Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA MUAWIYAH


BIN ABU SUFYAN

Dosen Pengampu: Dr.Fatmawati,M.Ag

DI SUSUN

O
L
E
H

Baiti Harom: 12308024

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
PROGRAM STUDI MANAJAMEN DAKWA
TAHUN 2023M/1445H
KATA PENGANTAR

Assalamualikum warohmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Serta tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpah kan
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kesempurnaan menuju zaman yang sekarang ini yakni zaman yang penuh
dengan ilmupengetahuan dan teknologi.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis menyadari
bahwapenulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun,
harapan besarpenulis semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Makalah
ini dapat terselesaikan atas usaha keras pernulis dan bantuan rekan-rekan dalam
diskusi untuk mengisi kekuranganya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam
tanggapan maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan
kritik dariberbagai pihak sangat penulis diharapkan untuk melanjutkan dalam
penulisberikutnya. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu. pembuatan
makala

18 Desember 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN

A Bografi muawiyah bin Abu Sufyan


B Panaklukan pada masa pemerintahan muawiyah
C Peradaban pada masa umayah
D Kepemimpinan muawiyah bin Abu Sufyan
E Masa kemunduran dan bani umayyah di andalus
F Jasa peninggalan muawiyah bin Abu Sufyan
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib situasi yang berbeda degan
zaman abu bakar dan umar,dimana pada masa itu ummat manusia masih
bersatu.Selain itu kehidupan sosial masih sangat seerhana dan masih
belum banyak terpengaruh dengan kekayaan dan kedudukn.Saat Ali bin
Abi Thalib menduduki kekhalifahan ,Ali berhenti sebagai besar gubernur
yang diangkat oleh Usman bin Affan dan menggantimya dengan yang
baru.Pada masa ini,banyak tuntuttan dan desakan kepada ali untuk segera
menghukum pemberontak yang telah memunuh usman bin affan.
Sementara itu, muawiyah bin Abu Sufyan yang masih satu keluaraga
dengan usman saat itu menjabat sebagai ubernur syria,juga menolak
pembai’atan Ali dan menentangnya dengan alasan ali tidak berkemampuan
menegakkan hukum syari’at islam untuk penguatan pembunuhan Usman
bin Affan .Pertentangan ini menimbulkan perang siffin antara pihak Ali
dan muawiyah,yang berujung dengan tahkim yang menguntungkan
muawiyah.Kebruntungan muawiyah selanjutnya adalah,keberhasilan pihak
khawarij membunuh Ali bin Abi Thalib.Sehingga jabatn khalifah
diberikan kepada putranya yaitu hasan bin ali.Kerena hasan bin Ali ingin
memadamkan gejolak dan kerisis politik,maka jabatan khalifah diserahkan
kepada muawiyah bin abu Sufyan .Peristiwa penyerahan kekuasaan yang
dilakukan hasan bin Ali kepada uawiyah terjadi di kota maskin yang
disebut dengan ‘An Al-jama’ah (tahun perdamaian) pada tahun 661M,(41
H),dinamakan tahun al-jami’ah karena perjanjian ini mempersatukan
ummat islam kembai menjadi satu kepemimpnan polotik,muawiyah dan
muawiyah mengubah sistenkhaifah menjadi kerajaan.
Pada masa itu,ummat islam telah bersentuhan dengan peradaban
persia dan bizantium.Oleh karena itu,Muawiyah juga bermaksud meniru
cara ukseti kepemimpinan yang ada di persia dan bizantium,yaitu
monarki(kerajaan).Akan tetapi gelar kepemimpunan pusat tidak disebut
raja (malik) muawiyah tetap mengnakan gelar khalfah dengan makna
konotatif yang diperbaruhi.Jika pada zaman khalifah empat khaliah
(pengganti)yang dimaksud adalah khalifah rasulullah SAW .(Khalifah al -
rasul) adalah pemimpin masyarakat ; sedangkan pada masa bani
umayyah ,yang dimaksud dengan khalifah adalah kahlifah allah (Khalifah
Allah) adalah pemimpin dan penguasa yang di angkat Allah Langkah awal
dalam rangka mempelancar pengangkatan Yazid sebagai pengantinya
adalah menjakan Yazid ibnu umayah sebagai putra mahkota (tahun 53 H).
Sejak zaman khulafaur Rasyidin,Muawiyah bin Abu Sufyan telah
memiliki peran yang angat strategis.Pada masa abu Bakar Ash-shiddiq
terjadi berbagai kekacauan dan pemberontakan ,membuat abu bakar
mengambil tindakan yang tegas denga memerangin mereka.Muawiyah
bergabung dalam perang yamamah ,melawan musailamah al-Kazzab yang
mengaku sebagi nabi .Abu bakar mengarahka pasukan ke syam,Muawiyah
dan Yazin bin Abu Sufyan yaitu saudaraya berhasil menaklukan
syam,khususnya kota -kota pesisr akka,shur,dan caesaria.Pada msa umar
bin Khattab ,muawiyah ditugaskan untuk membebaskan Qaisariyah,sebuah
kota kecil di wilayah pelestina, amun teryata Qaisariyah memilki benteng
petahanan dan pasukan yang sangat kuat Setelah Qaisariyah di kempung
dengan waktu yang cukup lama ,muawiyah berhasil menerobos kota
tersebut.Dikatakn prajurit Qaisariyah yang tewas mencapai 100.000 orang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi muawiyah bin Abu Sufyan?
2. Bagaimana penaklukan pada masa pemerintahan muawiyah?
3. Peradaban pada masa umayah?
4. Bagaimana kepemimpinan muawiyah bin Abu Sufyan ?
5. Masa kemunduran dan bani umayyah di andalus?
6. Jasa peninggalan muawiyah bin Abu Sufyan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi muawiyah bin Abu Sufyan?
2. Untuk mengetahui penaklukan pada masa pemerintahan muawiyah
3. Untuk mengetahui Peradaban pada masa umayah?
4. Untuk mengetahui kepemimpinan muawiyah bin Abu Sufyan ?
5. Masa kemunduran dan bani umayyah di andalus?
6. Jasa peninggalan muawiyah bin Abu Sufyan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografiafi Muawiyah bin Ab Sufyan 40-60 H/660-680 M


Ia bernama Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb Umayyah
bersama-sama dengan kaum musyrik dalam Perang Khandaq. Muawiyah
lahir di Makkah lima tahun sebelum masa rasul Muhammad SAW,
didampingi oleh ibunya, saudara laki-lakinya (Yazid) dan orang tuanya
yang baru masuk Islam pada saat penaklukan Mekkah atau pada tahun 6
H/627P, pada pukul zaman Hudaibiyah. Muawiyah merupakan salah satu
tokoh dan pemimpin suku Quraisy pada masa jahiliah, beliau merupakan
orang yang dihormati dan mempunyai kedudukan yang tinggi, misalnya
pamannya yang bernama Hasyim bin Abdu Manaf. Muawiyah menemani
Nabi dalam pertempuran Hunain dan Taif. Saat itu Rasulullah memberinya
rampasan perang dalam jumlah besar karena dianggap mualaf. Beliau
adalah penulis wahyu Rasulullah dan meriwayatkan sedikitnya 163 hadis
Rasulullah.
Kemudidan Muawiyah ikut saya Keyarmuk dan membuka Syam
diduhah pimpinan saudara yaazid. Dia juga berhasil menaklukan
Qaisariyah dan sebagian pesisir wilayah Syam.Umar lbnu Khatab
mengangkatnya sebagai gubernur untuk keseluruhan wilayah Syam Dia
meminta izin kepada Umar untuk menyerang pasukan Romawi melalui
laut, namun satu ditolak oleh Umar. usman bin Affan, ketika jadi khalifah,
melakukan penyerangan pada Romawi melalui laut setelah itu Muawiyah
meminta secara terus-terusan. Dia juga memasukkan Siprus dan mampu
Menampungnya pada tahun 28 H/647M. Dia mampu mengalahkan
pasukan Romawi sebuah pertempuran sebuah laut besar yang pernah
dilakukan oleh kaum muslimin, yakni Perang Dzat Ash-hawari,pada tahun
31 H/ 651M.Muawiyah adalah seorang pemimpin yang berpribadi kuat
dan amat jujur, serta ahli dalam lapangan politik.
Tasaat Ali dibaiat sebagai khalifah, dia memecat semua gubernur.
Namun, Muawiyah. laki laki tolak pemecatan itu dan sekaligus tidak mau
membaiat Ali sebagai khalifah. Maka, terjadilah pertempuran antara dia
dengan Ali, pertempuran yang terpenting adalah pertempuran di shiffin
dimana Muawiyah mengalami kekalahan di medan perang. Setelah.
pertempuran di Shiffin itu terjadilah beberapa pertempuran lagi, di mana
Muawiyah berhasil menguasai sebagian dan musuhnya. Ali merasakan
penderitaan perlawanan dan kekuatan Muawiyah serta kaum Khawarij.
Dia juga menderita karena pengikutnyadi Iraq yang maksudnya murtad
dan munafiq padanya.Ali barulah telepas dari kesulitan-kesulitan itu
setelah itu ia ditikam oleh lbnu Muljim kaumK hawarij dengan tusukan
pedang Feracunsa dia beribadah dimasjid kuffah.
Setelah Ali meninggal, dia penggantinya oleh anaknya Hasan
tempat sampah Ali melalui pembaitan umum.Namun, Hasan kemudian
menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah sebagaiupaya untuk
menghindari pertumpuhan darah kaum muslimin dan untuk menyatu
padukan mereka. Sudah itu Muawiyah masuk kekota Kufah pada
tahun41H/6661M dimana ia bertemu dengan Hasan lalu orang banyak
membaiat Muawiyah menjadi khalifah, Hasan dan Husein Selain itu pula
membaitannya. Dengan demikian, Muawiyah menjadi khalifah yang
hukum sejak tahun41H/6661M, tahun tersebut disebut Tahun Persatuan
"karena rakyat telah bersatu dibawah pimpian khalifah Muawiyah.
Oleh karena itu permasalahan menjadi stabil, keamanan dalam
negeri pun stabil, pagi harinya umat Islam mampu kembali melakukan
penaklukan setelah sebelumnya sempat terhenti akibat konflik internal.
B. Penaklukandi Mafa Pemerintahan Muawiyah
Penaklukan pada masa pemerintahannya begitu luas dan mencakup dua
bidang utama sebuah Wilayah Barat Wilayah meletakkan Roma dengan
(Tkamuki). Ketika itu dilakukan pengintaia ekspedisi ke sana. Maksud dan
tujuannya adalah menaklukkan Konstantinopel. Kota itu dikepung pada
tahun 50 H/670 M kemudian pada tahun 53-61 H/672-680 M, namun tidak
berhasil ditaklukkan.
Muawiyah membentuk kekuatan angkatan laut besar yang bersiaga
di Laut Mediterania. dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu ia
berhasil meraih berbagai kemenangan. Ia berhasil menaklukkan pulau
Jarba di Tunisia pada tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun
53 H/673 M, kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan Ijih
dekat Konstantinopel.
Di Afrika. Benzarat ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M.
Qanuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45 H/665 M, Susat
juga ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi berhasil
menaklukkan Sirt dan Mogadishu, Tharablis dan kembali menaklukkan
Wadan. Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/670 Masehi.Kur,
sebuah wilayah di Sudan, juga berhasil ditaklukkan. Akhirnya penaklukan
ini sampai ke wilayah Maghrib Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah
panglima paling terkenal di daerah ini.
Kawasan Timur (Negeri Asia Tengah dan Sindh). Negeri-negeri
Asia Tengah. meliputi kawasan yang berada diantara sungai Sayhun dan
Jayhun. Diantara kerajaan yang paling pentinga adalah Thakaristan dengan
ibukotanya Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shaghad dengan
ibukota Samarkand dan Bukhari, Farghanah dengan ibukota Jahandah,
Khawarizm dengan ibukota Jurjaniyah, Asyrusanah dengan ibukota
Banjakat, Syasy dengan ibukota Bankats. Mayoritas penduduk di kawasan
itu adalah kaum paganis. Pasukan islam menyerang wilayah asia tengah
pada tahun 41 H/661 M. Pada tahun 43 H/663 M mereka mampu
menaklukkan Sajistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakharistan
pada tahun 45 H/665 M. Mereka sampai ke wilayah Qushitan. Pada tahun
44 H/664 M Abdullah bin Ziyad tiba di pegunugan Bukhari.
Pada tahun 44 H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh
dan india. Penduduk di tempat itu selalu melakukan pemberontakan
sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya stabil kecuali di masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik.
C. Peradaban pada Masa Umayah Timur
1) Penyempurnaan Tulisan Al-Quran
Al-Quran yang telah dikodifikasi pada zaman Abu Bakar dan
Utsman Ibn Affan ditulis tanpa titik (sehingga tidak dapat dibedakan
antara huruf fu dengan huruf gaf atau antara huruf ba dengan huruf ta,
dan huruf tsa, sera tidak menggunakan baris sehingga tidak dapat
dibedakan antara dhammah yang berbunyi u, fathah yang berbunyi a,
dan kasrah yang berbunyi i ¹1)
Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan
baris dan titik pada huruf-huruf Al-Quran adalah Hasan Al-Bashri
(642-728 M) atas perintah Abd Al-Malik Ibn Marwan (yang menjadi
khalifah antara 685-705 M.). Abd Al-Malik Ibn Marwan
menginstruksikan kepada Al- Hajjaj untuk menyempurnakan tulisan
Quran, Al-Hajjaj meminta Hasan Al-Bashri untuk
menyempurnakannya; dan Hasan Al-Bashri dibantu oleh Yahya Ibn
Ya'mura (murid Abu Al-Aswad Ad-Duwali). Dalam riwayat lain
dikatakan bahwa yang pertama membuat baris dan titik pada huruf-
huruf Al-Quran adalah Abu Al-Aswad Ad-Duwali.
2) Penulisan Hadis
Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah khalifah yang memelopori penulisan
(tadwin) hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn
Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120 H.), gubernur Madinah, untuk
menuliskan hadisyang ada dalam hafalan-hafalan penghafal hadis.
Umar Ibn Abd Al-Aziz menulis surat sebagai berikut
"Periksalah hadis Nabi Muhammad SAW., dan tuliskanlah karena
aku khawatir bahwa ilmu (hadis) akan lenyap dengan meninggalnya
ulama dan tolaklah hadis, selain dari Nabi Muhammad SAW.,
hendaklah hadis disebarkan dan diajarkan dalam majelis-majelis
sehingga orang-orang yang tidak mengetahui menjadi mengetahui-
nya; sesungguhnya hadis itu tidak akan rusak sehingga disembunyikan
(oleh ahlinya)."
Atas perintah khalifah, pengumpulan hadis dilakukan oleh ulama.
Di antaranya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim Ibn
Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri (guru Imam Malik). Akan tetapi, buku
hadis yang dikumpulkan oleh Imam Az-Zuhri tidak diketahui dan tidak
sampai kepada kita. Dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang pertama
membuktikan hadis adalah Imam Az-Zuhri¹2).
D. Gaya kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan
Sistem pemerintahan yang dijalankan pemerintahan bani Umayyah
adalah Monarchi Heridities. Yaitu system pemerintahan kerajaan/turun
temurun, hal ini dibuktikan setelah Muawiyah wafat ia menyerahkan
kekuasaan kekholifahan kepada putranya yaitu Yazid bin Muawiyah. Hal
inilah yang menyebabkan pemberontakan yang dilakukan oleh Husain bin
Ali (saudara Hasan). Sehingga terjadi perang di padang Karba Irak. Dalam
perang ini Hasan beserta seluruh keluarganya terbunuh.
Dalam menjalankan pemerintahan, Muawiyah memang terkenal
keras dan otoriter. Namun gaya kepemimpinan inilah yang menjadikan
pemerintahan Islam berjalan stabil karena ia selalu berusaha menumpas
para pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah
Sejalan dengan karakter dan prinsip Muawiyah serta cara pandang
dan pemikiran inovatifnya, ia mengambil berbagai hikmah dan keputusan
politik dalam dan luar negeri. Dan jejak ini dilanjutkan oleh penerusnya
dengan menyempurnakannya. Pertama, pemindahan pusat pemerintahan
dari Madinah ke Damaskus,Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan
politik dan alasan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah pusat kaum
Syiah pendukung Ali, dan jauh dari Hijaz tempat tinggal mayoritas Bani
Hasyim dan Bani Umayah, sehingga bisa terhindar dari konflik yang lebih.
tajam antara dua bani itu dalam memperebutkan kekuasaan. Lebih dari itu,
Damaskus yang terletak diwilayah Syam (Suria) adalah daerah yang
berada di bawah gengaman pengaruh Muawiyah selama 20 tahun sejak ia
diangkat menjadi Gubernur di distirk itu sejak zaman Khalifah Umar bin
Khatab.
Kedua, Muawiyah memberikan apresiasi kepada pihak-pihak
yang berjasa dalam perjuangannya mencapai bahu kekuasaan. Seperti
halnya Amr bin Ash yang diangkat menjadi Gubernur di Mesir, Al-
Mughirah bin Syubah juga diangkat menjadi Gubernur di wilayah Persia.
Ia juga memperlakukan dan merawat dengan baik para sahabat terkemuka
yang bersikap netral terhadap berbagai kasus yang muncul saat itu, agar
mereka berpihak padanya.
Ketiga, Menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap
berbahaya jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan kedudukan, dan
menumpas kaum pemberontak. Ia menumpas kaum Khawarij yang
merongsong wibawa kekuasaannya dan mengkafirkannya. Golongan ini
menunduhnya tidak mau berhukum kepada Al-Qur'an dalam mewujudkan
perdamaian dengan Ali diperang Shiffin melainkan ia mengikuti ambisi
hawa nafsu politiknya.
Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga
angakatan, darat, laut dan kepolisian yang tangguh dan loyal. Mereka
diberi gaji yang cukup, dua kali lebih besar dari pada yang diberi pada
yang diberikan Umar kepada tentaranya. Ketiga angkatan ini bertugas
menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung
kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.
Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur
maupun ke Barat. Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus
Muawiyah, seperti Khalifah Abd al-Malik ke Timur, Khalifah al-Walid ke
Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah Umar bin Abd al- Aziz.
Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua
setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab.
Wilayah yang dikuasai umat Islam pada masa Dinasti ini antara
lain Spanyol, Afrika Utara, Suriah, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian
Asia Kecil, Persia, Afganistan, wilayah yang sekarang disebut Pakistan,
Rurkmenia, Uzbek, dan Kirghiz di Asia Tengah danpulau-pulau yang
terdapat di Laut Mediterania, sehingga dinasti ini berhasil membangun
negara besar pada era tersebut.
Bersatunya berbagai suku bangsa di bawah naungan Islam
melahirkan benih-benih peradaban baru yang bercorak Islam, sekalipun
Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan
kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru itu kelak berkembang pesat
di zaman Dinasti Ab
basiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia
selama berabad-abad. Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya
membuat kebijaksanaan yang berbeda dari zaman Khulafa al-Rasyidin.
Mereka merekrut orang-orang non-musim sebagai pejabat-pejabat dalam
pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter dan dikesatuan-
kesatuan tentara. Tapi di zaman Khulafaur Umar bin Abd al-Aziz
kebijaksanaan itu ia hapuskan. Karena orang-orang non-Muslim (Yahudi,
Nasrani, Majusi) yang memperoleh privilege di dalam pemerintahan
banyak merugikan kepentingan umat Islam bahkan menganggap rendah
mereka. Didalam Al-Qur'an memang terdapat peringatan-peringatan. yang
tidak membolehkan orang-orang mukmin merekrut orang-orang non-
muslim sebagai teman kepercayaan dalam mengatur urusan orang-orang
mukmin.
Ketujuh, Muawiyah mengadakan pembaharuan dibidang
administrasi pemerintahan dan melengkapinya dengan jabatan-jabatan
baru yang dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantium.
Kedelapan, Hikmah dan keputusan politik penting yang diambil
oleh Khalifah Muawiyah adalah mengubah sistem pemerintahan dari
Khilafah demokratis menjadi sistem Monarki dengan mengangkat
putranya, Yazid, sebagai Putra Mahkota untuk menggantikannya sebagai
Khalifah setelah kematiannya. Artinya suksesi kepemimpinan berlangsung
terus menerus dari generasi ke generasi yang diikuti oleh penerus
Muawiyah.
E. MASA KEMUNDURAN DAN BANI UMAYYAH DI ANDALUS
Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah
dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720-724 M). Masyarakat yang
sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu
berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis
politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid
bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan
kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan
khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada
masa ini muncul satu kekuatan baru dikemudian hari menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari
kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali. Walaupun
sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah yang kuat
dan terampil, akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat,
sehingga tidak berhasil dipadamkannya
Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani
Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral
buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi, dan akhirnya pada
tahun 750 M, Daulah Bani Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah
yang merupakan bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan
bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun berhasil
melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil ditangkap dan terbunuh
di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai berakhirnya
kekuasaan Bani Umayyah di Timur (Damaskus) yang digantikan oleh
Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Barat, Al-
Andalus.
Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai
ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-
Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang
sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai
salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayyah.
Dalam proses penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama
yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan
Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville,
dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di
Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
Utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana
sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan
Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al- Samah,
tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin
Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordeaux,
Poitiers dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini ia
ditahan oleh Charles Martel, yang kemudian dikenal dengan Pertempuran
Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan
tentara Muslim mundur kembali ke Spanyol.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan
menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan
terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu
penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut
oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama
lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar
dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan yang
tidak bersedia disiksa, serta dibunuh secara brutal.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut
terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang
dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth adalah
ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo,
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan
Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun
kekuatan untuk menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan
bergabung dengan kaum Muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik
antara Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah
Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan
memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq
dan Musa.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara
Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai
semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekanjuga
mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.
Sewaktu penaklukan itu, para pemimpinya terdiri dari tokoh-tokoh
yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para
tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum
Muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran
Islam di sana.
F. Jasa Peninggalan Kholifah Muawiyah bin Abu Sufyan
Pada masa Umayyah, baitul Mal Lembaga pemerintahan yang
bertugas mengurus masalah keuangan Negara, beralih fungsi dari harta
hak seluruh rakyat menjadi harta kekayaan pribadi kholifah. Adapun
kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah
Muawiyah antara lain adalah:
1) Pembentukan Diwanul Hijab
Bertugas memberikan pengawalan khusus terhadap Kholifah, hal
ini dikarenakan kekhawatiran muawiyah melihat 3 kholifah
sebelumnya meninggal karena terbunuh
2) Pembentukan Diwanul Khatam
Bertugas mencatat semua kebijakan Kholifah mengantisipasi
peristiwa pembunuhan Kholifah Utsman yang disebabkan Surat
misterius.
3) Pembentukan Diwanul Barid
Departemen pos yang bertugas mengantarkan surat-surat resmi
pemerintah
4) Pembentukan Shohibul Kharai
Bertugas memungut pajak dari rakyat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muawiyah lahir empat tahun sebelum Nabi SAW berdakwah di
Makkah. Kisah lain menyebutkan bahwa ia dilahirkan dua tahun
sebelumnya. dia mengutus Muhammad SAW untuk menjadi Nabi.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muawiyah memeluk Islam bersama
ayahnya, Abu Sufyan bin Harb dan ibunya Hindun binti Utbah ketika
terjadi Fatu Makkah.
Setelah Ali terbunuh, orang-orang Syi'ah mengangkat Hasan bin
Ali sebagai Kholifah, namun pihak muawiyah menolak. Disisi lain Hasan
tidak berambisi menjadi Kholifah dan tidak mau terjadi perpecahan
berlanjut di tubuh umat Islam, akhirnya Hasan bersedia menyerahkan
kekuasaan kekholifaha kepada Muawiayah
Kebijakan yang telah dilakukannya dalam bidang pemerintahan
adalah:
1. Pembentukan Diwanul Hijab
2. Pembentukan departemen pencatatan atau Diwanul Khatam.
3. Pembentukan Dinas Pos atau Diwanul Barid
4. Pembentukan percetakan mata uang.
5. Pembentukan shahibul kharraj (pemungut pajak).
B. Saran
Saya sebagai penulis dari makalah ini mohon maaf apa bila ada
kesalahan dalam penulisan ini dan mohon keritikan dari sang pembaca dan
pendengar dan semoga bermaaf bagi kalian semua karena kekurang milik
saya sendiri dan kelebihan milik allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Ash-Shallabi, 2012 Muawiyah bin Abu Sufyan: Kinerja Gemilang
20 Tahun Menjadi Gubernur dan 20 Tahun Menjadi Khalifah, penerjemah:
Izuddin Karimi, (Jakarta: Darul Haq,)
Al-'Usairy, Ahmad 2003., Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Dedi Supriyadi, 2008 .Sejarah Peradaban Islam .Pustaka Setia
Hasan, Hasan Ibrahim. 2006, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Kalam
Mulia.
http://elsiregar.blogspot.com/2012/10/makalah-muawiyah.html
Syalabi, Ahmad. 1992, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.

Anda mungkin juga menyukai