Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIK KIDNEY DISEASE ( CKD ) DENGAN DIABETES


MILLITUS DIRUANG HEMODIALISA RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI

Disusun Oleh :

MUNDAKIR
PB2005009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMADDIYAH KLATEN

2020/2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KON
KONSEP
SEP P
PENY
ENYAKI
AKIT
T

CHRONIC KIDNEY DISEASE


A. PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan
tubuh
tubuh gagal
gagal untuk
untuk memper
mempertah
tahank
ankan
an metabo
metabolism
lismee dan keseimb
keseimbang
angan
an cairan
cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer & Bare, 2000) (Price, Wilson, 2002).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat
bersifat menahun,
menahun, berlangsung
berlangsung progresif
progresif dan cukup
cukup lanjut,
lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001).
Chroni
Chronicc Kidney
Kidney Disease
Disease (CKD)
(CKD) merupa
merupakan
kan ganggu
gangguan
an fungsi
fungsi renal
renal yang
yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun (Brunner &
Suddarth, 2002).
Adanya
Adanya kelain
kelainan
an ginjal
ginjal berupa
berupa kelain
kelainan
an struktu
struktural
ral atau
atau fungsi
fungsiona
onal,
l, yang
yang
ditandai
ditandai oleh kelainan patologi atau petanda
petanda kerusakan
kerusakan ginjal secara laboratorik
laboratorik atau
kelain
kelainan
an pada
pada pemerik
pemeriksaan
saan pencit
pencitraan
raan (radiol
(radiologi
ogi),
), dengan
dengan atau tanpa
tanpa penuru
penurunan
nan
fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang
berlangsung > 3 bulan.
B. KLAS
KLASIF
IFIK
IKAS
ASII
Menurut Corwin (2001) GGK dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Taha
Tahap
p I : Pen
Penur
urun
unan
an Cad
Cadan
anga
gan
n Ginj
Ginjal
al
- GFR 40-70 ml/min/menurun 50%
- BUN dan Creatinin normal tinggi

- Tidak ada manifestasi klinik


- CCT : 76-100 ml/min
Pada
Pada stage
stage in
inii tida
tidak
k ad
adaa ak
akum
umul
ulas
asii sisa
sisa meta
metabo
bolic
lic.. Nefro
Nefron
n sehat
sehat mamp
mampu
u
meng
mengko
komp
mpen
ensa
sasi
si nefr
nefron
on yang
yang su
suda
dah
h ru
rusa
sak.
k. Pe
Penu
nuru
runa
nan
n ke
kemm
mmap
apua
uan
n
mengkonsentrasi urin menyebabkan nokturia dan poliuria.
2. Taha
Tahap
p II
II : In
Insu
sufi
fisie
siens
nsii Gin
Ginjal
jal
- GFR 20-40 ml/min atau GFR 20-35%
- BUN dan Creatinin naik
- Anemia ringan, polyuria, nocturia, edema

- CCT : 26-75 ml/min


Nefron yang tersisa
tersis a sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya
beban yang dterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolic dalam darah karena
nefron sehat tidak mampu lagi mengkompensasi.
3. Taha
Tahap
p III
III : Gag
Gagal
al Gi
Ginj
njal
al
- GFR : 10-20 ml/min atau <20%
< 20% normal
- Anemia sedang, azotemia
- Gangguan elektrolit : Na ↑, K ↑, dan PO4 ↑
- CCT : 6-25 ml/min

Makin banyak nefron yang mati


4. Taha
Tahap
p IV : ESR
ESRD
D (End
(End Stag
Stagee Rena
Renall Disea
Disease)
se)
- GFR : < 10 ml/min atau <5% normal
- Kerusakan fungsi ginjal dalam pengaturan, excretory
e xcretory dan hormonal
- BUN dan Creatinin
- CCT : < 5 ml/min
Hanya
Hanya sediki
sedikitt nefron
nefron fungsi
fungsiona
onall yang
yang tersisa.
tersisa. Diselur
Diseluruh
uh ginjal
ginjal ditemu
ditemukan
kan
jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah
banyak seperti ureum, kreatinin, dalam darah. Ginjal tidak mampu

memper
memp ertah
tahan
anka
kann hohome
meos
osta
tats
tsis.
is. Memb
Membut
utuh
uhka
kan
n pe
peng
ngob
obata
atan
n di
dial
alisa
isa /
transplantasi ginjal
Menurut American Diabete Association, 2007

Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjal. Hal ini
disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi
100%, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam
stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri

untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.


Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada stadium
2 juga
juga tidak
tidak merasak
merasakan
an gejala
gejala karena
karena ginjal
ginjal tet
tetap
ap dapat
dapat berfun
berfungsi
gsi dengan
dengan baik.
baik.
Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 3
Seseora
Seseorang
ng yang
yang mender
menderita
ita GGK stadium
stadium 3 mengal
mengalami
ami penuru
penurunan
nan GFR
mode
moderat
rat ya
yait
itu
u dian
dianta
tara
ra 30 s/d 59 ml/m
ml/min
in.. Deng
Dengan
an pe
penu
nuru
runa
nan
n pa
pada
da ting
tingka
katt in
inii

akumulasi sisa–sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia.
Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia
atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti:
 Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan
Kelebihan cairan:
cairan: Seiring
Seiring dengan
dengan menurunny
menurunnyaa fungsi
fungsi ginjal
ginjal membuat
membuat ginjal
ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah,
seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat
teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
 Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjad
menjadii coklat
coklat,, oranny
orannyee tua,
tua, atau merah
merah apabil
apabilaa bercam
bercampur
pur dengan
dengan darah.
darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dial
dialam
amii oleh
oleh se
seba
bagi
gian
an pe
pend
nder
erit
itaa ya
yang
ng memp
mempununya
yaii masal
masalah
ah gi
ginj
njal
al seper
seperti
ti
polikistik dan infeksi.
 Suli
Sulitt tidu
tidur:
r: Se
Seba
bagi
gian
an pend
pender
erit
itaa ak
akan
an meng
mengal
alam
amii ke
kesu
suli
lita
tan
n un
untu
tuk
k tidu
tidurr
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupun restless legs.
legs.
 Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli
ginjall hipertensi
ginja hipertensi (nephrolog
(nephrolog).
). Dokter
Dokter akan memberikan
memberikan rekomendasi
rekomendasi terbaik
serta terapi – terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi
ginjal. Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk

mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini
biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap
mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga
kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal.
Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan
dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar
dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan
bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan
selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.

Stadium 4
Pada
Pada st
stad
adiu
ium
m in
inii fu
fung
ngsi
si ginj
ginjal
al ha
hany
nyaa sekit
sekitar
ar 15
15–3
–30%
0% saja
saja da
dan
n ap
apab
abil
ilaa
seseorang berada pada stadium ini sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan
menjal
menjalani
ani terapi
terapi pengga
pengganti
nti ginjal
ginjal/di
/dialis
alisis
is atau
atau melaku
melakukan
kan transpl
transplant
antasi
asi.. Kondis
Kondisii
dimanaa terjadi penumpukan
diman penumpukan racun dalam
dalam darah atau uremia biasanya
biasanya muncul
muncul pada
stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah
tinggi
tinggi (hiper
(hiperten
tensi)
si),, anemia
anemia,, penyak
penyakit
it tulang
tulang,, masalah
masalah pada
pada jantun
jantung
g dan penyak
penyakit
it
kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 hampir sama
dengan stadium 3, yaitu:

Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan
Kelebihan cairan:
cairan: Seiring
Seiring dengan
dengan menurunny
menurunnyaa fungsi
fungsi ginjal
ginjal membuat
membuat ginjal
ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah,
seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat
teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.

Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjad
menjadii coklat
coklat,, oranny
orannyee tua,
tua, atau merah
merah apabil
apabilaa bercam
bercampur
pur dengan
dengan darah.
darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dial
dialam
amii oleh
oleh se
seba
bagi
gian
an pe
pend
nder
erit
itaa ya
yang
ng memp
mempun
unya
yaii masal
masalah
ah gi
ginj
njal
al seper
seperti
ti
polikistik dan infeksi.
 Suli
Sulitt tidu
tidur:
r: Se
Seba
bagi
gian
an pend
pender
erit
itaa ak
akan
an meng
mengal
alam
amii ke
kesu
suli
lita
tan
n un
untu
tuk
k tidu
tidurr

disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.


 Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
 Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi
tidak terasa seperti biasanya.
 Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui
bau pernafasan yang tidak enak.
 Sulit berkonsentrasi
Stadium 5 (gagal
(gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja

secara optima
secara optimal.l. Untuk
Untuk itu diperlu
diperlukan
kan suatu
suatu terapi
terapi pengga
pengganti
nti ginjal
ginjal (diali
(dialisis)
sis) ata
atau
u
transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada
stadium 5 antara lain:
 Kehilangan nafsu makan
 Nausea.
 Sakit kepala.
 Merasa lelah.
 Tidak mampu berkonsentrasi.
 Gatal – gatal.

Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
 Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
 Kram otot
 Perubahan warna kulit

Sesuai
Sesuai dengan
dengan test
test kreatinin klirens (Long,
kreatinin klirens (Long, 1996)
1996) maka
maka GGK dapat
dapat di
klasifikasikan derajat penurunan faal ginjal sebagai berikut:

Derajat Primer (LFG) Sekunder = Kreatinin (mg


%)
A Normal Normal
B 50 – 80 % normal Normal – 2,4
C 20 – 50 % normal 2,5 – 4,9
D 10 – 20 % normal 5,0 – 7,9
E 5 – 10 % normal 8,0 – 12,0
F < 5 % normal > 12,0

Pada
Pada 20
2002
02,, Nati
Nation
onal
al Kidn
Kidney
ey Foun
Founda
dation AS menerbitka
tion menerbitkan
n pedoman
pedoman
pengobatan yang menetapkan lima stadium CKD berdasarkan ukuran GFR yang
menuru
menurun.
n. Pedoma
Pedoman
n tersebu
tersebutt mengus
mengusulk
ulkan
an tindak
tindakan
an yang
yang berbed
berbedaa untuk
untuk masing
masing--
masing stadium penyakit ginjal.
1. Resiko CKD meningkat.
meningkat.
GFR
GFR 90 atau
atau lebi
lebih
h dian
diangg
ggap
ap no
norm
rmal.
al. Bahk
Bahkan
an de
deng
ngan
an GFR
GFR no
norm
rmal,
al, ki
kita
ta
mungkin
mungkin beresiko lebih tinggi
tinggi terhadap
terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai
mempunyai tekanan
tekanan
darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin
kita tua, semakin tinggi resiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih
mungki
mungkin
n mengem
mengemban
bangka
gkan
n CKD
CKD diband
dibanding
ingkan
kan orang
orang berusi
berusiaa di antara
antara 45 dan 65
tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih beresiko mengembangkan CKD.
2. Stadium 1
Kerusakan
Kerusakan ginjal dengan
dengan GFR normal
normal (90 atau lebih).
lebih). Kerusakan
Kerusakan pada ginjal
ginjal
dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun.
menurun. Pada stadium pertama penyakit
penyakit ginjal
ini,
ini, tuju
tujuan
an pe
peng
ngob
obat
atan
an ad
adal
alah
ah un
untu
tuk
k memp
memper
erlam
lamba
batt pe
perk
rkem
emba
bang
ngan
an CKD
CKD da
dan
n
mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan
meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
4. Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium
ini,, anemia
ini anemia dan masala
masalah
h tulang
tulang menjad
menjadii semaki
semakin
n umum.
umum. Kita
Kita sebaikn
sebaiknya
ya bekerj
bekerjaa
dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
5. Stadium 4

Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi


CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal.
Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis,
kita akan membutuhk
membutuhkan
an tindakan
tindakan untuk
untuk memperbesar
memperbesar dan memperkuat
memperkuat pembuluh
darah
darah dalam
dalam lengan
lengan agar
agar siap
siap meneri
menerima
ma pemasu
pemasukan
kan jarum
jarum secara
secara sering.
sering. Untuk
Untuk
dialisiss peritonea,
dialisi peritonea, sebuah kateter harus ditanam
ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita
ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
6. Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup

untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan
ginjal. (Reeves, 2001)

C. ETI
ETIOLOG
OLOGII
Penyebab GGK (Price & Wilson, 2006), dibagi menjadi delapan, antara lain:
1. Infeksi
Infeksi misalnya
misalnya pielon
pielonefritis
efritis kronik
kronik
2. Penyakit
Penyakit peradangan
peradangan misalnya
misalnya glomerulonef
glomerulonefritis
ritis

3. Penyak
Penyakit
it vaskul
vaskuler
er hipert
hipertens
ensif
if misalny
misalnyaa nefrosk
nefrosklero
lerosis
sis benign
benigna,
a, nefros
nefroskle
kleros
rosis
is
maligna, stenosis arteria renalis
4. Gang
Ganggu
guan
an jari
jaring
ngan
an peny
penyam
ambu
bung
ng misa
misaln
lnya
ya lu
lupu
puss erit
eritem
emat
atos
osus
us sist
sistem
emik
ik,,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan
Gangguan kongenital
kongenital dan herediter misalnya
misalnya penyakit ginjal polikistik,
polikistik, asidosis
asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit
Penyakit metabolik
metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroid
hiperparatiroidisme,
isme, amiloidosis
amiloidosis

7. Nefropati
Nefropati toksik misalnya
misalnya penyalahguna
penyalahgunaan
an analgesik,
analgesik, nefropati timbal
timbal
8. Nefropati
Nefropati obstruktif
obstruktif misalnya
misalnya
 Saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal

 Salura
Saluran
n kemih
kemih bagian
bagian bawah:
bawah: hipert
hipertrop
ropii prostat
prostat,, striktu
strikturr uretra
uretra,, anomal
anomalii
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc

ginjal
Peny
Penyak
akit
it ginj
ginjal
al se
seku
kund
nder:
er: Nefri
Nefriti
tiss lu
lupu
pus,
s, Nefr
Nefrop
opat
ati,
i, Amil
Amilor
ordo
dosis
sis gi
ginj
njal
al,,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
2. Pen
Penyak
yakit
it ginjal
ginjal obstru
obstrukti
ktiff : pembesa
pembesaran
ran prostat
prostat,Ba
,Batu
tu saluran
saluran kemih,
kemih, Refluk
Reflukss
ureter.
D. Manifest
Manifestasi
asi Klinis
Klinis
Gambaran
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai
disertai sindrom
sindrom azotemia
azotemia sangat
komp
komple
leks
ks,, meli
melipu
puti
ti kela
kelain
inan
an-k
-kel
elai
aina
nan
n be
berb
rbag
agai
ai or
orga
gan
n se
sepe
pert
rti:
i: kela
kelain
inan
an
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan

kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).


a. Geja
Gejala
la dini
dini : letha
letharg
rgi,
i,sa
saki
kitt ke
kepa
pala
la,, ke
kele
lelah
lahan
an fisi
fisik
k da
dan
n ment
mental
al,, be
bera
ratt ba
bada
dan
n
berkurang, mudah tersinggung,
tersinggung, depresi
b. Gejala yg lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
Gejala berdasarkan organ yang terkena, antara lain:
a. Kardio
Kardiovas
vaskul
kuler:
er: Patogene
Patogenesis
sis gagal jantung
jantung kongest
kongestif
if (GJK) pada gagal ginjal
ginjal
kron
kronik
ik sa
sang
ngat
at komp
komple
leks
ks.B
.Beb
eber
erap
apaa fa
fakt
ktor
or se
sepe
pert
rtii an
anem
emia
ia,, hi
hipe
pert
rten
ensi
si,,
aterosklerosis, kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal
ginj
ginjal
al kr
kron
onik
ik teru
teruta
tama
ma pa
pada
da stadi
stadium
um te
term
rmin
inal
al da
dan
n da
dapa
patt meny
menyeb
ebab
abka
kan
n

kegagalan faal jantung.


b. Dermatologi : Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum
jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan
gatal ini akan segera hilang
hilang setelah tindakan
tindakan paratiroidek
paratiroidektomi.
tomi. Kulit biasanya
biasanya
kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit
muka dan dinamakan urea frost

c. Pulm
Pulmon
oner
er : Krek
Krekel
els,
s, sput
sputum
um ke
kent
ntal
al da
dan
n liat,
liat, nafas
nafas da
dang
ngka
kal,
l, da
dan
n pe
pern
rnafa
afasan
san
kussmau
kussmaul.
l. Dapat
Dapat terjadi
terjadi karena
karena penump
penumpuka
ukan n cairan
cairan dalam
dalam tubuh
tubuh karena
karena
kompli
komplikas
kasii ckd sudah
sudah sampai
sampai ke sistem
sistem kardio
kardiovas
vaskul
kular,
ar, sehing
sehingga
ga regula
regulasi
si
cairan terganggu.
d. Gast
Gastro
roin
inte
test
stin
inal
al Mual
Mual da
dan
n munt
muntah
ah serin
sering
g meru
merupa
paka
kan
n ke
kelu
luha
han
n ut
utam
amaa da
dari
ri
sebag
sebagia
ian
n pa
pasie
sien
n ga
gaga
gall ginj
ginjal
al kr
kron
onik
ik te
teru
ruta
tama
ma pa
pada
da stadi
stadium
um te
term
rmin
inal
al..
Pato
Patoge
gene
nesis
sis mual
mual da
dan
n munt
muntah
ah masih
masih be
belu
lum
m je
jela
las,
s, di
didu
duga
ga memp
mempun
unya
yaii
hubung
hubungan
an dengan
dengan dekomp
dekompresi
resi oleh
oleh flora
flora usu
ususs sehing
sehingga
ga terben
terbentuk
tuk amonia
amonia..
Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung

dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau
hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.
e. Neur
Neurol
olog
ogii : Tida
Tidak
k mamp
mampu
u ko
kons
nsen
entr
trasi
asi,, ke
kele
lema
maha
han,
n, ke
kele
leti
tiha
han,
n, pe
peru
ruba
baha
han
n
ting
tingka
katt ke
kesad
sadar
aran
an,, diso
disori
rien
enta
tasi,
si, ke
keja
jang
ng,, ra
rasa
sa pa
pana
nass pa
pada
da te
tela
lapa
pak
k ka
kaki
ki,,
perubahan perilaku
f. Muskuloske
Muskuloskeletal
letal : Keram
Keram otot,
otot, kekuata
kekuatan
n otot
otot hilang,
hilang, pegal
pegal kaki
kaki sehingga
sehingga selalu
selalu
digera
digerakka
kkan
n (kesem
(kesemuta
utan
n dan terbaka
terbakar,
r, terutam
terutamaa di tel
telapa
apak
k kaki),
kaki), tremor
tremor,,
miopati (kelemahan dan hipertrofi otot-otot ekstremitas)
g. Endo
Endokr
krin
in:: gang
ganggu
guan
an se
sek
ksual
sualit
itas
as,, libi
libido
do fe
fert
rtil
ilis
isas
asii da
dan
n er
erek
eksi
si menu
menuru
run,
n,

gangguan menstruasi dan aminore, gangguan metabolik glukosa, lemak dan


vitamin D
h. Persendian
Persendian : Gout,
Gout, pseudogou
pseudogout,
t, kalsifik
kalsifikasi
asi ekstra
ekstra tulang
tulang
i. Kela
Kelain
inan
an mata : Vi
Visu
suss hila
hilang
ng (azote
(azotemi
miaa amau
amauro
rosis
sis)) ha
hany
nyaa di
diju
jump
mpai
ai pada
sebagian kecil pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah
beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat,
misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus,
miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan
hipert
hipertens
ensii maupun
maupun anemia
anemia yang
yang sering
sering dijump
dijumpai
ai pada
pada pasien
pasien gagal
gagal ginjal
ginjal

kron
kronik
ik.. Pe
Peni
nimb
mbun
unan
an atau
atau depo
deposi
sitt ga
gara
ram
m kakals
lsiu
ium
m papada
da co
conj
njun
unct
ctiv
ivaa
menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi.
Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik
akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.Azotemia ameurosis,
retinopati, nistagmus, miosis dan pupil asimetris, red eye syndrome akibat
irit
iritasi
asi da
dan
n hipe
hiperv
rvas
asku
kula
laris
risasi
asi,, Kera
Kerato
topa
pati
ti mung
mungki
kin
n ju
juga
ga di
diju
jump
mpai
ai pa
pada
da
beberapa pasien gagal ginjal kronis akibat penyulit hiperparatiroidisme

sekunder atau tersier.


j. Sistem hematologi : Kelainan hemopoeisis, Anemia normokrom normositer
dan normositer (MCV 78-94 CU), Kelelahan dan lemah karena anemia atau
akumulasi
akumulasi substansi
substansi buangan
buangan dalam tubuh.
tubuh. Perdar
Perdarahan
ahan karena mekanism
mekanismee
pembekuan darah yang tidak berfungsi. Selain itu hemopoesis dapat terjadi
karena berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis, defisiensi besi
k. Ganggu
Gangguan
an cairan
cairan elektro
elektrolit
lit dan keseimba
keseimbanga
ngan
n asam basa:
basa: Biasanya
Biasanya retensi
retensi
garam dan air tetapi dapat juga kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesia, hipokalsemia. Anemia normokrom normositer dan normositer

(MCV 78-94 CU), sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia
yang
yang terjadi
terjadi sangat bervarias
bervariasii bila
bila ureum
ureum darah
darah lebih
lebih dari
dari 100 mg% atau
bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit
l. Gejala
Gejala lain
lain : Ganggu
Gangguan
an pengec
pengecapa
apan,
n, berat
berat badan
badan turun
turun dan lesu,
lesu, gatal-gat
gatal-gatal,
al,
gangguan tidur, cairan diselaput jantung dan paru-paru, otot-otot mengecil,
Gerakan-gerakan tak terkendali, kram, Sesak nafas dan confusion, Perubahan
berkemih : Poliuria, nokturia, oliguria.

E. PEME
PEMERIKSA
RIKSAAN
AN PENUNJAN
PENUNJANG
G
1. Urine :
Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
2. Darah :
Bun / kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium,
Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum
3. Pi
Piel
elog
ogra
rafi
fi in
intra
trave
vena
na
o Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

o Pielografi retrograd

o Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel

o Arteriogram ginjal

o Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa.


4. Si
Sist
stou
ouret
retro
rogr
gram
am berke
berkemi
mih
h
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
rete nsi.
5. Ul
Ultr
tras
ason
ono
o ginj
ginjal
al
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.

6. Bio
Biopsi
psi g
gin
inja
jall
Mungki
Mun gkinn dilaku
dilakukan
kan secara
secara endosk
endoskopi
opi untuk
untuk menent
menentuka
ukan
n sel jaring
jaringan
an untuk
untuk
diagnosis histologis
7. Endosk
Endoskopi
opi ginjal
ginjal nefros
nefroskop
kopii
Dila
Dilaku
kuka
kan
n un
untu
tuk
k me
mene
nent
ntuk
ukan
an pe
pelv
lvis
is gi
ginj
njal
al ; ke
kelu
luar
ar ba
batu
tu,, he
hema
matu
turia
ria da
dan
n
pengangkatan tumor selektif
8. Foto
Foto Pol
Polos
os Abdo
Abdome
men
n
Sebaik
Sebaiknya
nya tanpa
tanpa puasa,
puasa, karena
karena dehidr
dehidrasi
asi akan
akan memper
memperbur
buruk
uk fungsi
fungsi ginjal
ginjal..
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.

9. Peme
Pemeri
rik
ksa
saan
an Fo
Foto Dad
Dadaa
Dapat terlihat tanda-tand
tanda-tandaa bendungan
bendungan paru akibat
akibat kelebihan
kelebihan air (fluid overload),
overload),
efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
10. Pemeriksaan
Pemeriksaan Radiologi
Radiologi Tulang
Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
11.
11. EKG
EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda perikarditis.

F. KOMPLI
KOMPLIKAS
KASII
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hip
Hiper
erk
kalem
alemia
ia
2. Peri
Perik
kar
ard
ditis
itis
3. Hipert
rteensi
4. Anemia
5. Penyak
Penyakit
it tulan
tulang
g (Smelt
(Smeltzer
zer & Bare,
Bare, 2001
2001))

G. PENATA
PENATALAK
LAKSAN
SANAAN
AAN

Konservatif
Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan hasil
pemecahan protein yang akan menumpuk
menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis (produk
susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk
perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam.

Kalori untuk mencegah kelemahan dari Karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin
juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan
kehilangan vitamin larut air melalui
darah sewaktu dialisa.
Simptomatik
Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan,
diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis
metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun
suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi

asidosis.
Anemia pada CKD ditangani dengan epogen
epogen (erytropoitin manusia
rekombinan). Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti
malaise, keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi
dapat terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien
dilindungi dari kejang.
Terapi Pengganti
Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal

karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan
menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal merupakan
prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain kedalam tubuh
tubuh pasien
gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah
mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya. Seorang ahli bedah
menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan
menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir
melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat atau
berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan
dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor hidup atau

donor yang baru saja meninggal (donor


(donor kadaver).
Cuci Darah (dialisis)
Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara
pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju
kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik utama
yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi solute
dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi

atau tekanan tertentu.


 Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD
Dialisiss peritoneal
Dialisi peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput
ronggaa perut (peritoneum),
rongg (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan
dikeluarkan dari
tubu
tubuh
h un
untu
tuk
k dibe
dibersi
rsihk
hkan
an sepert
sepertii ya
yang
ng te
terj
rjad
adii pa
pada
da mesi
mesin
n di
dial
alisi
isis.
s. CAPD
CAPD
merupakan
merupakan suatu teknik
teknik dialisis
dialisis kronik
kronik dengan
dengan efisiensi
efisiensi rendah sehingga
sehingga perlu
diperh
diperhati
atikan
kan kondis
kondisii pasien
pasien terhad
terhadap
ap kerent
kerentana
anan
n peruba
perubahan
han cairan
cairan (seperti
(seperti
pasien diabetes dan kardiovaskular).
 Hemodialisis klinis di rumah sakit

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah
dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser
( dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal
buatan.
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restrik
Restriksi
si konsum
konsumsi
si cairan,
cairan, prote
protein,
in, dan
dan fosfat.
fosfat.
2. Obat-
Obat-ob
obata
atan
n : diur
diuret
etik
ik un
untu
tuk
k meni
mening
ngka
katk
tkan
an ur
urin
inas
asi;
i; alumu
alumuni
nium
um hi
hidr
drok
oksid
sidaa
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi
obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi
anemia.

3. Dialisis
Dialisis Dialisis
Dialisis dapat dilakukan
dilakukan untuk
untuk mencega
mencegah
h komplikasi
komplikasi gagal
gagal ginjal
ginjal akut
ya
yang
ng seriu
serius,
s, sepert
sepertii hipe
hiperk
rkal
alem
emia,
ia, pe
peri
rika
kard
rdit
itis
is da
dan
n ke
keja
jang
ng.. Pe
Peri
rika
kard
rdit
itis
is
memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ;
dan membantu penyembuhan luka.
4. Pena
Penang
ngan
anan
an hipe
hiperk
rkal
alem
emia
ia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal
akutt ; hiperk
aku hiperkalem
alemia
ia merupa
merupakan
kan kondis
kondisii yang
yang paling
paling mengan
mengancam
cam jiwa
jiwa pada
pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui

serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :
5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi
deng
dengan
an pemb
pember
eria
ian
n ion
ion peng
pengga
gant
ntii re
resi
sin
n (Nat
(Natri
rium
um po
poli
list
stri
rire
ren
n su
sulf
lfon
onat
at
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
5. Memper
Mempertah
tahank
ankan
an keseim
keseimban
bangan
gan cair
cairan
an

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keseimbanag
keseimbanagan
an cairan didasarkan pada berat badan harian,
harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan
parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi
dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
6. Transplantasi ginjal
DIABETES MILLITUS

1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (Hiperglikemia), yang dikarenakan
kurang
kurangny
nyaa produk
produksi
si insuli
insulin
n dalam
dalam tubuh
tubuh atau
atau tubuh
tubuh tidak
tidak dapat
dapat menggu
menggunak
nakan
an
insulin secara efektif (Riskesdas, 2013).
Diabet
Diabetes
es Mellit
Mellitus
us adalah
adalah merupa
merupakan
kan suatu
suatu kelomp
kelompok
ok penyak
penyakit
it metabo
metabolic
lic
dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua–duanya (Gustaviani, 2006)
Diabet
Diabetes
es mellit
mellitus
us merupa
merupakan
kan penyak
penyakit
it yang
yang banyak
banyak mengel
mengeluar
uarkan
kan urine
urine
dengan kadar glukosa yang tinggi, dan ditandai dengan ketiadaan absolut insulin
atau penurunan insentivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
2. Etiologi
a. DM Tip
ipee I
Melalui proses imonologik dimana tubuh tidk bias menghasilkan insulin Karena
sel beta pancreas dirusak oleh system autoimun.
b. DM Tipe II
a). Obesitas
b). Gaya hidup
c). Usia
d). Infeksi toxin, virus
c. DM tipe
tipe lain
lain
a). Defek genetic fungsional sel beta
Kromosom 12, HNF – 1 α (dahulu MODY 3)
Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
Kromosom 20, HNF – 4 α (dahulu MODY 1)

Kromosom 13, insulin prometer factor (IPF – 1, dahulu MODY 4)


Kromosom 17, HNF – 1 β (dahulu MODY 5)
Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6)
DNA mitcohondria, dan lain –lain.
b). Defek genetic kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunrism sindrom
Robson Mendenhall, diabetes lipoatropik.
c).Penyakit endokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatomi, neuplasma,
fibrosis kristik, hemakromatosis, pankreotopati fibrokalkulus.
d). Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromatisoma,

hipertiroidisme, aldosteronoma
e). Karena obat/ zat kimia : vector, pentanidin, asam nikotinat,glukokortiroid,
hormon tiroid, diazoxin,agonis β, andrenegik, Tiazid, dilatin.
f). Infeksi : rubella sanginetal, CMV.
g). Imunologi ( jarang ).
h). Sindrom genetic lain.
d. Diabet
Diabetes
es keha
kehamil
milan
an
Biasaya karena herideter.
(Gustaviani, 2006)

3. Mani
Manife
fest
stas
asii Klin
Klinik
ik
Adanya keluhan khas yang dirasakan ketika sudah terjadi diabetes mellitus.
Keluhan khas tersebut yaitu banyak kencing (polyuria), banyak minum (polydipsia),
banyak makan (polyphagia), dan disertai dengan pemeriksaan gula darah yang lebih
dari normal (gula darah sewaktu = 200 mg/dl, atau gula darah puasa = 126 mg/dl).
Selain keluhan khas tersebut bnyak tanda yang terjadi dari kesemutan, lemah, gatal,
mata kabur, pruritus, disfungsi ereksi (Sidartwan, 2005).
Menuru
Menurutt Smeltz
Smeltzer
er (20
(2002)
02) Ada 3 Kriteri
Kriteriaa yang
yang diguna
digunakan
kan untuk
untuk diagno
diagnosa
sa
laboratorium diabetes mellitus :

a. Konsentrasi
Konsentrasi glukosa
glukosa plasma vena
vena puasa (semalam)
(semalam) 126 mg/dL
mg/dL atau lebih dari
dari satu
kali pemeriksaan.
b. Gejala klinis diabetes dan kadar glukosa sewaktu 200 mg/d
mg/dL
L atau lebih.
c. Setelah
Setelah ingesti 75 g glukosa,
glukosa, konsentrasi
konsentrasi glukosa
glukosa plasma vena
vena 2 jam 200 mg/dL
atau lebih.
4. Komplikasi
Kele
Kelebi
biha
han
n kada
kadarr gula
gula dara
darah
h yang
yang te
terj
rjad
adii se
seca
cara
ra te
teru
russ mene
meneru
russ da
dapa
patt

menyeb
meny ebab
abka
kann ke
keru
rusak
sakan
an sisiste
stem
m saraf
saraf dadan
n pe
pemb
mbul
uluh
uh da
darah
rah.. Munc
Muncul
ul ba
bany
nyak
ak
konsekuens
konsekuensii dari diabetes, yang sering terjadi seperti meningkatnya
meningkatnya resiko jantung
jantung
dan juga stroke, neuropati (kerusakan syaraf) dikaki yang mengakibatkan ulkus kaki,
retinopati
retinopati diabetikum
diabetikum terjadi
terjadi karena
karena kerusakan
kerusakan pembuluh darah kecil diretina yang
menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, dan juga resiko kematian. Pada umumnya
penderita diabetes mellitus resiko kematiannya menjadi dua kali lipat dibanding
bukan penderita diabetes (Permana, 2008).
5. Patofi
Patofisio
siolog
logii Dan Pathwa
Pathway
y
Diabet
Diabetes
es tipe
tipe I. Pada
Pada diabet
diabetes
es tipe
tipe satu terdap
terdapat
at ketida
ketidakma
kmampu
mpuan
an untuk
untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
menimbulkan hiperglikemia
hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncull dalam urin (glukosuria
muncu (glukosuria).
). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan
ekskresikan ke
da
dala
lam
m ur
urin
in,, ek
eksk
skres
resii in
inii ak
akan
an diser
diserta
taii pe
peng
ngel
elua
uaran
ran ca
cair
iran
an da
dan
n elekt
elektro
rolit
lit ya
yang
ng

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia),
(polifagia), akibat menurunny
menurunnyaa simpanan
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kele
kelela
laha
han
n dan
dan kele
kelema
maha
han.
n. Dala
Dalam
m kead
keadaa
aan
n no
norm
rmal
al in
insu
suli
lin
n meng
mengen
enda
dali
lika
kan
n
glik
glikog
ogen
enol
olis
isis
is (p
(pem
emec
ecah
ahan
an gluk
glukos
osaa yang
yang di
disi
simp
mpan
an)) da
dan
n gl
gluk
ukon
oneo
eoge
gene
nesi
siss
(pembentuk
(pembentukan
an glukosa
glukosa baru dari dari asam-asam
asam-asam amino dan substansi
substansi lain), namun
namun

pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibat
mengakibatkan
kan peningkata
peningkatan
n produksi
produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan

menimbulk
menimb ulkan
an peruba
perubahan
han kesada
kesadaran
ran,, koma
koma bahkan
bahkan kematia
kematian.
n. Pember
Pemberian
ian insuli
insulin
n
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diett dan lat
Die latiha
ihan
n disert
disertai
ai pemant
pemantaua
auan
n kadar
kadar gula
gula darah
darah yang
yang sering
sering merupa
merupakan
kan
komponen terapi yang penting.
Di
Diab
abet
etes
es tipe
tipe II
II.. Pada
Pada diab
diabet
etes
es tipe
tipe II te
terd
rdap
apat
at du
duaa masal
masalah
ah ut
utam
amaa ya
yang
ng
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat
akibat terika
terikatny
tnyaa insuli
insulin
n dengan
dengan resptor
resptor tersebu
tersebut,
t, terjadi
terjadi suatu
suatu rangka
rangkaian
ian reaksi
reaksi

dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu,
ter ganggu, keadaan ini terjadi akibat ssekresi
ekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin,
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe
tipe II, namun
namun masih
masih terdapa
terdapatt insuli
insulin
n dengan
dengan jumlah
jumlah yang
yang adekua
adekuatt untuk
untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat

berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi
infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadra glukosanya sangat tinggi) (Corwin,2009).

PATHWAY

DIABETES

Defsiensi insulin

Glukagon Pemakaian glukosa sel


Glukoneogenesis
Hiperglikemia Nutrisi sel
a. Diet
Penghimpunan Diabetes dan Persatuan Diabetik Amerika merekomendasikan 50-
60% kalori berasal dari karbohidrat 60%, Protein 12-20%, Lemak 20-30%.
b. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Sulfonilur
Sulfonilurea
ea : menstimula
menstimulasi
si pengelapasan
pengelapasan insulin yang tersimpan,
tersimpan, menurunka
menurunkan
n

ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin.


b) Biguanid : menurunkan kadar gula dalam darah tapi tidak sampai dibawah
normal.
c) Inhi
Inhibi
bito
torr α gluk
glukos
osid
idase
ase : meng
mengha
hamb
mbat
at ke
kerj
rjaa en
enzi
zim
m α gl
glko
kosid
sidase
ase di
dida
dala
lam
m
saluran
saluran ceran
ceran sehing
sehingga
ga menuru
menurunka
nkan
n penyer
penyerapa
apan
n glukos
glukosaa dan menuru
menurunka
nkan
n
hiperglikemia.
d) Insulin sensiting agent : Thoazahdine
Thoazahdine diones meningkatkan sensitivitas insulin,
seing
seingga
ga bisa
bisa meng
mengat
atasi
asi masal
masalah
ah re
resi
siste
stens
nsii in
insu
suli
lin
n ta
tanp
npaa meny
menyeb
ebab
abka
kan
n
hipoglikemia.

e) Insulin
Insulin dengan indikasi
indikasi diabetes
diabetes dengan berat badan menurun
menurun dengan
dengan cepat,
ketoas
ketoasido
idosis
sis asidosi
asidosiss laktat
laktat dengan
dengan koma
koma hipero
hiperosmo
smolar
lar,, diabet
diabetes
es dengan
dengan
kehamilan
kehamilan atau diabetes
diabetes gestasional
gestasional yang tidak terkendali
terkendali dalam pola makan.
makan.
Insuli
Insulin
n oral/s
oral/sunt
untika
ikan
n dimula
dimulaii dari
dari dosis
dosis yang
yang lebih
lebih rendah
rendah lal
lalu
u dinaik
dinaikkan
kan
perlahan sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah paisen.
c. Lati
Latih
han
Lati
Latiha
han
n de
deng
ngan
an mela
melawa
wan
n ke
keta
taha
hana
nan
n ya
yang
ng da
dapa
patt menu
menuru
runk
nkan
an stres
stress,
s, da
dapa
patt
menurunkan BB, menyegarkan tubuh, gunakan alas kaki yang tepat.
d. Pema
Pemant
ntau
auan
an

Pemantauan kadar gula darah secara mandiri


Definisi Hemodialisis

Hemo
Hemodi
dial
alis
isaa adal
adalah
ah pr
pros
oses
es pemb
pember
ersi
siha
han
n da
dara
rah
h ol
oleh
eh ku
kump
mpul
ulan
an za
zatt sisa
sisa
metabolisme tubuh. Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan tahap
ta hap akhir gagal ginjal
atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2006).
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal ( renal
replacement therapy/RRT)
therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal.
Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury)
Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang
dila
dilak
kuk
ukan
an HD dapat
apat dib
dibedak
edakan
an men
menjad
jadi 3 yait
yaitu
u: HD daru
darura
rat/
t/emergency
emergency,, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisys jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease
(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa
adal
adalah
ah untu
untuk
k meng
mengel
elua
uark
rkan
an za
zat-
t-za
zatt nitr
nitrog
ogen
en ya
yang
ng to
toks
ksik
ik dari
dari da
dala
lam
m da
dara
rah
h da
dan
n
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).

1. Tuju
Tujuan
an Hemo
Hemodi
dial
alis
isis
is
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :

a. Meng
Mengga
gant
ntik
ikan
an fu
fung
ngsi
si ginj
ginjal
al dala
dalam
m fu
fung
ngsi
si ek
eksk
skre
resi
si,, ya
yait
itu
u memb
membua
uang
ng sisa
sisa-s
-sis
isaa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatka
Meningkatkan
n kualitas
kualitas hidup
hidup pasien yang menderi
menderita
ta penurunan
penurunan fungsi
fungsi ginjal.
ginjal.
d. Menggantik
Menggantikan
an fungsi
fungsi ginjal sambil
sambil menunggu
menunggu program
program pengo
pengobatan
batan yang
yang lain.
2. Indi
Indika
kasi
si Hem
Hemod
odia
iali
lisi
siss

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.


Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
a. Indikasi
Indikasi hemodial
hemodialisis
isis segera
segera antara
antara lain
lain (Daurgird
(Daurgirdas
as et al.,
al., 2007):
2007):
 Kegawatan ginjal
a. Klinis
Klinis:: keadaa
keadaan
n uremik
uremik berat,
berat, over
overhid
hidrasi
rasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12
ml/12 jam)
c. Anuria
Anuria (pro
(produk
duksi
si urin
urinee <50
<50 ml/1
ml/12
2 jam)
jam)

d. Hiperkalemia
Hiperkalemia (terutama
(terutama jika
jika terjadi
terjadi perubahan
perubahan ECG,
ECG, biasanya
biasanya K >6,5
>6,5 mmol/l
mmol/l )
e. Asidosi
Asidosiss berat
berat ( pH <7,1
<7,1 atau
atau bikarb
bikarbona
onatt <12 meq/
meq/l)
l)
f. Urem
Uremia
ia ( BUN
BUN >150
>150 mg/d
mg/dL)
L)
g. Ensef
Ensefal
alop
opati
ati ur
urem
emik
ikum
um
h. Neurop
Neuropati
ati/mi
/miopa
opati
ti uremik
uremikum
um
i. Pe
Peri
rika
kard
rdit
itis
is ur
urem
emik
ikum
um
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hiper
erttermia
 Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

b. Indikasi Hemodialisis Kronik


Hemodi
Hemodiali
alisis
sis kronik
kronik adalah
adalah hemodi
hemodiali
alisis
sis yang
yang dikerja
dikerjakan
kan berkel
berkelanj
anjutan
utan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI
dial
dialisi
isiss dimu
dimula
laii jika
jika GFR
GFR <15
<15 ml/m
ml/mnt
nt.. Kead
Keadaa
aan
n pa
pasie
sien
n ya
yang
ng memp
mempun
unya
yaii GFR
GFR
<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika
dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
 GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis

 Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea dan muntah.

 Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

 Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

 Komplikasi metabolik yang refrakter


3. Kontr
Kontra
a Indi
Indikas
kasii Hemo
Hemodia
dialis
lisis
is
Menuru
Menurutt Thiser
Thiser dan Wilcox
Wilcox (1997)
(1997) kontra
kontra indika
indikasi
si dari
dari hemodi
hemodiali
alisa
sa adalah
adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom
otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa
adalah tidak mungkin
mungkin didapatkan akses vasku
vaskuler
ler pada hemodialisa,
hemodialisa, akses vaskuler sulit,
inst
instab
abil
ilit
itas
as he
hemo
modi
dina
nami
mik
k da
dan
n ko
koag
agul
ulasi
asi.. Kont
Kontra
ra in
indi
dika
kasi
si he
hemo
modi
dial
alisa
isa ya
yang
ng lain
lain
diantaranya
diantaranya adalah penyakit
penyakit alzheimer,
alzheimer, demensia
demensia multi infark, sindrom
sindrom hepatorena
hepatorenal,
l,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003
4. Prinsi
Prinsip
p Dan Car
Cara
a Kerja
Kerja Hemod
Hemodial
ialisi
isiss

a. Mekanism
Mekanismee Hemodiali
Hemodialisis
sis
Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen
dial
dialih
ihka
kan
n da
dari
ri tu
tubu
buh
h pa
pasi
sien
en ke dial
dialize
izerr tempa
tempatt da
darah
rah te
terse
rsebu
butt di
dibe
bersi
rsihk
hkan
an da
dan
n
kemudian
kemudian dikembalik
dikembalikan
an lagi ke tubuh
tubuh pasien.
pasien. Sebagian
Sebagian besar dializer
dializer merupakan
merupakan

lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan
yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan melewati
tubulus
tubulus tersebut
tersebut sementara
sementara cairan dialisat bersirkulasi
bersirkulasi di sekelilingn
sekelilingnya.
ya. Pertukaran
Pertukaran
limb
limbah
ah dari
dari dara
darah
h ke dala
dalam
m ca
cair
iran
an dial
dialis
isat
at ak
akan
an te
terj
rjad
adii mela
melalu
luii memb
membra
rane
ne
semipermeabel tubulus (Brunner & Suddarth, 2002).
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen:
kompartemen darah
kompartemen cairan pencuci (dialisat)

ginjal buatan (dialiser).

Prinsi
Prinsip
p kerja
kerja hemodi
hemodialis
alisis
is adalah
adalah kompo
komposisi
sisi solute
solute (bahan
(bahan terlaru
terlarut)
t) suatu
suatu
larutan
larutan (kompa
(kompartem
rtemen
en darah)
darah) akan
akan beruba
berubah
h dengan
dengan cara memapa
memaparkan
rkan larutan
larutan ini
de
deng
ngan
an laru
laruta
tan
n lain
lain (k
(kom
ompa
parte
rteme
men
n diali
dialisa
sat)
t) mela
melalu
luii memb
membran
ran semip
semiper
erme
meab
abel
el
(dialiser).

a. Difusi
Adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam darah,
makin banyak yang berpindah ke dialisat. Mekanisme difusi bertujuan untuk
membuang zat-zat terlarut dalam darah (blood purification),
b. Osmosis
Adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan osmolitas
dan dialisat
c. Ultr
Ultraf
afil
iltr
tras
asii
Adalah proses berpindahnya zar dan air karena perbedaan hidrostatik di dalam
darah dan dialisat. Mekanisme ultrafiltrasi bertujuan untuk mengurangi kelebihan
cairan dalam tubuh (volume control) (Roesli, 2006).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu difusi, osmosis,
ultrafiltrasi.
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikelu
dikeluarkan
arkan melalui proses difusi
dengan
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
konsentrasi tinggi,
tinggi, ke cairan dialisat
dialisat
dengan konsentrasi yang
yang lebih ren
rendah.
dah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit
yang penting dengan konse
konsentrasi
ntrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan
Kelebihan cairan dikeluarkan
dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan
menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak
bergerak dari daerah dengan tekanan yang
lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah
rendah (cairan dialisat). Gradient ini
dapat
dapat dit
diting
ingkat
katkan
kan melalu
melaluii penamb
penambaha
ahan
n tekana
tekanan
n negati
negative
ve yang
yang dikena
dikenall sebagai
sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada alat ini sebagai
kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air (Suharayanto
dan Madjid, 2009).
b. Penggunaan antikoagulan dalam terapi
terapi hemodialisa
hemodialisa
Selama proses hemodialisis, darah yang kontak dengan dialyzer dan selang
dapat menyebabkan terjadinya pembekuan darah. Hal ini dapat mengganggu kinerja
dialyz
dialyzer
er dan proses
proses hemodi
hemodiali
alisis.
sis. Untuk
Untuk menceg
mencegah
ah terjadi
terjadinya
nya pembek
pembekuan
uan darah
darah
selama
selama proses
proses hemodi
hemodiali
alisis,
sis, maka
maka perlu
perlu diberi
diberikan
kan suatu
suatu antiko
antikoagu
agulan
lan agar
agar ali
aliran
ran
darah dalam dialyzer dan selang tetap lancar. Antikoagulan yang biasa digunakan
untuk hemodialisa, yaitu :
a. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan pilihan untuk hemodialisa, selain karena mudah
diberikan dan efeknya bekerja cepat, juga mudah untuk disingkirkan oleh tubuh.
Ada 3 tehnik pemberian heparin untuk hemodialisa yang ditentukan oleh faktor
kebutuhan pasien dan faktor prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
yang menyediakan hemodialisa, yaitu :

(1) Routine
Routine continuous
continuous infusion
infusion (heparin
(heparin rutin)
Tehnik ini sering digunakan sehari-hari. Dengan dosis injeksi tunggal 30-50
U/kg selama 2-3 menit sebelum hemodialisa dimulai. Kemudian dilanjutkan
750-12
750-1250
50 U/kg/j
U/kg/jam
am selama
selama proses
proses hemodi
hemodiali
alisis
sis berlan
berlangsu
gsung.
ng. Pember
Pemberian
ian
heparin dihentikan 1 jam sebelum hemodialisa selesai.

(2) Routine repeated bolus

Deng
Dengan
an dosi
dosiss inje
injeks
ksii tu
tung
ngga
gall 30-5
30-50
0 U/kg
U/kg se
sela
lama
ma 2-
2-3
3 meni
menitt se
sebe
belu
lum
m
hemodialisa
hemodialisa dimulai.
dimulai. Kemudian
Kemudian dilanjutkan
dilanjutkan dengan dosis injeksi tunggal
tunggal 30-

50 U/kg berulang-ulang sampai hemodialisa selesai.

(3) Tight heparin (heparin minimal)

Tehnik ini digunakan untuk pasien yang memiliki resiko perdarahan ringan
sampai sedang. Dosis injeksi tunggal dan laju infus diberikan lebih rendah
daripa
daripada
da routi
routine
ne continuous
continuous infusion yaitu 10-20 U/kg, 2-3 menit sebelum
hemodi
hemodialis
alisaa dimula
dimulai.
i. Kemudi
Kemudian
an dilanj
dilanjutk
utkan
an 500 U/kg/j
U/kg/jam
am selama
selama proses
proses
hemodi
hemodialis
alisis
is berlan
berlangsu
gsung.
ng. Pember
Pemberian
ian heparin
heparin dihent
dihentika
ikan
n 1 jam sebelum
sebelum
hemodialisa selesai.

b. Heparin-free dialysis (Saline)


Tehnik ini digunakan untuk pasien yang memiliki resiko perdarahan berat atau
tidak boleh menggunakan heparin. Untuk mengatasi hal tersebut diberikan normal
saline 100 ml dialirkan dalam selang yang berhubungan dengan arteri setiap 15-
30 men
enit
it se
sebe
belu
lum
m hemo
emodial
dialis
isa.
a. Heparin-free dialysis sa
sang
ngat
at suli
sulitt un
untu
tuk
k
dipe
diperta
rtaha
hank
nkan
an ka
kare
rena
na memb
membut
utuh
uhka
kan
n al
alir
iran
an da
dara
rah
h arter
arterii ya
yang
ng ba
baik
ik (>250
(>250
ml/menit), dialyzer yang memiliki koefisiensi ultrafiltrasi tinggi dan pengendalian
ultra filtrasi yang baik.
c. Regional Citra
ratte
Anti
Antiko
koag
agul
ulan
an si
sitr
trat
at jara
jarang
ng digu
diguna
naka
kan,
n, na
namu
mun
n da
dapa
patt di
digu
guna
naka
kan
n un
untu
tuk
k
mengga
mengganti
ntikan
kan Heparin-free dialysis.
dialysis. Region
Regional
al Citrat
Citratee diberik
diberikan
an untuk
untuk pasien
pasien
yang sedang mengalami perdarahan, sedang dalam resiko tinggi perdarahan atau
pasien yang tidak boleh menerima heparin. Kalsium darah adalah faktor yang
memudahkan terjadinya pembekuan, maka dari itu untuk mengencerkan darah

tanpa menggunakan
menggunakan heparin adalah dengan
dengan jalan mengurangi
mengurangi kadar ion kalsium
kalsium
dalam darah. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan infuse trisodium sitrat
dalam selang yang berhubungan dengan arteri dan menggunakan cairan dialisat
yang bebas kalsium. Namun demikian, akan sangat berbahaya apabila darah yang
telah mengalami
mengalami prose
prosess hemodialis
hemodialisis
is dan kembali ke tubuh
tubuh pasien dengan kadar
kalsium yang rendah. Sehingga pada saat pemberian trisodium sitrat dalam selang
yang berhubungan dengan arteri sebaiknya juga diimbangi dengan pemberian
kalsium klorida dalam selang yang berhubungan dengan vena (Swartzendruber et
al., 2008)

c. Asupan makanan, cairan dan


dan elektrolit
elektrolit selama proses hemodialisa
Asupan makanan pasien hemodialisa mengacu pada tingkat perburukan fungsi
ginjalnya.
ginjalnya. Sehingga,
Sehingga, ada beberapa
beberapa unsur yang harus dibatasi konsumsiny
konsumsinyaa yaitu,
yaitu,
asupan protein dibatasi 1-1,2 g/kgBB/hari, asupan kalium dibatasi 40-70 meq/hari,
mengingat adanya penurunan fungsi sekresi kalium dan ekskresi urea nitrogen oleh
ginjal. Kemudian,jumlah kalori yang diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari (Suwitra, 2006).
Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah
dengan insensible water loss, sekitar 200-250 cc/hari.Asupan natrium dibatasi 40-120
meq/hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Selain itu, apabila asupan
natrium
natrium terlalu
terlalu tinggi
tinggi akan menimbulkan
menimbulkan rasa haus yang memicu pasien untuk
untuk terus
minum,sehingga dapat menyebabkan volume cairan menjadi overload yangmengarah
pada retensi cairan. Asupan fosfat juga harus 600-800mg/hari (Pastans dan Bailey,
1998).
d. Dosis hemodialisa
hemodialisa dan kecukupan
kecukupan dosis hemodialisa
a) Dosi
Dosiss hem
hemod
odia
iali
lisa
sa
Dosi
Dosiss he
hemo
modi
dial
alisa
isa ya
yang
ng dibe
diberi
rika
kan
n pa
pada
da umum
umumny
nyaa seban
sebanya
yak
k 2 ka
kali
li
seminggu dengan setiap hemodialisa selama 5 jam atau sebanyak 3 kali seminggu
dengan setiap hemodialisa selama 4 jam(Suwitra, 2006).
Lama
Lamany
nyaa he
hemo
modi
diali
alisi
siss be
berk
rkai
aita
tan
n er
erat
at deng
dengan
an ef
efisi
isien
ensi
si da
dan
n ad
adek
ekua
uasi
si
hemodialisi
hemodialisis,
s, sehingga
sehingga lama hemodialis
hemodialisis
is juga dipengaruh
dipengaruhioleh
ioleh tingkat
tingkat uremia
ak
akib
ibat
at pro
rogr
gres
esiv
ivit
itas
as per
erb
bur
uru
ukan
kan fu
fung
ngsi
si gin
inja
jaln
lnya
ya dan fa
fakt
kto
or-fa
r-fakt
kto
or
komorb
komorbidi
iditasn
tasnya,
ya, serta
serta kecepa
kecepatan
tan aliran
aliran darah
darah dan kecepa
kecepatan
tan aliran
aliran dialis
dialisat
at
(S
(Swa
wart
rtze
zend
ndru
rube
berr et al.,
al., 2008
2008).
). Namu
Namun
n de
demi
miki
kian
an,, se
sema
maki
kin
n la
lama
ma pr
pros
oses
es

hemodi
hemodialis
alisis,
is, maka
maka semakin
semakin lama
lama darah
darah berada
berada diluar
diluar tubuh,
tubuh, sehing
sehingga
ga makin
makin
banyak antikoagulan yang dibutuhkan, dengan konsekuensi sering timbulnya efek
samping (Roesli, 2006).
Dosis waktu hemodialisis untuk 3 kali seminggu adalah 12 jam sampai
dengan 15 jam atau 5 jam setiap kali tindakan. Sedangkan target Kt/Vyang harus
dicap
dicapai
ai ad
adal
alah
ah 1,2
1,2 de
deng
ngan
an ra
rasio
sio re
redu
duks
ksii ur
ureu
eum
m 65
65%
% (NKF
(NKFDO
DOQI
QI,, 20
2006
06).
).
Rekomendasi dari PERNEFRI (2003) targetKt/Vadalah 1,2 untuk hemodialisis 3
kali seminggu selama 4 jam setiap hemodialisis dan Kt/V 1,8 untuk hemodialisis 5
jam setiaphemodialisis. RRU yang ideal adalah diatas 65% setiap kali tindakan

hemodialisis (PERNEFRI, 2003). Dosis hemodialisis yang berdasarkantarget Kt/V


bisa dihitung dengan rumus generasi
generasi kedua dari rumusDaugirdas yaitu:
Kt/V =-Ln( R-0,008 x t ) + ( 4–3,5 x R ) x UF/W

Keterangan :

a. Ln ad
adal
alah
ah log
logar
arit
itma
ma nat
natur
ural
al
b. R adalah BUN setelah hemodialisis dibagi BUN sebelum hemodialysis
hemodialysis
c. T adal
adalah
ah lama
lama wakt
waktu
u hemo
hemodia
dialys
lysis
is
d. UF adala
adalah
h jumlah
jumlah ultr
ultrafi
afiltra
ltrasi
si dalam
dalam liter
liter

e. W adalah
adalah berat
berat badan
badan pasie
pasien
n setelah
setelah hemod
hemodial
ialisis
isis
Target dosis hemodialisis disamping dengan Kt/V dapat juga dihitungberdasarkan
RRU.

b) Kecukupan dosis hemodialisa


Kecukupan
Kecukupan dosis hemodialisa
hemodialisa yang diberikan disebut dengan
dengan adekuasi
adekuasi
hemodialisis. Adekuasi hemodialisis diukur dengan menghitung urea reduction
ratio
ratio (URR)
(URR) dan urea
urea kineti
kineticc modeli
modeling
ng (Kt/V)
(Kt/V).. Nilai
Nilai URR dihitu
dihitung
ng dengan
dengan
mencari nilai rasio antara kadar ureum pradialisis yang dikurangi kadar ureum
pasca dialisis dengan kadar ureum pasca dialisis. Kemudian, perhitungan nilai
Kt/V juga memerlukan kadar ureum pradialisis dan pascadialisis, berat badan
pradialisis dan pascadialisis dalam satuan kilogram, dan lama proses hemodialisis
dalam
dalam satuan
satuan jam.
jam. Pada
Pada hemodi
hemodialis
alisaa dengan
dengan do
dosis
sis 2 kali
kali seming
seminggu,
gu, dialis
dialisis
is
dianggap cukup bila nilai URR 65-70% dan nilai Kt/V 1,2-1,4 (Swartzendruber et
al., 2008).
e. Akses
Akses pada
pada Sirkulas
Sirkulasii Darah
Darah Pasien
Pasien

Akses
Akses pa
pada
da sir
sirku
kula
lasi
si da
darah
rah pa
pasi
sien
en te
terd
rdir
irii at
atas
as ka
kate
tete
terr subk
subkla
lavi
viku
kula
la da
dan
n
femoralis, fistula dan tandur.
1) Katete
Kateterr subkla
subklavik
vikula
ula dan
dan femor
femorali
aliss
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat dicapai
melalui kateterisasi subklavikula untuk pemakaian sementara. Kateter femoralis
dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk pemakaian segera
dan sementara.
2) Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan (biasanya dilakukan pada

lengan
lengan bawah)
bawah) dengan
dengan cara menghubun
menghubungkan
gkan atau menyambun
menyambung
g (anastomosis)
(anastomosis)
pembuluh arteri dengan vena secara side to side (dihubungkan antara ujung dan
sisi pembuluh darah). Fistula tersebut membutuhkan waktu 4 sampai 6 minggu
menjadi matang sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan untuk memberikan
kesempatan
kesempatan agar fistula
fistula pulih dan segmenvena
segmenvena fistula berdilatasi
berdilatasi dengan
dengan baik
sehingga dapat menerima jarum berlumen besar dengan ukuran 14-16. Jarum
ditusukkan
ditusukkan ke dalam pembuluh
pembuluh darah agar cukup banyak
banyak aliran darah yang akan
mengalir
mengalir melalui
melalui dializer.
dializer. Segmen
Segmen vena fistula digunakan
digunakan untuk memasukkan
memasukkan
kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis.

3) Tandur
Dalam
Dalam menyed
menyediak
iakan
an lumen
lumen sebaga
sebagaii tempat
tempat penusu
penusukan
kan jarum
jarum dialisi
dialisis,
s, sebuah
sebuah
tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari
sapi, material Gore-tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri.
Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok
untuk dijadikan fistula.
f. Siste
Sistem
m Kerj
Kerja
a Dial
Dialize
izerr
Terdapat 2 (dua) tipe dasar dializer (Suharyanto dan Madjid, 2009), yaitu :
a) Para
Pararel
rel plate
plate dial
dialyz
yzer
er

Pararel
Pararel plate dialize
dializer,
r, terdir
terdirii dari
dari dua lapisan
lapisan selotan
selotan yang
yang dijepi
dijepitt oleh
oleh dua
penyokong. Darah
Dar ah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialisa
da
dapa
patt meng
mengal
alir
ir da
dala
lam
m ar
arah
ah ya
yang
ng sama
sama sepert
sepertii da
darah
rah,, at
atau
au de
deng
ngan
an da
daera
erah
h
berlawanan.
b) Hollow Fiber atau capillary dialyzer
Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil, dan cairan
dialisa
dialisa membasahi
membasahi bagian luarnya.
luarnya. Aliran cairan dialisa berlawanan
berlawanan dengan arah

aliran darah. Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu
lagi untuk cairan dialisa. Bila sistem ini bekerja, darah mengalir dari penderita
melaluii tabung
melalu tabung plastik
plastik (jalur arteri), melalui dializer hollow
hollow fiber dan kembali ke
penderita melalui jalur vena.
Dialis
Dialisat
at kemudi
kemudian
an dimasuk
dimasukkan
kan ke dalam
dalam dialize
dializer,
r, dimana
dimana cairan
cairan akan
akan
mengalir di luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan
antara darah dan dialisat terjadi di sepanjang membrane dialisis melalui proses
difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
Kompos
Komposisi
isi cairan
cairan dialisi
dialisiss diatur
diatur sedemi
sedemikia
kian
n rupa
rupa sehing
sehingga
ga mendek
mendekati
ati

komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar memperbaiki gangguan
cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum
terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam
urat, dan fosfat dapat berdifusi
berdifusi dengan
dengan mudah dari darah ke dalam cairan dialisis
karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam cairan dialisis. Natrium asetat yang
lebih tinggi konsentrasiny
konsentrasinyaa dalam cairan dialisis, akan berdifusi
berdifusi ke dalam darah.
Tujuan menambahkan asetat adalah untuk mengoreksi asidosis penderita uremia.
Asetat dimetabolisme oleh tubuh penderita menjadi bikarbonat. Glikosa dalam
konsentrasi yang rendah (200 mg/100 ml) ditambahkan ke dalam bak dialisis

untuk
untuk mencegah
mencegah difusi glukosa
glukosa ke dalam bak dialisis
dialisis yang dapat mengakibatkan
mengakibatkan
kehilangan kalori.
Heparin
Heparin secara terus menerus
menerus dimasukkan
dimasukkan pada jalur arteri melalui infuse
lambat untuk mencegah pembekuan. Bekuan darah dan gelembung udara dalam
jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke aliran darah.
Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan hemodialisa adalah tiga kali
seminggu, dengan setiap kali hemodialisa 3 sampai 5 jam.
5. Komp
Kompli
lika
kasi
si Hemod
Hemodia
iali
lisi
siss
Menurut Smeltzer (2002) komplikasi hemodialisis mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.


b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara
memasuki sistem vaskuler pasien
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi
darah di luar tubuh.
d. Prur
Prurit
itus
us da
dapa
patt terj
terjad
adii selam
selamaa terap
terapii diali
dialisi
siss ke
keti
tika
ka pr
prod
oduk
uk ak
akhi
hirr meta
metabo
boli
lism
smee

meninggalkan kulit.
e. Gan
Ganggu
gguan
an keseim
keseimban
bangan
gan dialisi
dialisiss terjad
terjadii karena
karena perpin
perpindah
dahan
an cairan
cairan serebra
serebrall dan
muncull sebagai
muncu sebagai serangan
serangan kejang.
kejang. Komplikasi
Komplikasi ini memungkin
memungkinkan
kan terjadinya
terjadinya lebih
besar jika terdapat gejala uremia yang berat.
f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan
ruang ekstrasel.
g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

B. ASUHAN
ASUHAN KEPER
KEPERAWAT
AWATAN
AN PASIEN
PASIEN DENGAN
DENGAN HEMODIALI
HEMODIALISIS
SIS

a. Pengkajian
Biodata

Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat
terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria
Keluhan utama
Tand
Tanda-t
a-tan
anda
da da
dan
n ge
geja
jala
la ur
urem
emia
ia ya
yang
ng meng
mengen
enai
ai syste
system
m tu
tubu
buh
h (mua
(mual,
l, munt
muntah
ah,,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang meningkat.
Riwayat penyakit
Sekarang
Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
 Dahulu
Ri
Riwa
waya
yatt pe
peny
nyak
akit
it ga
gaga
gall ginj
ginjal
al ak
akut
ut,, in
infe
feks
ksii sa
salu
lura
ran
n ke
kemi
mih,
h, pa
paya
yah
h jantu
jantung
ng,,
hipert
hipertensi
ensi,, penggu
penggunaa
naan
n obat-o
obat-obat
bat nefrot
nefrotoks
oksik,
ik, Benign
Benign Prostat
Prostatic
ic Hyperp
Hyperplasi
lasia,
a,
prostatektomi.

 Keluarga
Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
Riwayat obat-obatan
obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua
s emua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan
cermat.
cermat. Terapi
Terapi antihi
antihiper
perten
tensi,
si, yang
yang sering
sering merupa
merupakan
kan bagian
bagian dari
dari susuna
susunan
n terapi
terapi
dialysis,
dialysis, merupakan
merupakan salah satu contoh di mana komunikasi,
komunikasi, pendidikan
pendidikan dan evaluasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat

dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
samaa de
sam deng
ngan
an sa
saat
at menj
menjala
alani
ni he
hemo
modi
dial
alisi
isis,
s, ef
efek
ek hi
hipo
pote
tens
nsii da
dapa
patt te
terj
rjad
adii sel
selam
amaa
hemodialisis
hemodialisis dan menyebabka
menyebabkan
n tekanan
tekanan darah rendah yang berbahaya.
berbahaya. (Brunner &
Suddarth, 2001: 1401)
Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang
yang tidak
tidak dapat
dapat dirama
diramalka
lkan.
n. Biasany
Biasanyaa mengha
menghadap
dapii masalah
masalah financ
financial
ial,, kesuli
kesulitan
tan
da
dala
lam
m memp
mempert
ertah
ahan
anka
kan
n pe
peke
kerj
rjaan
aan,, do
doro
rong
ngan
an seksu
seksual
al ya
yang
ng meng
menghi
hila
lang
ng serta
serta
impo
impote
tens
nsi,
i, dipr
dipresi
esi ak
akib
ibat
at sakit
sakit ya
yang
ng kr
kron
onis
is da
dan
n ke
keta
taku
kuta
tan
n te
terh
rhad
adap
ap ke
kema
mati
tian
an..

(Brunner & Suddarth, 2001: 1402). Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling
sering dialami
dialami pasien yang pertama kali dilakukan
dilakukan hemodialisis.
hemodialisis. (Muttaqin, 2011:
267)
ADL (Activity Day Life)

1) Pola persepsi
persepsi dan tata
tata laksa
laksana
na hidup
hidup sehat
sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk
tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu
perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
mudah dimengerti pasien.

2) Pola
Pola nutr
nutrisi
isi dan
dan met
metabo
abolis
lisme
me
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang
kurang
kurang.. dan mudah
mudah lel
lelah.
ah. Keadaa
Keadaan
n terseb
tersebut
ut dapat
dapat mengak
mengakiba
ibatka
tkan
n terjadi
terjadinya
nya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
klien. Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi)
anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia), Penggunaan diuretic,
Gangguan
Gangguan status mental,
mental, ketidakmam
ketidakmampuan
puan berkonsent
berkonsentrasi,
rasi, kehilangan
kehilangan memori,
memori,

kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.


3) Pola
Pola Elim
Elimin
inas
asii
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi, Perubahan warna urine, (pekat, merah,
coklat, berawan) oliguria atau anuria.

4) Pola
Pola tidu
tidurr dan
dan Istira
Istirahat
hat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.

5) Pola
Pola Aktiv
Aktivita
itass dan
dan latih
latihan
an
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan
tonus, penurunan rentang gerak.

6) Pola
Pola hubu
hubunga
ngan
n dan
dan peran
peran
Kesulitan
Kesulitan menentukan
menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
bekerja, mempertaha
mempertahankan
nkan fungsi
fungsi
peran).

7) Pola
Pola sen
sensor
sorii dan
dan kogn
kogniti
itiff
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
lukaa sehing
luk sehingga
ga tidak
tidak peka
peka terhad
terhadap
ap adanya
adanya trauma.
trauma. Klien
Klien mampu
mampu meliha
melihatt dan
mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.

8) Pola
Pola perse
persepsi
psi dan
dan kons
konsep
ep diri
diri
Adanya
Adanya peruba
perubahan
han fungsi
fungsi dan struktu
strukturr tubuh
tubuh akan
akan menyeb
menyebabk
abkan
an pender
penderita
ita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).

9) Pola
Pola seksu
seksual
al dan
dan repr
reprodu
oduks
ksii
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memb
memberi
eri da
damp
mpak
ak pa
pada
da pr
pros
oses
es ejak
ejakul
ulasi
asi serta
serta or
orga
gasm
sme.
e. Pe
Penu
nuru
runa
nan
n libi
libido
do,,
amenorea, infertilitas.

10) Pola mekanisme / penanggulangan


penanggulangan stress dan koping
Lamany
Lamanyaa waktu
waktu perawa
perawatan
tan,, perjal
perjalanan
anan penyak
penyakit
it yang
yang kronik
kronik,, faktor
faktor stress,
stress,
perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. Faktor stress, perasaan tak berdaya,
tak ada harapa
harapan,
n, tak ada kekuat
kekuatan.
an. Menola
Menolak,
k, ansieta
ansietas,
s, takut,
takut, marah,
marah, mudah
mudah

terangsang, perubahan kepribadian.

11) Pola tata nilai dan


dan kepercayaan
kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal
kron
kronik
ik dapa
dapatt meng
mengha
hamb
mbat
at klie
klien
n da
dala
lam
m mela
melaks
ksan
anak
akan
an ib
ibad
adah
ah maup
maupun
un
mempengaruhi pola ibadah klien

Nutrisi
Pasien
Pasien dengan
dengan hemodi
hemodiali
alisis
sis harus
harus diet
diet ketat
ketat dan pembat
pembatasan
asan cairan
cairan masuk
masuk untuk
untuk
meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal

jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala, mual
muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
El
Elim
imin
inas
asii : Olig
Oligu
uri dan anur
anuria
ia untu
ntuk gag
agal
al
Akti
Aktivi
vita
tass : dial
dialis
isis
is meny
menyeb
ebab
abka
kan
n peru
peruba
baha
han
n gaya
gaya hidu
hidup
p pada
pada kel
kelua
uarg
rga.
a. Wakt
Waktu
u
yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk
melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu
yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
Pemeriksaan fisik

BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun. TTV:


Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan tekanan darah
diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat prosedur selesai
dengan
dengan membandin
membandingkan
gkan hasil pra dan sesudah
sesudah prosedur.
prosedur. (Muttaqin, 2011: 268) B2 :
hipotensi, turgor kulit menurun

1) Perna
Pernafa
fasan
san (B 1 : Breat
Breathin
hing)
g)
Gejala:

Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental

dan banyak.
Tanda:

Takhip
Takhipnoe
noe,, dispno
dispnoe,
e, pening
peningkat
katan
an frekuen
frekuensi,
si, Batuk
Batuk produk
produktif
tif dengan
dengan / tanpa
tanpa
sputum.

2) Cardio
Cardiovas
vascul
cular
ar (B 2 : Blee
Bleedin
ding)
g)

Gejala:

Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak
nafas, gangguan irama jantung, edema.

Tanda

Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan,
Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial,
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan
kuning.kecendrungan perdarahan.

3) Persy
Persyara
arafa
fan
n (B 3 : Brain)
Brain)
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.

4) Perkemih
Perkemihan-E
an-Elimina
liminasi
si Uri
Uri (B 4 : Bladder)
Bladder)
Gejala:

Penurunan frekuensi urine (Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing), oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda:

Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.

5) Pencerna
Pencernaan
an - Eliminasi
Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare

6) Tulang-O
Tulang-Otot-
tot-Inte
Integume
gumen
n (B
(B 6 : Bone)
Bone)
Gejala:
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
sa at malam hari),
kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda:
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur
tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak
sendi

Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan
GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)
b. Di
Diag
agno
nosa
sa kepe
kepera
rawa
wata
tan
n
Diagnosa Keperawatan
Keperawatan

Pre Hemodialisis

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional mengenai tindakan yang akan


dilakukan.

Intra Hemodialisis

2. Resi
Resiko
ko ting
tinggi
gi terh
terhad
adap
ap ke
kehi
hilan
langa
gan
n ak
akses
ses va
vask
skul
uler
er be
berh
rhub
ubun
unga
gan
n de
deng
ngan
an
perdarahan karena lepas sambungan secara tidak sengaja.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ultrafiltrasi.

4. Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemasukan cairan


untuk mendukung tekanan darah selama dialisa.

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah

Post Hemodialisis

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dengan status kesehatan atau fungsi


peran

7. Resi
Resiko
ko ting
tinggi
gi in
infe
feks
ksii be
berh
rhub
ubun
unga
gan
n de
deng
ngan
an ko
kont
ntam
amin
inas
asii ku
kuli
litt pa
pada
da sisi
sisi
pemasangan kateter

c. Rencan
Rencana
a Inte
Interve
rvensi
nsi Kepe
Keperaw
rawat
atan
an
1. Penurunan
Penurunan curah
curah jantung
jantung berhubung
berhubungan
an dengan
dengan beban jantun
jantung
g yang meningk
meningkat
at
Tuju
Tujuan
an:: Pe
Penu
nuru
runa
nan
n cura
curah
h jant
jantun
ung
g tida
tidak
k te
terj
rjad
adii de
deng
ngan
an kr
krit
iter
eria
ia ha
hasi
sill :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung

dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:

a. Auskultasi
Auskultasi bunyi
bunyi jantung
jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

b. Kaji adanya hipertensi

R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-


angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

c. Selidiki
Selidiki keluhan nyeri
nyeri dada, perhatikanl
perhatikanlokasi
okasi,, rediasi, beratnya
beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

d. Kaji tingkat
tingkat aktivitas,
aktivitas, respon
respon terhadap
terhadap aktivitas
aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2. Gang
Ganggu
guan
an ke
kese
seim
imba
bang
ngan
an ca
cair
iran
an da
dan
n elekt
elektro
rolit
lit be
berh
rhub
ubun
unga
gan
n de
deng
ngan
an ed
edem
emaa
sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan criteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output

Intervensi:

a. Kaji status
status cairan
cairan dengan
dengan menimbang
menimbang BB perhari,
perhari, keseimb
keseimbangan
angan masukan
masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon
terhadap terapi

c. Jelaskan
Jelaskan pada
pada pasien
pasien dan
dan keluarg
keluargaa tentang
tentang pembatasan
pembatasan cairan
R: Pe
Pema
maha
hama
man
n meni
mening
ngka
katk
tkan
an kerj
kerjas
asam
amaa pa
pasi
sien
en da
dan
n ke
kelu
luar
arga
ga da
dala
lam
m
pembatasan cairan

d. Anjurk
Anjurkan
an pasien
pasien / ajari pasien
pasien untuk
untuk mencatat
mencatat penggun
penggunaan
aan cairan
cairan teruta
terutama
ma
pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3. Peruba
Perubahan
han nutrisi:
nutrisi: kurang
kurang dari
dari kebutu
kebutuhan
han berhubun
berhubungan
gan dengan
dengan anorek
anoreksia
sia,, mual,
mual,
muntah
Tujuan:
Tujuan: Mempertahan
Mempertahankan
kan masukan
masukan nutrisi
nutrisi yang adekuat dengan
dengan kriteria
kriteria hasil:
menunjukan BB stabil
Intervensi:

a. Awasi
Awasi kon
konsu
sums
msii maka
makana
nan
n / cairan
cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

b. Perhatikan adanya mual dan muntah


R: Gejala
Gejala yang menyertai
menyertai akumu
akumulasi
lasi toksin
toksin endogen
endogen yang dapat mengubah
mengubah
atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

c. Beikan
Beikan makana
makanan
n sedik
sedikit
it tapi
tapi serin
sering
g
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

d. Tingkatkan
Tingkatkan kunjungan
kunjungan oleh orang terdekat
terdekat selama
selama makan
makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial

e. Beri
Berika
kan
n peraw
perawat
atan
an mul
mulut
ut seri
sering
ng
R: Menuru
Menurunkan
nkan ketidaknya
ketidaknyamanan
manan stomatitis
stomatitis oral dan rasa tak
tak disukai
disukai dalam
dalam
mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4. Peruba
Perubahan
han pola nafas
nafas berhub
berhubung
ungan
an dengan
dengan hiperven
hiperventila
tilasi
si sekund
sekunder:
er: ko
kompe
mpensa
nsasi
si
melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:

a. Auskul
Auskultasi
tasi buny
bunyii nafas,
nafas, catat
catat adany
adanyaa crakles
crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam


R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

c. At
Atur
ur pos
posis
isii senya
senyama
man
n mung
mungki
kin
n
R: Mencegah terjadinya sesak nafas

d. Bata
Batasi
si untu
untuk
k berak
berakti
tivi
vita
tass
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5. Kerusakan
Kerusakan integritas
integritas kulit
kulit berhubung
berhubungan
an dengan
dengan pruritis
pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
Memper
Mempertah
tahank
ankan
an kulit
kulit utuh,
utuh, Menunj
Menunjuka
ukan
n perila
perilaku
ku / teknik
teknik untuk
untuk menceg
mencegah
ah
kerusakan kulit
Intervensi:

a. Inspeksi
Inspeksi kulit terhada
terhadap
p perubahan
perubahan warna,
warna, turgor,
turgor, vaskuler,
vaskuler, perhatik
perhatikan
an kadanya
kadanya
kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi.

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa


mukosa
R: Mendet
Mendeteksi
eksi adanya
adanya dehidra
dehidrasi
si atau
atau hidrasi
hidrasi berlebi
berlebihan
han yang mempengaru
mempengaruhi
hi
sirkulasi dan integritas jaringan

c. Inspek
Inspeksi
si area
area terg
tergant
antun
ung
g terha
terhadap
dap udem
udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek

d. Ubah
Ubah posisi
posisi seserin
sesering
g mungki
mungkin
n
R: Menurunkan
Menurunkan tekanan
tekanan pada udem , jaringan
jaringan dengan
dengan perfusi
perfusi buruk
buruk untuk
untuk
menurunkan iskemia

e. Beri
Berika
kan
n pe
peraw
rawat
atan
an ku
kuli
litt
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit

f. Pe
Pert
rtah
ahan
anka
kan
n line
linen
n keri
kering
ng
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

g. Anjurkan
Anjurkan pasien
pasien menggunaka
menggunakan
n kompres
kompres lembab
lembab dan dingin
dingin untuk
untuk memberikan
memberikan
tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera

h. Anjurk
Anjurkan
an memak
memakai
ai pakaia
pakaian
n katun
katun longga
longgarr
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit

6. Intoleransi
Intoleransi aktivitas
aktivitas berhubu
berhubungan
ngan dengan
dengan oksigena
oksigenasi
si jaringan
jaringan yang tidak
tidak adekuat,
adekuat,
keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:

a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas


b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
Inter
Interven
vensi
si Kep
Keper
erawa
awata
tan
n Ber
Berhub
hubung
ungan
an Den
Denga
gan
n Pas
Pasien
ien CKD yan
yang
g Me
Menja
njalan
lanii
Hemodialisa

NOC:

- Hemodyalisis access
o Warna kulit pada area shunt/fistula tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

o Hematoma pada area shunt minimal/tidak ada

o Edema perifer pada area distal shunt tidak ada

Pengetahuan : treatment
o Pasien mematuhi jadwal hemodialysis yang dianjurkan

- Skin care
o Tanda-tanda inflamasi minimal

o Pasien mengerti cara perawatan vena shunt

- Fluid overload severity


o Edema kaki tidak ada

o Kongesti vena tidak ada

o Peningkatan berat badan minimal

o Pusing tidak ada

o Kelemahan tidak ada

o Penambahan tekanan darah minimal

NIC :
Pre-hemodialisis
a. Pertahankan intake dan output
b. Kaji adanya pertambahan berat badan
c. Monitor site insersi vena danarteri
d. Monitor hasil lab jika diperlukan
e. Monitor vital sign
Intra hemodialysis
a. Monitor vital sign
b. Monitor blood flow
c. Monitor keadaan umum pasien: kelemahan, pusing, penurunan tekanan darah secara
tiba-tiba sebagaitan dan hipotensi, hipoglikemia

d. Kajiadanyanyeri yang tak tertahankan


e. Ajari teknik relaksasi napas dalam jika terjadi nyeri saat insersi
f. Monitor kestabilan alat hemodialisis
Post hemodialysis
a. Monitor vital sign
b. Monitor keadaan umum pasien
c. Ukur berat badan pasien
d. Monitor adanya edema pada lokasi insersi
DAFTAR PUSTAKA

Asep Sumpena, ( 2002 ) , Panduan Hemodialisis Untuk Mahasiswa . Bandung Elektronik


(Internet) ( 2009 ) , Treatment Optrion For Intradialytic Hipotensin

Bulech
Bulechek
ek GM, Butcher
Butcher HW, Dochterm
Dochterman
an JM. 2008. Nursing Intervention Classification
(NIC) ed5. St Louis: Mosby Elsevier.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi


Patofisiologied
ed 3. Jakarta: EGC.

Enday Suhandar, Prof ( 2006 ) , Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. FK UNPAD.
Bandung Kumpulan Materi ( 2010 ), Teknik Hedmodialisis. Bandung

Herdman H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses:


Diagnoses: Definitions and Classifications
2012-2014. Oxford: Wiley Blacwell.

Nursalam, M.Nurs, DR (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan.
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Rudianto, AMK RS. Khusus Ginjal Ny. RA Habibie Bandung

Rully M.A. Roesli, Prof ( 2008 ) Acute Kidney Injury. FK UNPAD. Bandung

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth.
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suhardjono. 2006. Proteinuria Pada Penyakit Ginjal Kronik: Mekanisme dan Pengelolaannya.
Peranan Stres Oksidatif dan Pengendalian Faktor Risiko pada Progresi Penyakit Ginjal
Kronik serta Hipertensi, JNHC 2006; 1-7.
Sukanandar, E (2006). Gagal ginjal dan panduan terapi dialisis. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS. DR. Hasan
Sadikin

Suyono,
Suyono, Slamet. (2001).
(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI

Yunie Armyati ( 2009 ) , Komplikasi Intradialisis. FIK . UI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai