Anda di halaman 1dari 12

Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang

(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

PREFERENSI WARGA TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN PECINAN SEBAGAI


TEMPAT REKREASI DI KOTA MAGELANG
1,* 2 3
Sidhi Pramudito , Riyan Dwi Jayanti , Brigita Murti Utaminingtyas
1, 2, 3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari
No. 44 55281
* sidhi.pramudito@uajy.ac.id

Diterima: 23-02-2022 Direview : 26-04-2022 Direvisi : 15-07-2022 Disetujui: 25-08-2022

ABSTRAK. Kawasan Pecinan di Indonesia muncul akibat adanya hubungan perdagangan antara
warga lokal dengan orang Cina pada masa lalu. Para pendatang dari Cina yang awalnya memiliki
tujuan untuk berdagang kemudian menetap dan mendirikan pemukiman sendiri. Dari berbagai bentuk
interaksi kemudian terjadi akulturasi, diwujudkan dalam produk-produk kebudayaan antara lain seni,
bahasa, perabot rumah tangga, makanan hingga pakaian. Penelitian ini menggunakan studi kasus
Kawasan Pecinan Magelang. Kawasan ini dipilih karena terletak strategis di tengah kota sehingga
menjadi salah satu tujuan wisata baik bagi masyarakat yang berasal dari dalam maupun luar
Magelang. Data dikumpulkan secara daring dengan menyebar kuesioner terbuka, yang terdiri dari
pertanyaan utama mengenai kondisi Kawasan Pecinan saat ini dan preferensi masyarakat mengenai
tempat wisata di kota Magelang. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengen metode analisis
isi melalui tahap yaitu open-coding, axial-coding, dan selective-coding. Berdasarkan analisis dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa preferensi masyarakat terhadap tempat rekreasi terdiri dari
dua aspek, yaitu aspek fisik dan non fisik. Terdapat faktor 4 dominan pada aspek fisik yakni desain,
sarana, prasarana, serta aksesibilitas, sedangkan faktor dominan yang terdapat pada aspek non fisik
yaitu kenyamanan lingkungan yang terdiri dari nuansa alam, kemudian keamanan, dan kenyamanan
pengunjung.

Kata kunci: Preferensi, Tempat rekreasi, Pecinan, Magelang

ABSTRACT. The Chinatown area in Indonesia emerged due to past trade relations between residents
and the Chinese. The immigrants from China who initially had the purpose of trading then settled and
established their settlements. Various interactions occur, leading to cultural acculturation, manifested
in cultural products, including art, language, household furniture, food, and clothing. This research
uses a case study of the Chinatown area of Magelang. This area was chosen because it is
strategically located downtown, so it has become a tourist destination for people from within and
outside Magelang. Data was collected online by distributing an open questionnaire, which consisted of
the main questions regarding the current condition of the Chinatown area and people's preferences
regarding tourist attractions in the city of Magelang. Data were analyzed using the content analysis
method through 3 stages: open, axial, and selective coding. Based on the analysis and discussion, it
can be concluded that people's preferences for recreational areas consist of two aspects, namely
physical and non-physical aspects. There are four dominant physical factors: design, facilities,
infrastructure, and accessibility. While the dominant factors contained in the non-physical aspects are
environmental comfort which consists of natural nuances, then security, and visitor comfort

Keywords: Preference, Recreation area, Chinatown, Magelang

PENDAHULUAN mendahulukan dan mengutamakan sesuatu


daripada yang lain. Menurut Andi Mappiare,
Istilah preferensi dapat menggambarkan preferensi merupakan gabungan dari
sesuatau hal yang disukai; kesukaan; atau perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa
pilihan. Preferensi menjadi langkah pertama takut, atau kecenderungan lain yang
seseorang dalam menjelaskan alasan tercampur dalam suatu perangkat mental dari
kesukaannya atas suatu jenis produk melebihi seorang individu yang mengarah pada suatu
jenis produk yang lain (Kotler & Armstrong, pilihan tertentu (Mappiare, 1983). Porteus
2008)(Kotler & Armstrong, 2008). Berdasarkan menyampaikan bahwa preferensi merupakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komponen untuk pengambilan keputusan yang
pilihan, kecenderungan, minat atau kesukaan dapat saling mempengaruhi. Komponen-
dapat diartikan sebagai Preferensi. Oleh KBBI komponen yang termasuk dalam pengambilan
didefinisikan sebagai prioritas, (hak untuk) keputusan tersebut antara lain: persepsi,
81
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

sikap, nilai dan kecenderungan warga Magelang yang khas secara


(Nursusandhari, 2009). arsitektural.

Para ahli lingkungan menggunakan studi Kawasan Pecinan sebagai salah satu atraksi
perilaku individu agar apa yang diinginkan oleh pariwisata, diharapkan memiliki komponen
pengguna mengenai objek yang direncanakan atau inti dari pariwisata. Semua hal yang
dapat dinilai dan digunakan oleh para berkaitan dengan wisata, termasuk objek
perancang (Porteous, 1977). Hal ini berkaitan wisata dan daya tarik yang terdapat di suatu
dengan preferensi yang digunakan dalam daerah, serta setiap usaha yang dilakukan
bidang arsitektur untuk mencapai rancangan untuk menyelenggarakan pariwisata tergabung
tujuan yang diharapkan. Perancangan dan dalam satu kesatuan Pariwisata. Pariwisata
perencanaan yang tanggap sosial dirancang memiliki inti atau komponen-komponen yang
oleh seorang arsitek dengan memahami membentuknya, yaitu: attraction (daya Tarik
preferensi untuk mendesain (Norberg Schulz, wisata), accessibility (aksesibilitas), amenities
1968). ). Arsitek bertugas untuk menyediakan (fasilitas), dan ancillary service (layanan
pegangan eksistensial agar dapat mewujudkan tambahan).
cita-cita dan mimpi bagi para 1. Attraction
pemakainya.wasan Pecinan di Indonesia Atraksi adalah komponen inti dalam
muncul akibat adanya hubungan perdagangan menarik wisatawan untuk datang ke suatu
antara warga lokal dengan orang Cina pada tempat wisata. Hal-hal yang dikembangkan
masa lalu. Para pendatang dari Cina yang menjadi daya tarik wisata disebut modal
awalnya memiliki tujuan untuk berdagang pariwisata. Modal pariwisata adalah daya
kemudian menetap dan mendirikan tarik wisata di tempat wisata (in situ) dan di
pemukiman sendiri yang terletak di tengah luar tempat asalnya (ex-situ) (Khotimah,
kotaPola permukiman di Kawasan Pecinan 2017) (Nurjaya et al., 2017). Ada tiga daya
memiliki karakter yang khusus, begitu juga tarik utama untuk menarik kunjungan
karakter bangunan yang berdiri di kawasan ini. wisatawan, yaitu; Sumber Daya Alam
Jalur pedestrian yang terbuka, patung-patung (alam), Atraksi Wisata Budaya, dan Atraksi
sebagai landmark, klenteng dan kuil sebagai buatan itu sendiri (Setiawan, 2015).
tempat ibadah khusus merupakan salah satu Keberadaan tempat wisata sangat penting
ciri khas permukiman di Kawasan Pecinan. Di untuk memotivasi wisatawan untuk
dalam Kawasan ini juga terdapat akulturasi mengunjungi tempat wisata di suatu
budaya, tidak hanya Cina, tetapi juga budaya daerah.
Arab, India, dan budaya lokal menjadi ciri khas 2. Accessibility
dari Kawasan Pecinan. Oleh karena itu, Aksesibilitas meliputi segala fasilitas yang
kawasan Pecinan memiliki daya tarik dan memudahkan wisatawan untuk mencapai
potensi untuk dikembangkan menjadi tempat suatu destinasi dan destinasi wisata terkait.
rekreasi bagi masyarakat sekitar. Aksesibilitas berupa pelayanan transportasi
yang dapat mempermudah akses
Kondisi tersebut juga tergampar pada wisatawan untuk melakukan perjalanan dari
Kawasan Pecinan, dimana Kawasan tersebut satu tempat ke tempat lain. Faktor lain yang
terletak di Jl. Pemuda Kota Magelang yang berhubungan dengan aksesibilitas antara
terletak strategis di tengah kota.Kawasan lain petunjuk arah, bandara, terminal, dan
Pecinan Kota Magelang tidak hanya menjadi waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
salah satu tujuan wisata bagi masyarakat lokasi.
Magelang tapi juga bagi masyarakat dari luar 3. Amenities
kota. Ada beberapa obyek wisata lain di Amenitis atau fasilitas menurut Sugiana
sekitarnya seperti wisata sejarah, arsitektur merupakan fasilitas-fasilitas untuk
bangunan kolonial, dan wisata alam. Kawasan mendukung kebutuhan-kebutuhan seperti
obyek wisata lain yang dapat sekaligus akomodasi, makanan dan minuman, tempat
dikunjungi yaitu Bukit Tidar, Sentra Belanja hiburan, tempat perbelanjaan dan lain-lain
Pasar Tradisional Pertukangan, Masjid Agung agar terpenuhi sepenuhnya.
Magelang, Alun-alun, Klenteng Magelang, 4. Ancillary Service
Museum BPK, Museum Bumi Putera 1912, Ancillary Service menurut Sunaryo adalah
Museum Kamar Petilasan Pangeran tersedianya sarana dan prasarana umum
Diponegoro, dan Kampung Kauman (Wahyudi, yang menunjang terselenggaranya kegiatan
2014). Adanya kondisi tersebut membuat pariwisata yang dibutuhkan wisatawan,
Kawasan Pecinan Magelang memiliki potensi misalnya ATM, rumah sakit, dan lain-lain.
sebagai tempat perbelanjaan dan rekreasi Hal ini merupakan layanan tambahan yang

82
Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang
(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

harus disediakan oleh pemerintah daerah sedangkananalisis data statistik menggunakan


untuk memudahkan wisatawan. metode kuantitatif.

Sejak tahun 2010, kota Magelang lebih fokus Metode Pengumpulan Data
dalam mengembangkan Kabupaten Magelang, Kuesioner disebar secara bebas melalui situs
khususnya pada kawasan pinggir kota daring untuk mengumpulkan data melalui
dengan membangun supermarket dan mal survei (snowball-non-random-sampling).
sebagai pusat perbelanjaan modern. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun bersifat
Pembangunan ini mengakibatkan adanya terbuka (open-ended), dimana jawaban yang
penurunan kegiatan berdagang di Kawasan diberikan responden berupa jawaban bebas
Pecinan. Bangunan-bangunan yang ada di dan seluas-luasnya tanpa dibatasi sesuai
Kawasan Pecinan berupa ruko-ruko pada pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
akhirnya menjadi kosong karena mulai kuesioner bertujuan untuk mengetahui
ditinggalkan, terutama bangunan lama yang harapan warga terhadap desain Kawasan
sudah dimakan usia. Kondisi tersebut yang Pecinan sebagai tempat rekreasi. Tujuan
kemudian menginisiasi pemerintah untuk pertanyaan tersebut untuk apa saja yang
melakukan revitalisasi Kawasan Pecinan menjadi preferensi warga terhadap desain
dengan konsep “Borobudur Street Market” Kawasan Pecinan sebagai tempat rekreasi di
(Fitriana, 2016). Revitalisasi ini memiliki tujuan kota Magelang. Sebanyak 100 responden
agar tingkat vitalitas Kawasan Pecinan berpartisipasi dalam mengisi kuesioner.
Magelang dapat meningkat sehingga dapat Terdapat 42.4% laki-laki dan 57.6%
berkembang menjadi kawasan wisata dan perempuan. Dengan 31.8% responden berada
belanja yang memiliki daya tarik di Kota di tingkat pendidikan SMA/Diploma/Sederajat
Magelang. dan 68.2% di Pendidikan tinggi, rata-rata
berdomisili di kota Magelang.
Di dalam proses revitalisasi ini, proses
perencanaan dan perancangan akan menjadi Metode Analisis Data
lebih matang apabila terdapat kajian dari sisi Data yang diperoleh secara kualitatif dianalisis
pengguna (user). Kajian dari sisi pengguna menggunakan metode analisis isi (content
akan melengkapi konsep yang ditawarkan analysis). Metode ini melewati beberapa
pemerintah, yaitu “Borobudur Street Market” tahap, yaitu open coding, axial coding, dan
secara empiris. Pemahaman minat atau selective coding (Creswell & Poth, 2016).
preferensi dari sudut pandang pengguna  Open coding, berdasarkan jawaban yang
menjadi penting karena nantinya dapat telah diberikan oleh para responden,
diketahui apa yang menjadi harapan, impian, kemudian diidentifikasi kata kunci yang
cita-cita pengunjung sebagai penikmat. berkaitan dengan jawaban tersebut.
Harapan lain adalah hasil revitalisasi nantinya  Axial coding, berdasarkan kata kunci yang
dapat menjadi alasan para wisatawan untuk telah diidentifikasi dari jawaban responden,
menghabiskan waktu lebih lama di Magelang kemudian dibagi ke dalam kategori-
dan berbelanja, terutama di Kawasan Pecinan kategori, diikuti dengan analisis distribusi
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi agar frekuensi kata kunci yang sering
aspek apa saja yang menjadi preferensi warga muncul diketahui.
terhadap pengembangan Kawasan Pecinan  Selective coding, berdasarkan hasil dari
sebagai tempat rekreasi di kota Magelang. hubungan antara kategori pada axial
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan coding, kemudian dilakukan tahap
masukan atau usulan untuk pemerintah dalam penyusunan model hipotesis. penyusunan
mendukung pengembangan Kawasan Pecinan model hipotesis.
sebagai salah satu tujuan pariwisata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Profil Responden
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Berdasarkan hasil rekap kuesioner, jumlah
dan kuantitatif yang bersifat eksploratif responden yang menjawab sebanyak 100
(Creswell & Poth, 2016) (Groat & Wang, orang. Berdasarkan jenis kelamin responden,
2002). Data berupa informasi mengenai terdapat 43 orang laki-laki (43%) dan 57
preferensi warga terhadap desain Kawasan perempuan (57%) (Gambar 1). Rentan usia
Pecinan sebagai tempat rekreasi di Kota yang menjawab kuesioner dari 100 orang yaitu
Magelang didapatkan melalui metode umur 15-19 tahun 22 orang (22%), umur 20-25
penelitian kualitatif eksploratif, tahun 27 orang (27%), umur 26-30 tahun 16
orang (16%), umur 31-38 tahun 6 orang (6%),
83
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

umur 39-46 tahun 6 orang 6%), umur 47-54 Pembahasan


tahun 6 orang (6%) (Gambar 2). Setelah profil responden terisi, tahap
selanjutnya yang dilakukan yaitu tahap analisis
isi yaitu menganalisis pertanyaan terbuka
JENIS KELAMIN (open coding) berdasarkan jawaban
responden berkaitan dengan preferensi
Kawasan Pecinan sebagai tempat wisata di
Perempuan Kota Magelang. Beberapa jawaban dari
43%
57%
responden atas pertanyaan terbuka (open
Laki-laki coding) dapat dilihat sebagai contoh dari
kutipan jawaban dibawah ini (Tabel 1).

Tabel 1. Beberapa Kutipan Jawaban Responden


Gambar 1. Profil Responden Berdasarkan Jenis tentang desain yang diharapkan di Kawasan
Kelamin Pecinan Kota Magelang
No. Responden Jawaban
1. Responden 7 Dibuat kawasan parkir
UMUR (Yuman khusus agar terlihat
Amirun) elegan, nilai etnik
bangunan mulai
8%
8% 15-19 20-25 berkurang
28% 2. Responden 19 Tata kawasan dari
(Sabar Sabari) daerah Pecinan
21% 26-30 31-38
Magelang menurut saya
sudah baik, namun yang
47-54 perlu diperbaiki dan
35% dikembangkan lagi
mungkin lebih ke fasilitas
yang didapatkan
Gambar 2. Profil Responden Berdasarkan Umur pengunjung. Seperti
lahan parkir yang
banyak, area tunggu dan
Berdasarkan pekerjaan responden
lain sebagainya.
persentasenya sebagai berikut (Gambar 3): 3. Responden 50 Jalanan diperlebar agar
Pegawai swasta 16 (16%), Pegawai negeri 2 (Agnes Ika tidak sering macet.
(2%), wiraswasta 10 (10%), ibu rumah tangga Carisa Dewi)
12 (12%), petani (3%), buruh 2 (2%), pekerja 2 4. Responden 64 Impiannya ya lebih
(2%), penjahit 1 (1%), buruh pabrik 1 (1%), kuli (Virgiawan) tertata lagi dan diperbaiki
bangunan 1 (1%), kerja serabutan 1 (1%), jalanannya dan dibuatkan
supir 1 (1%), peternak ayam 1 (1%), pekerja 1 tempat parkir satu tempat
(1%), pelajar 17 (17%), mahasiswa 29 (29%). supaya dipandang lebih
rapi dan terlihat bersih
5. Responden 89 Impiannya diperbanyak
PEKERJAAN (Brian) tempat sampah supaya
tidak lagi ada sampah
1%
1% 1%
1% 1%
1% yang menumpuk atau
1%
2%
2%
2% berhamburan
3% 29%
10% Berdasarkan beberapa kutipan jawaban yang
sudah disebutkan di atas, terdapat beberapa
12% kata kunci yang dapat diambil berdasarkan
17% jawaban terkait, yaitu “parkir khusus”, “fasilitas
16% pendukung”, “jalan diperlebar”, “rapi dan
bersih”, dan “tempat sampah”. Beberapa kata
Mahasiswa Pelajar Pegawai Swasta kunci tersebut kemudian dimasukan ke dalam
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Petani
Pegawai Negeri Buruh Pekerja
kelompok sub-kategori dan kategori (axial
Penjahit Buruh Pabrik Kuli Bangunan coding). Pada tahap ini, memasukkan kata
Kerja Serabutan Sopir Peternak Ayam
Pekerja
kunci ke dalam kategori tertentu menggunakan
diskusi grup agar istilah yang dipilih tidak bias.
Melalui analisis distribusi, frekuensi dari
Gambar 3. Profil Responden Berdasarkan masing-masing kategori disajikan dalam
Pekerjaan
bentuk diagram. Berdasarkan hasil analisis
pada data teks, ditemukan 5 (lima) kategori

84
Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang
(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

yang berkaitan dengan Kawasan Pecinan Heritage Kekhasan


sebagai tempat rekreasi di Kota Magelang (16)
Kekhasan 2
(Tabel 2). Magelang
Kekhasan 2
Tabel 2. Sub-Kategori dan Kategori (Axial Coding) Cina
Desain Kawasan Pecinan sebagai Tempat Rekreasi Desain (66)
Ramah 1
yang Ideal di Kota Magelang lingkungan
Open Coding Sub Kategori Kategori Ramah 1 Desain
(Kata Kunci) (Axial) Pesepeda Ramah (3)
Tempat 30 Ramah 1
Parkir Disabilitas
Area Tunggu 1 Bangunan 10 Kerapian (25)
Rapi
Gerai ATM 1 Kawasan 15
Sarana Ruang
Panggung 1 Publik (36) Tertata
Kesenian Mudah 3 Kemudahan
Tempat 2 Dijangkau Aksesibilitas Aksesibilitas
Bermain Mudah 3 (6) (6)
Anak Sarana (45) Diakses
Terintegrasi 1
Pohon 4 Tahap berikutnya, analisis frekuensi
Sarana diterapkan menggunakan metode analisis
Tanaman 2 distribusi agar dominasi frekuensi dari setiap
Pertamanan
Taman 3 (9) kategori diketahui. Dari hasil analisis frekuensi
Tempat 11 dapat diidentifikasi bahwa kategori paling
Duduk dominan adalah Desain sebesar 66 (35%),
Tempat 4 Kenyamanan Lingkungan sebesar 50 (26%),
sampah kategori Sarana 45 (24%), Prasarana
Fasilitas 2 Prasarana Prasarana (22) 22(12%). Sementara kegiatan Aksesibilitas
Lengkap Pendukung ada di angka 6 (3%). Diagram analisis
Lampu Kota 3 (22) distribusi frekuensi kategori preferensi
Lampu Hias 2 Kawasan Pecinan Magelang sebagai tempat
rekreasi dapat diamati pada Gambar 4.
Aman 33 Keamanan
(33)
Nyaman 6 Kenyamanan Kenyamanan Distribusi Frekuensi Preferensi
(9) Lingkungan
Indah 3 Kawasan Pecinan Magelang
(50)
sebagai Tempat Rekreasi
Sejuk 5 Nuansa Alam
(8) 70
Asri 3
60
Gaya 1
50
Bangunan
Senada 40
Cat Senada 1 30
20
Bangunan 12
Diperbaiki 10
Bangunan 1 0
Aksesibilitas Prasarana Sarana Kenyamanan Desain
Estetik Lingkungan

Bangunan 1
Colourfull
Arsitektur 1 Gambar 4. Analisis Distribusi Frekuensi Kegiatan
Gaya
Modern
Bangunan Analisis Kategori Faktor Dominan 1: Desain
Seperti 2
(22) Secara fisik, kondisi eksisting Kawasan
Malioboro
Seperti di 1 Pecinan Kota Magelang didominasi oleh ruko
Amsterdam dengan fungsi komersial. Adanya fungsi
Toko 2 komersial menyebabkan identitas bangunan
Senada pecinan menjadi kurang terlihat. Hal tersebut
Desain (66)
Munculkan 8 disebabkan oleh adanya penambahan papan
ikon
Ada 2
tata tanda toko dengan beragam bentuk,
Monumen orientasi, dan ukuran. Kepentingan komersial
Lebih 2 Ciri Khas/ menyebabkan para pemilik ruko berlomba

85
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

mendesain fasad ruko untuk keperluan “Harapannya kawasan pecinan dapat


promosi dan identitas produk yang ditawarkan mengikuti desain perkembangan zaman
untuk dijual. yang berprinsip pembangunan.”
(Perempuan, Pelajar)

Terdapat tiga aspek dominan yang masuk ke


dalam kategori desain (Diagram 2), yaitu
Kerapian sebesar 25 (38%) Gaya Bangunan
22 (33%) Ciri Khas/ Kekhasan 16 (24%).

Kategori Desain
30

20

10

0
Kerapian Desain Ramah Ciri Gaya Bangunan
khas/kekhasan
Gambar 5. Kondisi Fisik Eksisting Pecinan Kota
Magelang (fasad ruko)
Gambar 6. Analisis Frekuensi Kategori Desain
Berdasarkan kondisi fisik eksisting, maka
kategori desain menjadi faktor dominan Kerapian dipengaruhi oleh faktor keteraturan,
pertama dalam preferensi terhadap ketertiban, keselarasan yang menjadi suatu
pengembangan Kawasan Pecinan sebagai keluwesan yang nyaman dinikmati secara
tempat rekreasi. Sebanyak 66 responden visual. Desain yang rapi yang dimaksud oleh
memberikan jawabannya yang berkaitan responden berdasarkan deskripsi data teks
dengan desain. Faktor yang mempengaruhi yang diuraikan yaitu menata Kawasan Pecinan
preferensi warga dalam kategori desain yaitu agar lebih teratur dan rapi dari segi
pertimbangan atas tempat rekreasi yang keselarasan bangunan, serta penataan
sebaiknya memiliki desain yang menarik, vegetasi yang selaras, jika dibandingkan
terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya, dengan berdasarkan kondisi desain Kawasan
tetap mengikuti perkembangan zaman dan Pecinan saat ini.
memiliki ciri khas tertentu. Kategori faktor
Desain meliputi gaya bangunan, kerapian, Gaya Bangunan menjadi faktor lain dalam
desain yang ramah pengunjung, dan ciri khas/ preferensi masyarakat memilih kategori
kekhasan. Dapat diperhatikan dari beberapa desain. Contohnya keseragaman desain fisik
jawaban responden sebagai berikut. bangunan yang memiliki konsep tertentu,
seperti jawaban responden yang menyebutkan
“Harapan atau impian? Karena pecinan pada yaitu warna cat yang senada dan desain
dasarnya adalah tempat yang memiliki bangunan bergaya Arsitektur Modern yang
kekhasan dengan masyarakat China, mengikuti perkembangan jaman.
mungkin harapannya budaya masyarakat
China yang ada di situ tetap ada. Mungkin Ciri Khas/ Kekhasan berarti penanda,
akulturasi dengan arsitektur modern tetap pengenal, simbol, identitas, khas personalitas
perlu supaya anak muda tetap mau dan masih banyak lagi. Impian desain yang
menerima, tetapi jangan menghilangkan ingin diwujudkan berdasarkan kondisi
budaya masyarakat China sebagai Kawasan Pecinan saat ini yaitu desain dengan
kekhasannya.” (Laki-Laki, Pegawai swasta) ciri khas tertentu tetap ingin dipertahankan
yaitu Kekhasan Pecinan sebagai wajah
“Dibangun saja ikon yang menarik agar masyarakat Cina. Masyarakat juga
banyak orang yang mengenal pecinan dan menginginkan bahwa wajah Magelang sebagai
lebih mencintai kotanya sendiri.” Kota Sejuta Bunga tidak luput dari perhatian
(Perempuan, Mahasiswa) untuk desain Kawasan Pecinan yang baru.
Seperti pada data responden yang
“Desain yang terintegrasi antara estetika, menyebutkan bahwa harapannya budaya
kuliner, toko dan parkir, perlu juga gerai masyarakat Cina yang ada di Kawasan
ATM.” (Laki-laki, Wiraswasta) Pecinan tetap hadir apabila nanti kawasan ini
akan disesuaikan dengan konsep “Borobudur
Street Market”.
86
Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang
(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

Analisis Faktor Dominan 2: Kenyamanan “Impiannya sih ada pembangunan tempat


Lingkungan parkir aja sih biar lebih aman dan nyaman.”
Saat ini, kondisi jalur sirkulasi Kawasan (Perempuan, Pelajar)
Pecinan Kota Magelang sudah ditata dengan
pembagian zona untuk pedestrian dan zona Terdapat 3 aspek dominan yang termasuk
kendaraan. Zona pedestrian ditata sedemikian dalam kategori Kenyamanan Lingkungan
rupa agar pengunjung dapat secara nyaman (Diagram 3), yaitu Keamanan 33 (66%),
dan aman berjalan-jalan di Kawasan ini. Zona Kenyamanan 9 (18%), Kenyamanan Suhu/
pedestrian ditata dengan konsep menyatu Termal 8 (13%).
antara lansekap dengan area masuk ke ruko.
Konsep tersebut bertujuan agar tercipta
interaksi yang aktif antar pengunjung dan Kenyamanan Lingkungan
pihak ruko. Di sisi lain, zona pedestrian ini juga 40
sering dimanfaatkan para pedagang kaki lima
untuk berjualan dan pengemudi kendaraan 30
non-motor untuk melintas. Selain zona ini juga 20
sering digunakan untuk area parkir kendaraan.
10

0
Kenyamanan Suhu Kenyamanan Keamanan

Gambar 8. Analisis Frekuensi Kategori


Kenyamanan Lingkungan

Keamanan berarti bebas dari keadaan yang


membahayakan, biasanya berhubungan
dengan kejahatan, kecelakaan, dan lain-lain.
Keamanan memiliki beberapa topik di
dalamnya, yang dimaksud oleh responden
yaitu harapan untuk Kawasan Pecinan yang
mengedepankan keamanan bagi pengunjung
yang sedang berbelanja ataupun berekreasi.
Gambar 7. Kondisi Fisik Eksisting Pecinan Kota
Aman dari bahaya kendaraan yang berlalu
Magelang (zona pedestrian)
lalang dan kendaraan yang masuk ke jalur
Berdasarkan kondisi tersebut, maka faktor pedestrian.
kedua dominan yaitu Kenyamanan lingkungan.
Kenyamanan secara umum didefinisikan
Sebanyak 59 responden memberikan
jawabannya yang berkaitan dengan faktor ini. sebagai suatu keadaan yang nyaman oleh
Kenyamanan lingkungan berarti kawasan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Secara detail
dapat memberikan suasana nyaman untuk dijelaskan dalam SNI 03-1733-2004 bahwa
mendukung aktivitas yang berlangsung di nyaman memiliki beberapa kriteria pencapaian
dalamnya. Banyak faktor yang dapat yaitu kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
mempengaruhinya karena kenyamanan kemudahan untuk komunikasi
memiliki spektrum yang luas, di antaranya (internal/eksternal, langsung maupun tidak),
seperti yang berkaitan dengan termal, visual, dan kemudahan untuk melakukan (prasarana
serta keamanan dan kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang mendukung).
sekitarnya (Sastra & Marlina, 2006). Dapat Melihat jawaban yang diberikan oleh
diperhatikan dari beberapa jawaban responden secara umum mengharapkan
responden sebagai berikut. Kawasan Pecinan dapat menjadi tempat yang
memberikan kenyamanan sehingga kerasan
“Harapannya sih lebih ke, semoga Kawasan selama berkunjung. Hal ini dapat dijabarkan
Pecinan tetap bersih, rapi, dan asri.” secara luas untuk dapat mengembangkan
(Perempuan, Pegawai Swasta) Kawasan Pecinan yang lebih nyaman secara
aksesibilitas maupun sarana dan prasarana.
“...meskipun mengikuti perkembangan
zaman, tetap menjaga kesehatan Kenyamanan Suhu/Termal antara lain
lingkungan.” (Perempuan, Pelajar) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
temperatur udara, temperatur radian, dan
kelembaban udara. Beberapa responden
memberikan jawaban bahwa mereka
87
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

mengharapkan Kawasan Pecinan terdapat “Disediakan tempat parkir khusus.”


banyak pepohonan sebagai peneduh sehingga (Perempuan, Mahasiswa)
menjadikannya sejuk.
Terdapat dua aspek dominan yang masuk ke
Analisis Kategori Faktor 3: Sarana dalam kategori Sarana (Diagram 4), yaitu ada
Saat ini, jalur pedestrian telah ditata dengan Sarana Publik 36 (80%), Sarana Pertamanan
menyediakan berbagai elemen street furniture, 9 (20%).
seperti bangku taman dan lampu penerangan
jalan. Vegetasi peneduh eksisting juga
dipertahankan dengan harapan mendukung Kategori Sarana
kenyamanan aktivitas pengunjung ketika 50
berada di jalu pedestrian ini. Namun pada
40
saat-saat tertentu, jalur pedestrian ini juga
sering digunakan sebagai ruang mobilitas 30
kendaraan non-motor (sepeda, becak). Selain 20
itu pada beberapa titik, terkadang digunakan 10
sebagai area parkir. Kondisi-kondisi tersebut
menyebabkan jalur pedestrian ini memiliki 0
Sarana Pertamanan Sarana Publik
kompleksitas fungsi dan aktivitas yang cukup
tinggi, sehingga penyediaan sarana menjadi
kurang maksimal bagi pengunjung. Gambar 10. Analisis Frekuensi Kategori Sarana

Sarana Publik menjadi faktor dominan dalam


kategori desain impian pada Kawasan
Pecinan. Sarana ruang publik yang disebutkan
terutama fasilitas untuk mewadahi tempat
parkir yang tertata, kemudian adanya fasilitas
pendukung berupa tempat untuk pertunjukan
seni (panggung kesenian), dan fasilitas ruang
publik untuk anak-anak bermain bila
Gambar 9. Kondisi Fisik Eksisting Pecinan Kota berkunjung ke Pecinan.
Magelang (sarana)
Fasilitas Pertamanan juga menjadi faktor
Berdasarkan kondisi tersebut muncul penting yang menjadi preferensi warga untuk
beberapa faktor yang menjadi preferensi desain yang diinginkan. Responden memiliki
pengunjung.. Sebanyak 45 responden harapan untuk menambahkan banyak
memberikan jawabannya yang berkaitan pepohonan di Kawasan Pecinan, lalu
dengan sarana. Menurut Kamus Besar Bahasa diharapkan ada lampu hias yang menarik di
Indonesia (KBBI), sarana didefinisikan sebagai taman-taman sepanjang jalan Pecinan.
segala sesuatu yang bisa digunakan sebagai Kemudian penambahan taman-taman mini
alat untuk meraih suatu tujuan atau maksud yang bisa menambah daya tarik pengunjung.
tertentu Sarana itu sendiri menjadi faktor
penting yang masuk dalam preferensi Analisis Kategori Faktor 4: Prasarana
terhadap desain Kawasan Pecinan sebagai Secara umum, desain jalur pedestrian sudah
tempat rekreasi. Dalam faktor ini, responden memiliki sarana yang cukup lengkap. Namun
mengungkapkan bahwa sarana yang diperlukan pengolahan detail-detail prasarana
dimaksud seperti tempat parkir, pepohonan agar sarana yang disediakan menjadi lebih
dan taman sebaiknya ditambahkan ke dalam optimal pemanfaatannya. Di beberapa titik,
suatu tempat rekreasi yang ideal. Dapat dilihat terkadang masih nampak area yang kurang
beberapa jawaban responden sebagai berikut. termanfaatkan karena penggunaan area yang
masih saling tumpang-tindih, seperti area
“Impian saya lebih banyak pepohonan lagi parkir yang menggunakan jalur pedestrian.
dan dibuatkan tempat parkir yang lebih luas Pada beberapa area, kondisi penerangan
sehingga tidak di jalan lagi.” (Laki-laki, mikro juga masih minim, sehingga area
Buruh) terkesan remang-remang. Diperlukan adanya
pengolahan detail-detail elemen jalur
“Mungkin butuh taman yang luas dan pedestrian berupa prasarana sehingga dapat
pepohonan yang banyak.” (Perempuan, Ibu mendukung fungsi dan konsep jalur pedestrian
Rumah Tangga) yang aktif dan sebagai jalur wisata di kota
Magelang.

88
Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang
(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

Kategori Prasarana
25
20
15
10
5
Gambar 11. Kondisi Fisik Eksisting Pecinan Kota
Magelang (prasarana) 0
Prasarana Pendukung

Penyediaan prasarana di Kawasan Pecinan


juga menjadi kategori faktor dominan dalam Gambar 12. Analisis Frekuensi Kategori Prasarana
preferensi desain Kawasan Pecinan sebagai
tempat rekreasi. Adanya prasarana diharapkan Beberapa hal yang mempengaruhi preferensi
dapat memberi kemudahan bagi para pengunjung terkait Prasarana Pendukung
pengunjung dalam beraktivitas. Menurut KBBI, yaitu kebersihan kawasan, penerangan
prasarana adalah segala sesuatu yang kawasan, dan detil pengolahan street furniture
merupakan penunjang utama (bangku taman dan fasilitasnya). Pengolahan
terselenggaranya suatu proses. Terdapat 22 sampah yang teratur untuk mendukung
jawaban dari responden yang menjadikan kebersihan Kawasan menjadi preferensi
faktor ini menjadi penting. Salah satu elemen pengunjung. Ketersediaan penerangan yang
dasar dalam permukiman yang sebaiknya baik dan menarik dengan adanya lampu-lampu
terpenuhi, yaitu Prasarana. Prasarana jalan yang dapat berfungsi dengan baik juga
mencakup sistem buatan dan alami yang lampu hias untuk menambah minat
difungsikan sebagai operasional wilayah pengunjung.
permukiman (Sastra & Marlina, 2006). Dapat
diperhatikan dari beberapa jawaban Pembahasan
responden sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan mengenai preferensi masyarakat
“Impiannya diperbanyak tempat sampah pada Kawasan Pecinan sebagai tempat
supaya tidak lagi ada sampah yang rekreasi di Magelang, terdapat empat faktor
menumpuk atau berhamburan.” (Laki-laki, dominan, yaitu Desain (F:66) (35%),
Buruh) Kenyamanan Lingkungan (F:50) (26%),
Sarana (F:45) (24%), dan Prasarana (F:22)
”Ditambahnya tempat duduk di Pecinan biar (12%). Jika melihat bagian sub kategori, yang
lebih bagus dan lebih nyaman.” (Perempuan, memiliki frekuensi dominan, yaitu Sarana
Pegawai Swasta) Ruang Publik (F:36), Keamanan (F:33),
Kerapian (F:25), Gaya Bangunan (F:22),
“Ingin kawasannya lebih didesain untuk lebih Prasarana Pendukung (F:22). Keempat
tertata rapi dan diberi lampu-lampu, agar faktor di atas jika disusun melalui model
tetap indah saat malam hari. Dan sediakan hipotesis dalam diagram, akan menunjukkan
beberapa tempat area parkir.” (Perempuan, faktor, kegiatan, dan sub-kategori yang lebih
Mahasiswa) dominan (Diagram 6).

Aspek dominan yang masuk ke dalam kategori


Prasarana yaitu Prasarana Pendukung 22
(100%) (Diagram 5).

89
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

mempertahankan ciri khasnya sebagai


Kawasan Pecinan.

Faktor dominan yang ke-2 yang menjadi


preferensi Kawasan Pecinan di Kota Magelang
sebagai tempat wisata yang ideal adalah faktor
Kenyamanan Lingkungan sebesar 26%. Faktor
kenyamanan lingkungan memiliki skala yang
cukup luas meliputi keamanan, kenyamanan,
dan kenyamanan termal. Dalam empat elemen
pariwisata, salah satunya adalah
Accessibilities atau kemudahan wisatawan
untuk mencapai destinasi wisata, hal ini
termasuk jalur transportasi yang tersedia, serta
bandara dan terminal terdekat. Salah satu
aspek yang mempengaruhi kenyamanan
dalam SNI 03-1733-2004 adalah kemudahan
pencapaiannya atau aksesibilitas, komunikasi,
Gambar 13. Model Hipotesis Preferensi Tempat dan kemudahan berkegiatan, yaitu tersedianya
Rekreasi sarana prasarana. Responden menanggapi
bahwa tingkat kenyamanan Kawasan Pecinan
di Kota Magelang dapat ditingkatkan dengan
Dari diagram di atas, aspek fisik dan non-fisik adanya penambahan tempat parkir khusus,
dari keempat faktor preferensi Kawasan tempat duduk yang tertata dan pepohonan
Pecinan sebagai tempat rekreasi adalah dua sebagai peneduh untuk kenyamanan termal.
hal yang tak terpisahkan, di mana sistem suatu
kawasan memiliki elemen-elemen penyusun Faktor kenyamanan lain juga dipengaruhi oleh
yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu adanya kemudahan dalam berkegiatan yaitu
manusia sebagai penghuni dan pelaku utama adanya sarana dan prasarana. Hal ini
(isi) dan lingkungan huniannya (tempat). berkaitan dengan faktor dominan yang ke-3
dan ke-4 yaitu Sarana sebesar 24% dan
Sebuah tempat wisata yang ideal menjadi Prasarana sebesar 12%. Dua elemen
impian bagi setiap wisatawan yang pariwisata lain yaitu Amenities atau fasilitas
berkunjung. Oleh karena itu diperlukan dan Ancillary Service atau layanan tambahan
berbagai pertimbangan dari beberapa aspek juga berkaitan dengan dua faktor ini, yaitu
dalam merencanakan dan merancang tempat Sarana dan Prasarana. Beberapa hal lain yang
wisata. Pada dasarnya, aspek-aspek tersebut menjadi preferensi masyarakat mengenai
tergantung dari siapa yang akan Kawasan Pecinan di Kota Magelang sebagai
menggunakan tempat wisata tersebut, dan tempat wisata yaitu adanya pelayanan publik
tidak lupa diikuti oleh latar belakang yang yang lengkap, ruang publik untuk berkesenian
melekat pada penggunanya. seperti pertunjukan seni, tempat bermain
khusus anak-anak, taman mini dengan lampu
Berdasarkan analisis tentang preferensi warga hias, serta pengolahan sampah yang teratur.
terhadap pengembangan Kawasan Pecinan Keempat faktor dominan yang telah
sebagai tempat rekreasi di Kota Magelang, disebutkan dan dianalisis di atas sejalan
faktor dominan yang utama adalah desain dengan empat elemen pariwisata, atau 4a,
sebesar 35%. Faktor ini menjadi dominan yaitu Attractions, Accessibilities, Amenities,
karena masyarakat menginginkan tempat dan Ancillary Services (Setiawan, 2015).
wisata yang menarik secara visual. Kategori
desain sejalan dengan elemen Attraction atau KESIMPULAN
daya tarik dalam empat elemen pariwisata.
Daya tarik wisata yang meliputi sumber daya Preferensi masyarakat terhadap tempat
alam, atraksi wisata budaya dan atraksi buatan rekreasi terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisik
menjadi aspek terpenting dalam keberadaan dan non fisik. Aspek fisik terdiri dari desain,
suatu tempat wisata. Desain tempat wisata sarana, prasarana, serta aksesibilitas.
yang menarik, seperti yang dikatakan oleh Sedangkan aspek non fisik itu sendiri yaitu
responden yaitu gaya bangunan yang saling kenyamanan lingkungan yang terdiri dari
terintegrasi, mengikuti perkembangan zaman, nuansa alam, kemudian keamanan, dan
lebih tertata dan rapi, menggunakan gaya kenyamanan pengunjung. Adapun sub
arsitektur yang modern tapi tetap kategori yang dominan pada preferensi
90
Preferensi Warga Terhadap Pengembangan Kawasan Pecinan Sebagai Tempat Rekreasi di Kota Magelang
(Sidhi Pramudito, Riyan Dwi Jayanti, Brigita Murti Utaminingtyas)

masyarakat terhadap tempat rekreasi yang kawasan Pecinan lain yang ada di Indonesia,
menjadi dominan di dalam penelitian ini yaitu karena Kawasan Pecinan Magelang akan
sub kategori ruang publik. menjadi pusat pernak-pernik dengan Candi
Borobudur sebagai ciri khas. Dengan catatan
Dalam penelitian yang dilakukan kategori tidak menghilangkan budaya yang ada pada
desain merupakan aspek preferensi paling kawasan Pecinan sebelumnya.
dominan dalam impian tempat rekreasi di
masa yang akan datang. Kategori desain itu UCAPAN TERIMA KASIH
sendiri terdiri dari beberapa faktor di dalamnya
yaitu gaya bangunan, kerapian, ciri khas suatu Terima kasih kepada seluruh responden yang
Kawasan, dan terakhir desain yang ramah telah berpartisipasi dan berkenan dalam
bagi pengunjung. Hal ini sesuai dengan teori mengisi kuesioner penelitian ini.
mengenai pariwisata, di mana terdapat 4 unsur
penting mengenai objek wisata, yaitu DAFTAR PUSTAKA
Attractions, dimana berdasarkan apa yang
sudah dijelaskan merupakan daya tarik utama Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016).
bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu Qualitative inquiry and research design:
tempat rekreasi. Daya tarik ini berupa ciri khas Choosing among five approaches. Sage
yang ada, keindahan alamnya, kebudayaan publications.
dan sejarahnya. Hal ini sesuai dengan Fitriana, I. (2016). Kawasan Pecinan Magelang
jawaban responden mengenai preferensi Bakal Jadi “Borobudur Street Market.”
terhadap Pecinan. Kompas.Com.
Groat, L., & Wang, D. (2002). Qualitative
Saran research. In Architectural research
Merujuk adanya rencana pengembangan methods (pp. 173–202). New York: John
kawasan Pecinan Magelang yang akan ditata Wiley & Sons, Inc.
kembali dengan konsep “Borobudur Street Khotimah, K. (2017). Strategi pengembangan
Market”, penelitian dilakukan penulis melalui destinasi pariwisata budaya (Studi kasus
sudut pandang masyarakat sebagai pelaku. pada kawasan Situs Trowulan sebagai
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Pariwisata Budaya Unggulan di
masukan bagi pemerintah untuk mendukung Kabupaten Mojokerto).
pengembangan kawasan Pecinan. Beberapa Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-
masukan yang dapat dipertimbangkan, antara prinsip Pemasaran (Vol. 12, Issue 01).
lain: edisi.
1. Memperhatikan desain pada Kawasan Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa
Pecinan yang menarik pada gaya Bagi Penyesuaian dan Pendidikan.
bangunannya, lalu kerapian pada Usaha Nasional.
kawasannya, desain yang ramah untuk Norberg Schulz, C. (1968). Intentions in
pengunjung, dan mengembalikan fungsi architecture (Issue 74). MIT press.
atau citra dari Pecinan itu sendiri. Nurjaya, I. G., Tirtayani, L. A., & Suwena, I. K.
2. Merespons lingkungan sekitarnya, antara R. (2017). Pemberdayaan Masyarakat
lain: membuat taman dengan bunga-bunga Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif
dan pepohonan sebagai peneduh, Berbasis Tri Hita Karana Di Desa Binaan
disediakan area untuk bermain anak-anak, Abang Batu Dinding Kecamatan
gerai ATM yang saat ini masih belum ada di Kintamani Kabupaten Bangli.
sana, serta tempat parkir yang perlu International Journal of Community
disediakan khusus, karena minimnya Service Learning, 1(1), 17–25.
tempat parkir di Pecinan saat ini. Nursusandhari, E. (2009). Persepsi,
3. Aksesibilitas yang ada di Pecinan sudah Preferensi, dan Willingness to Pay
baik akses untuk pengunjung, akses bagi Masyarakat Terhadap Lingkungan
pesepeda, dan akses bagi kendaraan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri.
bermotor, namun perlu sedikit perbaikan Institur Pertanian Bogor.
untuk jalur bagi penyandang disabilitas. Porteous, J. D. (1977). Environment &
Behavior: Planning and Everyday Urban
Dari hasil penelitian di atas, diharapkan dapat Life. Addison-Wesley Publishing
menjadikan Kawasan Pecinan sebagai street Company.
market yang menjadi daya tarik utama agar Sastra, M. S., & Marlina, E. (2006).
para wisatawan lebih tertarik untuk Perencanaan dan Manajemen
menghabiskan waktu lebih lama di Magelang. Pengembangan Perumahan. Yogyakarta:
Dapat melihat juga beberapa referensi CV Andi Offs.
91
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 : 81-92
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

Setiawan, I. B. D. (2015). Identifikasi Potensi


Wisata Beserta 4a (Attraction, Amenity,
Accessibility, Ancilliary) Di Dusun
Sumber Wangi, Desa Pemuteran,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten
Buleleng, Bali. Laporan Penelitian.
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
Denpasarrepositori. Unud. Ac.
Id/Protected/Storage/Upload/PenelitianSi
mdos.
Wahyudi, D. (2014). Kawasan Pecinan
Magelang. NJogja.

92

Anda mungkin juga menyukai