Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Latar Belakang

PTM 100% mulai dilaksanakan setelah gelombang 3 Covid-19 mereda. Termasuk Kota
Cimahi, pelaksanaan PTM sekolah 100 persen di Kota Cimahi sudah disetujui Pelaksana
Tugas (Plt) Wali Kota Cimahi dan sudah dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Nomor
037/2022 tentang PPKM Level 3 Kota Cimahi. Sehingga PTM 100% di Kota Cimahi dapat
dilaksanakn terhitung sejak tanggal 28 Maret 2022. Setelah sebelumnya PJJ menjadi pilihan
karena terdapat 121 orang siswa dan guru yang terpapar Covid-19 dengan siswa SMA
menjadi penyumbang terbanyak sejumlah 53 siswa terpapar Covid-19.

Di tengah masa PTM yang tengah berlangsung ini, maka dibutuhkan protokol kesehatan.
Dengan menerapkan protokol kesehatan di sekolah tentu akan membantu mencegah
penyebaran Covid-19 dan tidak menjadikan sekolah sebagai klaster baru penyebaran virus
tersebut. Untuk itu perlu adanya pengelolaan, pengaturan, dan pemberdayaan agar bisa
mewujudkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan disekolah. Untuk
mewujudkan hal tersebut perlu adanya kerja sama yang baik antar warga sekolah dalam
rangka mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.

SMAN 1 Cimahi telah menjadi sampel dan percontohan PTM terbatas sejak awal tahun
ajaran baru 2021/2022. SMAN 1 Cimahi yang terletak di Jalan Pacinan No. 22A ini memiliki
luas tanah sebesar 2,952 m2 dengan 27 rombongan belajar yang menampung 939 orang siswa
dan tersedia 33 ruang kelas. Lokasinya berdekatan dengan Kantor DPRD Kota Cimahi, alun-
alun kota dan pasar tradisional dengan jarak paling jauh sekitar +1 km.

Melihat kondisi sekolah yang sempit dengan jumlah siswa yang banyak, maka dalam
pelaksanaan PTM 100% ada potensi kerumunan dan tanpa jaga jarak di dalam wilayah
sekolah. Lokasi sekolah yang dekat dengan pusat keramaian kota Cimahi juga menjadi aspek
yang harus diperhatikan oleh pihak sekolah dan siswa ketika melaksanakan PTM agar tidak
terjadi penambahan kasus Covid-19. Sehingga, kepatuhan siswa SMAN 1 Cimahi dalam
menerapkan protokol kesehatan di wilayah SMAN 1 Cimahi perlu diperhatikan.

Dengan melihat fenomena yang ada, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai
gambaran penerapan protokol kesehatan oleh siswa SMAN 1 Cimahi pada Pembelajaran
Tatap Muka 100% di Masa Pandemi Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu: “Bagaimana gambaran penerapan protokol kesehatan oleh siswa SMAN 1 Cimahi
pada Pembelajaran Tatap Muka 100% di Masa Pandemi Covid-19?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan protokol


kesehatan 5M oleh siswa SMAN 1 Cimahi pada Pembelajaran Tatap Muka di Masa
Pandemi Covid-19.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui persepsi siswa SMAN 1 Cimahi dalam menerapkan protokol


kesehatan 5M di wilayah sekolah ketika Pembelajaran Tatap Muka.
2. Mengetahui sikap siswa SMAN 1 Cimahi dalam menerapkan protokol
kesehatan 5M di wilayah sekolah ketika Pembelajaran Tatap Muka.
3. Mengetahui kebijakan dan fasilitas dari SMAN 1 Cimahi dalam dalam
menerapkan protokol kesehatan 5M di wilayah sekolah ketika Pembelajaran
Tatap Muka.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proporsi


yang berguna untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antara
variable, sehingga dapat berguna dalam menjelaskan dan mendefinisikan fenomena
(Sugiyono, 2010). Berikut kerangka pemikiran penelitian ini:

Persepsi

Penerapan Protokol Kesehatan


Sikap pada Pembelajaran Tatap Muka
di Masa Pandemi Covid-19

Kebijakan
dan Fasilitas

Bagan 1 Kerangka Pemikiran


3.1 Subjek Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian siswa SMAN 1 Cimahi sebanyak 939 siswa.

3.1.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik non-probability sampling dengan
metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu
Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dari populasi sesuai dengan
kebutuhan peneliti berdasarkan kriteria kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah
ditetapkan oleh peneliti, meliputi:

1. Kriteria Inklusi

a. Siswa aktif SMAN 1 Cimahi pada tahun ajaran 2022/2023.


b. Siswa aktif SMAN 1 Cimahi yang bersedia untuk menjadi informan.
c. Siswa SMAN 1 Cimahi yang belum pernah terkonfirmasi positif covid-19
d. Siswa aktif SMAN 1 Cimahi yang hadir di hari pelaksanaan penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

a. Siswa SMAN 1 Cimahi yang sudah pernah terkonfirmasi positif Covid-19.


b. Siswa SMAN 1 Cimahi yang menolak menjadi Informan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi


yaitu jenis penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat dan terperinci
penjelasan dan pemahaman individual tentang pengalaman-pengalamannya.

3.2.2 Tata Cara Kerja

Pada penelitian ini, pengumpulan data diperoleh dari data primer dan
sekunder. Data primer didapatkan langsung dari responden dengan melakukan
wawancara semi terstruktur, dimana peneliti menanyakan serentetan pertanyaan
yang sudah disiapkan secara terstuktur lalu diperdalam untuk mendapatkan
keterangan lebih lanjut. Peneliti mewawancarai responden mengenai penerapan
protokol kesehatan 5M oleh siswa SMAN 1 Cimahi terhadap keberlangsungan
Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19 dengan durasi 15 sampai
dengan 30 menit. Sedangkan data sekuder didapatkan secara tidak langsung dari
responden, seperti jurnal, literatur, dan sebagainya yang berkaitan dengan
penelitian dan dijadikan sebagai informasi dan referensi pada penelitian ini.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara (Interview), menurut Nasution (2016) wawancara adalah alat yang digunakan
untuk mengungkapkan kenyataan yang ada tentang apa yang dirasakan dan diikirkan
narasumber melalui Tanya jawab sehingga memperoleh gambaran dari pengalaman
narasumber (Nasution, 2016). Oleh karena itu, demi mendapatkan data yang akurat, penulis
melakukan wawancara kepada siswa SMAN 1 Cimahi.

3.2.4 Keabsahan Data

Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi waktu. Triangulasi waktu
juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberi
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Lingkungan SMAN 1 Cimahi tepat di


Jalan Pacinan No. 22A, RT 3, RW 4, Cimahi, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa
Barat 40525.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Adapun di dalamnya
terdapat proses wawancara, observasi dan pendokumentasian dari berbagai narasumber.

4.1.4 Analisis Hasil Sikap Siswa menerapkan Protokol Kesehatan 5M


Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara kepada 6 informan,
didapakan bahwa siswa mempunyai sikap-sikap yang beragam mengenai penerapan
protokol kesehatan 5M. Informan mengungkapkan sikap-sikap tersebut dalam Memakai
Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan dan Mengurangi
Mobilitas.
1. Sikap Memakai Masker
Penerapan protokol kesehatan memakai masker berguna untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai pemakaian masker
adalah dengan selalu menggunakannya setiap berada di luar rumah, hanya membukanya
ketika dirasa sesak, hendak makan dan ibadah. Ada juga yang memakai masker untuk
menjaga diri di tengah kerumunan orang agar terhinar dari virus Covid-19.

“Misalnya dibuka pas lagi makan aja, pas lagi ngobrol apalagi deket-deketan
gitu.. usahain jangan dibuka..” (01/YA)
“Kalo pake masker tuh udah sehari-hari dari mulai pergi ke sekolah sampe
pulang selalu dipake. (02/ZK)
“Paling buka tuh pas lagi makan, terus pas lagi engap banget baru dibuka.”
(03/RN)
Caranya itu dari berangkat sekolah udah pake masker, terus kalo udah kerasa
engap atau ga enak itu harus diganti karena masker yang lembab juga bakal nimbulin
banyak bakteri juga kan. Mau lepas masker juga harus hati-hati sama lingkungan
sekitarnya. Kayak, ada yang sakit ga? Lagi di keramaian kah? Itu harus dijaga banget.”
(04/AND)
“Ga pernah dilepas kecuali pas makan atau ibadah.” (05/NA)
“Kalo make masker ya. Sejujurnya kalo pake masker di sekolah itu susah.
Karena, temen suka ngerumun ya, jadi pengap. Jadi kadang mau dibuka tapi ga bisa
dibuka. Cuma kalo aku selalu pake meskipun banyak orang.” (06/K)

Informan juga menyatakan bahwa sering mengganti masker bila sedang di


luar rumah terutama ketika di sekolah dengan membuka 1-2 masker cadangan. Masker
tersebut diganti ketika dirasa sudah mulai lembab.

“Sering, karena disaranin juga buat bawa dua masker buat ganti.” (03/RN)

“Sebenernya sering, cuma kadang suka lupa ga bawa cadangan masker. Jadinya
sampe pulang ya cuma pake satu masker aja.” (06/K)

2. Sikap Mencuci Tangan


Penerapan protokol kesehatan mencuci tangan berguna untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai mencuci tangan
adalah dengan selalu mencuci tangan saat hendak makan, setelah berolahraga dan dirasa
sudah kotor.

“Sering-sering cuci tangan apalagi kalo mau makan.” (01/YA)


“Kalo cuci tangan tiap mau makan, abis makan dan kalo kotor.” (02/ZK)
“Kalo tangan kita kotor terus ngerasa kita abis interaksi terlalu banyak sama orang-
orang pasti cuci tangan. Kalo mau makan atau megang muka atau apa gitu.. pasti cuci
tangan.” (03/RN)
“Biasanya pagi-pagi sebelum masuk kelas, terus abis kelasnya selesai, sebelum
makan.. (05/NA)
“Kalo cuci tangan itu pasti setiap kali mau makan ya. Namanya juga mau makan
itu harus bersih. Terus juga kalo setiap abis olahraga atau ada kegiatan di luar kelas
aku aku selalu cuci tangan.” (06/K)

Informan juga menyatakan bahwa mereka lebih sering menggunakan hand sanitizer
dibandingkan menggunakan sabun karena kepraktisannya. Namun ada yang lebih sering
menggunakan sabun karena merasa lebih bersih ketika menggunakan sabun. Ada juga
yang membawa sabun kertas dan sabun batang dari rumah.

“Kalo udah kerasa kotor banget atau mau makan baru pake sabun. Tapi kalo
kepepet, ga boleh keluar kelas baru pake handsanitizer.” (01/YA)
“Kalo di sekolah lebih sering pake handsanitizer karena lebih praktis dan
gampang.” (03/RN)
“Pake handsanitizer. Tapi pernah pake sabun kertas sama batang juga, Kayak itu
juga memudahkan kita karena penularan virus atau bakterinya lebih sedikit. Karena kita
bawa sabun itu sendiri dan itu barang pribadi kita. Pasti kan agak was-was kalo dipake
sama orang lain.” (04/AND)
“Lebih sering pake sabun, kerasa lebih bersih.” (05/NA)

3. Sikap Menjaga Jarak di Sekolah


Penerapan protokol kesehatan menjaga jarak berguna untuk melindungi diri sendiri
dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai menjaga jarak adalah
dengan menghindari gerombolan, menjaga jarak saat mengantre, berdiam di kelas dan
membawa bekal.

“Mungkin, kurangin ngumpul-ngumpul meskipun itu susah. Terus juga kalo


antre itu pasti jaga jarak” (01/YA)
“Kalo menjaga jarak susah sih kalo di kelas, soalnya sempit juga kelasnya.”
(02/ZK)
“Paling lebih ke menghindari temen yang lagi sakit aja.” (03/RN)
tetep diem di kelas. Kalo mau makan atau istirahat lebih baik bawa makanan
sendiri aja dari rumah.” (04/AND)
“Aku pribadi lebih suka menghindari kerumunan gitu. Kalo ada kerumunan, aku
lebih baik pindah ke tempat yang agak sepi.” (05/NA)
“Kalo yang itu sebenernya agak susah ya. Karena satu kelas itu banyak orang, 30
siswa gitu. Tapi kalo buat istirahat aku pasti nunggu sampe sepi dulu baru ke kantin.
Soalnya pasti kantinnya full, jadi aku juga ngehindarin kerumunan.” (06/K)

4. Sikap Menghindari Kerumunan di Sekolah


Penerapan protokol kesehatan menghindari kerumunan berguna untuk melindungi
diri sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai menghindari
kerumunan adalah dengan memisahkan diri dari gerombolan, berdiam di kelas dan
membawa bekal.

“Pulang sekolah itu kerumunan di mana mana ya, nah aku lebih milih buat pulang
lebih telat atau biasanya piket dulu.” (01/YA)
“Terus juga jaga jarak sama menghindari kerumunan juga susah karena kita
ketemu banyak orang di sekolah.. Paling antre pas lagi di kantin sih..” (02/ZK)
“Memisahkan diri, jadi lebih menjaga jarak lagi. Soalnya kita juga harus safety
ya, di situasi genting kek gini. Kita ga bisa sepenuhnya menuhin perasaan yang dominan
di diri remaja buat eksplor sana-sini, mau ga mau kita harus menyesuaikan situasi.
Agak menjaga jarak lah dengan teman.” (03/RN)
“Kalo ngehindarin kerumunan, lebih ngejauh dari orang-orang. Misalnya kita
berada di sebuah kerumunan, jarak beberapa jarak ada space kosong, kita bisa gunain
itu buat ngehindarin kerumunan itu sendiri.” (04/AND)
“Ngehindarinnya…. Ga ikut-ikutan gerombolan.” (05/NA)
“Kalo menghindari kerumunan, aku kalo ada acara-acara gitu, misalnya ada
band yang dateng nah aku ga dateng ke situnya. Paling aku nonton dari jauh aja. Terus
kalo ada guru manggil semua siswa gitu, kadang aku rada menjauh juga” (06/K)

5. Sikap Mengurangi Mobilitas


Penerapan protokol kesehatan mengurangi mobilitas berguna untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai mengurangi
mobilitas antara lain langsung pulang ke rumah setelah selesai PBM. Jika tidak langsung
pulang ke rumah, ada beberapa kegiatan yang dijalani informan di antaranya kerja
kelompok, mengikuti ektrakurikuler di sekolah, les tambahan maupun hang out. Ada pun
kegiatan di luar jam sekolah dilakukan melalui aplikasi video conference berupa Google
Meet.
“Seringnya sih langsung pulang, kadang juga ada kegiatan lain, ada kerkom,
terus main gitu hehehe.” (01/YA)
“Terus juga kalo menjaga mobilitas biasanya lebih sering langsung pulang, kalo
masih di sekolah paling buat ekskul aja.” (02/ZK)
“Karena aku ada ekskul, jadi aku sibuk ekskul juga. Paling sama kerja kelompok.
Selain itu biasanya aku langsung pulang” (03/RN)
“Biasanya langsung pulang ke rumah. Kalo ada beberapa kegiatan lain paling
diem di sekolah dulu.” (04/AND)
“Suka langsung pulang, kalo ada kegiatan pun suka lewat hp, gmeet.” (05/NA)
“Kadang aku ada les, kadang juga diajak pergi lagi untuk makan malam di luar
atau pergi ke luar sama keluarga. Bahkan, baru pukang sekolah suka langsung diajak
pergi.” (06/K)

Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara kepada 6 informan,


didapakan bahwa siswa mempunyai sikap-sikap yang beragam mengenai kepatuhan
penerapan protokol kesehatan 5M.

6. Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan 5M


Kepatuhan dalam penerapan protokol kesehatan 5M berguna untuk melindungi
diri sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap informan mengenai kepatuhan
protokol kesehatan 5M adalah menjalani protokol penggunaan masker dan cuci tangan
pakai sabun, namun sering kali lalai pada protokol menjaga jarak dan menghindari
kerumunan. Ada juga yang taat dalam mengurangi mobilitas dan ada juga yang tidak
taat.

“Kalo pake masker sama cuci tangan iya, cuman kalo ngejauhin kerumunan
kayaknya susah banget jadi jarang dilakuin. Pas lagi ngumpul sih, itu jarang jaga jarak.
Karena susah juga kalo jauhan.” (01/YA)
“Pas lagi males, Kak. Kadang juga kelupaan juga sebenernya sama hal yang
belum biasa dilakuin kek pas awal new normal” (02/ZK)
“Ga terlalu melanggar. Soalnya, sekarang ga sebanyak dulu kasusnya. Jadi
lebih santai dibawanya. Udah penyesuaian kayak ke new normal gitu.” (03/RN)
“Kadang taat juga ya. Tapi kalo ada hal yang mendesak atau bikin kita harus
agak ngelanggar mungkin agak dilanggar sedikit.” (04/AND)
“Dibilang taat ya taat, engga ya engga. Soalnya aku suka kelupaan, misalnya dari
tempat A, pulangnya gapake masker.” (05/NA)
“Kalo dari 5 itu, aku selalu ngikutin. Kecuali yang bepergian. Orang tua aku juga
selalu ngikutin, karena kita itu takut banget sama virus covid, jadi kadang kalo abis
pergi itu kita bisa mandi berkali-kali. Terus semprotan berkali-kali.” (06/K)

7. Kendala Melaksanakan Protokol Kesehatan 5M


Kendala dalam melaksanakan protokol kesehatan 5M yang dialami informan antara
lain adalah kesulitan untuk mengontrol jarak karena intensitas komunikasi, kedekatan
dengan teman, ruang kelas yang sempit dan sikap yang belum terbiasa sehingga mudah
lupa untuk menerapkan protokol kesehatan.

“Kendalanya itu karena diajak ngobrol terus, terus kalo ngerjain tugas apalagi
tugas kelompok itu mau gamau harus ngumpul dan bareng-bareng gitu.” (01/YA)
“Karena ga terbiasa aja. Kayak engap kalo banyak ngomong, jadi lebih sering
buka masker. Dulu juga cuci tangan tuh jarang, tapi karena banyak wastafel dan ada
handsanitizer jadinya aku ngebiasain diri. (02/ZK)
“Pas lagi main sama temen. Karena ngerasa udah deket sama temen, jadi ngerasa
ga mungkin bakal kena Covid. Jadi ngerasa bebas gitu.” (03/RN)
“di kelas itu kan kecil tapi orangnya banyak juga kan, itu jadi engap. Terus
kegiatannya juga banyak di kelas, itu juga jadi sedikit-sedikit lepas masker. Tapi, ga
beberapa lama langsung dipasang lagi gitu.” (04/AND)
“Soalnya aku suka kelupaan.” (05/NA)
“Kadang aku ada les, kadang juga diajak pergi lagi untuk makan malam di luar
atau pergi ke luar sama keluarga. Bahkan, baru pukang sekolah suka langsung diajak
pergi.” (06/K)

4.1.5 Kebijakan dan Fasilitas Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah


Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara kepada 6 informan,
didapatkan bahwa terdapat kebijakan dan fasilitas yang mendukung penerapan protokol
kesehatan di SMAN 1 Cimahi.

1. Kebijakan Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah


Penerapan protokol kesehatan mengurangi mobilitas berguna untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap sekolah dalam mendukung penerapan
protokol kesehatan di SMAN 1 Cimahi salah satunya adalah adanya kebijakan. Di
antaranya adalah pembatasan kegiatan setelah jam pulang sekolah, anjuran membawa
masker cadangan dan kurikulum darurat di mana pulang lebih awal.

“Tapi lebih dibatasin sama guru buat kerja kelompok di sekolah.” (01/YA)
“Ada anjuran dari guru buat selalu patuh sama prokes,” (02/ZK)
“Karena di sekolah juga ada peraturannya, buat selalu pake masker.” (03/RN))
“Sekolah juga sempet ngeluarin surat keputusan untuk kurikulum darurat waktu
covid naik lagi. Jadi pulangnya lebih awal di jam 2 siang, biasanya jam 4.” (04/AND)
“Dianjurin bawa masker cadangan.” (05/NA)
“Sekolah ngehimbau buat langsung pulang ke rumah setelah selesai PBM.” (06/K)
2. Fasilitas Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah
Penerapan protokol kesehatan mengurangi mobilitas berguna untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari virus covid-19. Sikap sekolah dalam mendukung penerapan
protokol kesehatan di SMAN 1 Cimahi salah satunya adalah penyediaan fasilitas. Di
antaranya adalah pembatasan antar bangku di kelas dengan kaca, tersedianya wastafel di
setiap depan kelas, adanya fasilitas cek suhu badan di depan gerbang, penyediaan
handsanitizer dan masker dar sekolah pada masa awal PTM.

“PTM tuh dijaga ketat banget. Kek, pake kaca di setiap bangkunya, duduknya
sendiri-sendiri. Terus di depan kelas ada wastafel juga jadi gampang buat cuci
tangan..” (01/YA)
“di depan gerbang tuh ada cek suhu dulu, terus tiap lantai ada wastafel sama
sabun cuci tangannya juga.” (02/ZK)
“Soalnya di depan ada cek suhu, terus ada wastafel di setiap lantai. Udah banyak
penekanan juga dari guru-guru buat patuh 5M.” (03/RN)
“pertama kali PTM pas masih 50%, itu setiap anak diwajibin buat ngambil
handsanitizer yang udah disediain sama sekolah. Terus ada wastafel di setiap depan
kelas itu pasti ada.” (04/AND)
“Cuma masih kurang dari sabunnya kadang gaada. Terus, pas awal-awal PTM
tuh disediain masker cadangan tapi sekarang-sekarang udah engga.” (05/NA)
“Kalo aku bilang udah 90%, maksudnya emang udah bagus banget. Cuma kadang
ada kurang-kurangnya, kayak handsanitizer yang habis, sabun yang habis masih bisa
dimaklumin. Karena kan emang banyak orang yang make gitu. Tapi secara keseluruhan
udah bagus banget.” (06/K)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Persepsi Siswa mengenai Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan suatu objek dengan persepsi
individu dapat menyadari dan memahami keadaan lingkungan yang ada di sekitar
mereka (Nursalam, 2017).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa persepsi siswa


mengenai protokol kesehatan 5M adalah cara menjaga diri dan mencegah penularan
Covid-19 dengan cara memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari
kerumunan dan mengurangi mobilitas. Di mana siswa sudah menyadari dan memahami
protokol kesehatan 5M dengan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Okta Sirpia
Putri, dkk (2022) bahwa penerapan 5M dimana seseorang mampu menerapkan cuci
tangan dengan sabun atau cairan antiseptik, menggunakan masker, menjaga jarak,
menjauhi kerumunan, dan meminimalisir mobilisasi selama Covid-19 sehingga jika
sesorang mampu menerapkan 5M ini maka dapat mencegah penularan Covid-19.

Begitu juga dengan hasil penelitian Thusma Sholichah, dkk (2022) bahwa
masyarakat memiliki persepsi yang baik mengenai protokol kesehatan 5M sebagai
bentuk pencegahan penularan Covid-19.

4.2.2 Sikap Siswa mengenai Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sikap siswa dalam menerapkan
protokol kesehatan 5M di sekolah antara lain pada sikap menggunakan masker, siswa
selalu menggunakan masker setiap berada di luar rumah, hanya membukanya ketika
dirasa sesak, hendak makan dan ibadah. Ada juga yang memakai masker untuk menjaga
diri di tengah kerumunan orang agar terhinar dari virus Covid-19. Sering mengganti
masker bila sedang di luar rumah terutama ketika di sekolah dengan membuka 1-2
masker cadangan. Masker tersebut diganti ketika dirasa sudah mulai lembab.

Pada sikap mencuci tangan adalah dengan selalu mencuci tangan saat hendak
makan, setelah berolahraga dan dirasa sudah kotor. Siswa lebih sering menggunakan
hand sanitizer dibandingkan menggunakan sabun karena kepraktisannya. Namun ada
yang lebih sering menggunakan sabun karena merasa lebih bersih ketika menggunakan
sabun. Ada juga yang membawa sabun kertas dan sabun batang dari rumah.
Pada sikap menjaga jarak adalah dengan menghindari gerombolan, menjaga jarak
saat mengantre, berdiam di kelas dan membawa bekal. Pada sikap menghindari
kerumunan adalah dengan memisahkan diri dari gerombolan, berdiam di kelas dan
membawa bekal. Pada sikap mengurangi mobilitas antara lain langsung pulang ke rumah
setelah selesai PBM. Jika tidak langsung pulang ke rumah, ada beberapa kegiatan yang
dijalani informan di antaranya kerja kelompok, mengikuti ektrakurikuler di sekolah, les
tambahan maupun hang out. Ada pun kegiatan di luar jam sekolah dilakukan melalui
aplikasi video conference berupa Google Meet.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nindy Eka, dkk
(2020) menunjukkan bahwa pencegahan individu yang dilakukan agar dapat memutus
rantai penyebaran covid-19 dengan menggunakan masker jika sedang berada di luar
rumah, ketika melakukan aktivitas tertentu. Kemudian dengan menjaga jarak,
menghindari keramaian merupakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat. Lalu
mencuci tangan merupakan salah satu pencegahan yang biasanya dilakukan oleh
masyarakat, dan sekarang sudah menjadi terbiasa dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan tertentu, dan menggunakan hand sanitizer jika tidak ada air
dan sabun, sebagai salah satu proteksi diri.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal, dkk (2022)
menunjukkan bahwa memakai masker sudah menjadi suatu kewajiban saat berkegiatan
di luar rumah, salah satunya saat siswa malakukan proses pembelajaran di sekolah.
Sekolah telah menerapakan kegiatan mencuci tangan baik setelah sampai di sekolah
ataupun pada saat memasuki ruangan kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Memberikan jarak 1 meter dari satu siswa ke siswa lainnya. Menghindari kerumunan di
sekitar lingkungan sekolah seperti saat di jam istirahat. Mengurangi mobilitas dengan
bergegas pulang ke rumah seusai sekolah.

Selain itu mengenai ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan 5M, sejalan


dengan penelitian yang dilakukan oleh Auw Yolanda Auwsia, dkk (2022), bahwa bentuk
pelanggaran yang jelas terlihat antara lain sering melepas masker, tidak menjaga jarak
dan tidak menghindari kerumunan dengan alasan merasa aman bersama teman, ruangan
yang sempit dan tidak terbiasa.
4.2.3 Kebijakan dan Fasilitas Penerapan Protokol Kesehatan 5M di Sekolah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kebijakan penerapan protokol
kesehatan 5M di sekolah di antaranya adalah pembatasan kegiatan setelah jam pulang
sekolah, anjuran membawa masker cadangan dan kurikulum darurat di mana pulang
lebih awal. Fasilitas penerapan protokol kesehatan 5M di sekolah di antaranya
pembatasan antar bangku di kelas dengan kaca, tersedianya wastafel di setiap depan
kelas, adanya fasilitas cek suhu badan di depan gerbang, penyediaan handsanitizer dan
masker dar sekolah pada masa awal PTM.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lely Suryani, dkk (2022) di
mana standar protokol kesehatan yang dilakukan dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yaitu memasuki area sekolah harus memenuhi standar protokol kesehatan
tersebut. Saat masuk gerbang sekolah siswa sudah di jamu oleh satu guru yang bertugas
mengecek suhu badan siswa yang tidak boleh lebih dari 37 Celsius. Anak harus dalam
kondisi sehat jasmani, tidak sedang dalam kondisi demam, batuk, pilek, sesak napas,
wajib memakai masker selama berada di area sekolah. Setelah lolos standar cek suhu
badan langsung cuci tangan di tempat yang telah disediakan. Di sekolah juga
menyiapkan masker jika ada siswa yang dari rumah lupa membawa masker dan hand
sanitizer.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ai Evi, dkk (2021) di mana
tersedia sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan jumlah yang
disesuaikan dengan jumlah siswa, ada petugas yang mengukur suhu semua siswa
maupun guru yang akan memasuki area sekolah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Siswa memiliki persepsi yang sama mengenai protokol kesehatan 5M bahwa adalah
protokol kesehatan 5M cara menjaga diri dan mencegah penularan Covid-19 dengan
cara memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan
mengurangi mobilitas. Di mana siswa sudah menyadari dan memahami protokol
kesehatan 5M dengan baik.
2. Siswa memiliki sikap yang relatif sama dalam menerapkan protokol kesehatan 5M
menggunakan masker, siswa selalu menggunakan masker setiap berada di luar rumah,
hanya membukanya ketika dirasa sesak, hendak makan dan ibadah. Ada juga yang
memakai masker untuk menjaga diri di tengah kerumunan orang agar terhindar dari
virus Covid-19. Pada sikap mencuci tangan adalah dengan selalu mencuci tangan saat
hendak makan, setelah berolahraga dan dirasa sudah kotor. Siswa lebih sering
menggunakan hand sanitizer dibandingkan menggunakan sabun karena
kepraktisannya. Pada sikap menjaga jarak adalah dengan menghindari gerombolan,
menjaga jarak saat mengantre, berdiam di kelas dan membawa bekal. Pada sikap
menghindari kerumunan adalah dengan memisahkan diri dari gerombolan, berdiam di
kelas dan membawa bekal. Pada sikap mengurangi mobilitas antara lain langsung
pulang ke rumah setelah selesai PBM. Ada pun kegiatan di luar jam sekolah
dilakukan melalui aplikasi video conference berupa Google Meet. Ada pula
pelanggaran yang jelas terlihat antara lain sering melepas masker, tidak menjaga jarak
dan tidak menghindari kerumunan dengan alasan merasa aman bersama teman,
ruangan yang sempit dan tidak terbiasa.
3. Kebijakan dan fasilitas yang tersedia di SMAN 1 Cimahi sudah mendukung
penerapan protokol kesehatan di sekolah di mana kebijakan penerapan protokol
kesehatan 5M di sekolah di antaranya adalah pembatasan kegiatan setelah jam pulang
sekolah, anjuran membawa masker cadangan dan kurikulum darurat di mana pulang
lebih awal. Fasilitas penerapan protokol kesehatan 5M di sekolah di antaranya
pembatasan antar bangku di kelas dengan kaca, tersedianya wastafel di setiap depan
kelas, adanya fasilitas cek suhu badan di depan gerbang, penyediaan handsanitizer
dan masker dar sekolah pada masa awal PTM.
5.2 Saran
1. Perlu adanya media edukasi mengenai bahaya, gejala, dan pencegahan penularan
covid-19 untuk dibagikan kepada siswa, agar siswa terus mengetahui bahaya covid-19
dan dapat terus menerapkan protokol kesehatan 5M.

Perlu adanya media edukasi mengenai poin-poin protokol kesehatan 5M yang baik dan benar
untuk dibagikan kepada siswa agar semakin sadar akan pentingnya menerapkan protokol
kesehatan 5M.

Anda mungkin juga menyukai