Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

POSISI STRATEGIS INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

DISUSUN OLEH :

SRI YANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PELITA NUSANTARA BUTON


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas segala hikmah
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberi judul “posisi
strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia“. Mata kuliah Pra Praktik Pengalaman
Lapangan.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan ilmu serta pengetahuan kita. Akan tetapi, dengan segala kekurangan dan
keterbatasan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna di dunia ini tanpa saran yang membangun.

Demikian makalah yang dibuat, diharapkan ibu dosen dapat menerimanya.


Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan maupun kata-kata, terima kasih.

Baubau, 26 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Letak dan Luas Batas Wilayah Indonesia...................................................................... 3

B. Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan di Indonesia.............................................7

C. Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia...10

D. Potensi Pengelolaan Sumber Daya Kelautan di Indonesia........................................ 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa dan negara yang wilayahnya berupa kepualauan, terdiri dari lebih
17 ribu pulau besar dan kecil, yang membentang di khatulistiwa dari bujur 95 timur sampai 141
timur dan dari Lintang 6 utara sampai lintang 11 Selatan. Luas wilayah itu kurang lebih 9 juta
km2, terbagi atas 3 juta km2 daratan pulau-pulau, 3 juta km2 perairan laut kedaulatan
( sovereignty) diantara dan di sekeliling pulau-pulau itu, serta 3 juta km2 perairan laut yang
mengelilingi laut kedaulatan itu sebagai sabuk selebar 200 mil laut dengan hak berdaulat atas
sumberdaya alamnya diatas dan dibawah permukaan dan di lapisan bawah dasar lautnya.

Kepulauan indonesia teletak pada titik pertemuan jalur komunikasi dunia antara benua asia
dan benua australia, yang menghubungkan kepentingan negara-negara besar dan maju di barat
dan di timur, di utara dan di selatan. Oleh karena itu, secra internasional Indonesia mempunyai
arti yang sangat strategis, terutama dalam bidang ekonomi dan militer.

Melihat kesempatan yang besar diatas, presiden republik Indonesia Joko Widodo
mencetuskan ide untuk Indonesia menjadi poros maritim dunia. Sebagai langkah awal, misalnya,
pada 13 November 2014 Joko Widodo menyampaikan visi kelautan dalam KTT Asia Timur
( East Asian Summit) di Myanmar. Dengan gagasan tersebut, disampaikan bahwa Indonesia
akan memiliki peran bedar, dalam bebagai bidang. Dalam bidang ekonomi, Indonesia akan
memegang peranan penting dalam perdagangan dunia, karena 40 persen perdagangan
internasional melalui perairan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Dimana batas letak, luas, dan batas wilayah Indonesia?

2. Bagaimana karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia?

4. Bagaimana potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dimana batas letak, luas, dan batas wilayah Indonesia

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan jalur transportasi dan perdagangan


internasional Indonesia

4. Untuk mengetahui bagaimana potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Luas dan Batas Wilayah Indonesia

Indonesia telah diakui masyarakat internasional sebagai negara kepulauan yang tertulis
dalam Konversi Hukum Laut Internasional atau UNCLOS (United Nations Convertion on the Law
of the Sea) pada tahun 1982 dan telah disahkan dalam UU No. 17 Tahun 1985. Untuk
mengetahui letak luas dan batas wilayah Indonesia, perlu dibahas tata geografi yang mencakup
unsur topologi.

a. Pengaruh Unsur Topologi

Pengaruh topologi meliputi letak, luas, bentuk dan batas suatu wilayah yang berpengaruh
terhadap unsur biotik.

1) Pengaruh letak

Untuk dapat mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, telebih
dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan bumi. Dengan
mengetahui ini, kita dapat memahami berbagai hal yang menyangkut daerah tersebut, seperti
kehidupan penduduk di daerah tersebut, posisi daerah itu terhadap tempat atau daerah lain, dan
latar belakang sejarah serta berbagai pengaruh yang pernah ada atau akan ada terhadap daerah
tersebut.

a) Letak astronomis

Letak astronomis adalah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang
dan garis bujur yang akan membentuk suatu titik koordinat. Indonesia terletak di antara
6° 08’ LU - 11° 15’ LS dan 94° 45’ BT - 141° 05’ BT.

b) Letak geologis

Letak geologis adalah letak suatu daerah atau negara berdasarkan struktur batubatuan
yang ada pada kulit bumi. Letak geologis Indonesa dapat terlihat dari beberapa sudut
formasi geologi, keadaan batuan dan jalur-jalur pegunungannya. Formasi geologi
Indonesia dibagi menjadi tiga zona geologi; (1) bagian utara merupakan Paparan Sunda
(Lempeng Asia); (2) bagian barat dan selatan merupakan Paparan Sahul (lempeng Indo-
Australia); (3) bagian timur merupakan Lempeng Dasar Samudera Fasifik.

c) Letak geomorfologis

Letak geomorfologis adalah letak berdasarkan morfologi suatu tempat di muka bumi.
Letak geomorfologis Indonesia sangat bervariasi. Perbedaan letak geomorfologis
mempunyai pengaruh yang bermacam-macam, misalnya penduduk di suatu tempat yang
morfologinya berbukit atau terjal kepadatan penduduknya kecil.

d) Letak geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataanya di bumi atau posisi
daerah itu pada bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografisnya
ditentukan oleh letak astronomis dan letak geologis. Secara geografis, Indonesia terletak
di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, di antara Benua Asia dan Benua Australia,
dan pada pertemuan dua rangkaian pegunungannya, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania.

e) Letak maritim

Letak maritim adalah letak suatu tempat ditinjau dari sudut kelautan. Apakah tempat itu
dekat atau jauh dari laut serta apakah sebagian atau seluruhnya dikelilingi oleh laut, dan
sebagainya.

f) Letak ekonomis

Letak ekonomis adalah letak suatu negara ditinjau dari jalur dan kehidupan ekonomi
suatu negara terhadap negara lain. Letak ekonomis Indonesia kedudukannya sangat baik
karena terletak antara Benua Asia dan Australia ditambah dengan beberapa tempat di
sekitar Indonesia yang merupakan pusat lalu lintas perdagangan.

g) Letak sosiokultural

Letak sosiokultural adalah letak berdasarkan keadaan sosial dan budaya daerah yang
bersangkutan terhdap daerah di sekitarnya. Indonesia secara sosio-geografis dan
kultural terletak di persimpangan jalan antara Benua Asia dan Australia yang terdiri dari
berbagai bangsa yang menyebabkan budaya akulturasi budaya kaya dan aneka ragam
budaya.

2) Pengaruh luas dan bentuk

Pada umumnya suatu negara yang memiliki wilayah yang luas akan memperoleh
keuntungan lebih banyak daripada negara yang mempunyai wilayah sempit. Negara yang luas
akan memberikan ruang hidup yang lebih luas untuk mengejar peningkatan kesejahteraan
penduduk. Pembangunan ekonomi akan lebih dimungkinkan terhadap iklim suatu tempat,
dengan teknologi modern.

Negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dikelilingi oleh laut-laut yang luas. Pulau-
pulaunya terdapat di daerah paparan atau laut dangkal. Pulau-pulau itu merupakan pegunungan
sisa dari pegunungan tua yang telah terkikis.

Luas seluruh wilayah Negara Indonesia adalah 9,8 juta km2, yang terdiri dari lautan dan
daratan yang berupa pulau-pulau besar dan kecil. Oleh karena itu, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia. Luas lautnya sekitar 7,9 juta km2 atau 81% dari luas seluruhnya
dengan panjang garis pantai mencapai ± 81.497 km. Luas daratannya sekitar 1,9 juta km atau
19% dari luas seluruhnya.

Seluruh wilayah Indonesia terdiri atas 18.110 buah pulau (besardan kecil). Dari seluruh
pulau tersebut hanya 6.044 buah yang memiliki nama, sedangkan yang berpenghuni (didiami
manusia) hanya 931 buah.

3) Pengaruh batas

Ada dua batas, yaitu batas alam (lautan, pegunungan, sungai) dan batas buatan (tembok,
tugu, kawat berduri). Berbatasan dengan laut berarti perlu memikirkan dan perencanaan
terhadap pelabuhan, pertahanan, dan usaha perikanan. Berbatasan dengan negara yang lebih
maju akan lebih menguntungkan, karena akan memacu pembangunan di Indonesia.

a) Batas wilayah Indonesia

 Sebelah utara : Serawak (Malaysia Timur), Singapura, Filipina

 Sebelah timur : Papua Nugini dan Samudra Pasifik


 Sebelah selatan : Australia dan Samudra Hindia

 Sebelah barat : Samudra Hindia

b) Batas wilayah udara

Indonesia menyatakan bahwa wilayah kekuasaan dirgantara atas ruang udara dan
antariksa termasuk GSO (Geo Stationer) dengan jarak ± 36.000 m/km. Tertuang dalam
pasal 30 ayat (c) UU No. 20 tahun 1982 tentang ketentuan pokok hankam negara.

c) Batas wilayah perairan laut Indonesia

Perairan laut Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional di Jamaika


Tahun 1982 dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :

(1) Batas laut teritorial, adalah 12 mil dari titik terluar sebuah pulau ke laut bebas.
Berdasarkan batas tersebut, negara Indonesia memiliki kedaulatan atas air, bawah laut,
dasar laut, dan udara di sekitarnya termasuk kekayaan alam di dalamnya.

(2) Batas landas kontinen, sebuah negara paling jauh 200 mil dari garis dasar ke laut
bebas dengan kedalaman lebih dari 200 meter. Landasan kontinen adalah dasar laut
dari arah pantai ke tengah laut dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter.

(3) Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), ditarik dari titik pantai sebuah pulau sejauh 200 mil.
Dengan bertambahnya luas perairan Indonesia, maka kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya bertambah pula. Oleh karena itu, Indonesia bertanggung jawab untuk
melestarikan dan melindungi sumber daya alam dari kerusakan. Hingga kini wilayah
laut Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand,
Filipina, Vietnam, India, Papua Nugini, Palu, Timor Leste, dan Australia. Banyak
sengketa wilayah laut yang terjadi, diantaranya kasus Pulau Sipadan dan Ligitan di
Kalimantan Timur, yang akhirnya jatuh ke negara Malaysia. Ini contoh pengalaman
buruk Indonesia karena tidak hanya pulau tersebut yang hilang, tetapi sumber daya
alam Indonesia. Untuk itu, diperlukan adanya pertahanan negara. Pertahanan negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
B. Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan Indonesia

Setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri-ciri kenampakan alam yang berbeda-beda.


Kenampakan alam di Indonesia yang dapat dilihat pada peta adalah kenampakan alam daratan
dan perairan.

Kenampakan alam daratan berupa pegunungan, gunung, dataran rendah, dan tanjung.
Sedangkan kenampakan alam perairan berupa sungai, danau, laut, dan selat. Berikut ini akan
dijelaskan kenampakan alam wilayah Indonesia seperti pegunungan, gunung, sungai, danau,
laut, dan selat.

a. Karakteristik Wilayah Daratan

1) Pegunungan

Di pulau Sumatera terdapat deretan pegunungan yang memanjang. Pegunungan ini


disebut Pegunungan Bukit Barisan. Pulau Jawa dilalui pegunungan yang membentang di
daerah bagian barat, tengah, dan selatan. Masing-masing pegunungan ini diselingi oleh
dataran rendah dan lembah. Pegunungan yang terdapat di bagian selatan Pulau Jawa
pada umumnya merupakan pegunungan kapur. Di bagian utara Jawa Timur terdapat jalur
pegunungan kapur yang dikenal dengan deretan Pegunungan Kendeng. Di daerah ini
terdapat banyak tambang minyak bumi. Selain itu terdapat beberapa pegunungan yang
tedapat di Pulau Jawa, seperti Pegunungan Dieng, Pegunungan Serayu, Pegunungan
Kapur Utara (Jawa Tengah), Pegunungan Tengger (Jawa Timur), dan Pegunungan Sewu
(Yogyakarta)Di Pulau Kalimantan terdapat pegunungan yang lebih tua dibandingkan
dengan pegunungan yang terdapat di Jawa dan Sumatera. Di pegunungan ini tidak
terdapat gunung api yang masih aktif, kecuali di Kalimantan Utara. Pegunungan yang
terdapat di Pulau Kalimantan antara lain Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan) serta
Pegunungan Schwaner dan Pegunungan Muller yang membatasi Provinsi Kalimantan
Barat dengan Kalimantan Tengah. Selain itu, terdapat Pegunungan Kapuas yang
membatasi Provinsi Kalimantan Barat dengan Malaysia Timur di sebelah utara.
Pegunungan Iban juga membatasi Provinsi Kalimantan Timur dengan Malaysia Timur di
sebelah utara. Pegunungan yang terdapat di Sulawesi termasuk pegunungan yang cukup
tinggi, antara 2000-3500 meter. Pegunungan ini terdapat hampir di seluruh semenanjung
yang ada di Pulau Sulawesi. Adapun pegunungan yang terdapat di Sulawesi antara lain
Pegunungan Utambela (Gorontalo); Pegunungan Fenema dan Pegunungan Pompange
(Sulawesi Tengah); Pegunungan Quarles, Pegunungan Tineba, dan Pegunungan Verbek
(Sulawesi Selatan); Pegunungan Matarombea dan Pegunungan Tangkeleboke (Sulawesi
Tenggara). Di Irian terdapat jalur pegunungan tinggi yang membujur ke arah timur dan
barat. Pegunungan yang terdapat di Irian banyak memiliki puncak yang sangat tinggi,
antara lain Pegunungan Sudirman dengan Puncak Jaya (5030 m) dan Puncak Trikora
(4750 m), Pegunungan Jaya Wijaya dengan Puncak Mandala (4700 m) dan Puncak
Yamin (4506 m). Selain itu, juga terdapat Pegunungan Tamru.

2) Gunung

Anda tentu tahu nama-nama gunung yang terdapat di daerah tempat tinggal anda.
Gunung-gunung di Indonesia sangat banyak, baik yang berapi maupun yang tidak berapi.
Hampir semua pulau di Indonesia memiliki gunung. Gunung tertinggi di Pulau Sumatera
adalah Gunung Kerinci yang tingginya mencapai 3805 meter. Gunung tertinggi di Pulau
Jawa adalah Gunung Semeru yang tingginya mencapai 3676 meter. Gunung tertinggi di
Pulau Sulawesi adalah Gunung Rantekombola yang tingginya mencapai 3456 meter.
Adapun puncak tertinggi di Irian (Papua) adalah Puncak Jaya yang mencapai 5030 meter.
Puncak Jaya selalu diselimuti oleh salju abadi karena begitu tinggi sehingga udara di
atasnya sangat dingin sepanjang tahun.

3) Dataran Tinggi

Dataran tinggi sangat bermanfaat bagi manusia, terutama untuk daerah perkebunan teh
dan tempat peristirahatan. Ada beberapa dataran tinggi yang terdapat di Indonesia,
misalnya Dataran Tinggi Alas, Dataran Tinggi Karo, Dataran Tinggi Kerinci, Dataran Tinggi
Cianjur, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Bone, Dataran Tinggi Muler, dan lain-lain.

4) Dataran Rendah

Hampir semua wilayah provinsi di Indonesia memiliki daerah dataran rendah. Dataran
rendah sangat bermanfaat bagi manusia, terutama untuk pertanian, peternakan,
pemukiman, industri, perkebunan kelapa, perkebunan tebu, perkebunan tembakau, dan
lain-lain.
5) Sungai

Di Indonesia banyak sekali terdapat sungai, besar maupun kecil, panjang maupun pendek.
Sungai terbesar di Sumatera adalah Sungai Musi. Di atas Sungai Musi terbentang sebuah
jembatan yang sangat panjang. Di Pulau Jawa, ada juga sungai yang terpanjang, yaitu
Sungai Bengawan Solo. Sungai ini melintasi dua provinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Di Kalimantan juga terdapat sungai yang terpanjang. Sungai yang terpanjang di
Kalimantan adalah Sungai Kapuas. Sungai Kapuas tidak saja terpanjang di Pulau
Kalimantan, tetapi juga di Indonesia. Di Papua terdapat sungai terpanjang, yaitu Sungai
Memberamo.

6) Danau

Di Indonesia, terdapat cukup banyak danau. Di Pulau Sumatera terdapat Danau Laut
Tawar (Nangroe Aceh Darussalam), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Maninjau dan
Danau Singkarak (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi), Danau Tempe (Sulawesi
Selatan), Danau Poso (Sulawesi Tengah), Danau Sentani (Papua), Danau Batur (Bali),
Danau Segara Anak (Lombok), Danau Lebo (Sumbawa), serta Danau Kelimutu (Nusa
Tenggara Timur). Danau Kelimutu disebut juga Danau Tigawarna. Danau terbesar di
Indonesia adalah Danau Toba. Di tengah-tengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir.
Danau Toba termasuk contoh daerah lembah depresi karena tanahnya turun setelah
terjadi letusan gunung api. Sedangkan Danau Kerinci, Danau Ranau, dan Danau Maninjau
terjadi akibat lembah puncak gunung yang terisi air hujan (kaldera).

b. Karakteristik Wilayah Laut Indonesia

1) Laut

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut yang cukup luas. Semua
provinsi di Indonesia memiliki wilayah laut. Nama-nama laut yang terdapat di Indonesia
adalah Laut Jawa, Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Seram, Laut Maluku, Laut Halmahera,
Laut Arafuru, Laut Flores, Laut Sawu, dan Laut Timor. Selain itu, juga terdapat Samudera
Hindia. Samudera adalah laut yang sangat luas.
2) Selat

Selat digunakan sebagai sarana penyeberangan antarpulau. Banyak sekali selat yang
menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Selat-selat itu misalnya Selat Sunda, Selat
Karimata, Selat Bali, Selat Sape, Selat Bangka, dan Selat Berhala.

3) Pantai

Sebagian besar wilayah negara kita merupakan perairan, terutama laut, sehingga kita
memiliki wilayah pantai yang cukup luas. Kita mengenal beberapa pantai, misalnya
Pantai Ancol di Jakarta, Pantai Cermin di Sumatera Utara, Pantai Sanur dan Pantai Kuta
di Bali, Pantai Pelabuhan Ratu di Jawa Barat, Pantai Carita di Banten, Pantai Losari di
Sulawesi Selatan, Pantai Senggigi di Lombok, Pantai Maluk di Sumbawa Barat, Pantai
Losiana di Nusa Tenggara Timur, dan Pantai Korem di Papua.

C. Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia

a. Perkembangan Jalur Transportasi di Indonesia

1) Transportasi Air

Indonesia sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan alat transportasi penting
sejak awal peradaban Nusantara. Tak heran, alat transportasi yang paling banyak
ragamnya di Indonesia adalah perahu dan kapal. Setiap daerah berpantai di Indonesia
memiliki jenis perahu tradisional dengan bentuk dan ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari
Makasar, Sope dari Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan Timur, Lancang Kuning dari Riau,
Gelati dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku. Di beberapa daerah di Indonesia,
misalnya Kalimantan, jalur penghubung utama antarwilayah adalah sungai. Transportasi
utama yang banyak digunakan adalah perahu. Mulai dari perahu kecil yang disebut
kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus air berupa perahu
panjang (long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.

2) Transportasi Darat

Pulau Jawa yang menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara sejak abad ke-4,
jalur perhubungan yang berkembang adalah jalur darat. Kuda banyak dipakai untuk
bepergian karena kekuatan dan kecepatannya. Alat transportasi yang berkembang pun
menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta kuda yang kemudian berkembang menjadi
andong atau delman. Sedangkan untuk mengangkut barang, selain menggunakan jasa
kuda, juga ada pedati yang ditarik sapi atau kerbau. Awal masuknya transportasi darat
modern di Indonesia dimulai pada masa pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya
saat itu yang berada di Batavia atau Jakarta. Pemerintah Belanda membangun jalur
kereta api dengan rute BataviaBuitenzorg (Bogor), tahun 1873. Sedangkan alat
transportasi yang digunakan di dalam kota adalah trem yang digerakkan oleh mesin uap.
Trem merupakan angkutan massal pertama yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta
sudah mempunyai jaringan trem. Tahun 1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan
penghapusan trem karena dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Trem
pun digantikan bus-bus besar. Untuk transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada
pula bemo yang mulai dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul helicak dan
bajaj. Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa menemukan beberapa jenis alat
transportasi ini. Saat ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan masyarakat
adalah bus dan kereta listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan transportasi
massal yang modern dan murah seperti bus Trans Jakarta. Di masa depan, rencananya
akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih.

3) Transpostasi Udara

Sejarah transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah kemerdekaan. Untuk


kemudahan transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno membeli dua pesawat
tipe DC-3 dari Singapura. Pembelian pesawat tersebut didanai para pengusaha asal Aceh.
Wilayah Aceh kala itu merupakan bagian Indonesia yang belum tersentuh Belanda.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut dinamai RI-001
Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inong. Pesawat tersebut melakukan penerbangan
pertama pada 26 Januari 1949 dengan rute penerbangan CalcuttaRangoon. Kedua
pesawat tersebut menjadi cikal bakal perusahaan penerbangan pertama tanah air yaitu
Garuda Indonesia. Industri penerbangan nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh
tim Angkatan Udara Republik Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio
Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono. Salah satu hasil rancangannya adalah pesawat Si
Kumbang yang melakukan penerbangan pertama pada 1 Agustus 1954. Pada 26 April
1976 industri pesawat terbang itu berkembang menjadi PT. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio (IPTN) yang didirikan dengan DR. B.J. Habibie. Salah satu hasil karya IPTN
adalah prototipe pesawat turbo N-250 yang pertama kali terbang selama 55 menit, pada
10 Agustus 1995. Namun industri pesawat terbang ini harus berhenti karena kekurangan
dana akibat krisis moneter pada 1997.

b. Perkembangan Perdagangan Internasional di Indonesia

Bagi kebanyakan negara berkembang, sektor perdagangan khususnya perdagangan luar


negeri memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian negara tersebut. Sektor
perdagangan yang berbasis pada industrialisasi memegang peranan kunci karena produk yang
dihasilkan diharapkan mampu bersaing dengan produk industri negara lain dalam pasar global.
Kemajuan pembangunan sektor industri maupun perdagangan diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang berarti bagi kemajuan pembangunan pertumbuhan ekonomi.

Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolak ukur, baik
dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi. Salah satu cara tolak
ukur untuk menilai prestasi pembangunan tersebut adalah dengan melihat tingkat pertumbyhan
ekonomi daerah. Pada umumnya, laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan PDB/PNB. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan stuktur ekonomi terjadi atau tidak.
Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapatan
perkapita menunjukkan kecenderungan jangka panjang yang meningkat.

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan taraf kemakmuran. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1997
dan awal tahun 1998, proses pembangunan ekonomi di Indonesia terasa berhenti, bahkan
pertumbuhan ekonomi negatif pada awal tahun 1998. Hal tersebut mengakibatkan
perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional turun hingga 8% selama tahun 1998, dan
perekonomian nasional secara keseluruhan mengalami kontraksi sebesar 12,64%.
D. Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan di Indonesia

Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan potensi


sumberdaya laut dan pesisir yang sangat menjanjikan. Wilayah pesisir dan lautan merupakan
wilayah yang memiliki arti penting secara ekonomi dan politik bagi kehidupan masyarakat di
Indonesia sejak dahulu. Sumberdaya di wilayah pesisir merupakan penopang hidup bagi
masyarakat yang hidup di pesisir untuk memperoleh makanan, kayu bakar, bangunan, dan
fungsi lainnya.

1) Potensi terumbu karang

Ikawati et al. (2001) dalam Gianto (2007), mengatakan, salah satu dari sekian banyak
ekosistem yang dimiliki Indonesia adalah ekosistem terumbu karang. Selanjutnya kurang
lebih 14% terumbu karang dunia berada di Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000
Km2. Terumbu karang mempunyai fungsi yang penting, antara lain sebagai penahan
ombak dan pelindung pantai dari abrasi, tempat berkumpul dan berkembang biaknya ikan
-ikan dan biota laut lain yang merupakan sumber protein dan sumber bahan obat.
Manuputty (2008) melaporkan, terumbu karang juga memiliki fungsi sebagai tempat
rekreasi bawah air dengan panorama keindahan bawah air yang menarik yang berbeda
dengan di darat, oleh karena itu ekosistem terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Konferensi kelautan dunia (WOC) yang berlangsung di Manado, Sulawesi Utara 11-
15 Mei 2009 menyepakati bahwa untuk mengurangi bencana akibat perubahan iklim
tentu harus dihindari dengan mengurangi tingkat emisi karbon. Negara-negara
berkembang mesti menjaga kelestarian laut dan hutan sebagai paru-paru dunia. Potensi
terumbu karang di Indonesia sebagai paru-paru dunia di dasar laut bahwa untuk
mengatasi perubahan iklim pengaruh emisi karbon sangat besar (Protopo, 2009).

2) Potensi perikanan

Sektor perikanan, potensi perikanan Indonesia secara keseluruhan mencapai 65 juta ton,
terdiri 7,3 juta ton pada sektor perikanan tangkap khususnya ikan-ikan pelagis dan 57,7
juta ton pada sektor perikanan budidaya (Kusuma, 2004). Sektor budidaya biota laut yang
di budidaya seperti ikan belanak, ikan kakap putih, udang, kepiting bakau, dan teripang.
Tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia mencapai 20,18 kg perkapita pertahun, dan
mengalami peningkatan 4,5% pertahun (Dahuri, 2003). Tingkat konsumsi dan permintaan
ikan dunia cenderung meningkat. Sejak tahun 1990, dunia sebenarnya telah mengalami
kekurangan pasokan ikan diperkirakan sebesar 19,6 juta ton pada tahun 2000; 37,5 juta
ton pada tahun 2010 dan 62,4 juta ton pada tahun 2020 (FAO, 2000). Hingga saat ini
Indonesia menempati urutan ke-12 sebagai Negara pengekspor produk perikanan di
bawah posisi Thailand dan Vietnam (Kusuma, 2004). Potensi perikanan Indonesia yang
mencapai 65 juta ton sebenarnya cukup untuk mencukupi kebutuhan ikan dalam negeri
dan kebutuhan ikan dunia. Indonesia mempunyai potensi ikan yang banyak tetapi banyak
ikan juga dicuri oleh nelayannelayan asing dan alat tangkap nelayan Indonesia masih
banyak yang kurang mendukung sehingga potensi ikan di Indonesia belum dikelola
dengan baik.

3) Potensi rumput laut

Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya kelautan yang telah dikenal sejak
puluhan atau bahkan ratusan tahun di indonesia bahkan mancanegara. Umumnya
rumput laut digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, namun seiring dengan
perkembangan iptek dewasa ini rumput laut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
dalam berbagai macam industri misalnya tekstil, kosmetik dan industri kefarmasian
(Syafikri, 2009). Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang
merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, keraginan, porpiran, furcelaran
maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan
cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Ada juga yang
memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak
mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid,
dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung
cadanganmakanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahanbahan tadi,
ganggang merah dan cokelat banyak mengandung yodium (Prabowo, 2007).

4) Potensi hutan mangrove

Indonesia mempunyai salah satu hutan mangrove yang terluas di dunia yaitu sekitar 4,25
juta ha sebelum tahun 1969. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari
total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan
ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia
(Dahuri, 2002 dalam Kusuma, 2002). Kusuma (2002) menjelaskan, mangrove merupakan
sumberdaya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources atau flow resources) yang
mempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis dan ekologis). Manfaat ekonomis
diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi, dan lain-
lain) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata). Kawaroe (2001)
menyebutkan manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi
lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, di
antaranya: sebagai proteksi dari abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang,
tsunami, pengendali intrusi air laut, habitat berbagai jenis fauna, sebagai tempat mencari
makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang, pembangun lahan
melalui proses sedimentasi, pengontrol penyakit malaria, memelihara kualitas air,
penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe hutan lain.

5) Potensi padang lamun

Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri atas tujuh marga, dari 20 jenis lamun yang
dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di Indonesia. Penyebaran
padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh perairan Nusantara
yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.
Jenis Thalassiahemprichii merupakan yang paling dominan di Indonesia (Husein, 2005).
Sebagaimana terumbu karang, padang lamun menjadi menarik karena wilayahnya sering
menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan fauna akuatik lain dengan berbagai tujuan
dan kepentingan (Arlyza, 2007). Di padang lamun juga hidup alga (rumput laut), kerang-
kerangan (moluska), beragam jenis Echinodermata (teripang-teripangan), udang, dan
berbagai jenis ikan. Ikan-ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada jenis ikan
misalnya yang sepanjang hayatnya tinggal di padang lamun, termasuk untuk berpijah,
tetapi beberapa jenis lain memilih tinggal sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa,
kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. Ada juga yang hanya tinggal selama juvenil,
sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. Penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan
duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah dua hewan ‘pencinta berat’ padang lamun,
yang merupakan beberapa contoh hewan laut yang cukup banyak dijumpai. Boleh
dikatakan, dua hewan ini amat bergantung pada lamun, kebergantungan kedua hewan ini
terhadap lamun karena tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan
dugong. Penyu hijau biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, Thalassia, dan
Halophila, sedangkan dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. Dugong
mengkonsumsi lamun terutama bagian daun dan akar rimpangnya karena dua bagian ini
memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi (Aswandi, 2008). Wilayah pesisir dan laut
Indonesia telah menjadi tumpuan harapan dimasa depan baik untuk pemenuhan
kebutuhan bangsa dan dunia. Harus disadari bahwa sumberdaya kelautan kalau tidak
dikelola dengan baik akan mengalami kerusakan dan kerugian yang besar. Agar bisa
mengelola sumberdaya kelautan secara berkelanjutan salah satu faktor penting adalah
perlu menguasai sains dan teknologi secara terpadu.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Indonesia telah diakui masyarakat internasional sebagai negara kepulauan yang tertulis
dalam Konversi Hukum Laut Internasional atau UNCLOS (United Nations Convertion on the Law
of the Sea) pada tahun 1982 dan telah disahkan dalam UU No. 17 Tahun 1985. Untuk
mengetahui letak luas dan batas wilayah Indonesia, perlu dibahas tata geografi yang mencakup
unsur topologi.

Setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri-ciri kenampakan alam yang berbeda-beda.


Kenampakan alam di Indonesia yang dapat dilihat pada peta adalah kenampakan alam daratan
dan perairan.

Kenampakan alam daratan berupa pegunungan, gunung, dataran rendah, dan tanjung.
Sedangkan kenampakan alam perairan berupa sungai, danau, laut, dan selat. Berikut ini akan
dijelaskan kenampakan alam wilayah Indonesia seperti pegunungan, gunung, sungai, danau,
laut, dan selat.

Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan potensi


sumberdaya laut dan pesisir yang sangat menjanjikan. Wilayah pesisir dan lautan merupakan
wilayah yang memiliki arti penting secara ekonomi dan politik bagi kehidupan masyarakat di
Indonesia sejak dahulu. Sumberdaya di wilayah pesisir merupakan penopang hidup bagi
masyarakat yang hidup di pesisir untuk memperoleh makanan, kayu bakar, bangunan, dan
fungsi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baransano, Henky. K dan Mangimbulude, Jubhar. C. 2011. Eksploitasi dan Konservasi


Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. Papua: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Cendrawasih. Volume 3, Nomor 1, Hal. 39-45, April 2011.

Kadar. A. 2015. Pengelolaan Kemaritiman Menuju Indonesia sebagai Poros Maritim


Dunia. Jakarta: Pusat Kajian Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Vol. 1, No. 3, 2015.

Wardiatmoko. K. 2013. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai