ELEKTRONIKA ANALOG 2
PRATEGANGAN PEMBAGI TEGANGAN
DISUSUN OLEH:
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Contents
MAKALAH .................................................................................................................................................. 1
Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
1. Transistor- transistor Dwikutub........................................................................................................ 5
1.1. Struktur ............................................................................................................................................ 5
1.1.1 Dioda Emiter dan Dioda Kolektor............................................................................................ 5
2.1.2. Transistor Tanpa Prategangan ................................................................................................ 6
2.1.3. Lambang Lambang Rangkaian ............................................................................................... 7
2.1.4. Pemberian Tegangan kepada transistor ................................................................................. 7
2.2. Prategangan Maju Balik ................................................................................................................. 8
2.2.1. Penjelasan Pendahuluan........................................................................................................... 8
2.2.2 Segi Pandang Energi ................................................................................................................ 10
2.2.3. Alfa Dc...................................................................................................................................... 10
2.2.4. Hambatan Penyebaran Basis ................................................................................................. 11
2.3. Hubungan CE ................................................................................................................................. 12
2.3.1.Operasi CE ............................................................................................................................... 12
2.3.2. Beta DC .................................................................................................................................... 13
2.3.3. Hubungan Antara ................................................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................................. 16
3. KESIMPULAN ................................................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
BJT tetap menjadi peranti pilihan untuk beberapa penggunaan, seperti sirkuit diskrit, karena
tersedia banyak jenis BJT, transkonduktansinya yang tinggi serta resistansi kekuasannya yang
tinggi dibandingkan dengan MOSFET. BJT juga dipilih untuk sirkuit analog khusus, terutama
penggunaan frekuensi sangat tinggi (VHF), seperti sirkuit frekuensi radio untuk sistem nirkabel.
Transistor dwikutub dapat dikombinasikan dengan MOSFET dalam sebuah sirkuit terpadu dengan
menggunakan proses BiCMOS untuk membuat sirkuit inovatif yang menggunakan kelebihan
kedua tipe transistor.
BJT tetap menjadi peranti pilihan untuk beberapa penggunaan, seperti sirkuit diskrit, karena
tersedia banyak jenis BJT, transkonduktansinya yang tinggi serta resistansi kekuasannya yang
tinggi dibandingkan dengan MOSFET. BJT juga dipilih untuk sirkuit analog khusus, terutama
penggunaan frekuensi sangat tinggi (VHF), seperti sirkuit frekuensi radio untuk sistem nirkabel.
Transistor dwikutub dapat dikombinasikan dengan MOSFET dalam sebuah sirkuit terpadu
dengan menggunakan proses BiCMOS untuk membuat sirkuit inovatif yang menggunakan
kelebihan kedua tipe transistor.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Struktur
Suatu transistor adalah seserpih kristal yang terdiri dari tiga daerah dengan isi tak muatanian yang
berbeda seperti transistor npn dari Gambar 5-1a. Bagian yang disebut emiter
mengandung tak-murnian Yang berkadar tinggi; tugasnya adalah menyalurkan atau menyuntikkan
elektron ke dalam basisnya. Daerah yang disebut basis (alas) mengandung tak-murnian yang
berkadar rendah dan merupakan bagian yang sangat tipis. Tugasnya adalah meneruskan sebagian
terbesar dari elektron suntikan-emiter tersebut kepada kolekror. Tingkat kadar tak-murnian dalam
kolektor terletak di antara kadar-kadar takmurnian dari emiter dan basis. Kolektor merupakan
daerah Yang terbesar dari tiga daerah transistor tersebut, karena harus menangani disipasi energi
yang lebih besar dari dua daerah Iainnya. Untuk transist01 npn, elektron bebas merupakan
pembawa-pembawa mayoritas dalam emiter dan kolektor.
maka marah-mudah dari arus bersangkutan menjadi berlawanan dengan arah panah.
Mungkin ada gunanya untuk diingat bahwa tanda panah iłu selalu menunjuk ke arah dari
mana datangnya elektron elektron. lambang rangkaian transistor. pnp diberikan dałam
Gambar 5-3b. Di sini tanda pamengarah ke dałam emiter, yang berarti bahwa arah-mudah
dari aliran konvensional adalah arah menuju ke dałam emiter. Jadi untuk aliran elektron,
arah.mudahnya adalah zah kelunr dari emiter.
Mengingat bahwa daerah basis sangat tipis dan mengandung tak-murnian yang berkadar
rendah, sebagian terbesar dari elektron-elektron bebas dalam daerah basis akan berdifusi
ke dalam kolektor seperti diperlihatkan oleh Gambar 5-5c. Segera setelah memasuki
kolektor, elektron-elektron bebas tersebut akan mengalir ke dalam penyalur keluar dari
kolektor dan meneruskan perjalanannya ke terminal positif dari baterai.
Gambaran terakhir dari proses yang terjadi adalah sebagai berikut. Dari Gambar
5-5c kita membayangkan adanya arus tunak elektron-elektron yang meninggalkan
terminal negatif dari sumber dan memasuki daerah emiter. Prategangan maju pada diode
emiter memang akan memaksa elektron-elektron bebas ini mengalir ke dalam daerah
basis. Namun daerah yang tipis dari basis serta kadar tak-murnian yang rendah dalam basis
akan memberi waktu yang cukup panjang kepada hampir semua elektron tersebut untuk
berdifusi ke dalam kolektor sebelum sempat bergabung kembali dengan lubang- lubang
dalam basis. Elektron-elektron bebas ini selanjutnya mengalir keluar dari kolektor dan
masuk ke dalam terminal positif dari catu-daya kolektor. Dalam kebanyakan transistor,
lebih dari 95 persen elektron-elektron suntikan-emiter akan mengalir kedalam kolektor
dan kurang dari 5 persen yang bergabung kembali dengan lubang-lubang basis dan
mengalir keluar melalui penyalur basis.
Berikut ini berupa pernyataan dari tiga hal pokok yang perlu diingat tentang operasi
transistor:
1. Untuk operasi normal, diode emiter diberi prategangan maju dan diode kolekor
diberi prategangan balik.
ini, dan karena alasan itulah, kolektor merupakan daerah yang paling besar
Ukurannya di antara tiga daerah pengandung tak-murnian dari suatu transistor.
Hanya kurang dari 5 persen elektron-elektron suntikan-emiter yang mengikuti jejak
rekombinasi dalam Gambar 5-7. Elektron yang mengalami proses rekombinasi akan
menjadi elektron valen. si dan mengalir melalui lubang-lubang basis ke dalam
penyalur keluar dari basis.
2.2.3. Alfa Dc
Seperti disinggung dalam pembahasan terdahulu, arus kolektor tidak Alfa DC bisa
melebihi arus emiter. Parameter yang disebut alfa dc dari suatu transistor merupakan
ukuran keberdekatan antara kedua arus itu. Parameter tersebut didefinisikan sebagai nisbah
(atau perbandingan) ams kolektor terhadap arus emiter:
sebagai contoh, misalkan hasil.hasil pengukutan IC adalah 9,8 mA dan IE
berharga 10mA, maka
Harga adc makin tinggi bila basis lcbih tipis dan mengandung tak-murnian
dengan kadar lebih rendah. Secara ideal, adc sama dengan satujika semua
elektron suntikan diteruskan ke kolektor. Banyak transistor yang mempunyai
lebih besar dari 0,99, dan hampir semuanya mempunyai yang berharga lebih
Sehubungan dengan mi. harga adc dapat diambil sama dengan satu sebagai
aproksimasi dalam bagian terbesar dari pembahasan kita.
Dalam Gambar 5-8 diberi penjelasan grafis tentang perbandingan antara
arus-arus emiter dan kolektor untuk berbagai harga adc. Dapat dibaca bahwa dalam
semua kasus, kedua macam arus itu hampir sama besarnya. Usahakan agar hal
pokok ini diingat dengan baik-baik karena pengertian ini akan banyak
mempermudah usaha pemecahan kesulitan dengan cepat serta usaha perancangan
sebagaimana akan dibahas kemudian.
2.3. Hubungan CE
Suatu transistor dwikutub (bipolar) dapat dirangkai dengan emiternya dan bukan nya
yang diketanahkan, sepcrti terlihat dałam Gambar 5-9a. Dałam rangkaian ini, emi. ter
bersekutu dengan simpal-simpal basis dan kolektor. Itulah sebabnya rangkaian ini di. sebut
hubungan atau konfigurasi emiter-sekutu (common-emitter, dan disingkat dengan CE).
Kadang-kadang rangkaian ini juga dikenal sebagai rangkaian dcngan emiter.yang.
diketanahkan (grounded-cmittcr).
2.3.1.Operasi CE
Perubahan dari hubungan CB (Gambar 5-5a) ke hubungan CE (Gam. bar 5-9a) belaka
tidak mengubah cara operasi transistor. Elektron. elektron bebas akan bergerak menułut pola
yang sama dałam dua kasus iłu. Emiter tetap berisi penuh dengan elektron-elektron bebas
(Gambar 5-9b). Bila vBE melebihi harga sekitar 0,7v
maka emiter akan menyuntikkan elektron-elektron bebas itu ke dalam
basis (5.9c). Seperti dalam hubungan CB, basis yang tipis dan berkadar
rcndah dalam takmurnian itu akan mcmberi waktu yang cukup panjang
kepada hampir semua elektron untuk berdifusi ke dalam kolektor. Dengan
prategangan balik yang diberikan kepada diode kolektor, elektron-elektton
bebas ini akan mengalir keluar dari kolektor dan terus masuk ke dalam
sumber tegangannya di luar (Gambar 5-9d).
2.3.2. Beta DC
Dalam Gambar 5-9a ditunjukkan bahwa arus kolektor itu besar dan
Beta DC arus basis kecil. Besaran yang disebut beta dc dari suatu transistor,
atau bati arus dC untuk hubungan CE, didefinisikan sebagai nisbah arus
kolektor terhadap arus basis. Secara simbolis,
Gambar 5-10 memperlihatkan perubahan tiga macam arus transistor tersebut,
terhadap harga-harga ßdc yang berbeda. Jelas terlihat bahwa bilamana harga ßdc
bertambah besar, maka arus kolektor makin mendekati arus emiter, sedangkan arus basis
makin mendekati harga nol. Untuk hampir semua transistor, kurang dari 5 persen elektron
suntikan-emiter yang menghasilkan IB melalui rekombinasi dengan lubang-lubang basis.
Karena itu, ßdc hampir selalu melebihi angka 20. Biasanya, harga ßdc terletak antara 50
dan 300. Beberapa transistor memiliki ßdc sebesar 1000. Dalam sistem analisis yang lain
, sebagai pengganti parameter ßdc digunakan parameter hibrida, bFE, untuk mengukur
bati arus dC. Jadi,
.
BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Untuk operasi transistor yang normal, diode emiternya diberi prategangan maju dandiode
kolektornya diberi prategangan balik. Dalam hal ini, elektron-elektron bebas dariemiter akan
disuntikkan ke dalam basis. Karena daerah basis itu tipis dan berkadar ren-dah dalam tak-
murnian, maka hampir semua elektron bebas tersebut berdifusi ke dalamkolektor. Sebagai
hasilnya, arus kolektor kurang lebih sama dengan arus emiter, sedang-kan arus basisnya jauh
lebih kecil dari arus emiter.
Parameter &dc merupakan nisbah arus kolektor terhadap arus emiter. Untuk keba-nyakan
transistor, Qdc berharga lebih besar dari 0,95. Atas dasar ini, sering diambil har-ga
aproksimasi sama dengan satu. Begitu pula, ßdc hampir selalu lebih besar dari 20, de-ngan
harga khas yang terletak antara 50 dan 300. Dalam lembar data, parameter Bac ada-lah
equivalen dengan parameter hFE.
suatu transistor mempunyai empat daerah operasi: daerah aktif, daerah jenuh, dae-rah putus
dan daerah dadal. Untuk rangkaian linear, transistor beroperasi dalam daerahakif, yang
berarti bahwa diode emiter diberi prategangan maju dan diode kolektor men,dapat
prategangan balik. Garis-beban dc merupakan tempat kedudukan dari semua titikQ untuk
operasi di antara daerah putus dan daerah jenuh. Untuk rangkaian dengan pra-tegangan basis,
letak titik Q tak dapat diramalkan dan tidak stabil akibat ketergantung-annya yang peka pada
harga βdb. Di pihak lain, prategangan pembagi-tegangan mengha-silkan titik Q yang hampir
tak bergantung pada ßdc. Bentuk-bentuk rangkaian prategang-an yang lain adalah
prategangan umpanbalik-emiter, prategangan umpanbalik-kolektordan prategangan emiter.
Transistor sinyal-kecil mempunyai batas daya sebesar setengah watt atau lebih
kecil.Transistor daya di pihak lain mempunyai batas daya di atas setengah watt. Batas-
batasmaksimum dari transistor mencakup besaran-besaran VcEo, VсBо, VEBO,Ic dan
PD.Pe-langgaran salah satu dari batas-batas ini akan merusak transistor. Salah satu cara
penge-tesan transistor adalah cara yang menggunakan ohmmeter. Hambatan antara
kolektordan emiter harus berharga tinggi dalam dua arah yang berlawanan. Selain iut, baik
emi-ter maupun kolektor harus mempunyai harga nisbah balik/maju yang sangat tinggi da-
lam hambatannya.