Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI PERTANIAN

PENGARUH TATA NIAGA TERHADAP KESEJAHTERAAN


“PETANI BAWANG MERAH DAN PETANI BERAS”

DOSEN PENGAMPU : Ariel Siswantoro, S.E, M.E

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


FEBRI HELDIANI MANURUNG (22020004)
PUTRI PURNAMA SARI (22020041)
MEDIA UTAMI PUTRI (22020017)
HENI SAGITA (22020031)
NOVITA WULANDARI (21020017)
JOKI ANDRIANTO (21020012)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN SH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat kita selesaikan dengan baik. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini.Makalah
ini bertujuan untuk menyajikan gambaran menyeluruh tentang dua komoditas penting dalam
ranah pertanian Indonesia, yaitu beras dan cabai. Rantai niaga keduanya memiliki peran
sentral dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sekaligus menjadi bagian
integral dalam perekonomian nasional.
Dalam pembahasan rantai niaga beras, penulis mencoba merinci berbagai aspek yang
memengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi beras di Indonesia. Faktor-faktor seperti
perubahan iklim, teknologi pertanian, dan kebijakan pemerintah menjadi sorotan utama.
Harapannya, makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana rantai niaga beras berinteraksi dengan dinamika lingkungan eksternal.
Sementara itu, perjalanan bawang merah dari ladang hingga masuk ke meja dapur juga
menjadi fokus utama. Keunikan distribusi bawang merah yang tersebar di berbagai wilayah
di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Melalui analisis ini, diharapkan kita dapat
memahami lebih baik bagaimana kolaborasi antara pelaku rantai niaga bawang merah
berlangsung dan memengaruhi ketersediaan serta harga bawang merah di pasar. Melalui
makalah ini, penulis berharap pembaca dapat mendapatkan wawasan yang lebih kaya tentang
perjalanan dua komoditas krusial ini dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan
mengoptimalkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, dan saran serta kritik membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bengkulu, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................6


A. Dampak Tata NiagaTerhadapKesejahteraanPetaniBawang Merah Dan Beras..........6
B. Faktor PenyebabTerjadinya Tata NiagaBawang Merah dan Beras.............................6
C. Pelaku Tata Niaga Yang MerugikanPetani .................................................................7
D. Lokasi dan Waktu terjadinya Tata Niaga.....................................................................8
E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Tata Niaga yang MerugikanPetani..........9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................10


A. Kesimpulan .................................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis,
karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis menyebabkan
mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam,
dengan kata lain pekerjaan mayoritas masyarakat Indonesia adalah petani. Mayoritas
penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian oleh karena itu sebagai negara agraris
seharusnya pemerintah memperhatikan kesejahteraan petani, dalam kenyataan kondisi petani
semakin tidak dipedulikan oleh pemerintah.

Pendapatan petani yang rendah dan tidak menentu menjadi alasan utama semakin
buruknya kesejahteraan. Rendahnya pendapatan petani ini salah satunya disebabkan oleh
buruknya proses pemasaran produk pertanian atau yang disebut dengan tata niaga pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura semusim yang
potensial, terutama tanaman sayur-sayuran dan Beras. oleh karena itu tanaman sayur-sayuran
semusim dan Beras dapat menjadi peluang bagi para petani untuk mendapatkan keuntungan
karena sifat produknya memiliki nilai ekonomis tinggi.

Tengkulak dan pedagang besar pada umumnya menguasai tata niaga bawang merah dan
Beras, sehingga farmer’s share relatif kecil dibanding dengan pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul seperti tengkulak dan pedagang besar dapat mengendalikan harga
karena bargainning power petani yang rendah. Para pedagang umumnya memiliki gudang
penyimpanan sehingga pada saat harga jatuh di musim panen raya masih dapat dikendalikan
dengan memanfaatkan gudang tersebut. Petani terpaksa melepas bawang merah dan Beras
dengan harga yang ditentukan pedagang karena tidak memiliki Gudang, sehingga
kesejahteraan petani menurun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak tata niaga terhadap kesejahteraan petani bawang merah dan Beras?
2. Bagaimana Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani masalah tersebut?
3. Siapa yang mempengaruhi proses tata niaga pertanian bawang merah dan Beras?
4. Dimana terjadinya kasus tata niaga pertanian bawang merah dan Beras tersebut?
5. Mengapa tata niaga pertanian bawang merah dan Beras bisa terjadi?
6. Kapan proses tata niaga itu terjadi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka makalah ini memiliki tujuan
1. Menganalisis dampak tata niaga terhadap kesejahteraan petani bawang merah dan
Beras
2. Mengidentifikasi Upaya pemerintah dalam menangani tata niaga pertanian di
Indonesia
3. Mengidentifikasi pelaku tata niaga pertanian bawang merah dan Beras di Indonesia
4. Mengidentifikasi lokasi terjadinya tata niaga bawang merah dan Beras
5. Menganalisis factor penyebab terjadinya tata niaga bawang merah dan Beras
6. Mengidentifikasi waktu terjadinya tata niaga bawang merah dan Beras
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Tata Niaga Terhadap Kesejahteraan Petani Bawang Merah Dan Beras
Tata niaga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan petani bawang
merah dan Beras. Misalnya, sistem distribusi yang efisien dapat meningkatkan
pendapatan petani dengan memastikan harga yang adil dan akses pasar yang lebih baik.
Namun, praktik tata niaga yang tidak adil atau biaya transportasi tinggi dapat merugikan
petani dengan menyusutkan margin keuntungan mereka. Oleh karena itu, perlunya
kebijakan tata niaga yang mendukung petani untuk menciptakan lingkungan ekonomi
yang seimbang dan berkelanjutan.
Pengembangan infrastruktur tata niaga, seperti gudang penyimpanan modern dan
sistem transportasi yang efisien, dapat memberikan manfaat besar dengan mengurangi
kerugian pasca panen dan meningkatkan nilai jual produk pertanian. Selain itu, kebijakan
pemerintah yang mendukung pengetahuan dan keterampilan petani dalam manajemen tata
niaga dapat membantu mereka menghadapi perubahan pasar dan meningkatkan daya
saing. Di sisi lain, birokrasi yang berlebihan atau praktik monopoli dalam rantai pasok
dapat menjadi hambatan dan merugikan kesejahteraan petani.
Perubahan harga bahan bakar dan tarif transportasi dalam tata niaga dapat
berpengaruh pada biaya produksi petani. Jika biaya ini naik tanpa peningkatan harga jual,
petani bisa mengalami tekanan ekonomi. Oleh karena itu, peran kebijakan yang
mendukung stabilitas harga dan mengurangi biaya logistik dapat membantu menjaga
kesejahteraan petani. Selain itu, integrasi teknologi informasi dalam tata niaga dapat
memudahkan petani untuk memantau pasar dan membuat keputusan yang lebih baik
terkait produksi dan pemasaran hasil pertanian mereka.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Tata Niaga Bawang Merah dan Beras


Tata niaga bawang merah dan Beras dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
permintaan pasar, kondisi cuaca, serta kebijakan pemerintah terkait pertanian dan
perdagangan.
Fluktuasi harga dapat disebabkan oleh produksi yang tidak stabil, perubahan kebijakan
perdagangan, atau bahkan bencana alam yang mempengaruhi hasil panen. Selain itu,
faktor eksternal seperti biaya produksi, transportasi, dan distribusi juga turut berperan
dalam membentuk tata niaga kedua komoditas tersebut.
Tata niaga bawang merah dan Beras dipengaruhi oleh sejumlah faktor kompleks yang
bersifat dinamis.
a. Permintaan pasar
perubahan tren konsumsi atau kebijakan pemerintah terkait impor dan ekspor dapat
berfluktuasi, sehingga dapat mempengaruhi tata niaga dalam permintaan pasar
terhadap bawang merah dan Beras.
b. cuaca
cuaca dapat mempengaruhi produktivitas tanaman seperti bawang merah dan Beras,
karena jika musim panas berlangsung, para petani akan kesulitan air untuk proses
penyiraman tanaman dan Beras dapat mengalami gagal panen. Hal ini yang dapat
mempengaruhi ketersediaan pasokan dan akhirnya memengaruhi harga di pasar.
c. Kebijakan pemerintah
Subsidi, regulasi, atau perubahan kebijakan dapat memengaruhi dinamika pasar dan
tata niaga kedua komoditas tersebut.
d. biaya produksi, transportasi, dan distribusi
biaya produksi, transportasi, dan distribusi memiliki peran penting dalam menentukan
harga akhir untuk konsumen. Karena jika pengeluaran lebih besar dari pemasukan,
maka akan menekan kesejahteraan petani dan modal.
e. Teknologi pertanian,
penggunaan metode irigasi atau varietas tanaman unggul, juga dapat mempengaruhi
produksi dan, pada gilirannya, tata niaga bawang merah dan Beras. Dengan demikian,
melihat lebih dalam ke dalam faktor-faktor ini membantu memahami kompleksitas
dan dinamika tata niaga kedua komoditas tersebut.

C. Pelaku Tata Niaga Yang Merugikan Petani


Tata niaga adalah suatu proses penyaluran barang/jasa dari produsen awal sampai ke
konsumen akhir. Pelaku tata niaga dalam pertanian yaitu petani, pedangan perantara,
pedangan eceran. Biasanya yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena
adanya tengkulak yang membeli barang dari petani (produsen awal) dengan harga yang
sangat rendah dan menjual dengan harga tinggi.
Biasanya hal ini terjadi karena petani telah melakukan peminjaman dana kepada
tengkulak. sehingga untuk membayar peminjaman tersebut petani harus menjual hasil
panen tersebut ke tengkulak dengan harga yang rendah.
Jadi Pelaku tata niaga yang merugikan petani ialah pedagang perantara atau yang sering
disebut tengkulak, mereka yang memainkan harga pasar sehingga menekan kesejahteraan
petani dan sering menyebabkan petani rugi.

D. Lokasi dan Waktu terjadinya Tata Niaga


Lokasi kasus Tata Niaga bawang merah ada di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek,
Kabupaten Bantul, DIY
Lokasi Kasus Tata Niaga Beras ada di Palembang, Jumat 28 juli 2017
Diakui Prof. Maman, beberapa titik rantai pasok didominasi pelaku usaha yang
memungkinkan mereka memainkan harga. Hal ini yang kerap disebut sebagai kartel atau
mafia pangan.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah mendeteksi bahwa ada koordinasi di
antara kartel dalam proses rantai pasok pangan. Hasil riset yang dilakukan Prof. Maman
bersama Bank Indonesia pada 2019 menunjukkan, permasalahan di sektor bahan pokok
dapat memicu terjadinya inflasi, khususnya di wilayah Priangan Timur. Salah satu
penyumbang terbesar dari masalah tersebut ada di rantai pasok.

E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Tata Niaga yang Merugikan Petani


Dalam mengatasi tata niaga yang merugikan petani, diperlukan Upaya dari pemerintah,
guna membantu memperbaiki rantai niaga dan pemasaran hasil pertanian.
Berikut Upaya yang dilakukan pemerintah :
1. Infrastruktur Pertanian
Peningkatan infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan penyimpanan dingin membantu
memperbaiki rantai pasok pertanian, mempercepat distribusi produk, dan mengurangi
kerugian pasca panen.
2. Pelatihan dan Pendidikan Petani
Program pelatihan untuk petani membantu meningkatkan keterampilan mereka dalam
manajemen pertanian, teknik pertanian yang efisien, dan penerapan praktik-praktik
berkelanjutan.
3. Teknologi Pertanian
Penerapan teknologi modern dalam pertanian, seperti penggunaan sensor, drone, dan
sistem informasi pertanian, dapat meningkatkan efisiensi produksi dan membantu
petani menghadapi tantangan seperti perubahan iklim.
4. Kredit dan Subsidi
Pemerintah dapat menyediakan akses lebih mudah terhadap kredit pertanian dan
subsidi input pertanian seperti bibit unggul, pupuk, dan pestisida untuk mendukung
petani, terutama yang memiliki skala usaha kecil.
5. Pasar dan Pemasaran
Membuka akses petani ke pasar yang lebih luas, baik lokal maupun internasional,
serta memberikan bantuan dalam pemasaran produk pertanian, membantu
meningkatkan pendapatan petani.
6. Kebijakan Harga
Menetapkan kebijakan harga yang adil untuk produk pertanian dapat melindungi
petani dari fluktuasi harga yang merugikan.
7. Asuransi Pertanian
Menyediakan asuransi pertanian membantu melindungi petani dari risiko kegagalan
panen akibat cuaca ekstrem atau bencana alam lainnya.
8. Pengembangan Pasar dan Ekspor
Mendorong diversifikasi dan pengembangan pasar domestik serta ekspor dapat
menciptakan peluang lebih besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Melalui kombinasi upaya ini, pemerintah berharap dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan sektor pertanian serta
meningkatkan kesejahteraan petani.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan isi makalah rantai tata niaga bawang merah di Desa Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul, DIY pada bulan September – Oktober 2014 dan rantai niaga
beras di Palembang, pada 28 Juli 2017. maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pelaku tata niaga yang terlibat dalam rantai tata niaga yang diteliti meliputi petani,
pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer.
b. Masing-masing pelaku tata niaga memiliki kegiatan yang berbeda-beda dalam rangka
melakukan fungsi tata niaga. Fungsi tata niaga yang dilakukan mempengaruhi
keuntungan dan biaya tata niaga yang diterima oleh setiap pelaku tata niaga.
c. Bagian keuntungan terbesar dinikmati oleh pedagang pengumpul pada rantai tata
niaga II yakni sebesar 46,83% dari total marjin tata niaga. Farmer’s Share terendah
berada pada rantai tata niaga I yakni sebesar 57,14%. Marjin tata niaga pada rantai
tata niaga 1 dan 2 relatif tersebar tidak merata.
d. Integrasi pasar vertikal bawang merah pada model VECM terjadi dalam jangka
panjang dan jangka pendek. Transmisi harga dalam jangka panjang terjadi antara
harga di tingkat petani dengan harga di tingkat grosir, perubahan harga bawang merah
di tingkat grosir akan direspon secara positif oleh harga di tingkat petani dengan
koefisien sebesar 3,22. Transmisi harga bawang merah dalam jangka pendek terjadi
pada harga di tingkat grosir yang dipengaruhi secara positif oleh harga di tingkat
petani pada masa lampau (lag 1) dengan koefisien sebesar 2,43.

B. SARAN
Dari kesimpulan diatas, untuk meningkatkan kesejahteraan petani bawang merah dan
beras tata niaga pertanian di Indonesia harus diperhatikan. supaya rantai niaga yang
berlangsung dapat berjalan dengan adil baik di pedangan maupun di petani.
Pemerintah juga seharusnya menjalankan Upaya untuk menanggulangi hal tersebut,
dengan cara menaikkan program Bulog dan memperbaiki pemasaran hasil pertanian
terutama di dalam pasar, sehingga petani memiliki pendapatan yang cukup untuk
kesejahteraan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, D., (2012), “Integrasi Vertikal Pasar Produsen Gabah dengan Pasar Ritel
Beras di Indonesia”, Jurnal Manajemen Teknologi, XI (2) November, hal. 225-237
Fitriani., Ismono, H., dan Rosanti, N., (2011), “Produksi Tata Niaga Beras Di Propinsi
Lampung”, Jurnal Sosial dan Ekonomi Pembangunan, V (1) Maret, hal. 1-10
Jumadi, A., Hidayat, M.I., Djaya, M.S., dan Firahmi, N., (2011), “Distribusi Bawang
Merah dan Bawang Putih di Kota Banjarmasin”, Media Sains, III (2) Oktober, hal.
125 - 132
Nurasa, T., dan Darwis, V., (2007), “Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin
Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes”, Jurnal Akta Agrosia, X (1),
Januari – Juni, hal. 40 – 48
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2017/07/28/rantai-pasok-terlalu-panjang-rugikan-
petani

Anda mungkin juga menyukai