Anda di halaman 1dari 3

A.

BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS AGAMA DAN BUDAYA

Keragaman adalah suatu keindahan namun dapat menimbulkan potensi konflik pada
setiap individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Keragamaan agama menjadi suatu hal yang fitrah dan dapat memperkaya khasanah agama untuk
menjadi modal yang berharga dalam membangun Indonesia menjadi negara yang dipenuhi
berbagai corak kehidupan beragama. Keragaman yang berada di dilingkungan sekolah, bisa
sangat terlihat, setiap individu membawa identitas agama yang berbeda, sehingga sering kali
perbedaan agama maupun budaya membawa setiap anggota dilingkungan sekolah mempunyai
nilai-nilai keagamaan yang berbeda.

Layanan bimbingan dan konseling lintas agama dan budaya merupakan salah satu layanan dalam
dunia Pendidikan yang sangat strategis dalam menanggulangi penyebaran benih radikalisme
dikalangan siswa. Layanan konseling melalui konsep multibudaya dinilai sangat diperlukan
dalam membentuk pribadi siswa yang mampu untuk saling menghormati dalam setiap perbedaan
keberagaman.1

Konseling lintas agama dan budaya adalah sebuah proses konseling yang
mengintegrasikan prinsip-prinsip dari berbagai agama dan budaya dalam proses konseling. Ini
dapat membantu konseli mengatasi masalah yang terkait dengan perbedaan agama dan budaya,
serta membantu konseli menemukan solusi yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka.
Konseling lintas agama dan budaya dapat dilakukan oleh konselor yang memiliki latar belakang
yang beragam dan yang memahami berbagai agama dan budaya.

Dasar konseling lintas agama dan budaya adalah menghormati dan memperlakukan setiap
individu dengan cara yang sama, tanpa diskriminasi terhadap agama, budaya, atau latar belakang
sosial ekonomi. Konselor yang melakukan konseling lintas agama dan budaya harus memiliki
kompetensi kultural dan dapat memahami perbedaan yang mungkin ada dalam pandangan hidup,
nilai-nilai, dan keyakinan konseli. Selain itu, konselor harus mampu mengevaluasi dan
mengintegrasikan keyakinan konseli ke dalam proses konseling, serta membantu konseli
menemukan solusi yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka. Konselor juga harus
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kultural yang mungkin dihadapi konseli, seperti
diskriminasi, perbedaan pandangan hidup, dan konflik budaya. Konselor juga harus dapat
bekerja secara efektif dengan konseli dari berbagai latar belakang budaya, menghormati
perbedaan, dan membantu konseli mengejar tujuan konseling yang sesuai dengan keyakinan dan
nilai-nilai mereka.

1. Fungsi konseling lintas agama dan budaya

1
Hamzanwadi, “BIMBINGAN KONSELING LINTAS AGAMA DAN BUDAYA DALAM
PENANGGULANGAN RADIKALISME AGAMA BAGI REMAJA”, al-Takzia, Vol.9 No. 1 (Juni, 2020), 29-30.
Fungsi konseling lintas agama dan budaya adalah untuk membantu klien mengatasi
masalah yang terkait dengan perbedaan agama dan budaya, serta membantu klien
menemukan solusi yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka. Beberapa fungsi
dari konseling lintas agama dan budaya adalah:
a) Membantu konseli mengatasi masalah yang terkait dengan perbedaan agama dan
budaya, konselor dapat membantu konseli mengatasi masalah yang timbul dari
perbedaan agamadan budaya, seperti diskriminasi, perbedaan pandangan hidup,
dan konflik budaya.
b) Membantu konseli mengevaluasi dan mengintegrasikan keyakinan konseli,
Konselor dapat membantu konseli mengevaluasi dan mengintegrasikan keyakinan
konseli ke dalam proses konseling, serta membantu konseli menemukan solusi
yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka.
c) Membantu konseli dalam mengatasi masalah kultural, konselor dapat membantu
konseli dalam mengatasi masalah kultural yang mungkin dihadapi konseli, seperti
diskriminasi, perbedaan pandangan hidup, dan konflik budaya.
d) Membantu konseli dalam mengejar tujuan konseling yang sesuai dengan
keyakinan dan nilai-nilai mereka, konselor dapat membantu konseli dalam
mengejar tujuan konseling yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka,
serta membantu konseli dalam mengatasi masalah yang mungkin dihadapi dalam
proses konseling
e) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman konseli terhadap perbedaan agama dan
budaya, konseling lintas agama dan budaya dapat membantu konseli untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka terhadap perbedaan agama dan
budaya, sehingga dapat mengurangi prasangka dan stereotip negatif.
f) Membantu konseli dalam menemukan solusi yang sesuai dengan keyakinan dan
nilai-nilai mereka, konseling lintas agama dan budaya dapat membantu konseli
dalam menemukan solusi yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka,
yang dapat membantu konseli dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
g) Meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerja sama inter-budaya klien,
konseling lintas agama dan budaya dapat membantu klien dalam meningkatkan
keterampilankomunikasi dan kerja sama inter-budaya, yang dapat membantu
mereka dalam mengatasi masalah yang terkait dengan perbedaan budaya dan
agama.
2. Dalam bimbingan dan konseling lintas agama dan budaya ada beberapa masalah yang
mungkin akan dihadapi konselor yaitu, sebagai berikut:
a) Kemampuan intercultural, konselor mungkin merasa kurang memiliki
kemampuan interkultural yang cukup untuk dapat mengatasi masalah yang terkait
dengan perbedaan agama dan budaya.
b) Prasangka atau stereotip, konselor mungkin memiliki prasangka atau stereotip
terhadap konseli berdasarkan latar belakang agama atau budaya mereka, yang
dapat mempengaruhi interaksi dengan konseli.
c) Kemampuan untuk mengatasi masalah, konselor mungkin merasa kurang
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan perbedaan
agama dan budaya sehingga dapat menyulitkan proses konseling.
d) Keterbatasan dalam komunikasi, konselor mungkin mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan konseli yang berbeda latar belakang budaya dan agama,
sehingga dapat menyulitkan proses konseling.
e) Masalah etika, konselor mungkin mengalami masalah etika dalam mengatasi
masalah yang terkait dengan perbedaan agama dan budaya, seperti menghormati
keyakinan dan nilai-nilai klien tanpa mencoba untuk mengubahnya
f) Konflik dalam pandangan, konselor mungkin memiliki pandangan yang berbeda
dengan konseli terkait masalah yang dihadapi, yang dapat menyulitkan proses
konseling.

Anda mungkin juga menyukai