Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PBL VI

FARMASI PRAKTIS
“PRAKTIK PROFESIONAL DAN ETIS (INTEGRITAS)”

DOSEN PENGAMPU :
Dr.,apt. HJ. GEMY NASTITY HANDAYANY, S.Si., M.Si
DISUSUN OLEH :
KELAS B2
KETUA : ELSYA MIFTAHUL JANNAH (058)
SEKRETARIS : AMINAH RAHMAWATI (092)
Anggota :

MUTIARA NURUL FAJRIANI (048) CICI JUMIANTI EKA SAPUTRI (072)

NUR FUTRI DILLAR WAHAB (050) ZAHRAH HUZAIMAH HAMZAH (076)

WIRA USWATUN HASANAH (054) SITI NAMIRA YUSUF (078)

FADHILAH JIHAN IBNU (056) MITA SEKAR UTARI (082)

NURUL GUFRANA ALI (074) LIINAH ILFAH ILYAS (084)

MIFTAHUL JANNAH (062) AHMAD RIFAI (088)

ANDI SUHAIL HAQ M (064) MUTHAHARAHTUL MUNAWWARAH (052)

AINUN SAKINAH (068) SHOFIYYAH (90)

RABIATUL ADAWIAH (070) ANDI AINUL ISWANDI (094)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
SKENARIO VI

Pria 49 tahun, 59 kg, 160 cm MRS dengan keluhan mual muntah hebat selama 3 hari,

Mengaku memiliki riwayat DM 10 tahun dengan obat terakhir yang diminum glimepiride 4

mg 1 tab/24 jam. Pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan TD 160/90 mmHg. Hasil lab

menunjukkan kadar gula darah sewaktu 312 mg/dl. Selanjutnya pasien didiagnosis dengan

DM hiperglikemia dan mendapat terapi novorapid 3x 6 iu s.c. Bioneuron 2x1 tablet, lisinopril

1x5 mg. Apoteker kemudian melakukan assesment dengan metode evaluasi problem list dan

penilaian indeks ketepatan obat, serta membuat rencana pelayanan kefarmasian terhadap

pasien. Apoteker ahli membaca berbagai sumber guideline farmakoterapi. Hasil assesment

dari Apoteker tersebut bahwa dosis glimepirid belum cukup sehingga kadar gula belum

terkontrol, karena pemakaian lama.

Langkah – Langka Seven Jumps:

STEP 1 : Klarifikasi istilah-istilah asing

1. Hiperglikemi adalah keadaan peningkatan kadar glukosa darah diatas 200 mg/dl dan

merupakan gejala awal terjadinya penyakit diabetes melitus (DM). (khairinnisa,2019)

(Mita Sekar Utari 082)

2. Pemeriksaan tanda vital adalah cara dalam mendeteksi ada tidaknya perubahan pada

sistem yang ada di dalam tubuh. Tanda-tanda vital, yaitu meliputi suhu tubuh, denyut

nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Bila tubuh dalam keadaan sakit atau

kelelahan dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada tanda vital (Hidayati, 2022)

(Rabiatul adawiah_070)

3. Asesment dalam dunia kesehatan merupakan suatu proses yang dilakukan secara

sengaja, sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi, menganalisis,

mengidentifikasi dan menatalaksana keadaan yang membawa seorang pasien datang

untuk berobat ke rumah sakit, puskesmas, dll (Husmiati, 2012). (Siti Zahrah_076)

4. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (TDS) mencapai lebih dari 140

mm Hg atau tekanan darah diastolik (TDD) lebih besar dari 90 mm Hg. Hipertensi

terjadi akibat peningkatan tonus otot polos vaskular perifer, yang mengakibatkan
peningkatan resistensi arteriol dan penurunan kapasitansi sistem vena. Pada sebagian

besar kasus, penyebab peningkatan tonus vaskular tidak diketahui (Harvay &

Champe, 2013 : 253). (Liinah Ilfah Ilyas_084)

5. Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah gangguan kronis yang

disebabkan oleh kekurangan relatif atau absolut dari hormon insulin yang dihasilkan

oleh sel-sel beta dari kelenjar pankreas.

(Miftahul Jannah_062)

6. Guidelines didefinisikan sebagai aturan yang dibuat secara sistematis untuk

membantu para praktisi dalam penanganan pasien, untuk pelayanan kesehatan yang

tepat dalam situasi yang spesifik. (Feder, G. 1999) (Nur Futri_050)

STEP 2 : Problem definition (Rumusan Masalah)

1. Apakah terapi yang diberikan telah rasional dengan kondisi pasien? (Muthaharahtul

Munawwarah_052)

2. Bagaimana pharmaceutical care pada pasien DM ? (Shofiyyah_090)

3. Apa kie yang tepat untuk diberikan kepada pasien? (Siti Zahrah_076)

4. Apa terapi nonfarmakologi dari penyakit diskenario?(Mita sekar utari 082)

STEP 3 : Brainstorming (Pernyataan sementara)

1. Apakah terapi yang diberikan telah rasional dengan kondisi pasien? (Muthaharahtul

Munawwarah_052)

Jawab :

Pada skenario hasil assesment dari Apoteker tersebut bahwa dosis glimepirid

belum cukup sehingga kadar gula belum terkontrol, karena pemakaian lama. Dan

dosis yang diberikan adalah 4 mg 1 tablet sehari namun dosis maksimal itu 8 mg

dalam sehari (Dipiro, et al). Sehingga jika dianggap glimepiride ini tidak optimal

maka dosis bisa ditingkatkan menjadi dosis maksimal. Namun jika dilihat bahwa

penggunaan obat sudah 10 tahun dan efeknya Tidak begitu baik maka dapat

dipertimbangkan untuk mengganti terapi obat. Glimepiride merupakan obat


antidiabetes golongan sulfonilurea yang memiliki mekanisme yaitu menstimulasi

pelepasan insulin di sel beta pankreas, meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap

glukosa, dan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Selain itu, sulfonilurea juga

menyebabkan penekanan output glukosa hati yang tinggi sehingga dapat menurunkan

konsentrasi glukosa darah puasa yang lebih besar, namun dapat meningkatkan efek

samping hipoglikemia. Pedoman pengobatan saat ini merekomendasikan penggunaan

metformin sebagai farmakoterapi lini pertama kecuali terdapat kontraindikasi atau

intoleransi. Dengan dosis awal 500 mg 1-2 kali sehari atau 850 mg sekali sehari

dengan dosis lanjutan 1.000 mg 2 kali sehari dan maksimal dosisnya 2.550 mg/hari.

Perawatan intensif dengan metformin juga secara signifikan lebih baik dibandingkan

perawatan intensif dengan sulfonilurea atau insulin dalam mengurangi titik akhir

terkait diabetes, semua penyebab kematian, dan stroke (Dipiro,et al).

Pada skenario pasien diresepkan novorapid 3x 6 iu s.c, gimana untuk dosis

lazim novorapid adalah 0, 5-1 u/kg BB/hr sehingga dosis sudah seusai (MIMS, Ed

20).

Pasien juga diresepkan bioneuron 2x1 tablet. Bioneuron untuk memperbaiki

fungsi saraf perifer di kaki, namun pada skenario pasien tidak mengalami keluhan

pada saraf perifer di kakinya sehingga obat ini tidak diperlukan (Helmi,dkk.Evaluasi
Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Dengan Hipertensi di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.Jurnal Sains dan Kesehatan.2022).

Pasien juga diresepkan lisinopril 1x5 mg, untuk dosis awal lisinopril dengan

indikasi hipertensi adalah 10 mg sekali sehari sehingga pada skenario dosisnya itu

harus ditingkatkan (MIMS, Ed 20). (Miftahul Jannah_062)

2. Bagaimana pharmaceutical care pada pasien DM ? (Shofiyyah_090)

Jawab : Tenaga farmasi komunitas dapat meningkatkan pencapaian indikator klinik

pasien DM dengan melakukan intervensi antara lain: konsultasi terjadwal, melakukan

monitoring, berkolaborasi dengan dokter dan menyarankan rujukan ke ahli. Indikator-

indikator tersebut dapat dicapai dengan baik secara signifikan dan sekaligus dapat
menurunkan biaya langsung pengobatan. Selain itu, PC juga merupakan komponen

yang penting dalam perawatan pasien diabetes berbasis masyarakat.

(Syaripuddin.2018) (Muthaharahtul Munawwarah_052)

3. Apa KIE yang tepat untuk diberikan kepada pasien?

Pasien perlu diedukasi untuk menghindari gula dan asupan lemak jenuh, alkohol dan

untuk berhenti merokok. Pasien perlu menjaga berat badannya di kisaran indeks

massa tubuh (IMT) normal serta berolahraga secara teratur, setidaknya 30 menit

selama 3 kali seminggu (Damawiyah,2020) (Rabiatul adawiah_070)

4. Apa terapi nonfarmakologi dari penyakit diskenario?

Jawab :

Terapi nonfarmakologi untuk menurunkan kadar gula darah

merupakan hal yang efektif dan mudah dilakukan. Hasil penelitian dari Literatur

review terapi non farmakologi untuk penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus dapat dilakukan dengan cara diantaranya yaitu rebusan daun salam, terapi

wudhu, rebusan daun ceri, sari pati bengkuang, rebusan daun sirih merah, pemberian

jahe, relaksasi otot progresif, pijat relaksasi kaki, senam PROLANIS dan jalan kaki,
dan terapi minum air putih. Dapat disimpulkan bahwa terapi tersebut dapat

menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus (Siti Namira Yusuf_078).

STEP 4 : Analyzing problem (menganalisa permasalahan)

Terkait kerasionalan terapi untuk pasien pada skenario adalah sebagai berikut :

a. Glimepiride

Pemberian glimepiride pada kasus sudah masuk pada range dosis. Tetapi setelah

dilihat dari hasil assessment apoteker ternyata glimepride underdose sehingga

pemberian glimepiride mungkin perlu penambahan dosis sampai 6 mg. Tetapi jika

dilihat dari riwayat pengobatan pasien telah mengkomsumsi glimepiride selama

10 tahun namun tetap tidak dapat mengontrol gula darah pasien. Sehingga
penggantian terapi dari antidiabetik oral ke pemberian insulian sudah benar agar

gula darah pasien dapat terkontrol.(Shankar & Alshakka, 2019)

b. Novorapid 3x 6 iu s.c, insulin

Rasional, karena jika dilihat dari riwayat pengobatan paien sudah mengkonsumsi

antidiabetic oral selama 10 tahun tetapi gula darahnya masih tidak bisa terkontol

jadi pnmebrian insulin sudah tepat.(Shankar & Alshakka, 2019)

c. Bioneuron 2x1 rablet

Indikasi, bioneuron merupakan suplemen yang mengandung vitamin B kompleks

untuk mengatasi polyneuritis, nyeri saraf, gangguan saraf pada diabetrs. Defisiensi

vitamin B, dan hyperemesis gravidarum (muntah-muntah) selama 3 bulan pertama

kehamilan. Vitamin B neurotropik diperkirakan bermanfaat untuk tata laksana

neuropati perifer pada pasien diabetes mellitus, yang sering juga dikenal sebagai

neuropati diabetikum. (Yahaya et al., 2021)

d. Lisinopril 1x5 mg (ACE inhibitor)

Hipertensi merupakan komplikasi diabetes jangka panjang, pengobatan obat

antihipertensi lini pertama harus menjadi inhibitor angiotensin-converting enzyme

(ACE) sekali sehari. Dikatakan Rasionall, karena dilihat pada scenario mengalami

hipertensi dan lisinopril merupakan obat lini pertama obat antihipertensi golongan
ACEI yang merupakan terapi lini pertaama dengan penderita ada komplikasi

diabetes.(Shankar & Alshakka, 2019)

(Shofiyyah_090)

STEP 5 : Formulating learning issues (Menetapkan tujuan belajar)

Tujuan Pembelajaran :

1. Untuk mengetahui tujuan utama penatalaksanaan DM

2. Untuk mengetahui pengobatan rasional terhadap penyakit pasien pada skenario

(MITA SEKAR UTARI 082)

3. Untuk mengetahui terpai non farmakologis untuk pasien (Miftahul Jannah _062)
4. Untuk mengetahui peran farmasis dalam menjaga kepatuhan minum obat pasien

(Liinah Ilfah Ilyas_084)


DAFTAR PUSTAKA

Asti Yunia Rindarwati, Raisa Noer Fadillah, & Imam Lukmanul Hakim. 2023. Pengaruh

Edukasi Terapi Non Farmakologi pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Delima Volume 5 Nomor 2.

Damawiyah S., Efektifitas Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME)

Terhadap Motivasi Penderita Dalam Mencegah Kekambuhan dan Komplikasi

Penyakit Diabetes Melitus., Jurnal Ilmiah Kesehatan (Journal of Health Sciences),

Vol. 13, No. 1, Februari 2020, Hal. 81-87

DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L. and Ellingrod, V. L. (2020) Pharmacotherapy: A

Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. 11th edn. New York: McGraw Hill.

Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja.Obat-Obat penting edisi 7.

Feder, G. 1999. Agricultural Extension – Generic challenges and Some Ingredient for

Solutions. Washington DC: The World Bank.

Harvay,R.A & Champe, P.C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Editor edisi Bahasa

Indonesia, Jakarta : EGC.

Hidayati N, Irfan D.L., Edukasi Manfaat Tanda Vital Tubuh Manusia pada Kaum Ibu di
Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota Kota Medan., Jurnal Implementa

Husada, vol 3 (2), 2020

Husmiati.2012. Asesmen Dalam Pekerjaan Sosial : Relevansi Dengan Praktek dan Penelitian.

Jurnal Informasi, Vol. 7, No. 3

Khairinnisa A., Yusmaini H., Hadiwiardjo Y.H., 2020. Perbandingan Penggunaan

Glibenclamid-Metformin dan Glimepirid-Metformin Terhadap Efek Samping

Hipoglikemia Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Kota Tangerang Selatan

Bulan Januari –Oktober Tahun 2019. Fakultas Kedokteran Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.


MIMS. (2021). MIMS : Petunjuk Konsultasi Edisi 20.

Shankar, P. R., & Alshakka, M. A. (2019). Clinical Pharmacy

Syaripuddin muhammad. 2018. Peranan Pharmaceutical Care dalam Meningkatkan Hasil

Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Kefarmasian

Indonesia Vol 3.2.2018: 52-59.

Tjokroprawiro A, Murtiwi S (2014). Terapi nonfarmakologi pada diabetes melitus. Dalam:

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar

ilmu penyakit dalam. Edisi ke 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

FKUI, pp 2336-46

Yahaya, T. O., Yusuf, A. R. B., Danjuma, J. K., Usman, B. M., & Ishiaku, Y. M. (2021).

Mechanistic links between vitamin deficiencies and diabetes mellitus: a review.

Egyptian Journal of Basic and Applied Sciences, 8(1), 189–202.

https://doi.org/10.1080/2314808X.2021.1945395

Anda mungkin juga menyukai