Persediaan........................................................................................................................9
G. Pendekatan Manajemen Persediaan.............................................................................................10
H. Konsep Manajemen Persediaan dalam Islam..............................................................................15
I. Persediaan dalam Perbankan Syari’ah.............................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................19
PENUTUP....................................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting dalam menjamin kelancaran
proses produksi. Kekurangan persediaan suatu produk dapat berakibat terhentinya proses produksi
dan suatu ketika bisa mengalami kehabisan stok, jika perusahaan tidak memiliki persediaan yang
mencukupi, biaya pengadaan darurat tentunya lebih mahal.

Persediaan dalam perusahaan merupakan salah satu aset yang sangat berharga, para manajer
operasional telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu adalah hal yang sangat
penting. Suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara mengurangi tingkat persediaan yang
ada di perusahaan, karena dengan adanya persediaan yang overload akan menjadikan biaya menjadi
bertambah.

Di sisi lain, pihak konsumen akan merasa tidak puas jika suatu produk stoknya habis, dan hal
ini akan memungkinkan konsumen berpindah pada produk lain, maka perusahaan harus mencapai
keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan konsumen. Dari hal tersebut
tentunya pengelolaan persediaan sangatlah penting.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Dasar Syari’ah Manajemen Persediaan?


2. Bagaimana Konsep Persediaan?
3. Apa saja Macam-macam Persediaan?
4. Apa saja Fungsi Persediaan?
5. Apa saja Tujuan Pengelolaan Persediaan?
6. Apa saja Jenis-jenis Persediaan?
7. Bagaimana Bagaimana Pendekatan Manajemen Persediaan?
8. Bagaimana Manajemen Persediaan dalam Islam?
9. Bagaimana Persediaan dalam Perbankan Syari’ah?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Dasar Syari’ah Manajemen Persediaan

4
2. Mengetahui Konsep Persediaan
3. Mengetahui Macam-macam Persediaan
4. Mengetahui Fungsi Persediaan
5. Mengetahui Tujuan Pengelolaan Persediaan
6. Mengetahui Jenis-jenis Persediaan
7. Mengetahui Pendekatan Manajemen Persediaan
8. Mengetahui Konsep Manajemen Persediaan Dalam Islam
9. Mengetahui Persediaan Dalam Perbankan Syari’ah

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Dasar Syari’ah Manajemen Persediaan
Al-Qur'an:

Beberapa ayat yang mengatur tentang persediaan masa depan di antaranya adalah:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya pengetahuan tentang hari Kiamat dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan meninggal. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal1.

Selanjutnya ayat yang lainnya menyatakan yang artinya:

Dia (Yusuf) berkata: "Supaya kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana
biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu
makan (ayat: 47). Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang sangat sulit, yang menghabiskan
apa yang kamu simpan untuk menghadapi (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang
kamu simpan (ayat: 48).2

Hadits:

Hadits Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan dasar dalam manajemen persediaan adalah:

“Rasulullah bersabda: "Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari
yang baik, membelanjakan dengan pertengahan dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga pada
hari ia miskin dan membutuhkannya." (HR. Ahmad dan Muslim).

Jika kita perhatikan dari firman Allah SWT di atas saling berkaitan, dalam surat Lukman ayat 34
bahwasanya Allah menyatakan tidak ada seorangpun di alam semesta ini yang dapat mengetahui dengan
pasti apa yang akan diusahakannya besok atau apa yang akan diperolehnya serta apa yang akan terjadi di
kemudian hari, namun demikian mereka diwajibkan untuk berusaha.

1
Qs.Lukman(31) ayat 34.
2
Qs.Yusuf(12) ayat 47-48

6
Kemudian di dalam surat Yusuf ayat 47 dan 48 3, dapat kita pahami bahwa kita harus
mempersiapkan persediaan jika terjadi sesuatu yang kurang baik di masa yang akan datang. Jika kita lihat
dari sisi persediaan, bahwasanya dari dua ayat dan hadits di atas nampak jelas bahwa tidak ada
seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari, maka untuk menghindari adanya
risiko yang buruk, maka kita harus berusaha mempersiapkan apa kemungkinan buruk yang akan terjadi
dengan membelanjakan secara pertengahan atau moderat dan dapat menyisihkan kelebihan untuk berjaga-
jaga pada saat membutuhkannya.

B. Konsep Persediaan
Dalam perusahaan, persedian merupakan faktor yang perlu diperhatikan, menurut Handoko
persediaan merupakan suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber
daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan 4. Permintaan tersebut
meliputi bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi ataupun produk final (produk jadi).

Harjanto juga mendefinisikan bahwa persediaan merupakan barang atau bahan yang disimpan
yang digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi, perakitan, untuk dijual
kembali dan sebagai suku cadang dari sebuah mesin 5. Sedangkan Assauri mengemukakan bahwa
persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan dalam proses produksi, serta bahan jadi atau bahan produksi
yang diselesaikan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu. 6

Dari beberapa definisi di atas dapat kita pahami bahwa persediaan merupakan bahan atau barang
yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam
proses produksi, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan
dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan
hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang
terikat di dalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Sedangkan manajemen persediaan
dapat dipahami sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penentuan kebutuhan material atau barang lainnya, sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat
3
Dalam ayat tersebut diceritakan agar masyarakat Mesir (Pada waktu zaman nabi Yusuf A.s Memberikan nasihat
melalui raja) agar mereka terus bercocok tanam selama 7 tahun sebagaimana biasa mereka bercocok tanam,yakni
dengan memperhatikan keadaan cuaca,jenis tanaman yang ditanam,pengairan,dan sebagainya,dan apa yang dituai
dari hasil panen sepanjang masa itu hendaklah biarkan ditangkainya agar tanaman tersebut tidak rusak untuk
disimpan dalam menghadapi 7 tahun kemudian yang sulit.
4
Hani Handoko,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta:BPFE,1999,Hlm.333.)
5
Harjanto,Manajemen Produksi dan Operasi (Jakarta:PT Grasindo,2004,Hlm.219)
6
Sofyan Assauri,Manajemen Produksi dan Operasi (Ypgyakarta:Andi,1996,Hlm.176)

7
dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan material atau barang lainnya dapat ditekan
secara optimal.

Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa ataupun perusahaan perdagangan serta perusahaan
manufaktur dalam melaksanakan aktivitas produksinya pasti mengadakan persediaan. Tanpa persediaan,
perusahaan akan dihadapkan pada risiko kekurangan produk pada suatu waktu membuat permintaan
pelanggan tidak terpenuhi, hal tersebut bisa terjadi karena tidak selamanya barang selalu tersedia setiap
saat. Dalam pengadaan persediaan, perusahaan membutuhkan sejumlah dana, oleh sebab itu setiap
perusahaan dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang cukup untuk menjamin kegiatan
perusahaan. Jika persediaan terlalu sedikit, maka akan timbul permaslahan yang mengakibatkan
tertundanya proses transaksi penjualan oleh sebab itu persediaan harus diatur dan dikendalikan agar dapat
memenuhi kebutuhan dalam jumlah, mutu, waktu yang tepat dengan jumlah biaya yang serendah
rendahnya.

Dapat disimpulkan bahwa persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena persediaan
menghubungkan satu operasi ke operasi selanjutnya yang berurutan dalam pembuatan suatu barang untuk
kemudian disampaikan ke konsumen. Persediaan dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan
produksi yang lebih baik, serta manajemen persediaan yang optimal. Sistem pengendalian persediaan
adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga kapan
pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus dilakukan.
Dengan kata lain sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas
dan waktu yang tepat. Apabila Jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana yang
dikeluarkan terlalu besar, meningkatnya biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, biaya operasional
pabrik, biaya gedung, dan lain-lain) dan risiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun bila persediaan
terlalu sedikit mengakibatkan risiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena seringkali
barang persediaan tidak dapat didatangkan secara mendadak yang menyatakan terhentinya proses
produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.

C. Macam-macam Persediaan
Persediaan adalah suatu bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk proses produksi atau persediaan untuk dijual kembali atau untuk suku cadang
dari peralatan atau mesin.7 Persediaan terdiri dari:

1. Persediaan alat-alat kantor, adalah persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi
organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk akhir. Misal alat tulis, kertas, tinta printer.

7
Eddy Herjanto.2008.Manajemen Operasi.Edisi ke 3,Revisi.Jakarta:PT Garsindo.Hlm.237.

8
2. Persediaan bahan baku, adalah item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input
dalam proses produksi. Bahan baku ini yang akan diproses atau diolah sehingga menjadi produk
barang jadi. misalnya untuk industri mebel membutuhkan persediaan bahan baku berupa kayu jati
dan rotan.
3. Persediaan barang dalam proses, adalah bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses
pengerjaan karena masih menunggu item yang lain untuk diproses. Misalnya dalam industri
makanan roti persediaan dalam proses berupa adonan roti dari beberapa bahan yang nantinya siap
dimasak untuk menjadi roti.
4. Persediaan barang jadi, adalah persediaan produk yang siap untuk dijual, didistribusikan atau di
disimpan yang menjadi inti proses dari Perusahaan. Misalnya dalam industri mobil itu meliputi
mobil itu sendiri.

D. Fungsi Persediaan
Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu
yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan
penyediaan bahan baku dan waktu proses, maka diperlukan persediaan. Oleh karena itu, terdapat empat
faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan. yaitu faktor waktu, bisa terjadi adanya
ketidakpastian waktu, faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik, dan faktor ekonomis.8

Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai
kepada konsumen, oleh sebab itulah maka persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama
waktu tunggu (lead time). Persediaan dalam sebuah perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting.
Persediaan memiliki berbagai fungsi karena jika perusahaan mengalami kekurangan barang persediaan
maka akan berakibat pada hal- hal seperti tertundanya penjualan sehingga akan menghambat proses
pendapatan laba. Kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan. Maka disini persediaan memiliki peranan
penting dalam perusahaan. Handoko menyebutkan bahwa persediaan memiliki tiga fungsi, yaitu: 9

1. Fungsi Decoupling
Persediaan diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada pengadaanya dalam hal
kuantitas dan waktu pengiriman saja. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen
dan proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan dapat digunakan

8
Sutarman, “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dengan Model Back Order” , Jnfomatek,Volume 5,Nonior
3(September 2003, Hlm.143)
9
T.Hani Handoko,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi,Hlm.335-336.

9
untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan disebut dengan
fluctuation stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya
dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan ini perlu
mempertimbangkan penghematan, karena perusahaan membeli dalam jumlah yang besar
dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan.
3. Fungsi Antisipasi
Persediaan memiliki fungsi antisipasi terhadap fluktuasi pelanggan atau konsumen yang tidak
dapat diramalkan berdasar pengalaman-pengalaman masa lalu, atau permintaan musiman
sehingga perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).

Di samping itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
permintaan akan barang-barang selama satu periode, sehingga membutuhkan persediaan ekstra atau
disebut dengan persediaan pengaman. Selain itu persediaan dapat memiliki berbagai fungsi penting yang
menambah fleksibilitas dari proses produksi atau operasi suatu perusahaan, yaitu: 10

1. Untuk memberikan suatu stok barang, agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi dari
konsumen yang bersifat fluktuatif.
2. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah karena pembelian dalam jumlah yang besar
secara substansial dapat menurunkan biaya produk.
3. Untuk melakukan holding terhadap inflasi dan perubahan harga. Untuk menghindar dari
kekurangan stok yang dapat terjadi karena perubahan cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu,
atau pengiriman yang tidak tepat.
4. Untuk menjaga agar operasi dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan barang dalam
proses yang telah disediakan. Hal seperti ini diperlukan karena kebutuhan waktu yang digunakan
untuk memproduksi barang dan sepanjang berlangsungnya proses terkumpulnya persediaan.

Rangkuty menambahkan bahwa kegunaan persediaan bahan baku dan barang jadi, untuk:

1. Mengurangi risiko keterlambatan datangnya barang yang dibutuhkan perusahaan.


2. Mengurangi risiko pengembalian mutu barang yang tidak baik sehingga haru dikembalikan.
3. Mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
10
Heyzer,J dan Render,B Operational Management,Hlm.314

10
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan langganan
pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi
tersebut.11

E. Tujuan Pengelolaan Persediaan


Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu memiliki
tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada
tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan- penghematan untuk persediaan tersebut. Hal
inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat menunjukkan
tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan
pengorbanan atau pengeluaran biaya yang ekonomis.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam
memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku dan penolong) yang tepat, dengan jumlah yang tidak
terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan. Dari
pengertian tersebut, maka tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat


(memuaskan konsumen).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan
persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan alasan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk
diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan biaya
menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena mengakibatkan
biaya menjadi besar.

Dari beberapa tujuan pengendalian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian
persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan sesuai kebutuhan.

F. Jenis-jenis Persediaan
Handoko membedakan jenis-jenis persediaan menurut fungsinya menjadi tiga, yaitu: 12

11
Lihat Sutarman, ‘’ perencanaan Persediaan Bahan Baku dengan model Back Order’’ , Hlm.143

11
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Merupakan persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan dan barang dalam
jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu, Jadi dalam hal ini pembelian
atau pembuatan dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam
jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang/ bahan yang dilakukan lebih
banyak dari yang dibutuhkan.
2. Stock atau Lot Size Inventory ini antara lain:
a. Memperoleh potongan harga pada saat harga pembelian.
b. Memperoleh efisiensi produksi karena adanya operasi atau proses produksi yang lebih
lama.
c. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan.

3. Fluctuation Stock. Merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak bisa ditebak. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak
beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi
apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock)
dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
4. Anticipation Stock. Merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun untuk
menghadapi penggunaan atau permintaan yang meningkat di samping itu, Anticipation Stock ini
dimaksudkan juga untuk menjaga kemungkinan sulitnya diperoleh bahan-bahan, sehingga tidak
mengganggu jalannya produksi atau sulitnya menghindari kemacetan produksi.

Di samping jenis menurut fungsi, Handoko juga membedakan persediaan menurut jenis di dalam
urutan pengerjaan produk, yaitu:13

Persediaan dari bahan baku (raw material stock). Merupakan persediaan dari bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi, dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

1. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component). Merupakan persediaan


yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana komponen
tersebut dapat dirakit kembali menjadi suatu produk.
12
T.Hani Handoko,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi,Hlm.334.hal yang sama juga bisa dilihat dalam
Heizer,J .dan Render,B,Operational Management,Hlm.61.
13
Ibid.,Hlm.63.

12
2. Persediaan bahan pembantu atau barang pelengkap (supplies stock). Merupakan persediaan
barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu
berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi bukan
merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
3. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock).
Merupakan persediaan yang telah mengalami beberapa perubahan yang keluar dari tiap-tiap
bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang sudah mengalami proses produksi, tetapi masih
belum sempurna dan perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
4. Persediaan barang jadi (finished goods), Merupakan barang-barang yang telah selesal diproses
dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Barang jadi dimasukkan dalam
persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.

G. Pendekatan Manajemen Persediaan


1. Pendekatan Tradisional

Operasi pendekatan tradisional merupakan pendekatan yang lebih menekankan biaya persediaan,
pendekatan ini memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk
mengantisipasi kalau terjadi sesuatu.

a. Biaya pemesanan (ordering cost)


Merupakan biaya-biaya yang timbul dari pemesanan bahan baku sampai dengan barang
ada di gudang persediaan atau seluruh pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar, biaya ini meliputi: biaya persiapan pemesanan, biaya telepon, biaya
pengepakan dan penimbangan, biaya penyiapan kontrak, biaya pengiriman barang, biaya
pemeriksaan barang dan pengangkutan, biaya penerimaan, dan lain-lain.
b. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost)
Merupakan biaya yang timbul akibat menyimpan barang sebagai persediaan sepanjang
waktu tertentu, biaya ini meliputi: biaya sewa gudang, biaya pemeliharaan barang, biaya
fasilitas penyimpanan (penerangan, pemanas, pendingin), biaya asuransi, biaya kerusakan
atau penyusutan, biaya risiko kehilangan dan administrasi, cost of capital, dan lain-lain.
c. Biaya persiapan atau penyetelan (setup cost)
Merupakan biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga dapat digunakan
untuk memproduksi produk atau komponen tertentu. Biaya ini keluar jika perusahaan
memproduksi bahan-bahan dasar dalam pabrik sendiri, maka perusahaan akan
menghadapi biaya ini untuk memproduksi komponen tertentu, biaya ini meliputi: biaya

13
persiapan tenaga kerja langsung, biaya scheduling, biaya ekspedisi, biaya uji coba
produksi, dan lain-lain.
d. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost)
Merupakan biaya yang timbul apabila ada permintaan terhadap barang yang kebetulan
tidak tersedia di gudang (stock out). Untuk barang tertentu, pelanggan dapat diminta
menunda pembeliannya atau pelanggan diminta untuk menunggu. Dalam hal ini shortage
cost yang timbul adalah biaya ekstra untuk membuat lagi barang yang dipesan sehingga
proses produksi akan terganggu dan akan menimbulkan kerugian karena perusahaan
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau akan kehilangan pelanggan
karena konsumen akan beralih pada para pesaing, biaya ini meliputi: kehilangan
penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, dan lain-lain.

2. Metode Economic Order Quantity

Metode Economic Order Quantity disebut juga dengan EOQ. Metode ini dapat digunakan baik
untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri. Model EOQ bisa digunakan
untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. Rumusan EOQ yang bisa
digunakan adalah:

Dimana:

D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S = Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan

H= Biaya simpanan

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen persediaan, model
EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat meminimalkan biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas
barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian

14
yang optimal. Menurut Hansen dan Mowen, 14 Economic Order Quantity akan menentukan jumlah
pesanan persediaan yang meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Dalam kegiatan normal Model Economic Order Quantity memiliki beberapa karakteristik antara
lain:

1. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan,


2. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara pemesanan barang
sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti, dan bersifat konstan,
3. Harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang yang akan dipesan
nantinya. Dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak relevant untuk menghitung EOQ,
karena ditakutkan pada nantinya harga barang akan ikut dipertimbangkan dalam pemesanan
barang,
4. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang menyebabkan
perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen harus menjaga jumlah pemesanan
agar tidak terjadi kehabisan barang.
5. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh mempertimbangkan biaya
kualitas barang,
6. Biaya penyimpanan per unit pertahun konstan.

Dengan adanya hal di atas, maka persediaan pengaman merupakan suatu sarana pencegah
terjadinya kekurangan persediaan. Persediaan pengaman yang paling optimal adalah jumlah yang
menghasilkan biaya paling rendah dalam suatu periode.

Reorder point (ROP) yaitu batas/titik jumlah pemesanan kembali. ROP berguna untuk
mengetahui kapan suatu perusahaan mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang
terdapat dalam stok berkurang terus sehingga harus ditentukan berapa banyak batas minimal tingkat
persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang
diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock)
yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa
tenggang (lead time).

Dalam penentuan/penetapan Reorder Point haruslah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Penggunaan barang selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time),
2. Besarnya safety stock.

14
Hansen dan Mowen.2005.Management Accounting.Buku 2.Edisi ke 7 Jakarta:Salemba Empat.Hal.472.

15
Reorder Point dapat ditetapkan dengan cara sebagai berikut:

Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead time dan ditetapkan
bahwa lead time-nya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap harinya adalah 3 unit/hari.

ROP = (6 x 3) + 50% (6 x 3)

= 18 + 9

= 27 unit

Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari.

ROP = (6x3)+(4 x 3)

= 18+12

= 30 unit

Dari contoh ini dapatlah dikatakan bahwa "reorder point"-nya adalah pada jumlah 30 unit, ini
berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 30 unit.

3. Pendekatan Just In Time (JIT)

Just In Time (JIT) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan
dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan
sesuai dengan kebutuhan produksi yang tepat, waktu dan tempat yang tepat, Operasi JIT
memproduksi komponen produksi tepat pada waktu memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan
operasi tradisional memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk
mengantisipasi kalau-kalau terjadi sesuatu.

Pendekatan IIT ini akan meminimalkan total biaya penyimpanan dan persiapan hingga
menekan biaya-biaya tersebut sampal nal. Pendekatan ini dikenal dengan pengelolaan aktivitas
(uctivity management) atau lebih menekankan kepada tujuan strategis perusahaan supaya lebih
kompetitif.

Karakteristik dalam Operasi Just In Time (JIT)15

15
Bisa dilihat dalam Taufik Hidayanto, “Analisis perbanfingan Pengendalian Persediaan bahan baku dengan
Pendekatan Model EOQ dan JIT/EOQ”, Jurnal Teknologi Industri,Volume XI (2007),Hlm.315-322.

16
Kekhasan atau karakteristik Just in Time dalam kaitannya dengan manajemen persediaan dicirikan
dengan:

a. Mempertahankan jumlah persediaan seminimal mungkin.


b. Memelihara kualitas produk tetap tinggi.
c. Pembelian material dan memproduksi barang hanya dilakukan bila diperlukan.
d. Membangun sistem penjadwalan yang disiplin.
e. Memelihara pekerja atau karyawan yang mempunyai beberapa keahlian.
f. Membangun sistem manufacturing yang fleksibel.

Keuntungan dan Kelemahan Sistem Just In Time (JIT)

Setiap sistem atau mekanisme sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Terkait dengan itu,
maka keuntungan dan kelemahan sistem Just in Time, adalah:

a. Keuntungan Just In Time (JIT)


1) Seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
2) Pabrik mengeluarkan blaya lebih sedikit untuk memperkerjakan staf.
3) Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau di-return kembali.
4) Kertas kerja dapat lebih simple.
5) Penghematan yang dilakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih
tinggi, misalnya dengan mengadakan promosi tambahan.
b. Kelemahan Just In Time (JIT)
Satu kelemahan sistem JIT adalah bahwa tingkatan order ditentukan oleh data permintaan
historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis, maka
persediaan akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, maka perbandingan antara sistem manajemen persediaan tradisional dan
just in time dapat diringkas dalam perbandingan sebagai berikut:

Tabel 22.1

Perbandingan Sistem Manajemen Just In Time (JIT) dan Tradisional

Pendekatan Tradisional Pendekatan Just In Time (JIT)

1. Sistem dorongan 1. Sistem tarikan


2. Persediaan signifikan 2. Persediaan tidak signifikan

17
3. Basis pemasok banyak 3. Basis pemasok sedikit
4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok 4. Kontrak jangka Panjang dengan pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur departemen 5. Pemanufakturan berstruktur seluler
6. Karyawan terspesialisasi 6. Karyawan berkeahlian ganda
7. Jasa tersentralisasi 7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan rendah 8. Keterlibatan karyawan tinggi
9. Gaya manajemen sebagai pemberi 9. Gaya manajemen sebagai penyedia
perintah fasilitas
10. Acceptable Quality Level (AQL) 10. Total Quality Control (TQC)

Dari sisi aktivitas manajemen persediaan, maka manajemen persediaan dengan pola
tradisional dan just in time, dapat dirinci sebagai berikut:

Table 22.2

Perbandingan Aktivitas Manajemen Just In Time (JIT) dan Tradisional

Aktivitas Just In Time Tradisional

Ukuran Lot Lot kecil Lot besar

Pemilihan Pemasok Satu pemasok dengan kontrak Banyak pemasok dengan


jangka Panjang kontrak jangka pendek

Penilaian Pemasok Mutu produk, perfoma Mutu produk, performa


pengiriman dan harga dengan pengiriman dan harga dengan
Total Quality Control (TQC) Acceptable Quality Level
(AQL)

Inspeksi Produk Dieliminasi Dilakukan pembeli

Metode Transportasi Jadwal pengiriman Jadwal pengiriman


diserahkan pada pembeli diserahkan pada pemasok

Pekerjaan Klerikal Lebih sedikit Banyak

Kemasan Kemasan kecil cukup untuk Kemasan regular, tidak ada

18
menampung kualitas yang spesifikasi yang jelas
benar-benar dibutuhkan terhadap isi produk

Oleh karena manajemen persediaan itu penting. Untuk manajemen persediaan sekarang
ini sudah harus tersinegritas dengan pemasaran dan dengan top manajemen. Istilah Just In time
dalam manajemen Perusahaan bukan berarti meniadakan persediaan atau inventory, namun
persediaan tersebut dibuat seminimal mungkin sehingga tidak ada pemborosan yang ada disitu.
Yang harus diperhatikan dalam manajemen persediaan adalah:

1. Waktu kedatangan barang yang akan dipesan kembali. Jika barang waktu yang dipesan
cukup lama pada periode tertentu maka persediaan barang tersebut harus disesuaikan
hingga barang tersebut ada setiap saat hingga barang yang dipesan selanjutnya ada.
2. Berapa kuantitas jumlah barang yang akan disimpan. Jumlah kuantitas barang yang
dipesan harus disesuaikan karena jika terlalu banyak akan terjadi pemborosan namun jika
terlalu sedikit akan menimbulkan terhenti proses produksi.
3. Perhatikan juga safety stock atau persediaan pengamanan, yaitu persediaan buat jaga -
jaga (buffer) jika terjadi sesuatu hal yang menghambat terjadinya waktu pembelian
sehingga stok barang persediaan masih ada untuk beberapa waktu ke depan.

Persediaan Just In Time

Just in Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap
sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap
bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja
langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang
berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.16

Konsep Just In Time ini dikembangkan oleh Taichi Ohno dan kawan-kawannya di Toyota
Motor Company Jepang dan mulai berkembang di tahun 1978. Beberapa hal penting dalam
konsep JIT ini adalah: semua material adalah bagian aktif dari sistem produksi dan tidak boleh
16
Muller,Max.2003,Essentialss of Inventori Management New York: Amacom,p 237.

19
menimbulkan masalah yang menyebabkan timbulnya persediaan. Persediaan seminim mungkin
(sesual kebutuhan saja) untuk menjaga kelangsungan produksi, dan harus tersedia dalam jumlah,
waktu, serta kualitas yang tepat. Dalam jumlah dan mutu yang tepat berarti "Diminimumkannya
variabilitas (masalah)" -kesalahan pemasok- kesalahan design-kesalahan operator - kesalahan
menerjemahkan keinginan konsumen.

IIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya
persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional Pendekatan tradisional mengakui
keberadaan biaya persiapan dan kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan
perimbangan terbaik dari dua kategori biaya. Di lain pihak, JIT tidak menerima biaya persiapan
(atau pemesanan), malah sebaliknya JIT mencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika
biaya persiapan dan biaya pemesanan menjadi tidak signifikan, maka biaya yang tersisa untuk
dikurangi adalah biaya penyimpanan, yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai ke
tingkat sangat rendah Pendekatan ini yang menjelaskan dorongan untuk persediaan nol
dalam sistem JIT.

Adapun ciri-ciri JIT adalah:

a. Pemindahan material dengan Pull Method (sesuai permintaan bagian berikutnya,


bukan atas dasar peramalan)
b. Kualitas produk per bagian harus bagus
c. Jumlah pemesanan harus rendah
d. Beban kerja setiap bagian harus sama
e. Komponen dan metode kerja harus standar
f. Hubungan dengan pemasok harus baik
g. SDM harus fleksibel
h. Produksi berfokus pada aliran produk

H. Konsep Manajemen Persediaan dalam Islam


Setiap individu atau kelompok selalu memerlukan persediaan, tanpa persediaan yang memadai,
maka dikhawatirkan akan dihadapkan pada risiko jika suatu ketika mereka tidak dapat memenuhi
keinginannya, terutama dalam hal perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena tidak selamanya barang atau
jasa selalu tersedia pada setiap saat, dan jika hal ini terjadi akan berakibat akan kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan.

20
Karena itu aplikasi manajemen persediaan pada hakikatnya juga berkaitan dengan perbuatan
SDM perusahaan yang bersangkutan. Dalam konteks ini, Islam telah menggariskan bahwa hakikat amal
perbuatan manusia harus berorientasi pada pencapaian ridha Allah serta tidak terlepas koridor syari'ah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Islam, yakni:

1. Menyimpan Kelebihan setelah Kebutuhan Primer Terpenuhi

Dalam hal ini Islam menganjurkan bagi kita untuk mempunyai skala prioritas, yakni dalam
mengkonsumsi sesuatu kita memperhatikan urutan kepentingan yang harus diprioritaskan terlebih
dahulu. Rasulullah bersabda: "Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari
yang baik, membelanjakan dengan pertengahan dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga
pada hari ia miskin dan membutuhkannya." (HR. Ahmad dan Muslim). Selain itu, seseorang harus
dapat melatih dirinya maupun keluarganya untuk menabung dengan bentuk yang paling sederhana
untuk kebaikan mereka pada masa mendatang, serta belanja hemat sesuai prioritas kebutuhan.

2. Menyimpan Kelebihan untuk Menghadapi Kesulitan

Sebagaimana gambaran yang terdapat dalam surat Yusuf di atas, bahwasanya dalam kehidupan
akan mengalami pasang surut perekonomian, maka ketika kondisi longgar, kita harus dapat
menyisihkan dana untuk menghadapi krisis yang tidak terduga pada masa yang akan datang atau
sebagai persediaan kebutuhan di masa yang akan datang. Sebab tidak ada yang dapat mengetahui apa
yang akan terjadi besok17. Dengan demikian, menyimpan kelebihan untuk menghadapi kesulitan
termasuk hukum kausalitas yang berlaku bagi manusia, walaupun tidak terlepas dari ketentuan Allah
SWT.

3. Hak Harta Keturunan Sebagai Generasi Mendatang

Dalam konsep Islam, kedua orang tua harus menyadari bahwa generasi mendatang memiliki hak
dari harta mereka sehingga mereka dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dan mengabaikan
kelangsungan hidup generasi mendatang. Sabda Rasul: “Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli
warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan
miskin yang dicukupi orang lain. Mungkin orang lain memberinya atau mungkin menolaknya.
Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah dengan ikhlas karena Allah kecuali engkau akan
mendapat pahala karenanya." (Muttafaq 'Alaih).

17
Q.S. Lukman (31): 34 artinya: “Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisinya sajalah pengetahuan tentang hari
kiamat dan Dialah yang menurunkan hujan,dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorang pun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) Apa yang akan diusahakannya besok.dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan meninggal.Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi mahal mengenal.”

21
Di samping itu, setiap individu harus meyakini bahwa bila ia meninggalkan anaknya yang shaleh
dalam keadaan dapat berdoa untuknya atau meninggalkan harta jariyah bagi fakir miskin dan hamba-
hamba Allah yang shaleh akan membuat ia tidak boros dan berlebih- lebihan, sehingga ia dapat
menyimpan kelebihan hartanya untuk generasi mendatang.

4. Tidak Menimbun dan Memonopoli Harta Kekayaan

Islam mengharamkan penimbunan harta dengan segala bentuknya 18. Sebagian ulama menafsirkan
bahwa yang dimaksud dengan menafkahkan adalah mengembangkannya dengan cara investasi
mudharabah (bagi hasil) maupun usaha patungan musyarakah sehingga dapat memberi kesempatan
pihak lain yang kekurangan atau kesulitan modal untuk melakukan usaha yang pada gilirannya akan
menjadi amal jariah dalam pengembangan ekonomi umat. Pengembangan harta tersebut di antaranya
melalui cara sebagai berikut:

a. Bisnis swasta perniagaan dan produksi barang atau jasa


b. Penanaman modal (investasi) mudharabah dengan pihak lain
c. Perserikatan usaha patungan (musyarakah)
d. Penitipan dalam bentuk giro maupun tabungan pada bank Islam (syari'ah)
e. Kerja sama lainnya dalam pengembangan modal

5. Pengembangan Harta Dilakukan melalui Usaha yang Baik dan Halal

Keharusan pengembangan atau perniagaan harta harus dilakukan pada bidang yang baik dan
halal, jauh dari riba dan hal-hal yang menimbulkan kerusakan. Usaha halal, pengeluaran halal dan
pengembangan halal merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Oleh karena itu, setiap anggota
seseorang harus menghayati firman Allah “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS.
Al-Baqarah: 276).

I. Persediaan dalam Perbankan Syari’ah


Dalam perbankan syari'ah pendekatan yang digunakan adalah pendekatan just in time (JIT). JIT
merupakan suatu sistem yang dikembangkan atas dasar perbaikan dari kekurangan sistem tradisional.

18
Para ulama fiqih mengambil hukum ini berdasarkan firman Allah dalam surah At-taubah (9) Ayat 34-35: “Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib /rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang/halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkakannya pada Jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka,(Bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari di panaskan emas
perak itu di dalam neraka jahanam, lalu dibakarnya dahi mereka,lambung dan punggung mereka(lalu dikatakan)
kepada mereka: “inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
( akibat dari) Apa yang kamu simpan. “

22
Dalam hal ini pihak perbankan akan memproduksi dan menyediakan. produk sesuai dengan permintaan
konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi yang tepat, waktu dan tempat
yang tepat saat ada permintaan.19

Langkah yang dilakukan JIT dalam pemborosan yang terjadi di sistem tradisional adalah
berusaha untuk mengeliminasi pemborosan biaya yang timbul akibat banyaknya persediaan dan waktu
yang digunakan dalam memproduksi suatu barang, sehingga perbankan dapat meningkatkan laba dan
memperbaiki posisi persaingan.

Persediaan di dalam perbankan syari'ah merupakan aktiva non-kas yang tersedia untuk:

1. Dijual dengan akad murabahah.


2. Diserahkan sebagai bagian modal bank dalam akad pembiayaan mudharabah atau musyarakah.
3. Disalurkan dalam akad salam atau salam paralel.
4. Aktiva istishna' yang telah selesai, tetapi belum diserahkan bank kepada pembeli akhir.

Hal yang tidak termasuk dalam pengertian persediaan di bank syari'ah adalah:

1. Aktiva istishna' dalam penyelesaian.


2. Aktiva tetap yang digunakan oleh bank.
3. Aktiva ijarah.

Salah satu prinsip yang diterapkan di dalam operasional bank syari'ah adalah prinsip jual beli,
dimana dari prinsip jual beli tersebut terdapat tiga produk yang dijalankan oleh bank syari'ah yaitu
murabahah, salam, dan istishna'. Tentunya dalam prinsip tersebut yang diperjual-belikan adalah
persediaan/inventory, sehingga persediaan harus dikelola sebaik mungkin sehingga bisa memberikan
keuntungan yang optimal pada bank syari'ah.

Di dalam akad murabahah, jika bank bertindak sebagai penjual atau yang akan memberikan
pembiayaan murabahah kepada nasabah maka pihak bank terlebih dahulu harus mempunyai
aset/persediaan murabahah yang akan dijualnya. Adapun akuntansi untuk aset murabahah adalah sebagai
berikut:20

1. Aset Murabahah diakui pada saat diperoleh sebesar harga perolehannya (menggunakan historical
cost).

19
http:// akimee.com/ persediaan – dalam-perbankan-syariah-artikel-408 html.
20
Muhammad Ayyub,2009,Undestading Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah Jakarta:PT Granmedia Pustaka
Utama, Hal 369.

23
2. Aset yang tersedia untuk dijual dinilai sebesar harga perolehannya, sedangkan penurunan nilai
dari aset murabahah akan diperhitungkan pada akhir periode.
3. Diskon yang diperoleh diperlakukan sebagai pengurang biaya, dan tidak boleh diakui sebagai
pendapatan kecuali jika dewan pengawas syari'ah menetapkannya sebagai pendapatan.

Apabila sampai akhir periode aset murabahah belum terjual maka dilaporkan neraca yang
sebelumnya harus dinilai dengan menggunakan prinsip lower cost or market. Prinsip jual beli yang
digunakan pada perbankan syari'ah juga diterapkan pada akad istishna'. Istishna'adalah akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni dan penjual (pembuat, shani)21. Apabila pada akhir periode
masih ada aset istishna' yang belum diserahkan kepada nasabah, maka aset istishna' akan dilaporkan di
neraca. Adapun akuntansi untuk istishna' adalah sebagai berikut:22

a. Bila suatu akad istishna' mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
i. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
ii. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah, dimana penjual dan pembeli dapat
menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing aset
tersebut; dan
iii. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
b. Suatu kelompok akad istishna', dengan satu atau beberapa pembeli, harus diperlakukan
sebagai satu akad istishna' jika:
i. Kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;
ii. Akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut merupakan bagian
dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan, dan
ii. Akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.
c. Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna' terpisah, maka tambahan asset
tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:
i. Aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna' awal dalam
desain, teknologi atau fungsi; atau
ii. Harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna' awal.

Aktiva istishna' dalam penyelesaian yang disajikan dalam neraca merupakan aset bank yang
belum selesai dalam pembuatannya dan belum diserahkan kepada nasabah, aset ini dilaporkan sebesar

21
Ikatan Akutan Indonesia,2007, pernyataan standar Akuntansi Keuangan NO.104, Jakarta: IAL..Par 5.
22
Ikatan akuntan Indonesia, 2007, pernyataan standar Akuntansi Keuangan NO.104, Jakarta: IAL.Par 15-16..

24
biaya yang sudah dikeluarkan dalam rangka pembuatan aset istishra. Adapun aset sulam adalah aset yang
dimiliki oleh bank yang menggunakan akad salam. Akad salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang
pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan
oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuat dengan syarat-syarat tertentu.

Dalam kaitannya dengan manajemen persediaan bank syari'ah, dalam hal ini yang dimaksud
dengan persediaan bank syariah adalah aset murabahah, aset istishna, dan aset salam, metode economic
order quantity (EOQ) lebih baik diterapkan pada aset murabahah, sedangkan Just In Time bisa diterapkan
pada aset salam. Sedangkan untuk istishna' baik EOQ maupun IIT bisa dipilih untuk diterapkan.

25
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak ada
perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu
sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat
didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain.

pemenuhan kebutuhan operasional perusahaan harus dilakukan dengan memastikan


ketidakbersentuhan dengan larangan syariah, seperti praktik riba atau spekulasi yang dapat
merugikan pihak lain. Dalam hal ini, perusahaan perlu mengembangkan kebijakan yang
mendukung prinsip-prinsip ekonomi syariah dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil
tidak melanggar aturan yang berlaku.

Persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena persediaan menghubungkan satu
operasi ke operasi selanjutnya yang berurutan dalam pembuatan suatu barang untuk kemudian
disampaikan ke konsumen. Persediaan dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan
produksi yang lebih baik, serta manajemen persediaan yang optimal. Manajemen persediaan
yang sesuai dengan perspektif syariah memerlukan penerapan prinsip-prinsip etika bisnis,
termasuk keadilan, kebersihan, dan integritas, untuk menjaga keselarasan dengan nilai-nilai
Islam.

Transparansi dalam setiap keputusan dan tindakan terkait persediaan, bersama dengan
tingkat akuntabilitas yang tinggi, adalah landasan penting untuk memastikan bahwa praktik
manajemen tersebut selaras dengan prinsip-prinsip syariah. transparansi dan akuntabilitas
menjadi landasan penting dalam menjalankan manajemen persediaan. Setiap tindakan dan
keputusan terkait persediaan harus dapat dipertanggungjawabkan secara jelas, menghindari
praktik-praktik yang dapat merugikan pihak lain atau tidak sesuai dengan norma-norma syariah.

26
Manajemen persediaan dalam perspektif syariah harus mencegah praktik-praktik yang
melanggar larangan syariah, seperti riba dan spekulasi, sehingga memastikan bahwa kegiatan
operasional perusahaan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Pengembangan kebijakan yang mendukung prinsip-prinsip ekonomi syariah menjadi


kunci dalam memastikan bahwa setiap langkah yang diambil perusahaan sesuai dengan norma-
norma Islam dalam manajemen persediaan. Pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai moral
dengan efisiensi operasional, sehingga setiap keputusan dan tindakan dalam manajemen
persediaan tidak hanya mencapai tujuan operasional tetapi juga mempertimbangkan dampak
moralnya.

Perlunya harmonisasi antara tujuan bisnis perusahaan dan nilai-nilai syariah Islam dalam
mengelola persediaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi secara sukses sambil tetap
berpegang pada prinsip-prinsip etika bisnis yang diakui oleh agama Islam.
Manajemen persediaan harus memperhatikan aspek etika bisnis, seperti keadilan,
kebersihan, dan keteladanan. Pemenuhan kebutuhan operasional perusahaan harus dilakukan
dengan menjauhi praktik-praktik yang bertentangan dengan prinsip syariah, seperti riba dan
spekulasi. Keselarasan antara efisiensi operasional dan nilai-nilai moral menjadi fokus utama
dalam mengelola persediaan secara syariah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Eddy Herjanto, 2008, Manajemen Operasi. Edisi ketiga, Revisi. Jakarta: PT. Garsindo.

Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Yogyakarta: BPFE, 1999. Hansen dan
Mowen. 2005. Management Accounting. Buku 2. Edisi ke 7 Jakarta: Salemba
Empat

Harjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: PT Grasindo, 2004.

http://akimee.com/persediaan-dalam-perbankan-syariah-artikel-448.html.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 104, Jakarta:
IAL. Par 5.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 104, Jakarta:

IAI. Par 15-16.

Muhamad Ayub, 2009, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syari'ah, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Muller, Max.2003, Essentials of Inventory Management, New York: AMACOM.

Q.S. Lukman (31) ayat 34.

28
Q.S. Yusuf(12) ayat 47-48.

Sofyan Assauri, Manajemen Produksi, Yogyakarta: Andi, 1996.

Sutarman, "Perencanaan Persediaan Bahan Baku dengan Model Backorder", Infomatek


Volume 5, Nonior 3 (September 2003), hlm. 143.

Taufik Hidayanto, "Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan


Pendekatan Model EOQ dan JIT/EOQ", Jurnal Teknologi Industri, Vol. XI No.
4. Oktober 2007.

29

Anda mungkin juga menyukai