C. Penunjang Nonmedis
• Pelayanan Gizi
Pelayanan ini dilakukan di instalasi gizi yang terdiri dari :
- Pelayanan gizi ruangan, penyajian langsung makanan
pasien pada ruang rawat inap kelas I, II dan III. Penyuluhan
perorangan maupun kelompok penderita yang
mendapatkan diet selama dirawat atas permintaan dokter
atau penderita yang akan pulang dan harus menjalankan
diet dirumahnya.
- Penyuluhan gizi rawat jalan, konsultasi di klinik gizi pada
pasien/penderita yang dikirim oleh dokter, poliklinik
maupun dokter dari luar.
Kegiatan pelayanan gizi yang dilakukan :
D. Pelayanan Lain-Lain
Pelayanan lain-lain ini, meliputi Pelayanan Kebugaran dan
peningkatan informasi kepada masyarakat di sekitar rumah sakit yang
terdiri dari:
- Senam Hamil
Kegiatan ini kami adakan dalam rangka untuk berkomunikasi dan
menjaga kontinuitas pemeriksaan pasien Ibu hamil di Rumah
Sakit Inmedika, Staff Rumah Sakit akan menjelaskan manfaat
kegiatan ini terutama bagi ibu-ibu muda yang baru pertama kali
mengandung buah hatinya. Manfaat dari senam hamil yang
sebaiknya diketahui oleh Ibu hamil antara lain; dapat
memperkuat otot sendi, memperkuat jantung dan paru-paru,
membuat tidur lebih nyenyak, menurunkan resiko kenaikan berat
badan secara berlebihan, mengurangi rasa nyeri tulang belakan
dan punggung, mendukung tumbuh kembang janin, mengurangi
ketegangan menjelang persalinan, dan meningkatkan stamina.
- Tumbuh Kembang Anak
RS Inmedika akan berpartisipasi aktif dalam bidang tumbuh
kembang anak, dengan layanan ini diharapkan calon pelanggan
akan tertarik untuk mendapatkan pelayanan di RS Inmedika,
seperti kita tahu beberapa fungsi pijat bayi antara lain;
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan
memberikan stimulasi raba, gerak dan kombinasi stimulasi
lainnya.
- Seminar Awam
Kegiatan seminar awam di RS Inmedika membawa misi pada
upaya preventif, bagian pelayanan medis RS Inmedika akan
memberikan informasi berkala tentang kesehatan kesehatan baik
melalui kegiatan seminar awam mengenai isu-isu kesehatan
terkini bekerja sama dengan pihak terkait. Dengan seminar awam
Gambar rencana kegiatan mulai dari Site Plan, dan gambar untuk masing-
masing lantai disajikan pada Gambar 1.2. hingga Gambar 1.6.
S
T
P
Lokasi STP/IPAL
Ruang Ruang
Operasi Perawatan
Perkantoran Laboratorium
Ruang
Laundry
Poliklinik
Dapur
Rumah Cafetaria
Sakit
Cairan
Pembersih
Lantai dan
Cairan Meja
Sabun cuci
pencuci
tangan
piring
Dapur
Minyak Rumah Air
Sakit
Gambar 1.8. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Dapur Rumah
Sakit
Tabel 1.3. Estimasi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada
Dapur Rumah Sakit
Jenis Bahan Kebutuhan Per
Orang
A. Bahan Baku
- Air 20 L/orang/hari
- Minyak 15 mL/orang/hari
Pembersih
Lantai dan
Toilet
Sabun
Cuci Air
Tangan
Poliklinik
Rumah
Sakit
Gambar 1.9. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Poliklinik
Rumah Sakit
- Air 5 L/orang/hari
B. Bahan Penolong
Pembersih
Lantai dan
Toilet
Sabun Cuci
Air
Tangan
Perkantoran
Rumah Sakit
Gambar 1.10. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Perkantoran
Rumah Sakit
- Air 30 L/orang/hari
B. Bahan Penolong
d. Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Ruang Operasi Rumah Sakit
Pada ruang operasi, sumber air limbah yang dihasilkan yakni berasal
dari kegiatan cuci tangan, pembersihan ataupun sterilisasi area ruang
operasi. Bahan baku utamanya merupakan air, sedangkan bahan
penolongnya yakni sabun cuci tangan dan pembersih lantai. Untuk air
limbah dari ruang operasi yang mengandung B3 akan di tampung TPS LB3
dan diangkut oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan Rumah Sakit
Inmedika-Denpasar. Bahan baku dan bahan penolong yang terdapat pada
aktivitas ruang operasi rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 1.11.
Estimasi jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan penolong pada ruang
operasi rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Pembersih
Lantai
Sabun
Cuci Air
Tangan
Ruang
Operasi
Gambar 1.11. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Ruang Operasi
Rumah Sakit
- Air 40 L/orang/hari
B. Bahan Penolong
e. Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Ruang Perawatan Rumah Sakit
Pada ruang perawatan rumah sakit, sumber air limbah yang dihasilkan
yakni berasal dari kegiatan cuci tangan, toilet dan pembersihan lantai dan
toilet ruang perawatan. Bahan baku utamanya merupakan air, sedangkan
bahan penolongnya yakni sabun dan pembersih lantai dan toilet. Bahan
baku dan bahan penolong yang terdapat pada aktivitas ruang perawatan
rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 1.12. Estimasi jumlah kebutuhan
bahan baku dan bahan penolong pada ruang perawatan rumah sakit dapat
dilihat pada Tabel 1.7.
Pembersih
Lantai
dan Toilet
Sabun Air
Ruang
Perawatan
Gambar 1.12. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Ruang
Perawatan Rumah Sakit
B. Bahan Penolong
- Sabun 60 mL/bed/hari
Cairan
Pembersih Pembersih
Alat-alat Lantai
Lab.
Sabun Cuci
Air
Tangan
Laboratorium
Rumah Sakit
Gambar 1.13. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Ruang
Laboratorium Rumah Sakit
Tabel 1.8. Estimasi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada
Ruang Laboratorium Rumah Sakit
Jenis Bahan Kebutuhan Per
Orang
A. Bahan Baku
- Air 30 L/orang/hari
B. Bahan Penolong
Pewangi dan
Desinfektan
Pelembut
Detergent Air
Laundry
Gambar 1.14. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Laundry Rumah
Sakit
Tabel 1.9. Estimasi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada
Laundry Rumah Sakit
Jenis Bahan Kebutuhan Per
Orang
A. Bahan Baku
- Air 100 L/orang/hari
- Detergent 30 mL/orang/hari
B. Bahan Penolong
- Pelembut dan Pewangi 15 mL/orang/hari
- Desinfektan 10 mL/orang/hari
Sumber : (Metcalf and Eddy, 2003) dan Pengamatan Langsung
Cairan
Pembersih
Lantai dan
Cairan Meja
Sabun cuci
pencuci
tangan
piring
Gambar 1.15. Diagram Bahan Baku dan Bahan Penolong Pada Cafetaria
Rumah Sakit
Tabel 1.10. Estimasi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada Cafetaria Rumah Sakit
Jenis Bahan Kebutuhan Per
Orang
A. Bahan Baku
- Air 20 L/orang/hari
- Minyak 15 L/orang/hari
B. Bahan Penolong
- Cairan pencuci piring 15 mL/orang/hari
Air limbah rumah sakit yang berasal dari dapur dan cafetaria akan
mengalami proses trap/menjebak lemak pada grease trap dan kemudian
dialirkan menuju IPAL untuk mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Air
limbah yang berasal dari laundry rumah sakit diolah terlebih dahulu pada
pretreatment laundry kemudian dialirkan menuju IPAL. Air limbah domestik
rumah sakit yang berasal dari poliklinik, ruang operasi (air limbah cuci
tangan dan air limbah pembersihan lantai), ruang perawatan, laboratorium
(air limbah bilasan ke-3 cuci alat lab, air limbah cuci tangan dan air limbah
pembersihan lantai) dan dari perkantoran langsung dialirkan menuju IPAL
rumah sakit. Untuk air limbah medis dan air limbah dari laboratorium
(bilasan 1 dan 2 dari pembersihan dan alat reagen) yang mengandung B3
akan ditampung pada sementara pada TPS LB3 dan nantinya akan dikelola
oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Inmedika-
Denpasar. Hal ini juga sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Alur pengolahan air limbah
Rumah Sakit Inmedika dapat dilihat pada Gambar 1.16.
Bilasan ke -3
Cuci alat Lab,
Cuci Tangan,
Pembersihan
Lantai,
Cuci Tangan,
Pembersihan
Lantai Penyiraman
Tanaman dan
Lahan
Gambar 1.16. Diagram Alur Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Inmedika
RUMAH SAKIT
INMEDIKA - DENPASAR
Sabun Cuci
Tangan
Cairan
Air Poliklinik Pembersih
Air Limbah Air Limbah Lantai
Ruang Perawatan Laboratorium
Air Perkantoran
Air Limbah
Perkantoran
Keterangan:
(1) Sumber: (Metcalf and Eddy, 2003), Permenkes No 7 Tahun 2019
(2) Sumber: (Metcalf and Eddy, 2003)
(3) Debit air limbah maksimal digunakan sebagai acuan untuk mendesain kapasitas pengolahan air limbah dengan menambahkan safety factor 10%
Bahan Penolong
(0,008 m3/day)
Bahan Penolong
(0,005 m3/day)
PDAM
Poliklinik Air Limbah
(Qave = 6,316 m3/day) (3 m3/day) (2,877 m3/day)
(Qmaks = 6,948 m3/day)
Bahan Penolong
Air Tanah (0,002 m3/day)
(Qave = 25,264 m3/day)
(Qmaks = 27,79 m3/day)
Perkantoran Air Limbah
STP / IPAL
(1,5 m3/day) (1,427 m3/day)
(Qave= 30,061 m3/day)
(Qmaks= 34,570 m3/day)
(Qdesain= 35 m3/day)
Evaporasi, meresap ke tanah, dll.
(0,075 m3/day)
Bahan Penolong
(0,001 m3/day) Penyiraman
Tanaman
dan Lahan
Ruang Operasi (35 m3/day)
Air Limbah
(0,48 m3/day) (0,457 m3/day)
Bahan Penolong
(0,006 m3/day)
Bahan Penolong
(0,008 m3/day)
S
T
P
Lokasi STP/IPAL
IPAL Anaeobik-
Aerobik Biofilter
Cap. 35 m3/day
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI MENGETAHUI MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI MENGETAHUI MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
RISER AIR KOTOR 4''
RISER AIR BEKAS 4''
ABS 4'' ABS 2'' ABS 4'' ABS 2'' ABS 4'' ABS 2'' ABS 4'' ABS 2''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
VENT 1/2''
ABS 4''
ABS 4''
ABS 4''
AK 4''
AK 4''
AK 4''
ABS 2''
ABS 2''
ABS 2''
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI MENGETAHUI MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI MENGETAHUI MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
3400 800
150 600 200
SECONDARY
H = 1.8 m
150
150
200
950
950
200
CLARIFIER
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 6"
Trap and Pre Treatment Laundry,
Inlet Pipe from Toilet, Grease
200
ANAEROBIC FILTER 2
COLLECTING
H = 1.3 m
H = 2.3 m
1400
TANK
800
EQUALIZATION TANK
H = 2.3 m
2000
150
ANAEROBIC FILTER 1
H = 2.3 m
1400
H = 2.3 m
TANK
150500150
SEDIMENTATION
H = 1.8 m
TANK
Inlet Pipe from Laundry,
ANAEROBIC
H = 2.8 m
1200
FILTER 1
EQUALIZATION
150
H = 1.8 m
2100
TANK
ANAEROBIC
H = 2.8 m
FILTER 2
1200
PVC 6"
150
200
1900 1500
H = 2.8 m
ANAEROBIC
1200
FILTER 3
Venting out to
Outlet Pipe to STP,
150 1000
AERATION TANK
H = 2.3 m
PVC 6"
800
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 1
H = 1.3 m
TRAP 3
GREASE
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 2"
Water Filter FRP 1865,
Outlet Pipe to Multimedia
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 2
H = 1.3 m
TRAP 2
GREASE
SECONDARY INTERMEDIATE
H = 2.3 m H = 2.3 m
4050
CLARIFIER
H = 1.3 m
TRAP 1
GREASE
Inlet Pipe from kitchen,
TANK
COLLECTING
H = 1.3 m
FINAL TANK
H = 2.3 m
2000
1200
200
PVC 2"
Outlet Pipe STP
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI MENGETAHUI MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
3400 800
E E E E E E
COLLECTING
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
H = 2.3 m
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
TANK
H = 1.3 m
150
950
200
PLAN STP
NTS
Gambar 1.29 Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL/STP) RS Inmedika 35 CMD
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PIPA DISTRIBUSI PENYIRAMAN
TAP POIN PENYIRAMAN
AREA PENYIRAMAN
SECONDARY
H = 1.8 m
3400
CLARIFIER
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 4"
Trap and Pre Treatment Laundry,
Inlet Pipe from Toilet, Grease
ANAEROBIC FILTER 2
COLLECTING
H = 1.3 m
H = 2.3 m
TANK
EQUALIZATION TANK
H = 2.3 m
ANAEROBIC FILTER 1
H = 2.3 m
SEDIMENTATION
7000
H = 2.3 m
TANK
SEDIMENTATION
H = 1.8 m
TANK
Inlet Pipe from Laundry,
ANAEROBIC
H = 2.8 m
FILTER 1
EQUALIZATION
H = 1.8 m
TANK
ANAEROBIC
H = 2.8 m
FILTER 2
PVC 4"
1900
H = 2.8 m
ANAEROBIC
FILTER 3
Venting out to
Outlet Pipe to STP,
AERATION TANK
H = 2.3 m
PVC 4"
800
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 1
H = 1.3 m
TRAP 3
GREASE
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 2"
Water Filter FRP 1865,
Outlet Pipe to Multimedia
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 2
H = 1.3 m
TRAP 2
GREASE
SECONDARY INTERMEDIATE
H = 2.3 m H = 2.3 m
4050
CLARIFIER
H = 1.3 m
TRAP 1
GREASE
Inlet Pipe from kitchen,
TANK
COLLECTING
H = 1.3 m
FINAL TANK
H = 2.3 m
1200
PVC 2"
Outlet Pipe STP
PEKERJAAN
PEMILIK PROYEK LOKASI
Gambar 1.30. Layout Pemanfaatan AirMENYETUJUI
MENGETAHUI DIPERIKSA OLEH
Limbah Rumah Sakit Inmedika TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
PT. INTARAN ENAM BELAS GEMILANG SKALA KODE GAMBAR NO. GAMBAR 61FORMAT
Alvi Yusnadi Edyarto Arya Wirawan Yoyok Umar Cahyo Nugroho
PT INTARAN 16 GEMILANG RS INMEDIKA Direktur Utama Direktur Operasional Direktur Teknis Tenaga Ahli ME NTS M - DWG A3
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BAKU MUTU AIR LIMBAH
RUMAH SAKIT INMEDIKA - DENPASAR
d. Amonia
Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna dengan titik didih -33,5oC
cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 kj/g pada
titik didihnya yang dapat ditangani dengan peralatan laboratorium yang
biasa (Cotton danWilkinson, 1989 dalam Panjaitan R, 2019). Amoniak (NH3)
dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah
bentuk transisi dari amoniak. Sumber amonia diperairan adalah pemecahan
nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat
didalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik
(tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba jamur. Tinja dari
biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak
mengeluarkan amonia (Panjaitan R, 2019). Sumber amonia yang lain adalah
reduksi gas nitogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah
industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk kebadan
air melalui erosi tanah. Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal
amonia berada dalam bentu gas dan membentuk keseimbangan dengan gas
amonium (Panjaitan R, 2019). Kesetimbangan antara gas amoniak dan gas
amonium ditunjukkan dalam persamaan reaksi :
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan
beberapa ion logam, amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan
tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia yang
terukur diperairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas tidak
dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi dalam
(Panjaitan R, 2019).
e. BOD
Biochemical oxygen demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dalam air (Effendi, 2003). Angka BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme pada waktu melakukan
penguraian bahan organik. Proses pengurian memerlukan oksigen yang
cukup, apabila oksigen terlarut dalam jumlah yang cukup, maka proses
penguraian bahan organik berlangsung dalam suasana aerobik sampai
keseluruhan bahan organik terdegradasi atau terkonsumsi. BOD5 adalah
ukuran banyaknya oksigen terlarut yang dikonsumsi oleh mikroorganisme
dalam 5 hari dengan suhu 200 C (Zaher & Hammam, 2014). Untuk
melakukan pengukuran BOD5 dapat dilakukan dengan melakukan inkubasi
sampel air dan mengoksidasi air selama 5 hari dengan suhu 200 C, kemudian
setelah 5 hari diamati lalu dibandingkan dengan kandungan oksigen dalam
air sebelum dan sesudah inkubasi (Fardiaz, 1992).
f. COD
Chemical oxygen demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar limbah organik dapat teroksidasi melalui rekasi kimia. Limbah organik
akan teroksidasi oleh kalioum bichromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen
menjadi CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom. Nilai COD merupakan
ukuran untuk menentukan tingkat pencemaran oleh bahan organik.
Menurut Sperlling (2017) pengukuran COD Memerlukan waktu yang singkat
g. Minyak Lemak
Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang berasal dari alam
dan tidak dapat larut di dalam air namun dapat larut dalam pelarut organik
non-polar. Minyak dan lemak dapat larut karena memiliki polaritas yang
sama dengan pelarut organi non-polar, contohnya adalah dietil eter
(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), dan benzena (Herlina and Ginting, 2002).
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid yaitu
merupakan lipid netral (Ketaren, 1986 dalam Maharani, 2017). Berdasarkan
sifat fisiknya, minyak dan lemak merupakan senyawa yang tak larut dalam
air yang diestrak dari organisme hidup menggunakan pelarut yang
kepolarannya lemah atau pelarut non polar (Ngili, 2009). Minyak dan lemak
merupakan campuran lipid yang terdiri dari triacylglycerols 95% dan sisanya
adalah diacylglycerols, monoacylglycerols dan free fatty acids (FFA)
(Gunstone, 2004 dalam Maharani, 2017). Minyak memiliki struktur ester,
sedangkan lemak memiliki struktur asam karboksilat dengan rantai
hidrokarbon yang berkisar mulai dari 4 hingga 36 C4 – C36. Minyak banyak
mengandung ikatan rangkap sedangkan lemak banyak mengandung ikatan
tunggal (Nelson and Cox, 2005 dalam Maharani, 2017) Karakteristik fisik
minyak dan lemak dapat dilihat berdasarkan (Gunstone, 2004, 2008 dalam
Maharani, 2017):
Minyak dan lemak dapat berbahaya bagi lingkungan apabila melebihi
baku mutu yang telah ditetapkan. Minyak dan lemak yang terdapat di
perairan akan berada di lapisan permukaan karena memiliki massa jenis
yang lebih rendah dari air. Lapisan minyak dan lemak yang terakumulasi
akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga
tumbuhan air tidak mampu melakukan fotosintesis. Selain itu, minyak dan
lemak mampu mengikat oksigen yang dibutuhkan biota air untuk respirasi.
h. Coliform
Bakteri patogen yang menjadi indikator kondisi lingkungan adalah
bakteri Coliform yang menunjukkan sumber utama pencemaran berasal dari
limbah rumah tangga. Mikroorganisme yang pada umumnya terdapat pada
limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok Coliform
(Wahyuni, 2015). Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena
densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini
dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit.
Bakteri Coliform dapat ditemukan di dalam air, tanah, bahkan tanaman.
Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada
patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Waluyo, 2016).
Bakteri Coliform digolongkan menjadi 2 grup yaitu Coliform fecal, contohnya
Escherichia coli, dan Coliform non-fecal, contohnya Enterobacter aerogenes
dan Klebsiella sp. Coliform fecal berasal dari tinja manusia atau hewan
berdarah panas, sedangkan Coliform non-fecal ditemukan pada hewan atau
tanaman-tanaman yang telah mati (Rahmawati et al., 2018). Mikroba yang
paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari feses yaitu bakteri
Escherichia coli. Mikroba yang berasal dari air yang tercemar dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia.
j. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air.
Fosfat terlarut adalah salah satu bahan nutrisi yang menstimulasi
Baku mutu air limbah pada Rumah Sakit Inmedika termasuk dalam
baku mutu air limbah kegiatan domestik. Baku mutu air limbah kegiatan
domestik yang akan disalurkan ke badan air permukaan ini mengacu pada
Lampiran I PerMenLHK No. 68 Tahun 2016. Parameter pH dengan nilai 6-9,
parameter BOD dengan kadar maksimum 30 mg/L, parameter TSS dengan
kadar maksimum 30 mg/L, dan minyak dan lemak dengan kadar maksimum
5 mg/L, ammonia nitrogen dengan kadar maksimum 10 mg/L dan Total
Coliform dengan kadar maksimum nilai 3000. Khusus untuk parameter COD
mengacu pada Lampiran VI Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016
yakni parameter COD dengan kadar maksimum 80 mg/L. Baku mutu lainnya
seperti suhu, senyawa aktif ditambahkan untuk akreditasi rumah sakit
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan juga
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016.
Parameter suhu dengan kadar maksimum Suhu Udara + 3 oC dan Senyawa
Aktif Biru Metilen dengan kadar maksimum 10 mg/L. Phospat dengan kadar
maksimum 10 mg/L. Untuk lebih jelasnya, baku mutu air limbah bagi
kegiatan domestik dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 1.15. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
Suhu oC Suhu Udara + 3 oC
TSS mg/L 30
BOD mg/L 30
COD mg/L 80
Senyawa Aktif Biru Metilen mg/L 10
(MBAS)
Minyak dan Lemak mg/L 5
Ammonia Nitrogen mg/L 10
Phosphat mg/L 10
Pre-treatment
Laundry
Seondary Anaerobic
Aerobic Filter Aeration Tank
Clarifier Filter
Intermediate Multimedia UV
Final Tank
Tank Water Filter Sterilisation
Gambar 1.32. Diagram Alur Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan
Sistem Anaerobik - Aerobik Biofilter
Perhitungan Desain :
Debit Air Limbah 7 m3/hari
=
Maksimum (Q Maks)
= 0,583 m3/jam
= 9,72 L/menit
HRT = 140 menit
Volume Bak = Debit x HRT
= 1,361 m3
Kedalaman Air = 1 m
Luas = Volume : Kedalaman
= 1,361 m2
Lebar = 0,8 m
Panjang = Luas : Lebar
= 1,701 m
= 1,8 m
Gambar 1.33. Diagram Alur Pengolahan Air Limbah Laundry dengan Sistem
Anaerobik Biofilter
Berdasarkan hasil perhitungan air limbah pada neraca air, sehingga debit air
limbah yang digunakan untuk desain yakni 7 m3/day.
Ø Equalization Tank
Bak ini berfungsi untuk menampung air sebelum dilakukan pengolahan
lebih lanjut. Bak Ekualisasi ini dimaksudkan untuk menangkap benda kasar
yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku, seperti pasir atau
dapat juga disebut partikel diskret. Penggunaan unit Ekualisasi selalu
ditempatkan pada awal proses pengolahan air, sehingga dapat dicapai
penurunan kekeruhan. Bak ekualisasi berupa bak berbentuk persegi
panjang yang terbuat dari beton dan kedap air.
Bak ekualisasi adalah bak sederhana yang digunakan untuk mencapai
aliran yang konstan yang nantinya dipergunakan untuk pengolahan
selanjutnya. Bak Ekualisasi juga dipegunakan untuk meredakan aliran
puncak dan beban organik di air limbah (Metcalf and Eddy, 2004).
Kriteria Desain :
HRT = 4 - 8 jam
Ø Sendimentation Tank
Sedimentasi (sendimentation) adalah proses membiarkan materi
tersuspensi mengendap karena gravitasi. Biasanya materi tersuspensi yang
disebut flok terbentuk dari materi yang ada dalam air dan bahan kimia yang
digunakan dalam koagulasi atau proses-proses pengolahan lainnya. Padatan
akan mengendap pada cairan yang densitasnya lebih rendah dibandingkan
densitas padatan tersebut. Karakteristik pengendapan dalam proses
sedimentasi salah satunya dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel
yang cenderung memiliki sedikit muatan listrik (Prima Kristijarti, 2013).
Bak sedimentasi berupa bak berbentuk persegi panjang yang terbuat
dari beton dan kedap air.
Kriteria Desain :
HRT = 1,5 - 2 jam
Overflow Rate (OR) = 24 – 32 m3/m2.day
Ø Anaerobic Biofilter
Perhitungan Desain :
Debit air limbah = 7 m3/hari
= 0,583 m3/jam
BOD in = 250 mg/L
Persentase Removal = 80%
BOD out = BOD in x (100% - Persentase Removal)
= 50 mg/L
Kriteria beban organik = 0,4 - 4,7 kg BOD/m3.hari
Beban Organik yang = 0,4 kg BOD/m3.hari
digunakan
Beban BOD dalam air = 1,75 kg/hari
limbah
Volume media yang = Beban BOD air limbah : Beban Organik
diperlukan yang digunakan
= 4,375 m3
Lebar = 1,5 m
Kedalaman Efektif = 2 m
Area = Volume Reaktor : Kedalaman
= 4,083 m2
Cek!!!
Volume efektif = Panjang (dibulatkan) x Lebar x
Kedalaman x Jumlah Bak
= 8,4 m3
Tinggi ruang lumpur = 0,30 m
Tinggi air di atas media = 0,20 m
Tinggi beton dudukan =
media 0,10 m
Tinggi Bed Media = 1,40 m
BOD loading = Beban BOD air limbah : Volume
efektif
= 0,208 kg BOD/m3.hari
v up flow = Debit air limbah : Luas
= 0,14 m/jam
Volume Media = Panjang (dibulatkan) x Lebar x
Tinggi Bed Media x Jumlah Bak
= 5,88 m3
Ø Secondary Clarifier
Bak Pengendap Kedua atau Secondary Clarifier memiliki fungsi yang
hamper sama dengan Bak Pengendap Pertama, hanya saja pada Bak
Pengendap Kedua ini konsentrasi pengendapan adalah pada pengendapan
flok dalam bentuk Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS) dari hasil proses
Biologis atau tahap kedua pengolahan air limbah.
Bak secondary clarifier berupa bak berbentuk persegi panjang yang
terbuat dari beton dan kedap air.
Perhitungan Desain :
Jumlah bangunan = 1 buah
Debit air limbah = 7 m3/hari
HRT desain = 2 jam
Kedalaman = 1,5 m
Volume = Debit Air Limbah x (HRT/12 jam)
= 1,167 m3
Luas = Volume x Kedalaman
= 0,778 m2
Lebar = 1,5 m
Panjang = Luas : Lebar
= 0,52 m
(dibulatkan) = 0,6 m
Volume efektif = Panjang x Lebar x Kedalaman
= 1,35 m3
Cek HRT = Volume efektif : Debit air limbah
= 0,19 hari
= 2,31 jam OK !!
Cek Beban = 7,778 m3/m2.hari
Permukaan
c. Collecting Tank
Unit ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah dari berbagai
sumber. Pada dasarnya pengelolaan limbah cair/air limbah fasilitas
penginapan disesuaikan dengan sumber serta karakteristik limbahnya.
Untuk limbah cair/air umumnya mengandung polutan senyawa organik
yang cukup tinggi sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan dengan
proses biologis. Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan
d. Equalization Tank
Bak ini berfungsi untuk menampung air sebelum dilakukan pengolahan
lebih lanjut. Bak Ekualisasi ini dimaksudkan untuk menangkap benda kasar
yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku, seperti pasir atau
dapat juga disebut partikel diskret. Penggunaan unit Ekualisasi selalu
ditempatkan pada awal proses pengolahan air, sehingga dapat dicapai
penurunan kekeruhan. Ekualisasi merupakan bak pengendapan material
Perhitungan Desain :
Debit Air Limbah 35 m3/hari
=
Maksimum (Q)
HRT = 8 jam
Volume Bak = Debit x HRT
= 11,667 m3
Kedalaman Air = 2,0 m
Luas = Volume : Kedalaman
= 5,833 m2
Lebar = 3 m
Panjang = Luas : Lebar
= 1,94 m
= 2,00 m
e. Sendimentation Tank
Sedimentasi (sendimentation) adalah proses membiarkan materi
tersuspensi mengendap karena gravitasi. Biasanya materi tersuspensi yang
disebut flok terbentuk dari materi yang ada dalam air dan bahan kimia yang
digunakan dalam koagulasi atau proses-proses pengolahan lainnya. Padatan
akan mengendap pada cairan yang densitasnya lebih rendah dibandingkan
densitas padatan tersebut. Karakteristik pengendapan dalam proses
sedimentasi salah satunya dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel
yang cenderung memiliki sedikit muatan listrik (Prima Kristijarti, 2013).
Partikel dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi partikel
tersuspensi dan partikel koloid. Partikel tersuspensi pada umumnya lebih
besar dari 1 µm dan dapat disisihkan dengan sedimentasi secara gravitasi.
Partikel koloid yang ada dalam air limbah biasanya memiliki muatan
permukaan total negatif dan berukuran sekitar 0,01-1 µm sehingga gaya-
gaya tarikan antar partikel jauh lebih kecil dibandingkan gaya-gaya tolakan
dari muatan listriknya. Dalam kondisi yang stabil seperti itu, Brownian
motion membuat partikel-partikel koloid tersuspensi. Brownian motion
berasal dari bombardir termal konstan dari molekul-molekul air yang
mengelilingi partikel koloid tersebut (Prima Kristijarti, 2013). Karena
permukaan koloid memiliki muatan listrik, koloid tersebut sulit untuk
bersatu membentuk partikel ukuran yang lebih besar sehingga partikel
menjadi stabil dan sulit mengendap.
Partikel-partikel koloid yang tersuspensi tersebut dapat berupa
senyawa organik atau anorganik yang dapat menimbulkan efek terhadap
kesehatan, estetika, dan proses desinfeksi sehingga perlu untuk disisihkan.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi karakteristik partikel koloid
dalam air limbah yaitu:
1. Ukuran dan jumlah partikel
2. Bentuk dan fleksibilitas partikel
Dimensi ditetapkan
Lebar = 3 m
Kedalaman air efektif = 2 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m
Luas = Volume : Kedalaman
= 1,823 m2
Panjang = Luas : Lebar
= 0,608 m
(dibulatkan) = 0,7 m
• Anaerobic Biofilter
Anaerobic filter yang didesain sedemikian rupa dengan memasang bio
media filter yang difungsikan sebagai tempat melekat dan tumbuh mikro
organisme anaerob. Mikroorganisme yang menempel pada bio media filter
akan mampu menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah dan
efisien untuk menyisihkan padatan terlarut. Proses pengolahan biologis
secara anaerob adalah ,merupakan proses biologis yang membutuhkan
bakteri (mikroorganisme) anaerob yang tidak membutuhkan O2 bebas. Proses
anaerob pada dasarnya dipengaruhi oleh pH dan temperatur lingkungan.
Pada proses anaerob, penguraian senyawa organik berlangsung secara
bertahap dan pada setiap tahapan terdapat aktivitas suatu jenis bakteri
tertentu yang dominan dan setiap jenis bakteri mempunyai kondisi
lingkungan optimum yang menjadi salah satu parameter penting. (Amri,
2015.
Bak anaerobik filter berupa bak berbentuk persegi panjang yang terbuat
dari beton dan kedap air. Pada bak ini juga terdapat media batu lahar
kintamani yang berfungsi sebagai tempat tinggal bakteri/mikroorganisme.
Kriteria Desain :
HRT = 12 - 96 jam
Kriteria beban organik = 0,4 – 4,7 kg BOD/m3.hari
Persentase BOD removal = 80%
Perhitungan Desain :
Debit air limbah = 35 m3/hari
Lebar = 3 m
Kedalaman Efektif = 2,5 m
Area = Volume Reaktor : Kedalaman
= 10,5 m2
Panjang = Luas : Lebar
= 3,5 m
Jumlah ruang/bak = 3 bak
Panjang satu ruangan = Panjang : Jumlah Bak
= 1,167 m
(dibulatkan) = 1,2 m
• Aerobic Biofilter
Aerobic filter diisi dengan bio media filter sehingga mikro organisme
aerob dapat tumbuh dan melekat pada bio media filter tersebut. Mikro
organisme yang menempel pada bio media filter dapat menguraikan zat
organik yang terdapat pada air limbah dan mempercepat proses nitrifikasi.
Pada kondisi aerobik terjadi proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium
diubah menjadi nitrat (NH4 + -> NO3). Selanjutnya terjadi proses
denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen
(NO3->N2). Biofilter aerobik dioperasikan dengan tambahan pasokan oksigen
melalui injeksi udara dari unit kompressor atau blower. Bak aerobik filter
berupa bak berbentuk persegi panjang yang terbuat dari beton dan kedap
air. Pada bak ini juga terdapat media batu lahar kintamani yang berfungsi
sebagai tempat tinggal bakteri/mikroorganisme.
Perhitungan Desain :
Debit air limbah masuk = 35 m3/hari
= 1,46 m3/jam
BOD in = 32 mg/L
Persentase Removal = 60%
BOD out = BOD in – (100% - Persentase Removal)
= 12,8 mg/L
Beban BOD air limbah = Debit air limbah x BOD in
= 1,1 kg BOD/hari
Beban BOD yang = 0,7 kg BOD/m3.hari
dihilangkan
Beban BOD per volume = 0,4 Kg. BOD/m3.hari
media yang digunakan
Volume media yang = Beban BOD air limbah : Beban
diperlukan organik yang digunakan
= 2,8 m3
Volume media = 40% dari volume reaktor
Volume reaktor biofilter = Volume media yang diperlukan x
aerob yang diperlukan 100%/40%
= 7,000 m3
i. Aeration Tank
Aeration Tank/ Tanki Aerasi adalah menambahkan oksigen ke dalam air
sehingga oksigen terlarut di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aerasi
itu mencampurkan air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang
beroksigen rendah kontak dengan oksigen atau udara. Aerasi termasuk
pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan unsur mekanisasi
dari pada unsur biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan dimana air
Suplai udara pada aeration tank RS Inmedika - Denpasar berasal dari jet
aerator / submersible blower dengan kapasitas minimal 36 m3/jam. Pada
lokasi nantinya terdapat 2 unit jet aerator / submersible blower yang akan
bekerja secara bergantian (1 unit duty, 1 unit standby).
Cek!!!
HRT = Volume : Debit air limbah
= 10,70 jam
Beban BOD dalam air = 1,12 kg BOD/hari
limbah
Volume efektif biofilter aerob = 15,6 m3
Beban organik loading = Beban BOD air limbah :
(Panjang x Lebar x Kedalaman)
= 0,389 kg BOD/m3.hari
v up flow = Debit : (Panjang x Lebar)
= 0,61 m/jam
Volume media aerobik = Panjang x Lebar x Tinggi Bed Media
= 5,76 m3 OK !!
Perhitungan Desain :
Jumlah bangunan = 1 buah
Debit air limbah = 35 m3/hari
HRT desain = 2,5 jam
Kedalaman = 2,00 m
Volume = Debit air limbah x HRT
= 3,646 m3
Luas = Volume : Kedalaman
= 1,823 m2
• Intermediate Tank
Secara umum fungsi Intermediate Tank adalah tempat penampungan
sementara sebelum dilanjutkan ke tahapan proses pengolahan berikutnya.
Intermediate Tank berupa bak berbentuk persegi panjang yang terbuat dari
beton dan kedap air. Pada bak ini terdapat pompa yang berfungsi untuk
mengalirkan air limbah ke multimedia water filter dan UV sterilization.
Perhitungan Desain :
Jumlah bangunan = 1 buah
Debit air limbah = 35 m3/hari
Panjang = 0,6 m
Lebar = 3 m
Kedalaman = 2 m
Volume = 3,6 m3
Cek HRT = 2,468 jam
• UV Sterilization (Desinfeksi)
Desinfeksi dalam pengolahan air limbah dilakukan untuk melindungi
pemakai air dari bahaya mikroorganisme yang terkandung dalam keluaran
sistem pengolahan air limbah. Metode yang umum digunakan dalam
pengolahan desinfeksi adalah kimiawi, fisik, dan radiasi. Untuk pengolahan
air limbah pada umumnya menggunakan desinfeksi secara kimiawi dan
beberapa dengan radiasi. Pada Rumah Sakit Inmedika - Denpasar
menggunakan sistem desinfeksi menggunakan radiasi sinar ultraviolet.
• Final Tank/Storage
Secara umum fungsi Final Tank adalah menampung hasil olahan dari
Sistem Pengolahan Air Limbah sebelum digunakan untuk penyiraman. Bak
final tank berupa bak berbentuk persegi panjang yang terbuat dari beton dan
kedap air. Pada bak ini terdapat pompa yang berfungsi untuk mengalirkan
air limbah yang sudah diolah ke titik penyiraman.
Perhitungan Desain :
Jumlah bangunan = 1 buah
Debit air limbah = 35 m3/hari
HRT desain = 24,23077 jam
3 Collecting Tank
Jumlah Bak = 1 bak
Panjang = 0,8 m
Lebar = 0,8 m
Kedalaman = 1 m
Freeboard = 0,3 m
HRT = 26,33 menit
4 Equalization Tank
Jumlah Bak = 1 bak
Panjang = 2 m
Lebar = 3 m
Kedalaman = 2 m
Freeboard = 0,3 m
HRT = 7,13 jam
5 Sedimentation Tank
Jumlah Bak = 1 bak
Panjang = 0,7 m
Lebar = 3 m
Kedalaman = 2 m
Freeboard = 0,3 m
HRT = 2,88 jam
6 Anaerobik Filter
Jumlah Bak = 3 bak
Panjang masing-masing bak = 1,2 m
Lebar = 3 m
Kedalaman = 2,5 m
Freeboard = 0,3 m
Tabel 1.18. Efisiensi Removal Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan sistem Anaerobik – Aerobik Biofilter
BOD 200 - 200 - 200 20% 160 80% 32 60% 12,8 80% 2,56 - 2,56 30
COD 250 - 250 - 250 22% 195 80% 39 60% 15,6 80% 3,12 - 3,12 100
TSS 260 - 260 - 260 22% 202,8 80% 40,56 60% 16,22 80% 3,24 - 3,24 30
Minyak
dan 70 90% 7 - 7 - 7 - 7 - 7 80% 1,4 - 1,4 5
Lemak
Total
21000 - 21000 - 21000 - 21000 90% 2100 - 2100 - 2100 90% 210 3000
Coliform
MBAS 39,4 - 39,4 61% 15,38 - 15,38176 80% 3,08 - 3,08 - 3,08 - 3,08 10
Sumber : (Metcalf and Eddy, 2003), (Sase, 1998), (Yuliana dan Alfhons, 2020)
Keterangan :
GT = Grease Trap
PL = Pre-Treatment Laundry
S = Sedimentation Tank
An F = Anaerobic Filter
AF = Aerobic Filter
MF = Multimedia Filter
UV = Ultraviolet
Debit air limbah rata-rata yang dihasilkan per hari yakni sebesar
30,001 m3/hari, dengan menambahkan debit yang dihasilkan dari bahan
penolong, dihasilkan debit air limbah total sebesar 30,061 m3/hari. Untuk
menghitung kapasitas instalasi pengolahan air limbah, maka digunakan
Qmaks harian (dikalikan faktor safety 1,1). Sehingga total Qmax sebesar
34,570 m3/hari, dan untuk kapasitas instalasi pengolahan air limbah yang
terdapat pada Rumah Sakit Inmedika dibulatkan menjadi 35 m3/hari.
Instalasi Pengolahan Air Limbah yang menggunakan sistem Anaerob-Aerob
Biofilter.
Pre-treatment
Laundry
Seondary Anaerobic
Aerobic Filter Aeration Tank
Clarifier Filter
Intermediate Multimedia UV
Final Tank
Tank Water Filter Sterilisation
A COLLECTING
TANK
GREASE
TRAP 1
GREASE
TRAP 2
GREASE
TRAP 3 A
E
1200
E E E E E E E E E E E E E E E E E E
800
E E
Venting out to
Inlet Pipe from Kitchen, Odor Eliminator Pipe Outlet Pipe to STP,
PVC 4" Medium duty cast iron manhole
60 x 60 cm PVC 4"
Medium duty cast iron manhole
Diameter 60 cm
150
200 300 300
100
1650
1000 COLLECTING GREASE GREASE GREASE
TANK TRAP 1 TRAP 2 TRAP 3
H = 1.3 m H = 1.3 m H = 1.3 m H = 1.3 m
200
200 800 150 800 150 800 150 800 200
4050
H = 1.8 m H = 1.8 m
Venting out to
Medium duty cast iron manhole Odor Eliminator Pipe
60 x 60 cm Outlet Pipe to STP,
Inlet Pipe from Laundry, Medium duty cast iron manhole
Diameter 60 cm PVC 4"
PVC 4"
150 150
200 300 310 320 330 340 330
100
170
200 100
300
500
200
200 2100 150500150 1400 150 1400 150 600 200
7000
Buis beton Ø 40 cm Media Filter Batu Balok Praktis
Lahar Kintamani Penyangga Media
Batu Lahar
3400 800
E E E E E E
COLLECTING
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
H = 2.3 m
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
TANK
H = 1.3 m
150
950
200
PLAN STP
NTS
Gambar 1.39 Layout Plan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL/STP) RS Inmedika 35 CMD
150
200 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 300
EQUALIZATION TANK
850
H = 2.3 m 500
200
500
500
200 2000 150 700 150 1200 150 1200 150 1200 150 1000 150 800 150 800 150 600 150 600 150 2000 200
14000
Buis beton Ø 40 cm Media Filter Batu Dudukan Jet Aerator Submersible Pump Submersible Pump
Lahar Kintamani Jet Aerator
Transfer to Multimedia Transfer to Irrigation
Balok Praktis Penyangga Water Filter 1865
Media Batu Lahar
Gambar 1.40 Section A-A Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL/STP) RS Inmedika 35 CMD
• Karakteristik fisik
Air limbah yang akan dimanfaatkan biasanya lebih jernih dibandingkan
dengan air limbah yang belum diolah. Nilai TSS-nya di bawah baku mutu air
Tanjung
(Mimusops elengi)
Gambar 1.42 Jenis Tanaman pada RS Inmedika
KETERANGAN:
PIPA AIR LIMBAH
PIPA DISTRIBUSI PENYIRAMAN
TAP POIN PENYIRAMAN
AREA PENYIRAMAN
TITIK PENAATAN
TITIK
SECONDARY
H = 1.8 m
3400
CLARIFIER
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 4"
Trap and Pre Treatment Laundry,
Inlet Pipe from Toilet, Grease
ANAEROBIC FILTER 2
COLLECTING
H = 1.3 m
H = 2.3 m
TANK
EQUALIZATION TANK
H = 2.3 m
ANAEROBIC FILTER 1
H = 2.3 m
SEDIMENTATION
7000
H = 2.3 m
TANK
SEDIMENTATION
H = 1.8 m
TANK
Inlet Pipe from Laundry,
ANAEROBIC
H = 2.8 m
FILTER 1
EQUALIZATION
H = 1.8 m
TANK
ANAEROBIC
H = 2.8 m
FILTER 2
PVC 4"
1900
H = 2.8 m
ANAEROBIC
FILTER 3
Venting out to
Outlet Pipe to STP,
AERATION TANK
H = 2.3 m
PVC 4"
800
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 1
H = 1.3 m
TRAP 3
GREASE
Venting out to
Odor Eliminator Pipe
PVC 2"
Water Filter FRP 1865,
Outlet Pipe to Multimedia
H = 2.3 m
AEROBIC
FILTER 2
H = 1.3 m
TRAP 2
GREASE
SECONDARY INTERMEDIATE
H = 2.3 m H = 2.3 m
4050
CLARIFIER
H = 1.3 m
TRAP 1
GREASE
Inlet Pipe from kitchen,
TANK
COLLECTING
H = 1.3 m
FINAL TANK
H = 2.3 m
1200
PVC 2"
Outlet Pipe STP
PEMILIK PROYEK PEKERJAAN LOKASI Gambar 1.44. Layout
MENGETAHUI Pengelolaan Air Limbah
MENYETUJUI DIPERIKSA OLEH TEAM PERENCANA JUDUL GAMBAR DIKELUARKAN UNTUK
Cara pembagian air irigasi ada tiga cara yaitu: sistem serentak, sistem
golongan dan sistem rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut tergantung pada
jumlah air yang tersedia.
Penyiraman Penyiraman
dilakukan 3 kali dilakukan dengan Tenaga yang bertugas
sehari yakni pada bantuan pompa final untuk penyiraman
jam 7 pagi, jam 1 tank yang disalurkan yaitu Housekeeping
siang dan jam 5 sore ke titik penyiraman
B. Tata Cara dan Jadwal Pembersihan Sisa Endapan Pada Tanah yang
Diaplikasikan
Lumpur limbah, juga disebut sebagai biosolid, adalah produk
sampingan dari proses pengolahan limbah. Aplikasi lahan dari lumpur
limbah adalah salah satu alternatif pembuangan yang penting (Singh, 2008).
Karakteristik lumpur limbah tergantung pada kualitas limbah dan jenis
proses pengolahan yang diikuti. Endapan lumpur pada tanah memodifikasi
sifat fisik-kimia dan biologinya dalam lumpur yang diubah tanah pada
Pengecekan dilakukan
Pengecekan Sisa Endapan Lokasi pengecekan secara visual dengan
Tanah dilakukan minimal merupakan area tanah membandingkan kondisi
seminggu sekali oleh yang dilakukan tanah saat pengecekan
pihak engineering penyiraman dan kondisi tanah
sebelumnya
Gambar 1.46. Tata Cara Pembersihan Sisa Endapan pada Tanah yang
Diaplikasikan
Selain itu debit maksimal air limbah yang boleh dibuang yakni
sebesar 35 m3/hari sesuai dengan hasil perhitungan debit air limbah
maksimal sebelumnya. Debit air limbah harus dicek setiap harinya untuk
memastikan air limbah yang dibuang tidak lebih dari 35 m3/hari. Beban
pencemar air maksimal yang dapat dibuang dengan debit maksimal 35
m3/hari dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.26. Standar Baku Mutu Kualitas Air untuk Higiene Sanitasi
Kadar
Maksimum
No Parameter Satuan Keterangan
Yang
Diperbolehkan
§ Fisika
8. wajib
1. pH mg/L 65-8,5
2. Besi mg/L 1
3. Fluorida mg/L 1,5
4. Kesadahan (CaCO3 ) mg/L 500
5. Mangan mg/L 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/L 10
7. Nitrit, sebagai N mg/L 1
8. Sianida mg/L 0,1
9. Deterjen mg/L 0,05
10. Pestisida Total mg/L 0,1
9. Tambahan
Menurut Peta Jenis Tanah Tinjau Bali (Dai dan Rosman, 1970), lokasi
kegiatan berada pada areal yang berjenis tanah Regosol Coklat Kelabu. Tanah
Regosol Coklat Kelabu di lokasi studi memiliki bahan induk Abu Volkan
Intermedier (Dai dan Rosman, 1970). Tanah regosol adalah tanah berbutir
kasar dan berasal dari material gunung api atau hasil endapan. Material jenis
tanah ini berupa abu vulkan dan pasir vulkan. Tanah regosol merupakan
hasil erupsi gunung berapi, bentuk wilayahnya berombak sampai
bergunung, bersifat subur, tekstur tanah ini biasanya kasar, berbutir kasar,
peka terhadap erosi, berwarna keabuan, kaya unsur hara seperti P dan K
yang masih segar, kandungan N kurang, pH 6-7, cenderung gembur,
umumnya tekstur makin halus makin produktif, kemampuan menyerap air
tinggi, dan mudah tererosi.
Ciri-ciri fisik tanah regosol adalah memiliki butiran kasar, ditandai
masih banyak kandungan batu dan kerikil yang belum melapuk secara
sempurna. Ciri lainnya adalah tanah regosol belum menampakkan adanya
horizon-horizon tanah. Sifat tekstur kasar pada tanah regosol ditentukan
oleh bahan induknya yang pada akhirnya menentukan tingkat permeabilitas
tanah yang sedang sampai cepat dan kapasitas tukar kation yang rendah.
Warna tanah regosol bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat,
dan coklat kekuningan. Warna tersebut bergantung pada material dominan
yang dikandungnya. Tanah Regosol yang berasal dari abu vulkanik biasanya
bertekstur kasar dan kaya hara tanaman kecuali N tapi belum terlapuk
sehingga perlu pupuk organik, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Akan
tetapi, bila tanah regosol yang memiliki tekstur makin halus biasanya
memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Gambar 1.47. Layout Lokasi Pemantauan Lingkungan (Air Limbah, Air Tanah dan Tanah) Pada Rumah Sakit Inmedika
Kepala Unit
Engineering
dan IPAL
Tabel 1.29. SOP Instalasi Pengolahan Air Limbah Pada Rumah Sakit Inmedika
- Denpasar
No Deskripsi Penjelasan
A Cara Pengoperasian
1. Grease Trap Sebagai perangkap minyak atau
lemak yang terkandung didalam air
limbah, agar tidak mengalir masuk
ke dalam saluran pipa sehingga
mencegah terjadinya penyumbatan
pipa saluran dan siap untuk
dilakukan untuk proses
penggolahan selanjutnya
2. Pre-Treatment Laundry Sebagai unit pengolahan awal untuk
limbah laundry.
Tabel 1.30. SOP Prosedur Tanggap Darurat Pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah
No Deskripsi Kasus Penyebab Solusi
1 Sistem tidak bekerja • Listrik mati • Cek panel utama
• Panel Standby • Tekan tombol START
2 Sistem otomatis tidak • Relay pada control • Dilakukan
berjalan panel rusak atau penggantian pada
floating switch komponen yang
rusak mengalami
kerusakan
3 Pompa tidak bekerja • Tegangan listrik • Lakukan pemeriksaan
tidak stabil pada tegangan listrik
yang masuk
4 Lampu indikator Pump • Terjadi Fault pada • Lakukan pemeriksaan
Fault pada panel menyala pompa/blower pada tegangan listrik
yang masuk
Periode waktu kegiatan persiapan desain hingga uji coba IPAL pada
Rumah Sakit Inmedika - Denpasar yakni sebagai berikut.
Tabel 1.32. Periode Waktu Uji Coba Rumah Sakit Inmedika - Denpasar
Tahun 2023 Tahun 2024
Kegiatan 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Pekerjaan
Bangunan Sipil
Kanit
Engineering
& IPAL
Teknisi
Sanitarian
Kepala Unit
Engineering
dan IPAL
BAB III
3.1 PERENCANAAN
1. Perencanaan:
a. Menentukan lingkup dan menerapkan sistem manajemen lingkungan
terkait pengendalian pencemaran air dan pengendalian pencemaran;
b. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air dan pengendalian
pencemaran;
c. Memastikan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak
terhadap pengendalian pencemaran pencemaran air dan pengendalian
pencemaran;
d. Memastikan adanya struktur organisasi yang menangani pengendalian
pencemaran air dan pengendalian pencemaran;
e. Menetapkan tanggungjawab dan kewenangan untuk peran yang sesuai;
f. Menentukan aspek menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran
air, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan laut dan
dampaknya;
g. Identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan
h. Menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani;
i. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang
serta evaluasi efektifitas dari kegiatan tersebut;
j. Menetapkan sasaran menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran
air dan menentukan indikator dan proses untuk mencapainya.
3.2 PELAKSANAAN
2. Pelaksanaan:
a. Menentukan sumber daya yang disyaratkan untuk penerapan dan
pemeliharaan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian
pencemaran air;
3.3 PEMERIKSAAN
3. Pemeriksaan:
a. Memantau, mengukur, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja
menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air dan pengendalian
pencemaran;
b. Mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan
kebijakan pengendalian pencemaran air dan pengendalian pencemaran;
c. Melakukan internal audit secara berkala; dan
d. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan
kebijakan pengendalian pencemaran air dan pengendalian pencemaran
untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan.
3.4 TINDAKAN
4. Tindakan:
a. Melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian; dan
b. Melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem
manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan
kinerja pengendalian pencemaran air dan pengendalian pencemaran.
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan pencucian peralatan gelas were di
laboratorium agar peralatan gelas were bersih sesuai dengan fungsinya dan
tidak terkontaminasi.
2. Ruang Lingkup
Membersihkan, mengeringkan dan menyimpan gelas were laboratorium
3. Prosedur
1. Setelah selesai menggunakan gelas were untuk uji laboratorium, cairan
kimia yang terdapat di gelas were ditampung pada jerigen yang dilengkapi
dengan standar pewadahan limbah B3 seperti simbol, label dan lain-lain.
2. Tuangkan aquades ke dalam gelas were untuk dibilas. Setelah dibilas,
buang air bilasan tersebut pada jerigen wadah limbah B3.
3. Ulangi pembilasan pada langkah 2 sekali lagi dan buang air bilasan pada
jerigen wadah limbah B3.
4. Bersihkan peralatan gelas dengan menggunakan bahan pembersih
detergen khusus untuk peralatan gelas laboratorium
5. Gunakan alat pembersih yang lembut agar tidak tergores dan rusak/
pecah
6. Bilas dengan pelarut yang tepat sesuai penggunaan peralatan gelas atau
larutan pencuci
7. Kemudian selesaikan dengan beberapa bilasan dengan air suling
(aquades) diikuti oleh bilasan akhir dengan air deionisasi jika perlu.
8. Keringkan / tiriskan gelaswere yang telah dibersihkan
9. Simpan pada tempat yang telah ditentukan untuk parameter masing-
masing
Catatan; Air hasil cucian pada bilasan pertama dan kedua ditampung pada
container dan ditempatkan pada TPS B3, air limbah cucian alat laboratorium
yang boleh masuk ke IPAL hanya air limbah pada bilasan ketiga dan keempat.
DIKERINGKAN /
DITIRISKAN DAN
BILAS TERAKHIR
DISIMPAN PADA TEMPAT
DENGAN AQUADES
YANG SESUAI STANDAR
MASING-MASING ALAT
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes sondir, maka dapat disimpulkan
bahwa penetrasi konus maksimal 250 kg/cm2 rata-rata terdapat pada kedalaman
4.20 meter sampai dengan 8.40 meter dari muka tanah setempat. Adanya
perbedaan kedalaman penetrasi konus antara sondir S-1 dan S-2, kemungkinan
disebabkan oleh penetrasi konus sondir pada lokasi S-1 terkena lapisan pasir
yang bercampur karang yang cukup padat, sehingga tidak mampu ditembus oleh
penetrasi konus.
a. Untuk beban yang tidak begitu besar (bangunan lantai 1) dapat memakai
pondasi menerus dari pasangan batu kali dengan kedalaman 0.60 meter
sampai dengan 0.80 meter dari muka tanah setempat.
b. Untuk beban yang cukup besar (bangunan lantai 2 atau lebih) : Jika daya
dukung tanah ijin yang diperlukan berkisar antara 0,267 kg/cm2 sebesar
0,400 kg/cm2 dengan dengan asumsi lebar (B) pondasi = 1.00 meter, maka
dapat memakai pondasi telapak dari bahan beton bertulang dengan
kedalaman 1.50 meter sampai dengan 2.00 meter dari muka tanah
13
setempat. Tetapi jika daya dukung tanah ijin yang diperlukan lebih besar
maka dapat memperbesar lebar (B) atau kedalaman (Df) pondasi sampai
daya dukung tanah ijin terpenuhi. Atau jika daya dukung tanah ijin yang
diperlukan cukup besar, maka sebaiknya memakai:
c. Pondasi dalam (pondasi tiang pancang / pondasi bore pile) dengan
kedalaman berkisar antara 11.00 meter sampai dengan 12.00 meter dari
muka tanah setempat atau dengan kedalaman sampai dengan daya dukung
tanah terpenuhi. Untuk kedalaman pondasi tiang pancang / pondasi bore
pile sebaiknya diberikan faktor aman terhadap bahaya horizontal sebesar
1.00 meter sampai 2.00 meter masuk kedalam lapisan tanah keras dan
solid.
d. Untuk perhitungan dimensi, kedalaman serta daya dukung pondasi dalam
dapat diihat pada tabel 3 dan tabel 4 diatas tentang perhitungan daya
dukung tanah ijin berdasarkan data sondir dan SPT untuk pondasi dalam.
e. Untuk jumlah serta dimensi pondasi dalam (pondasi tiang pancang /
pondasi bore pile) sebaiknya dihitung kembali disesuaikan dengan beban
yang bekerja pada pondasi tersebut.
f. Untuk penetrasi tiang pancang sebaiknya berkoordinasi dengan
pelaksana pemancangan (kontraktor tiang pangcang) mengenai teknik
pemancangan, mengingat kondisi lapisan tanah bagian atasnya didominasi
oleh pasir lepas yang bercampur karang serta karang lepas yang berpasir,
sehingga dapat menyulitkan dalam pemancangan sampai pada kedalaman
yang diinginkan.
g. Sebaiknya juga pada akhir pemancangan/pengecoran dilakukan tes untuk
menentukan kekuatan riil pondasi tiang pancang atau pondasi bore pile
yang terpancang, misalnya dengan melakukan loading test atau PDA test.
h. Kedalaman pondasi dalam (pondasi tiang pancang / pondasi bore pile)
dapat diperbaharui (direvisi) disesuaikan dengan besarnya beban-beban
yang bekerja serta daya dukung tanah ijin yang diperlukan setelah
dilakukan pengetesan terhadap kekuatan riil pondasi tiang pancang /
pondasi bore pile dilapangan baik dengan tes PDA maupun pembebanan
langsung/loading test.
14
V. PENUTUP
Apabila dari pihak perencana dan atau pengawas menganggap perlu untuk
mendiskusikan isi laporan ini lebih lanjut, maka kami pihak Laboratorium
Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Udayana bersedia untuk itu.
LAMPIRAN
DENAH LOKASI SONDIR DAN BORING
1
LAMPIRAN
HASIL PENELITIAN SONDIR DAN GRAFIKNYA
1
LAMPIRAN
HASIL PENELITIAN BORING
1
LAMPIRAN
PHOTO-PHOTO LAPANGAN