Anda di halaman 1dari 136

Transformasi z

Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan

Universitas Airlangga

18 November 2021
Transformasi z

Tujuan
Mengetahui definisi transformasi z (X (z)) dari sinyal x(n) beserta definisi Region of
Convergence (ROC) yang berbentuk polinomial
Transformasi z

Tujuan
Mengetahui definisi transformasi z (X (z)) dari sinyal x(n) beserta definisi Region of
Convergence (ROC) yang berbentuk polinomial
Transformasi Laplace → sistem LTI dan sinyal waktu kontinu.
Transformasi z

Tujuan
Mengetahui definisi transformasi z (X (z)) dari sinyal x(n) beserta definisi Region of
Convergence (ROC) yang berbentuk polinomial
Transformasi Laplace → sistem LTI dan sinyal waktu kontinu.
Transformasi z → sistem LTI dan sinyal waktu diskrit.
Transformasi z

Tujuan
Mengetahui definisi transformasi z (X (z)) dari sinyal x(n) beserta definisi Region of
Convergence (ROC) yang berbentuk polinomial
Transformasi Laplace → sistem LTI dan sinyal waktu kontinu.
Transformasi z → sistem LTI dan sinyal waktu diskrit.
Transformasi z → domain z adalah bidang kompleks.
Transformasi z

Tujuan
Mengetahui definisi transformasi z (X (z)) dari sinyal x(n) beserta definisi Region of
Convergence (ROC) yang berbentuk polinomial
Transformasi Laplace → sistem LTI dan sinyal waktu kontinu.
Transformasi z → sistem LTI dan sinyal waktu diskrit.
Transformasi z → domain z adalah bidang kompleks.
Transformasi z → plot pole-zero.
Transformasi z

forward
Kawasan waktu ←
−−
−−
−−
−−
−−
→ Kawasan z
inverse
forward
Sekuens ←
−−−−
−−
−−−−
→ polinomial
inverse

forward X
x(n) ←
−−
−−
−−
−−
−−
→ X (z) = x(n)z −n
inverse
n=−∞


X
x(n)z −n = . . . + x(−2)z 2 + x(−1)z 1 + x(0) + x(1)z −1 + x(2)z −2 + . . .
n=−∞

Notasi:
X (z) = Z {(x(n)}
z
x(n) ←→ X (z)
Transformasi z

Transformasi z bilateral didefinisikan sebagai



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

Sedangkan inversnya adalah


I
1
x(n) = X (z)z n−1 dz
2πj

Tetapi, seperti halnya transformasi Laplace, kita dapat menggunakan tabel untuk
mencari invers.
Transformasi z

Transformasi z adalah deret pangkat tak hingga.


Transformasi z

Transformasi z adalah deret pangkat tak hingga.


Nilai transformasi X (z) ada atau terbatas (finite) atau konvergen untuk seluruh
nilai-nilai z yang dapat membuat deretnya konvergen. Jadi, tidak semua z dapat
memberikan nilai transformasi yang konvergen.
Transformasi z

Transformasi z adalah deret pangkat tak hingga.


Nilai transformasi X (z) ada atau terbatas (finite) atau konvergen untuk seluruh
nilai-nilai z yang dapat membuat deretnya konvergen. Jadi, tidak semua z dapat
memberikan nilai transformasi yang konvergen.
Daerah dimana nilai z yang membuat deretnya menjadi ada atau konvergen
disebut dengan Region of Convergence (ROC).
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x1 (n) = {1, 2, 5, 7, 0, 1}
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x1 (n) = {1, 2, 5, 7, 0, 1}

Transformasi z dari sinyal tersebut adalah



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 1 + 2z −1 + 5z −2 + 7z −3 + z −5
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x1 (n) = {1, 2, 5, 7, 0, 1}

Transformasi z dari sinyal tersebut adalah



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 1 + 2z −1 + 5z −2 + 7z −3 + z −5

Dengan ROC adalah seluruh bidang z kecuali z = 0


Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x1 (n) = {1, 2, 5, 7, 0, 1}

Transformasi z dari sinyal tersebut adalah



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 1 + 2z −1 + 5z −2 + 7z −3 + z −5

Dengan ROC adalah seluruh bidang z kecuali z = 0


Mengapa?
Transformasi z

x2 (n) = {. . . 1, 2, 5, 7, 0, 1, ...}

Transformasi z

x2 (n) = {. . . 1, 2, 5, 7, 0, 1, ...}

Pada sinyal di atas, nilai sinyal pada indeks n = 0 adalah 5.
Transformasi z dari sinyal tersebut adalah

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= z 2 + 2z + 5 + 7z −1 + z −3
Transformasi z

x2 (n) = {. . . 1, 2, 5, 7, 0, 1, ...}

Pada sinyal di atas, nilai sinyal pada indeks n = 0 adalah 5.
Transformasi z dari sinyal tersebut adalah

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= z 2 + 2z + 5 + 7z −1 + z −3

Tentukan ROC nya!


Transformasi z

x2 (n) = {. . . 1, 2, 5, 7, 0, 1, ...}

Pada sinyal di atas, nilai sinyal pada indeks n = 0 adalah 5.
Transformasi z dari sinyal tersebut adalah

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= z 2 + 2z + 5 + 7z −1 + z −3

Tentukan ROC nya!


ROC adalah semua nilai z kecuali z = 0 dan z = ∞
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x3 (n) = {0, 0, 1, 2, 5, 7, 0, 1}
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x3 (n) = {0, 0, 1, 2, 5, 7, 0, 1}

Transformasi z dari sinyal tersebut adalah



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 1z −2 + 2z −3 + 5z −4 + 7z −5 + z −7
Transformasi z

Diberikan sinyal dengan durasi terbatas seperti berikut

x3 (n) = {0, 0, 1, 2, 5, 7, 0, 1}

Transformasi z dari sinyal tersebut adalah



X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 1z −2 + 2z −3 + 5z −4 + 7z −5 + z −7

Dengan ROC adalah seluruh bidang z kecuali z = 0


Transformasi z

x4 (n) = {. . . 3, 7, 5, 7, 8, 1, ...}

Transformasi z

x4 (n) = {. . . 3, 7, 5, 7, 8, 1, ...}

Pada sinyal di atas, nilai sinyal pada indeks n = 0 adalah 5.
Transformasi z dari sinyal tersebut adalah

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 3z 2 + 7z + 5 + 7z −1 + 8z −2 + z −3
Transformasi z

x4 (n) = {. . . 3, 7, 5, 7, 8, 1, ...}

Pada sinyal di atas, nilai sinyal pada indeks n = 0 adalah 5.
Transformasi z dari sinyal tersebut adalah

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

= 3z 2 + 7z + 5 + 7z −1 + 8z −2 + z −3

ROC: seluruh nilai z kecuali z = 0 dan z = ∞


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x5 (n) = δ(n)
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x5 (n) = δ(n)

(
1 n=0
δ(n) =
0 lainnya
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x5 (n) = δ(n)

(
1 n=0
δ(n) =
0 lainnya

X (z) = z 0
=1
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x5 (n) = δ(n)

(
1 n=0
δ(n) =
0 lainnya

X (z) = z 0
=1

ROC: seluruh nilai z pada bidang z


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n − k), k > 0


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n − k), k > 0

(
1 n=k
δ(n − k) =
0 lainnya
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n − k), k > 0

(
1 n=k
δ(n − k) =
0 lainnya

X (z) = z −k , k > 0
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n − k), k > 0

(
1 n=k
δ(n − k) =
0 lainnya

X (z) = z −k , k > 0

ROC: seluruh nilai z kecuali z = 0


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n + k), k > 0


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n + k), k > 0

(
1 n = −k
δ(n − k) =
0 lainnya
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n + k), k > 0

(
1 n = −k
δ(n − k) =
0 lainnya

X (z) = z k , k > 0
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari

x6 (n) = δ(n + k), k > 0

(
1 n = −k
δ(n − k) =
0 lainnya

X (z) = z k , k > 0

ROC: seluruh nilai z kecuali z = ∞


Transformasi z

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini


 n
1
x(n) = u(n)
2
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini


 n
1
x(n) = u(n)
2

Masukkan nilai n ke dalam persamaan tersebut


(       )
1 2 1 3
 n
1 1
x(n) = 1, , , ,..., ,...
2 2 2 2
Transformasi z

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini


 n
1
x(n) = u(n)
2

Masukkan nilai n ke dalam persamaan tersebut


(       )
1 2 1 3
 n
1 1
x(n) = 1, , , ,..., ,...
2 2 2 2

1 −1 1 2 −2 1 n −n
X (z) = 1 + z + z + z + ...
2 2 2

X 1n ∞
X 1   n
= z −n = z −1
n=0
2 n=0
2
Transformasi z

1 −1 1 2 −2 1 n −n
X (z) = 1 + z + z + z + ...
2 2 2
∞ ∞
1 n −n X 1 −1 n
X  
= z = z
n=0
2 n=0
2

Pola di atas adalah pola deret geometri tak hingga. Jumlah dari deret geometri tak
hingga adalah
a
Sn =
1−r
dengan a adalah nilai awal dan r adalah rasio suatu suku dengan suku sebelumnya.
Nilai awal a = 1 dan rasio r = 12 z −1 . Sehingga

1
X (z) =
1 − 12 z −1
Transformasi z

1 −1 1 2 −2 1 n −n
X (z) = 1 + z + z + z + ...
2 2 2
∞ ∞
1 n −n X 1 −1 n
X  
= z = z
n=0
2 n=0
2

Pola di atas adalah pola deret geometri tak hingga. Jumlah dari deret geometri tak
hingga adalah
a
Sn =
1−r
dengan a adalah nilai awal dan r adalah rasio suatu suku dengan suku sebelumnya.
Nilai awal a = 1 dan rasio r = 12 z −1 . Sehingga

1
X (z) =
1 − 12 z −1

Nilai Sn akan konvergen jika |r | < 1. Sehingga ROC

1 −1 1
z < 1 ↔ |z| >
2 2
Transformasi z

Kasus model sinyal seperti pada contoh:


 n
1
x(n) = u(n)
2

Bentuk umumnya adalah


1
x(n) = an u(n) ↔ X (z) = , |z| > a
1 − az −1
Transformasi z dalam bentuk polar

z = re jθ
dengan r = |z| dan θ = ]z

X
X (z) = x(n)r −n e −jθn
n=−∞
Region of Convergence (ROC)

Konvergensi |X (z)| sinyal kausal dan antikausal


X
X (z) = x(n)r −n e −jθn
n=−∞

Kita uji apakah X (z) < ∞


X ∞
X
x(n)r −n e −jθn ≤ |x(n)| r −n e −jθn
−∞ −∞

X
|X (z)| ≤ |x(n)| r −n
−∞
−1 ∞
X X x(n)
≤ x(n)r −n +
n=−∞ n=0
rn
∞ ∞
X X x(n)
≤ |x(−n)r n | +
n=1 n=0
rn
Region of Convergence (ROC)

Konvergensi |X (z)| sinyal kausal dan antikausal

Syarat suku antikausal konvergen



X
|x(−n)r n |
n=1

Nilai r harus kecil agar perkalian dari x(−n)r n untuk rentang 1 ≤ n < ∞ tidak
menuju tak hingga. Nilai r harus lebih kecil dari suatu nilai tertentu, asumsikan r1 .
Region of Convergence (ROC)

Konvergensi |X (z)| sinyal kausal dan antikausal

Syarat suku antikausal konvergen



X
|x(−n)r n |
n=1

Nilai r harus kecil agar perkalian dari x(−n)r n untuk rentang 1 ≤ n < ∞ tidak
menuju tak hingga. Nilai r harus lebih kecil dari suatu nilai tertentu, asumsikan r1 .

Sedangkan untuk suku kausal



X x(n)
n=0
rn

Nilai r harus besar agar perkalian dari x(−n)r n untuk rentang 0 ≤ n < ∞ tidak
menuju tak hingga. Nilai r harus lebih besar dari suatu nilai tertentu, asumsikan r2 .
Region of Convergence (ROC)

Konvergensi |X (z)| sinyal kausal dan antikausal

ROC antikausal ROC kausal


Region of Convergence (ROC)

Konvergensi |X (z)| sinyal kausal dan antikausal


ROC X (s)

ROC: r2 < r < r1


Region of Convergence (ROC)

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut


(
αn n≥0
x(n) = αn u(n) =
0 lainnya
Region of Convergence (ROC)

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut


(
αn n≥0
x(n) = αn u(n) =
0 lainnya

Solusi:
∞ ∞
X X n
X (z) = αn z −n = αz −1
n=0 n=0

Pola yang sama dengan contoh pada beberapa slide sebelumnya. Sehingga
1
X (z) =
1 − αz −1
Region of Convergence (ROC)

Solusi:
∞ ∞
X X n
X (z) = αn z −n = αz −1
n=0 n=0

Pola yang sama dengan contoh pada beberapa slide sebelumnya. Sehingga
1
X (z) =
1 − αz −1

ROC:

αz −1 < 1 ↔ |z| > |α|


Region of Convergence (ROC)

Solusi:
∞ ∞
X X n
X (z) = αn z −n = αz −1
n=0 n=0

Pola yang sama dengan contoh pada beberapa slide sebelumnya. Sehingga
1
X (z) =
1 − αz −1

ROC:

αz −1 < 1 ↔ |z| > |α|

Jika α = 1 maka
z 1
x(n) = u(n) ←→ X (z) = ROC : |z| > 1
1 − z −1
Region of Convergence (ROC)

Sinyal x(n) = αn u(n) adalah sinyal kausal. ROC ditunjukkan seperti gambar berikut
Region of Convergence (ROC)

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut


(
0 n≥0
x(n) = −αn u(−n − 1) =
−αn n ≤ −1
Region of Convergence (ROC)

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut


(
0 n≥0
x(n) = −αn u(−n − 1) =
−αn n ≤ −1

Solusi:
−1 ∞
X X `
X (z) = (−αn ) z −n = − α−1 z
n=−∞ `=1

dengan ` = −n. Jika kita substitusinya setiap nilai `, kita akan dmendapatkan pola

A
A + A2 + A3 + · · · = A(1 + A + A2 + . . . ) =
1−A
Agar konvergen maka |A| < 1 dan memberikan

α−1 z 1
X (z) = − =
1 − α−1 z 1 − αz −1
Region of Convergence (ROC)

Solusi:
−1 ∞
X X `
X (z) = (−αn ) z −n = − α−1 z
n=−∞ `=1

dengan ` = −n. Jika kita substitusinya setiap nilai `, kita akan dmendapatkan pola

A
A + A2 + A3 + · · · = A(1 + A + A2 + . . . ) =
1−A
Agar konvergen maka |A| < 1 dan memberikan

α−1 z 1
X (z) = − =
1 − α−1 z 1 − αz −1

ROC:

|α−1z| < 1 ↔ |z| < |α|


Region of Convergence (ROC)

Sinyal x(n) = −αn u(−n − 1) adalah sinyal kausal. ROC ditunjukkan seperti gambar
berikut
Region of Convergence (ROC)

Kita perhatikan bahwa


1
Z {αn u(n)} = Z {−αn u(−n − 1)} =
1 − αz −1
Region of Convergence (ROC)

Kita perhatikan bahwa


1
Z {αn u(n)} = Z {−αn u(−n − 1)} =
1 − αz −1

Transformasi z dari kedua sinyal sama, tetapi ROC nya berbeda.


Region of Convergence (ROC)

Kita perhatikan bahwa


1
Z {αn u(n)} = Z {−αn u(−n − 1)} =
1 − αz −1

Transformasi z dari kedua sinyal sama, tetapi ROC nya berbeda.


ROC sinyal kausal berada di luar lingkaran, sedangkan ROC sinyal antikausal
berada di dalam lingkaran.
Transformasi z dan ROC

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini

x(n) = αn u()n + b n u(−n − 1)


Transformasi z dan ROC

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini

x(n) = αn u()n + b n u(−n − 1)

Solusi:
∞ −1 ∞ ∞
X X X n X `
X (z) = αn z −n + b n z −z = αz −1 + b −1 z
n=0 −∞ n=0 1
Transformasi z dan ROC

Tentukan transformasi z dari sinyal berikut ini

x(n) = αn u()n + b n u(−n − 1)

Solusi:
∞ −1 ∞ ∞
X X X n X `
X (z) = αn z −n + b n z −z = αz −1 + b −1 z
n=0 −∞ n=0 1

Suku pertama konvergen jika |αz −1 |


< 1 atau |z| > |α|. Sedangkan suku kedua
konvergen jika |b 1 z| < 1 atau |z| < |b|
Transformasi z dan ROC

Kasus |a| > |b|, tidak ada daerah yang Kasus |a| < |b|, tidak ada daerah yang
tumpang tindih (overlapping ). Maka X (z) tumpang tindih (overlapping ). Maka X (z)
tidak ada ada, karena kedua suku konvergen.
Transformasi z dan ROC

Untuk |a| < |b|

1 1
X (z) = −
1 − αz −1 1 − bz −1
b−α
=
α + b − z − αbz −1
dengan ROC: |α| < |z| < |b|
ROC infinite signal
ROC infinite signal
Table of Laplace and Z-transforms
X(s) x(t) x(kT) or x(k) X(z)
Kronecker delta δ0(k)
1. – – 1 k=0 1
0 k≠0
δ0(n-k)
2. – – 1 n=k z-k
0 n≠k
1 1
3. 1(t) 1(k)
s 1 − z −1
1 1
4. e-at e-akT
s+a 1 − e − aT z −1
1 Tz −1
5.
s2
t kT
(1 − z ) −1 2

2 2 2
( )
T 2 z −1 1 + z −1
(1 − z )
6. t (kT) −1 3
s3
6 T z (1 + 4 z + z )
3 −1 −1 −2

t3 (kT)3
(1 − z )
7. −1 4
s4
a
1 – e-at 1 – e-akT
(1 − e )z − aT −1

8.
s (s + a ) (1 − z )(1 − e z )
−1 − aT −1

b−a (e − e )z
− aT − bT −1

9.
(s + a )(s + b ) e-at – e-bt e-akT – e-bkT
(1 − e z )(1 − e z )
− aT −1 −bT −1

1 Te − aT z −1
te-at kTe-akT
(1 − e )
10.
(s + a )2 − aT
z −1
2

s 1 − (1 + aT )e − aT z −1
(1 – at)e-at (1 – akT)e-akT
(1 − e z )
11.
(s + a )2 − aT −1 2

2 ( )
T 2 e − aT 1 + e − aT z −1 z −1
t2e-at (kT)2e-akT
(1 − e z )
12.
(s + a )3 − aT −1 3

a 2

at – 1 + e-at akT – 1 + e-akT


[(aT − 1 + e )+ (1 − e − aTe )z ]z
− aT − aT − aT −1 −1

(1 − z ) (1 − e z )
13.
s 2 (s + a ) −1 2 − aT −1

ω z −1 sin ωT
14. sin ωt sin ωkT
s2 +ω 2 1 − 2 z −1 cos ωT + z − 2
s 1 − z −1 cos ωT
15. cos ωt cos ωkT
s2 +ω 2 1 − 2 z −1 cos ωT + z − 2
ω e − aT z −1 sin ωT
16. e-at sin ωt e-akT sin ωkT
(s + a )2 + ω 2 1 − 2e − aT z −1 cos ωT + e − 2 aT z − 2
s+a 1 − e − aT z −1 cos ωT
17. e-at cos ωt e-akT cos ωkT
(s + a ) 2
+ω 2
1 − 2e − aT z −1 cos ωT + e − 2 aT z − 2
1
18. – – ak
1 − az −1
ak-1 z −1
19. – –
k = 1, 2, 3, … 1 − az −1
z −1
kak-1
(1 − az )
20. – – −1 2

k2ak-1
( )
z −1 1 + az −1
(1 − az )
21. – – −1 3

(
z −1 1 + 4az −1 + a 2 z −2 )
k3ak-1
(1 − az )
22. – – −1 4

k4ak-1
(
z −1 1 + 11az −1 + 11a 2 z −2 + a 3 z −3 )
(1 − az )
23. – – −1 5

1
24. – – ak cos kπ
Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan: Transformasi z 1 + az −1 29 / 60
x(t) = 0 for t < 0
x(kT) = x(k) = 0 for k < 0
Unless otherwise noted, k = 0, 1, 2, 3, …
Definition of the Z-transform


Z{x(k)} = X ( z ) = ∑ x(k ) z − k
k =0

Important properties and theorems of the Z-transform

x(t) or x(k) Z{x(t)} or Z {x(k)}


1. ax(t ) aX (z )

2. ax1( t ) + bx2 ( t ) aX 1 ( z ) + bX 2 ( z )

3. x( t + T ) or x( k + 1 ) zX ( z ) − zx( 0 )
4. x( t + 2T ) z 2 X ( z ) − z 2 x( 0 ) − zx( T )
5. x( k + 2 ) z 2 X ( z ) − z 2 x( 0 ) − zx( 1 )
6. x( t + kT ) z k X ( z ) − z k x( 0 ) − z k −1 x( T ) − K − zx( kT − T )
7. x( t − kT ) z −k X ( z )
8. x( n + k ) z k X ( z ) − z k x( 0 ) − z k −1 x( 1 ) − K − zx( k1 − 1 )
9. x( n − k ) z −k X ( z )
d
10. tx( t ) − Tz X( z )
dz
d
11. kx( k ) −z X( z )
dz
12. e − at x( t ) X ( zeaT )
13. e − ak x( k ) X ( ze a )
⎛z⎞
14. a k x( k ) X⎜ ⎟
⎝a⎠
d ⎛z⎞
15. ka k x( k ) −z X⎜ ⎟
dz ⎝ a ⎠

16. x( 0 ) lim X ( z ) if the limit exists


z →∞

17. x( ∞ ) [( ) ] ( )
lim 1 − z −1 X ( z ) if 1 − z −1 X ( z ) is analytic on and outside the unit circle
z →1

18. ∇x( k ) = x( k ) − x( k − 1 ) (1 − z )X ( z )
−1

19. ∆x( k ) = x( k + 1 ) − x( k ) (z − 1)X ( z ) − zx( 0 )


n

∑ x( k )
1
20. X( z )
k =0 1 − z −1
∂ ∂
21. x( t , a ) X ( z,a )
∂a ∂a
m
⎛ d ⎞
22. k m x( k ) ⎜− z ⎟ X( z )
⎝ dz ⎠
n
23. ∑ x( kT ) y( nT − kT )
k =0
X ( z )Y ( z )


24. ∑ x( k )
k =0
X (1)

Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan: Transformasi z 30 / 60


Transformasi z Dalam Bentuk Polinomial Rasional

Bentuk polinomial dari H(z):

Y (z) b0 + b1 z −1 + . . . + bM−1 z M−1 + bM z M


H(z) = = (1)
Z (z) a0 + a1 z −1 + . . . + aN−1 z N−1 + aN z N
Transformasi z Dalam Bentuk Polinomial Rasional

Bentuk faktorisasi fungsi rasional:

Y (z)
H(z) =
Z (z)
b0 ΠM
k=1 (1 − zk z−1 ) b0 N−M ΠM
k=1 (z − zk ) ΠM
k=1 (z − zk )
= = z = Gz N−M N (1)
a0 Π N
k=1 (1 − pk z−1 ) a0 N
Πk=1 (z − pk ) Πk=1 (z − pk )

zk adalah akar-akar pembilang (numerator) dari H(z) Dimana saat


H(z) = 0 → zk adalah zero dari H(z)
pk adalah akar-akar penyebut (denominator) dari H(z) Dimana saat
H(z) = ∞ → pk adalah pole dari H(z)
Plot pole-zero

Kita bisa representasikan H(z) dalam bentuk grafik pole-zero dalam bidang komplek
(z − plane), sebagaimana contoh berikut:

Simbol lokasi pole (×) dan zero (◦)


Sesuai definisi, ROC dari transformasi z tidak boleh mengandung pole
Plot pole-zero

Contoh:
Tentukan plot pole-zero dari sinyal berikut
x(n) = an u(n), a>0
Plot pole-zero

Contoh:
Tentukan plot pole-zero dari sinyal berikut
x(n) = an u(n), a>0
Solusi:
Berdasarkan tabel transformasi z dapat diperoleh X (z):
1 z
X (z) = = , ROC : |z| > a
1 − az −1 z −a
Sehingga dari persamaan di atas, X (z) memiliki sebuah zero yaitu z1 = 0 dan sebuah
pole yaitu p1 = a. Berikut plot pole-zero pada bidang z (z-plane).
Plot pole-zero

Contoh:
Tentukan representasi sinyal di domain waktu apabila diketahui plot pole-zero dari
sinyal sebagai berikut
Plot pole-zero

Solusi:
Berdasarkan plot pole-zero, dapat diidentifikasi bahwa terdapat 2 zero dan 2 pole
sebagai berikut.:
Pole Posisi Zero Posisi
p1 re jω0 z1 0
p2 re −jω0 z2 r cos ω0
N=2 M=2
Dengan memanfaatkan bentuk umum:

ΠM
k=1 (z − zk )
X (z) = Gz N−M
ΠN
k=1 (z − pk )
Plot pole-zero

Solusi:
Berdasarkan plot pole-zero, dapat diidentifikasi bahwa terdapat 2 zero dan 2 pole
sebagai berikut.:
Pole Posisi Zero Posisi
p1 re jω0 z1 0
p2 re −jω0 z2 r cos ω0
N=2 M=2
Dengan memanfaatkan bentuk umum:
ΠM
k=1 (z − zk )
X (z) = Gz N−M
ΠN
k=1 (z − pk )
Maka
(z − z1 )(z − z2 ) z(z − r ω0 )
X (z) = Gz 0 =G , ROC : |z| > r
(z − p1 )(z − p2 ) (z − re jω0 )(z − re −jω0 )
bentuk di atas dapat disederhanakan menjadi
1 − rz −1 cos ω0
X (z) = G , ROC : |z| > r
1 − 2rz −1 cos ω0 + r 2 z −2
Dengan menggunakan tabel transformasi z maka diperoleh representasi sinyal pada
domain waktu adalah
x(n) = G (r n cos ω0 n)u(n)
Kausalitas dan Stabilitas Sistem LTI

Sistem Kausal LTI


Sistem LTI dikatakan kausal apabila memenuhi kondisi berikut

h(n) = 0, n<0

ROC transformasi z dari sistem LTI kausal adalah bagian luar dari lingkaran berjari-jari
r <∞
Kausalitas dan Stabilitas Sistem LTI

Sistem Kausal LTI


ROC transformasi z dari deretan h(n) adalah nilai-nilai |z| = r yang menyebabkan
P ∞
n=−∞ |h(n)| < ∞ (absolutely summable).
Sehingga jika ROC mencakup lingkaran satuan berjari-jari 1 atau |z| = 1, maka
P ∞
n=−∞ |h(n)| < ∞, artinya sistem LTI tersebut akan stabil.
Sistem LTI dikatakan stabil jika dan hanya jika seluruh pole H(z) terletak didalam
lingkaran satuan. Daerah konvergensi sistem LTI yang kausal dan stabil adalah |z| > r
dan r < 1.
Kausalitas dan Stabilitas Sistem LTI

Rise hand!!!
Berdasarkan z-plane berikut, manakah yang stabil dan tidak stabil?
Fungsi Alih Sistem LTI

Fungsi alih dalam domain z memiliki konsep yang sama seperti pada domain s, dimana

Y (z)
Y (z) = H(z)X (z) ↔ H(z) =
X (z)

karena

X
H(z) = h(n)z −n
n=−∞

Maka dapat dikatakan bahwa H(z) dan h(n) adalah ekuivalen, sehingga H(z) disebut
sebagai fungsi sistem.
Fungsi Alih Sistem LTI

Hubungan yang memudahkan untuk mendapatkan H(z) yaitu jika sistem


dideskripsikan sebagai persamaan beda dengan koefisien-konstanta linear sebagi
berikut
N
X M
X
y (n) = − ak y (n − k) + bk x(n − k) (2)
k=1 k=0

Bentuk di atas dapat ditransformasikan ke domain z sehingga diperoleh


N M N M
! !
X X X X
Y (z) = − ak Y (z)z −k + bk X (z)z −k ↔ Y (z) 1+ ak z −k = X (z) bk z −k
k=1 k=0 k=1 k=0

Sehingga
PM −k
Y (z) k=0 bk z
= H(z) = (3)
X (Z ) 1+ N −k
P
k=1 k z
a
Fungsi Alih Sistem LTI

Contoh:
Tentukan fungsi sistem dan respon unit sampel dari sistem yang dideskripsikan oleh
persamaan beda berikut
1
y (n) = y (n − 1) + 2x(n)
2
Fungsi Alih Sistem LTI

Contoh:
Tentukan fungsi sistem dan respon unit sampel dari sistem yang dideskripsikan oleh
persamaan beda berikut
1
y (n) = y (n − 1) + 2x(n)
2
Dengan melakukan transformasi z maka diperoleh
1 −1
Y (z) = z Y (z) + 2X (z)
2
Sehingga fungsi sistem adalah

Y (z) 2
H(z) = =
H(z) 1 − 12 z −1

Berdasarkan fungsi sistem di atas dapat diidentifikasi bahwa sistem memiliki sebuah
pole di z = 21 dan zero di titik asal. Dengan memanfaatkan tabel transformasi z maka
inversnya adalah
 n
1
h(n) = 2 u(n)
2
Invers Transformasi z

I
1
x(n) = X (z)z n−1 dz
2πj C
Dimana integral kontur di sini merepresentasikan daerah yang terbentuk dari jalur C
yang terdapat pada ROC dari X (z). Atau secara sederhananya, C dapat dikatakan
sebagai lingkaran pada ROC dari X (z) pada z-plane. Tiga cara untuk melakukan

transformasiz balik, antara lain:


1. Integral Kontur (dengan menerapkan integrasi langsung)
2. Ekspansi Deret (menjadi bentuk deret variabel z dan z −1 )
3. Ekspansi Pecah Parsial (dan mencocokkan tabel transformasi)
Transformasi-Z Balik dengan Integral Kontur

Transformasi z dari x(k)



X
X (z) = x(k)z −k
k=−∞

Kedua sisi persamaan diatas dikalikan dengan faktor z n− ) dan diintegrasikan pada
lintasan tertutup dalam ROC X (z),sehingga diperoleh
I I ∞
X
X (z)z n−1 dz = x(k)z n−1−k dz
C C k=−∞

dimana C adalah lintasan tertutup yang berputar berlawanan arah jarum jam dalam
ROC X (z).
Transformasi-Z Balik dengan Integral Kontur

I I ∞
X
X (z)z n−1 dz = x(k)z n−1−k dz
C C k=−∞

Dengan menggunakan teorema integral Cauchy,


I (
1 1, k=n
z n−1−k dz =
2πj C 0, k 6= n

maka persamaan sebelumnya dapat dituliskan


I
X (z)z n−1 dz = x(n)2πj
C
I
1
x(n) = X (z)z n−1 dz
2πj C
Teorema Integral Cauchy

Bila adalah lintasan tertutup dan f 0 (z) ada pada lintasan C atau di dalam C
maka (
I
1 f (z) f (z0 ), z0 di dalam C
dz =
2πj C (z − z0 ) 0, z0 di luar C

Jika pada k pole (nilai z yang membuat X (z) menjadi tak hingga) yang sama
yang terdapat dalam C , f 0 (z) dengan turunan orde k + 1 dan f (z) yang tidak
memiliki pole dalam C maka
 n k−1 o
1
I
f (z)  1 d
[f (z)] , z0 di dalam C
(k−1) dz k−1
dz = z=z0
2πj C (z − z0 ) 0, z di luar C0

Jika terdapat n pole dan f (z) tidak memiliki pole di dalam C maka
I n
1 f (z) X
dz = lim [(z − zi )ψ(z)]
2πj C (z − z1 )(z − z2 ) . . . (z − zn ) i=1
z−zi

f (z)
ψ(z) =
(z − z1 )(z − z2 ) . . . (z − zn )
Invers Transformasi z

Contoh:
Tentukan transformasi z balik dari fungsi berikut menggunakan metode integral
komplek balik.
1
X (z) = , |z| > |a|
1 − az −1

Solusi:
Persamaan transformasi balik
zn
I I
1 1 1
x(n) = z n−1 dz =
2πj C 1 − az −1 2πj C z −a

Dimana C adalah lingkaran dengan jari-jari lebih besar dari |a|. Dengan menerapkan
teorema integral Cauchy dan f (z) = z n , maka terdapat 2 kasus
Invers Transformasi z

Solusi:
Persamaan transformasi balik
zn
I I
1 1 1
x(n) = z n−1 dz =
2πj C 1 − az −1 2πj C z −a

Dimana C adalah lingkaran dengan jari-jari lebih besar dari |a|. Dengan menerapkan
teorema integral Cauchy dan f (z) = z n , maka terdapat 2 kasus
1. Jika n ≥ 0, f (z) hanya bernilai nol sehingga tidak ada pole di dalam C .
Satu-satunya pole di dalam C adalah z = a. Sehingga

x(n) = f (z0 ) = an , n≥0


Invers Transformasi z

Solusi:
Persamaan transformasi balik
zn
I I
1 1 1
x(n) = z n−1 dz =
2πj C 1 − az −1 2πj C z −a
Dimana C adalah lingkaran dengan jari-jari lebih besar dari |a|. Dengan menerapkan
teorema integral Cauchy dan f (z) = z n , maka terdapat 2 kasus
2. Jika n < 0,f (z) = z n memiliki sebuah n-orde pole pada z = 0, yang mana juga di
dalam C . Sehingga terdapat kontribusi dari kedua pole. Untuk n=-1 maka
I
1 1 1 1
x(−1) = dz = + |z=a = 0
2πj C z(z − a) z − a z=0 z
Jika n = −2 maka
I  
1 1 d 1 1
x(−2) = dz = + | =0
2πj C z 2 (z − a) dz z −a z=0 z 2 z=a
Dengan melakukan cara yang sama, maka dapat diperoleh bahwa x(n) = 0 untuk
n < 0. Sehingga

x(n) = an u(n)
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Pada ekspansi deret, X (z) dinyatakan dalam bentuk jumlahan x(n) yang dikalikan
dengan z −n sebagai berikut
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Pada ekspansi deret, X (z) dinyatakan dalam bentuk jumlahan x(n) yang dikalikan
dengan z −n sebagai berikut

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

Dimana X (z) dinyatakan dalam bentuk

X (z) = . . . + x(−2)z 2 + x(−1)z 1 + x(0) + x(1)z −1 + x(2)z −2 + . . .


Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Pada ekspansi deret, X (z) dinyatakan dalam bentuk jumlahan x(n) yang dikalikan
dengan z −n sebagai berikut

X
X (z) = x(n)z −n
n=−∞

Dimana X (z) dinyatakan dalam bentuk

X (z) = . . . + x(−2)z 2 + x(−1)z 1 + x(0) + x(1)z −1 + x(2)z −2 + . . .

Langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan metode ini adalah


1. Tulis fungsi balik dari deret
2. Identifikasi x(n) sebagai koefisien z −n
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Tentukan invers dari

X (z) = 2z 5 + z 3 − z 2 + 1 + 3z −1 − 4z −4
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Tentukan invers dari

X (z) = 2z 5 + z 3 − z 2 + 1 + 3z −1 − 4z −4

Solusi:
Karena X (z) sudah dalam bentuk ekspansi deret, maka dapat langsung diidentifikasi
x(n) sebagai berikut:
n -5 -3 -2 0 1 4
x(n) 2 1 -1 1 3 -4
Sehingga diperoleh hasil transformasi z balik x(n) adalah

x(n) = 2δ(n + 5) + δ(n + 3) − δ(n + 2) + δ(n) + 3δ(n − 1) − 4δ(n − 4)


Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Tentukan transformasi-Z balik dari


1
X (z) =
1 − 1.5z −1 + 0.5z −2
Ketika:
1. ROC: |z| > 1
2. ROC: |z| < 0.5
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Solusi:
1. ROC: |z| > 1 artinya ROC berada di luar area lingkaran. Karena ROC berada di
luar area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal kausal. Sehingga kita bisa mencari
ekspansi deretnya dalam bentuk z, z −1 , z −2 , . . . , z −n . Dengan membagi
pembilang X (z) dengan penyebutnya menggunakan pembagian panjang
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Solusi:
1. ROC: |z| > 1 artinya ROC berada di luar area lingkaran. Karena ROC berada di
luar area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal kausal. Sehingga kita bisa mencari
ekspansi deretnya dalam bentuk z, z −1 , z −2 , . . . , z −n . Dengan membagi
pembilang X (z) dengan penyebutnya menggunakan pembagian panjang
Sehingga bentuk ekspansi deretnya

X (z) = 1 + 1.5z −1 + 1.75z −2 + 1.875z −3 + . . .


Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Solusi:
1. ROC: |z| > 1 artinya ROC berada di luar area lingkaran. Karena ROC berada di
luar area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal kausal. Sehingga kita bisa mencari
ekspansi deretnya dalam bentuk z, z −1 , z −2 , . . . , z −n . Dengan membagi
pembilang X (z) dengan penyebutnya menggunakan pembagian panjang
Sehingga bentuk ekspansi deretnya

X (z) = 1 + 1.5z −1 + 1.75z −2 + 1.875z −3 + . . .

Karena X (z) sudah dalam bentuk ekspansi deret, maka dapat langsung
diidentifikasi x(n) sebagai berikut:
n 0 1 2 3
x(n) 1 1.5 1.75 1.875
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

Solusi:
1. ROC: |z| > 1 artinya ROC berada di luar area lingkaran. Karena ROC berada di
luar area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal kausal. Sehingga kita bisa mencari
ekspansi deretnya dalam bentuk z, z −1 , z −2 , . . . , z −n . Dengan membagi
pembilang X (z) dengan penyebutnya menggunakan pembagian panjang
Sehingga bentuk ekspansi deretnya

X (z) = 1 + 1.5z −1 + 1.75z −2 + 1.875z −3 + . . .

Karena X (z) sudah dalam bentuk ekspansi deret, maka dapat langsung
diidentifikasi x(n) sebagai berikut:
n 0 1 2 3
x(n) 1 1.5 1.75 1.875
Sehingga diperoleh hasil transformasi z balik x(n) adalah

x(n) = δ(n) + 1.5δ(n − 1) + 1.75δ(n − 2) + 1.875δ(n − 3) + ...


Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

2. ROC: |z| < 0.5 artinya ROC berada di dalam area lingkaran. Karena ROC berada
di dalam area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal nonkausal/antikausal.
Sehingga kita bisa mencari ekspansi deretnya dalam bentuk z, z 2 , z 3 , ...., z n .
Dengan metode yang sama (pembagian panjang)
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

2. ROC: |z| < 0.5 artinya ROC berada di dalam area lingkaran. Karena ROC berada
di dalam area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal nonkausal/antikausal.
Sehingga kita bisa mencari ekspansi deretnya dalam bentuk z, z 2 , z 3 , ...., z n .
Dengan metode yang sama (pembagian panjang)
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

2. ROC: |z| < 0.5 artinya ROC berada di dalam area lingkaran. Karena ROC berada
di dalam area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal nonkausal/antikausal.
Sehingga kita bisa mencari ekspansi deretnya dalam bentuk z, z 2 , z 3 , ...., z n .
Dengan metode yang sama (pembagian panjang)
Sehingga bentuk ekspansi deretnya

X (z) = 2z 2 + 6z 3 + 14z 4 + 30z 5 + . . .

n -5 -4 -3 -2 -1 0
x(n) 30 14 6 2 0 0
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Deret

2. ROC: |z| < 0.5 artinya ROC berada di dalam area lingkaran. Karena ROC berada
di dalam area lingkaran, artinya x(n) adalah sinyal nonkausal/antikausal.
Sehingga kita bisa mencari ekspansi deretnya dalam bentuk z, z 2 , z 3 , ...., z n .
Dengan metode yang sama (pembagian panjang)
Sehingga bentuk ekspansi deretnya

X (z) = 2z 2 + 6z 3 + 14z 4 + 30z 5 + . . .

n -5 -4 -3 -2 -1 0
x(n) 30 14 6 2 0 0
Sehingga diperoleh hasil transformasi z balik x(n) adalah

x(n) = . . . + 30δ(n + 5) + 14δ(n + 4) + 6δ(n + 3) + 2δ(n + 2)


Transformasi z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Metode ini digunakan apabila X (z) berbentuk polinomial rasional sebagai berikut:

N(z) b0 + b1 z −1 + . . . + bM−1 z M−1 + bM z M


X (z) = =
D(z) a0 + a1 z −1 + . . . + aN−1 z N−1 + aN z N

Syarat: Fungsi rasional di atas dapat dikatakan layak jika memenuhi kondisi aN 6= 0
dan M < N.
Transformasi z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Metode ini digunakan apabila X (z) berbentuk polinomial rasional sebagai berikut:

N(z) b0 + b1 z −1 + . . . + bM−1 z M−1 + bM z M


X (z) = =
D(z) a0 + a1 z −1 + . . . + aN−1 z N−1 + aN z N

Syarat: Fungsi rasional di atas dapat dikatakan layak jika memenuhi kondisi aN 6= 0
dan M < N. Jika fungsi rasional memiliki M ≥ N (improper) maka perlu dituliskan

kembali menjadi penjumlahan polinomial dan fungsi rasional yang sesuai sebagai
berikut
N(z) N1 (z)
X (z) = = c0 + c1 z −1 + . . . + cM−N z M−N +
D(z) D(z)
Ekspansi pecah parsial dilakukan pada fungsi rasional yang layak.
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Contoh:
Ekspresikan bentuk fungsi rasional improper berikut menjadi bentuk polinomial dan
fungsi rasional yang layak.
11 −2
1 + 3z −1 + 6
z + 13 z −3
X (z) = 5 −1 1 −2
1+ 6
z + 6z
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Contoh:
Ekspresikan bentuk fungsi rasional improper berikut menjadi bentuk polinomial dan
fungsi rasional yang layak.
11 −2
1 + 3z −1 + 6
z + 13 z −3
X (z) = 5 −1 1 −2
1+ 6
z + 6z

Solusi:
Kita ubah bentuknya sehingga z −2 dan z −3 tereliminasi dengan cara pembagian
panjang tetapi urutannya dibalik. Kita hentikan pembagian hingga kita mendapatkan
sisa z −1 . Kita akan dapatkan
1 −1
z
X (z) = 1 + 2z −1 + 6
5 −1
1+ 6
z + 61 z −2
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Pole berbeda
Untuk polinomial rasional X (z) dengan N pole yang berbeda, p1 , p2 , . . ., pN , maka
bentuk ekspansinya menjadi

X (z) A1 A2 (z − A3 AN
= + + + ... +
z (z − p1 ) (z − p2 ) (z − p3 ) (z − pN )

Dimana koefisien AN ditentukan sebagai berikut

X (z)
Ak = (z − pk ) |z=pk , k = 1, 2, . . . , N
z
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Contoh:
Tentukan ekspansi pecah parsial dari fungsi berikut
1
X (z) =
1 − 0.5z −1 + 0.5z −2
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
langkah pertama, hilangkan pangkat negatif dengan mengalikan pembilang dan
penyebut dengan z 2 sehingga diperoleh

z2
X (z) =
z 2 − 1.5z + 0.5
Berdasarkan bentuk di atas, dapat diidentifikasi pole dari X (z) adalah p1 = 1 dan
p2 = 0.5. Sehingga bentuk pecah parsialnya adalah

X (z) z A1 A2
= = +
z (z − 1)(z − 0.5) (z − 1) (z − 0.5)
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
langkah pertama, hilangkan pangkat negatif dengan mengalikan pembilang dan
penyebut dengan z 2 sehingga diperoleh

z2
X (z) =
z2 − 1.5z + 0.5
Berdasarkan bentuk di atas, dapat diidentifikasi pole dari X (z) adalah p1 = 1 dan
p2 = 0.5. Sehingga bentuk pecah parsialnya adalah

X (z) z A1 A2
= = +
z (z − 1)(z − 0.5) (z − 1) (z − 0.5)

Untuk menetukan koefisien A, dengan mengalikan masing-masing pecah parsial


dengan penyebutnya, akan diperoleh

z = (z − 0.5)A1 + (z − 1)A2

Jika z = p1 = 1
1 = (1 − 0.5)A1 ↔ A1 = 2
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Untuk menetukan koefisien A, dengan mengalikan masing-masing pecah parsial


dengan penyebutnya, akan diperoleh

z = (z − 0.5)A1 + (z − 1)A2

Jika z = p1 = 1
1 = (1 − 0.5)A1 ↔ A1 = 2
Jika z = p2 = 0.5
0.5 = (0.5 − 1)A2 ↔ A2 = −1
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Untuk menetukan koefisien A, dengan mengalikan masing-masing pecah parsial


dengan penyebutnya, akan diperoleh

z = (z − 0.5)A1 + (z − 1)A2

Jika z = p1 = 1
1 = (1 − 0.5)A1 ↔ A1 = 2
Jika z = p2 = 0.5
0.5 = (0.5 − 1)A2 ↔ A2 = −1
Sehingga hasil ekspansi pecah parsialnya adalah

X (z) 2 1
= −
z (z − 1) (z − 0.5)
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Pole sama
Jika ternyata pole polinomial fungsi rasional X (z) adalah memiliki ` pole yang sama
yaitu (z − pk )` , maka bentuk ekspansi pecah parsial menjadi

X (z) A1k A2k A`k


= + + ... +
z (z − pk ) (z − pk )2 (z − pk )`

Dimana koefisien Aj k ditentukan sebagai berikut

d `−j
  
1 X (z)
Ajk = (z − pk )` , j = 1, 2, . . . , `
(` − j)! dz `−j z z=pj
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Contoh:
Tentukan invers transformasi z dari
z2 + z 1
X (z) = 3 , |z| >
z − 13 z − 41 2
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
z(z + 1)
X (z) =
1 3
z − 41
 
z− 3
X (z) (z + 1)
= 3
z z − 13 z − 41


A11 A21 A31 A4


= 1
+ + +
1 2 1 3 1

z− z−
 
2 z− 2
z− 2 4
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
z(z + 1)
X (z) = 3
z − 13 z − 41


X (z) (z + 1)
= 3
z z − 13 z − 41


A11 A21 A31 A4


= 1
+ + +
1 2 1 3 1

z− z−
 
2 z− 2
z− 2 4

( " 3 #)
1 d 3−1 1 z +1
A11 = z−
(3 − 1)! dz 3−1 2 1 3
z − 41
 
z−2 z= 12
( " #) " #
1 d2 z +1 1 1 160
= 1
= {f ”(z)} = = 80
dz 2 (4z − 1)3

(2)! z− 2 2
4 z= 21
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
z(z + 1)
X (z) = 3
z − 13 z − 41


X (z) (z + 1)
= 3
z z − 13 z − 41


A11 A21 A31 A4


= 1
+ + +
1 2 1 3 1

z− z−
 
2 z− 2
z− 2 4

Dengan cara yang sama kita dapatkan A21 = −20 dan A31 = 6
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
z(z + 1)
X (z) =
1 3
z − 41
 
z− 3
X (z) (z + 1)
= 3
z z − 13 z − 41


A11 A21 A31 A4


= 1
+ + +
1 2 1 3 1

z− z−
 
2 z− 2
z− 2 4

Untuk A4
z +1
A4 = 2 = −80
z − 12 z= 14
Transformasi-Z Balik dengan Ekspansi Pecah Parsial

Solusi:
z(z + 1)
X (z) = 3
z − 13 z − 41


X (z) (z + 1)
= 3
z z − 13 z − 41


A11 A21 A31 A4


= 1
+ + +
1 2 1 3 1

z− z−
 
2 z− 2
z− 2 4

Sehingga
80z 20z 6z 80z
X (z) = 1
− + −
z− 1 2 1 3 z− 1
 
2 z− 2
z− 2 4

Dengan tabel transformasi z kita dapatkan sinyalnya


(    n )
1 n
 n−1    n−2
1 n(n − 1) 1 1
x(n) = 80 − 80n +6 − 80 u(n)
2 2 2 2 4
Sifat Transformasi z

Linear:
z
x1 (n) ←→ X1 (z)
z
x2 (n) ←→ X2 (z)

Sehingga
z
x(n) = a1 x1 (n) + a2 x2 (n) ←→ X (z) = a1 Xz (n) + a2 Xz (n)
Sifat Transformasi z

Contoh:
Transformasi z dari sinyal

x(n) = [3(2n ) − 4(3n )] u(n)


Sifat Transformasi z

Contoh:
Transformasi z dari sinyal

x(n) = [3(2n ) − 4(3n )] u(n)

Kita uraikan

x1 (n) = 2n u(n)
x2 (n) = 3n u(n)
x(n) = 3x1 (n) − 4x2 (n)
Sifat Transformasi z

Contoh:
Transformasi z dari sinyal

x(n) = [3(2n ) − 4(3n )] u(n)

Kita uraikan

x1 (n) = 2n u(n)
x2 (n) = 3n u(n)
x(n) = 3x1 (n) − 4x2 (n)

Sehingga

X (z) = 3X1 (z) − 4X2 (z)


Sifat Transformasi z

Contoh:
Transformasi z dari sinyal

x(n) = [3(2n ) − 4(3n )] u(n)

Sehingga

X (z) = 3X1 (z) − 4X2 (z)

1
X1 (z) = ROC : |z| > 2
1 − 2z −1
1
X2 (z) = ROC : |z| > 3
1 − 3z −1
3 4
X (z) = − |z| > 3
1 − 2z −1 1 − 3z −1
Sifat Transformasi z

Contoh:
Hitung transformasi z dari
x(n) = cos(ω0 n)u(n)
Sifat Transformasi z

Contoh:
Hitung transformasi z dari
x(n) = cos(ω0 n)u(n)
Solusi:
1 jω0 n 1
x(n) = cos(ω0 n)u(n) = e u(n) + e −jω0 n u(n)
2 2
1
x1 (n) = e jω0 n u(n) ↔ X1 (z) = |z| > 1
1 − e jω0 z −1
1
x2 (n) = e −jω0 n u(n) ↔ X1 (z) = |z| > 1
1 − e −jω0 z −1
Sifat Transformasi z

Contoh:
Hitung transformasi z dari
x(n) = cos(ω0 n)u(n)

1 1 1 1
X (z) = +
2 1 − e jω0 z −1 2 1 − e −jω0 z −1
1 − e jω0 z −1 + 1 − e −jω0 z −1
 
1
=
2 1 − e −jω0 z −1 − e jω0 z −1 + z −2
2 − e jω0 + e −jω0 z −1

1
=
2 1 − (e jω0 + e −jω0 ) z −1 + z −2
1 − cos ω0 z −1
=
1 − 2 cos ω0 z −1 + z −2
Sifat Transformasi z

Time shifting:
z
x(n) ←→ X (z)

Sehingga
z
x(n − k) ←→ z −1 X (z)

Dengan ROC yang sama dengan X (z) kecuali z = 0 dan z = ∞


Sifat Transformasi z

Contoh:
Hitunglah transformasi z dari sinyal berikut ini
(
1 0≤n ≤N −1
x(n) =
0 lainnya
Sifat Transformasi z

Contoh:
Hitunglah transformasi z dari sinyal berikut ini
(
1 0≤n ≤N −1
x(n) =
0 lainnya

Solusi:
Sinyal tersebut dapat dibentuk dari dua sinyal step

x(n) = u(n) − u(n − N)


Z (x(n)) = Z (u(n) − u(n − N)) = Z {u(n)} − Z {u(n − N)} = (1 − z −1 )Z {u(n)}
1
X1 (z) = |z| > 1
1 − z −1
z −N
X2 (2) = z −N X1 (z) =
1 − z −1
1 z −N 1 − z −N
Xz = − = ROC |z| > 1
1 − z −1 1−z −1 1 − z −1
Sifat Transformasi z

Time scaling

z
x(n) ←→ X (z) ROC : r1 < |z| < r2

maka
z
an x(n) ←→ X (a−1 z) ROC : |a|r1 < |z| < |a|r2

Time reversal
z
x(n) ←→ X (z) r1 < |z| < r2

maka
z 1 1
x(−n) ←→ X (z −1 ) < |z| <
r2 r1
Sifat Transformasi z

Turunan:

z
x(n) ←→ X (z)

maka
z dX (z)
nx(n) ←→ −z
dz

Anda mungkin juga menyukai