Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU DI INDONESIA

Disusun Oleh: Kelompok 3


1. Rian Hidayat (20236011009)
2. Novita Wulandari (20236011005)
3. Dinda Luthfiah (20236011006)
4. Okta Sari W. A. (20236011019)

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia


Mata kuliah : Etika Profesi
Dosen Pengampuh : 1. Dr. H. Muhammad Ali, M.Pd.
Dosen Pengampuh : 2. Dr. Hj. Siti Rukiyah, M.Pd.

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PALEMBANG
PALEMBANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa adanya
halangan berarti dalam proses pengerjaannya sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam hal ini kami mengangkat judul “Latar Belakang Pendidikan Guru di
Indonesia”.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Etika Profesi.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang sekiranya membangun serta meningkatkan kualitas makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Palembang, 02 Oktober 2023


Penyusun,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
2.1 Latar Belakang Pendidikan Guru...................................................................... 2
2.2 Tujuan Pendidikan Guru................................................................................... 3
2.3 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru...................................................... 4
BAB III PENUTUP................................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar
sehingga tidak merasa
1.3 perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada benarnya bagi mereka yang
dapat mengajar dengan
1.4 sendirinya tanpa mempelajarinya, tapi tidak jarang individu yang tidak dapat
mengajar namun karena
1.5 satu dan lain hal dituntut untuk mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli
apakah peserta didik dapat
1.6 memahami apa yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari pembelajaran sendiri
dapat tercapai atau tidak.
1.7 Hal yang demikian tidak dapat dikatagorikan dalam mengajar ataupun
pengajar yang profesional.
1.8 Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka
mengajar harus dapat
1.9 dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan kegiatan
pembelajaran diperlukan suatu
1.10 patokan atau pedoman dalam penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai
dan dapat dipertanggung
1.11 jawabkan. Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui
bagaimana mengajar yang
1.12 seharusnya.
1.13 Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar
sehingga tidak merasa
1.14 perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada benarnya bagi mereka
yang dapat mengajar dengan
1.15 sendirinya tanpa mempelajarinya, tapi tidak jarang individu yang tidak
dapat mengajar namun karena
1.16 satu dan lain hal dituntut untuk mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli
apakah peserta didik dapat
1.17 memahami apa yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari pembelajaran
sendiri dapat tercapai atau tidak.
1.18 Hal yang demikian tidak dapat dikatagorikan dalam mengajar ataupun
pengajar yang profesional.
1.19 Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,
maka mengajar harus dapat
1.20 dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan kegiatan
pembelajaran diperlukan suatu
1.21 patokan atau pedoman dalam penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai
dan dapat dipertanggung
1.22 jawabkan. Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui
bagaimana mengajar yang

1
1.23 seharusnya.
1.24 Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar
sehingga tidak merasa
1.25 perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada benarnya bagi mereka
yang dapat mengajar dengan
1.26 sendirinya tanpa mempelajarinya, tapi tidak jarang individu yang tidak
dapat mengajar namun karena
1.27 satu dan lain hal dituntut untuk mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli
apakah peserta didik dapat
1.28 memahami apa yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari pembelajaran
sendiri dapat tercapai atau tidak.
1.29 Hal yang demikian tidak dapat dikatagorikan dalam mengajar ataupun
pengajar yang profesional.
1.30 Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,
maka mengajar harus dapat
1.31 dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan kegiatan
pembelajaran diperlukan suatu
1.32 patokan atau pedoman dalam penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai
dan dapat dipertanggung
1.33 jawabkan. Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui
bagaimana mengajar yang
1.34 seharusnya.
1.35 Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar
sehingga tidak merasa
1.36 perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada benarnya bagi mereka
yang dapat mengajar dengan
1.37 sendirinya tanpa mempelajarinya, tapi tidak jarang individu yang tidak
dapat mengajar namun karena
1.38 satu dan lain hal dituntut untuk mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli
apakah peserta didik dapat
1.39 memahami apa yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari pembelajaran
sendiri dapat tercapai atau tidak.
1.40 Hal yang demikian tidak dapat dikatagorikan dalam mengajar ataupun
pengajar yang profesional.
1.41 Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,
maka mengajar harus dapat
1.42 dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan kegiatan
pembelajaran diperlukan suatu
1.43 patokan atau pedoman dalam penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai
dan dapat dipertanggung
1.44 jawabkan. Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui
bagaimana mengajar yang
1.45 seharusnya.
Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar
sehingga tidak merasa perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada

2
benarnya bagi mereka yang dapat mengajar dengan sendirinya tanpa
mempelajarinya, tapi tidak jarang individu yang tidak dapat mengajar namun
karena satu dan lain hal dituntut untuk mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli
apakah peserta didik dapat memahami apa yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari
pembelajaran sendiri dapat tercapai atau tidak. Hal yang demikian tidak dapat
dikatagorikan dalam mengajar ataupun pengajar yang profesional.
Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka
mengajar harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan
kegiatan pembelajaran diperlukan suatu tolok ukur atau pedoman dalam
penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai dan dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui bagaimana mengajar yang
seharusnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pengertian Etika
1.4 2. Bagaiaman Etika Guru dalam Proses Pemeblajaran
1.5 3. Bagaiaman Etika Guru Indonesia
1.6 4. Bagiamana Peran Guru dalam proses pembelajaran
1.7 5. Apa saja kode etik guru Indonesia
Pengertian Etika
2. Bagaiaman Etika Guru dalam Proses Pemeblajaran
3. Bagaiaman Etika Guru Indonesia
4. Bagiamana Peran Guru dalam proses pembelajaran
5. Apa saja kode etik guru Indonesia
Pengertian Etika
2. Bagaiaman Etika Guru dalam Proses Pemeblajaran
3. Bagaiaman Etika Guru Indonesia
4. Bagiamana Peran Guru dalam proses pembelajaran
5. Apa saja kode etik guru Indonesia
1.2.1 Apa latar belakang pendidikan guru?
1.2.2 Apa tujuan pendidikan guru?
1.2.3 Bagaimana pengaruh pendidikan guru terhadap pelaksanaan
pembelajaran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaiamanakah latar belakang, tujuan serta pengaruh pendidikan

3
guru terhadap pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pendidikan Guru


Latar belakang pendidikan guru dari guru lainnya terkadang tidak sama.
Perbedaan latar belakang pendidikan ini dilatar belakangi oleh perjenjangan dalam
pendidikan yang pernah ditempuh. Menurut Undang-Undang Nomer 2 Tahun
1989 tentang Sistem pendidikan Nasional Bab V, pasal 12. bahwajenjang
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, Konstitusi tersebut adalah bersifat
umum, Dan memerlukan penielasan. untuk itu, jenjang pendidikan yang berada
dibawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah mulai dari
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolab Menengah Atas
(SMA) dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jenjang pendidikan yang berada
dibawah wewenang Departemen Agama adalah mulai dari Madrasah lbtidaiyah
(Ml), Madrasah Tsa'nawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) dan Perguruan
Tinggi Agama.
Sedangkan di Indonesia telah banyak berlaku dan berkembang jenis
pendidikan. dari tingkat dasar Sampai tingkat perguruan tinggi. Jenis pendidikan
tingkat dasar adalah SD. MI. MTs. SLTP. Sedang jenis pendidikan tingkat
menengah adalah seperti SMU. MA. MAK. SPG. PGA, SMEA. STM dan
sebagainya. Jenis pendidikan tingkat perguruan tinggi adalah dalam bentuk
Institut dan Universitas. dimanu institut dan universitas ini masing-masIng
memiliki sejumlah fakultas, jurusan dan program studi: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik,
Fakultas Ekonomi. Fakultas Komunikasi dan sebagainya, semua itu termasuk
kategori pendidikan umum sedangkan pendidikan tinggi yang berciri khas
pendidikan agama Islam adalah seperti Fakultas Tarbiyah, Syari'ah, Dakwah.
Adab dan Fakultas Ushuluddin yang semunya merupakan pendidikan keguruan
dan non keguruan. Yang termasuk pendidikan keguruan adalah fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan dan Tarbiyah.

5
Hal ini sesuai dengan penjelasan (Hamalik, 1989, p. 2) bahwa Pendidikan
keguruan hanya dipelajari oleh para calon guru atau tenaga kependidikan sesuai
dengan bidang keahliannya seperti bidang kedokteran, kehakiman dan sebagainya
tidak wajib mempelajarinya. Kecuali bila ia ingin bertugas sebagai guru baik
dalam pendidikan formal maupun nonformal.
Jadi guru yang berpendidikan kedokteran, kehakiman dan sebagainya,
latar belakang pendidikannya bukan jenis pendidikan keguruan melainkan
pendidikan non keguruan. Sebab didalannya tidak menyajikan secara khusus
tentang ilmu-ilmu keguruan.
2.2 Tujuan Pendidikan Guru
Pendidikan guru merupakan pendidikan yang dipadukan dalam suatu
sistem proses pengandaan, pengembangan dan pengelolaan maka setiap lembaga
pendidikan guru harus berlandaskan pancasila dan UUD 1945, dan bertujuan
membentuk manusia yang berpancasila dan membentuk manusia Indonesia
seutuhnya, sehat jasmani dan rohaninya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia dengan ketentuan
yang termaktub dalam UUD 1945 (Hamalik, 1989, p. 9).
Selain tujuan yang tersebut diatas, ada tujuan yang lebih spesifik, hal ini
mengingat karena pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang profesional, maka
yang menjadi tujuan pendidikan prajabatannya adalah juga sejalan dengan
kerangka tujuan profesional lainnya. Adapun tujuan pendidikan menurut
(Soediharjo & Conny, 1991, p. 123) adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan bahan pelajaran
Ada dua hal pokok dalam tujuan ini, pertama meliputi penguasaan
untuk bidang ilmu sumber ajaran dari segi konsep-konsep dasarnya,
metodologi penelitian dan pengembangan maupun filosofinya. Hal ini
menuntut agar calon guru mampu secara mandiri belajar terus untuk
meningkatkan penguasaan itu. Kedua meliputi penguasaan isi bahan ajaran

6
sekolah sasaran baik cakupan, tata uraian, cara maupun bentuk prestasinya
guna keperluan pengajaran.
2. Penguasaan teori dan ketrampilan pengajaran
Hal ini meliputi. pertama pengertian dan pemahaman yang
berkaitan dengan falsafahnya dan ilmu pengetahuan yakni pendidikan
termasuk ilmu-ilmu penunjangnya. dan kedua penguasaan prinsip dan
prosedur keguruan yang berkaitan dengan bahan ajaran yang akan dibina.
3. Pemilikan kemampuan memperagakan untuk kerja
Kemampuan yang dimaksud disini adalah kemampuan mengelola
kegiatan belajar mengaiar dibidang mata ajaran spesialisasi yang
melibatkan kelompok murid setara dengan kelompok yang akan diajarkan
kelak.
4. Pemilikian sikap, nilai dan kepribadian
Pemilikian Sikap nilai dan kecenderungan kepribadian yang
menunjang pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru,
5. Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas profesional lain dan tugas-
tugas administrasi rutin
Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas-tugas profesional lain
dan tugas administrasi rutin dalam rangka pengoperasian sekolah
disamping kemampuan ambil bagian dalam kehidupan kesejawatan
dilingkungan sekolah.
2.3 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru Terhadap Pelaksanaan
Pengajaran
Sudah menjadi persyaratan atas diri Seseorang sebagai pekerja agar
memiliki kemampuan dan kecakapan terhadap bidang yang digarapnya, hal ini
tidak Iain untuk memberikan hasil yang berkualitas terhadap bidang yang
digarapnya. Tidak terkecuali Seorang guru harus benar-benar konsekuen terhadap
tugasnya, yakni harus memiliki dan meningkatkan kemampuan dan kecakapan
dalam mengajar. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan
peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta
didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama dalam pendidikan.

7
ketiganya membentuk satu-kesatuan, jika hilang salah satu akan sama dengan
hilang seluruh hakekat pendidikan.
Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsur
lain, seperti media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Itu sebabnya pekerjaan
sebagai guru dikenal sebagai pekerjaan profesional. Jika pekerjaan guru dikenal
dengan pekerjaan profesional, maka konsekuensinya guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugas secara profesional tapi luga harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan profesional, pengetahuan dan kemampuan profesi guru tersebut
banyak ditentukan oleh pendidikan persiapannya. Profesi guru dalam banyak hal
ditentukan oleh pendidikan persiapannya, pengalaman kerja dan kepribadian guru,
terutama bila ditinjau dari sudut dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
sekolah. Ketiga aspek tersebut diatas langsung/tidak langsung akan menentukan
gaya mengajar mana yang akan dimanfaatkan guru dalam kegiatan mengajarnya
(Syaifullah, 1993, p. 21).
Untuk itu dalam melaksanakan peran dan tugas serta tanggung jawabnya
dalam mengaiar, guru memerlukan kemampuan dan kecakapan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar atau dalam penyampaikan pelajaran agar
berjalan dengan haik, serla dapat memolah ciptaan kondisi pengajaran yang
efektif dan efisien bagi siswa dan bagi guru itu sendiri. Diantara faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah faktor kemampuan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan adanya interaksi antara
guru dan siswa. Faktor tersebut harus dimiliki guru didalam melaksanakan proses
belajar mengajar, sebab dalam proses belajar terdapat bermacam-macam
perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh kemampuan guru
dalam mengajar pengetahuan yang dimilikinya, dan latar belakang pendidikannya
(Wijaya & Rusyan, 1991, p. 4).
Perbedaan latar belakang pendidikan guru akan mempengaruhi kegiatan
guru dalam melaksanakan kegiatan pengajaran. Seperti guru alumnus FKIP dan
guru alumnus FISIP akan berbeda cara mengajar mereka, Sebab guru alumnus
FKIP telah memiliki seiumlah pengalaman teoritis dibidang keguruan, sedangkan

8
alumnus FISIP tidak pernah menerima pengataman dibidang keguruan
(Djamaroh, 1995, p. 13).
Perbedaan latar belakang pendidikan guru tersebut akan terlihat dengan
melihat kemampuan mereka (guru) dalam bersikap. berbuat dan mengambil
keputusan dalam masalah kependidikan dan dalam melaksanakan pengajaran.
Dalam kaitannya dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
guru yang disebabkan perbedaan latar belakang pendidikan yang pernah mereka
tempuh tersebut, tentu sangat ada kaitannya dengan kemampuan atau kompetensi
guru yang antara lain:
1. Kepribadian,
2. Penguasaan bahan,
3. Kesadaran waktu,
4. Penguasaan metode,
5. Pengelolaan program belajar mengajar,
6. Pengelolaan kelas,
7. Penggunaan media.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Latar belakang pendidikan guru akan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengajaran. Hal ini dikarenakan dalam interaksi belajar mengajar
(pengajaran) pengalaman guru memegang peranan yang sangat menentukan.
Bagaimana pun sistem pendidikan, apapun yang digunakan dan bagaimana
keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung pada guru dalam
memanfaatkan semua komponen yang ada, metode dan keputusan guru dalam
pengajaran akan sangat berpengaruh.
Bila guru hanya mempunyai pengalaman dalam pendidikan SLTA, maka
akan kesulitan dalam menguasai kemampuan tersebut yang akhirnya dapat
mempengaruhi pelaksanaan pengajaran. Dengan demikian latar belakang
pendidikan guru mempunyai sebab akibat dalam pelaksanaan pengajaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djamaroh, S. (1995). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha


Nasional.
Hamalik, O. (1989). Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung: Mandar
Maju.
Soediharjo, S., & Conny. (1991). Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan
Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Syaifullah, A. (1993). Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Wijaya, C., & Rusyan, A. (1991). Kemampuan Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai