Makalah Kel. 6 Persaingan Usaha Tidak Sehat STH
Makalah Kel. 6 Persaingan Usaha Tidak Sehat STH
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
KELOMPOK
Andre : 2021290
Denisa : 2021290
Fuji Febriani : 202129006
Puji Pyrosena Putri : 2021290
Tubagus : 2021290
i
Kata Pengantar
Puji serta syukur kita panjatkan pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan hidayah-Nya makalah Hukum Internasional mengenai “Persaingan Usaha Tidak
Sehat” ini dapat kami susun dan dapat kami selesaikan tepat waktu.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata Kuliah Hukum Dagang Bapak Galang
Hilpatansyah, S.H.,M.Kn. yang telah memberikan tugas sehingga menambahlah wawasan
kami, tidak lupa juga kepada rekan dan pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah mengenai “Persaingan Usaha Tidak Sehat” kami ucapkan terimakasih. Semoga
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami sebagai penulis
umumnya bagi pembaca.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi ekonomi sebagai suatu fenomena pada dekade terakhir ini tidak bisa
begitu cepat menuntut kesiapan dan kemampuan pelaku usaha dalam mengikuti
merupakan suatu dunia yang dapat dikatakan sebagai dunia yang tidak dapat berdiri
sendiri untuk berkembang lebih pesat lagi. Perkembangan dunia usaha tidak dapat
dipungkiri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor internal maupun
eksternal.
Banyak faktor yang terlibat dari berbagai macam dunia lainnya baik yang terkait
Keterkaitan tersebut kadangkala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha yang
pada akhirnya membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu – rambu yang
ada dan seringali mengutamakan dunia usaha sehingga pada akhirnya mengabaikan
Hukum persaingan merupakan salah satu perangkat hukum penting dalam ekonomi
melindungi persaingan yang sehat antar pelaku usaha di dalam pasar. Khemani
(1998), menjelaskan bahwa persaingan yang sehat akan memaksa pelaku usaha
5
menjadi lebih efisien dan menawarkan lebih banyak pilihan produk barang dan jasa
dengan harga yang lebih murah. Pengalaman di banyak negara industri baru di Asia
Timur terutama Korea Selatan dan Taiwan menunjukkan bahwa persaingan usaha
yang sehat memaksa pelaku usaha untuk meningkatkan efisiensi dan mutu produk
serta melakukan inovasi. Persaingan yang terjadi dalam dunia usaha telah mendorong
yang tidak efisien dan tidak kompetitif, serta tidak responsif terhadap kebutuhan
seperti Magna Carta bagi kebebasan berusaha. Dimana kebebasan ekonomi dan sistem
kebebasan berusaha itu sama pentingnya dengan Bill of Rights yang melindungi Hak
Asasi Manusia di Amerika Serikat.2 Gellhorn dan Kovacic juga menegaskan bahwa
hukum ini dapat berfungsi sebagai alat untuk mengontrol penyalahgunaan kekuatan
ekonomi dengan mencegah terjadinya praktek monopoli, menghukum kartel, dan juga
melindungi persaingan.
dari hukum persaingan usaha merupakan tugas yang sulit, serta memerlukan tingkat
pengetahuan dan keahlian yang tinggi. Kondisi struktur awal yang terjadi dalam
seperti Indonesia, membuat implementasi hukum persaingan menjadi tugas yang lebih
masuk yang timbul dari konsentrasi pasar yang tinggi, kontrol dan kepemilikan
tidak hanya itu, menurut Luis Tineo implementasi hukum persaingan juga tidak akan
6
terlepas dari tekanan secara politik maupun sosial. Belum lagi perkara persaingan
usaha juga merupakan salah satu perkara hukum yang cukup rumit penanganannya
dibandingkan perkara hukum lainnya, dimana analisa dari segi ekonomi untuk
John E. Kwoka, Jr. dan Lawrence J. White peranan para ahli ekonomi dalam hampir
negara yang tengah dalam proses transisi menuju ke ekonomi pasar dan sistem
perdagangan dunia yang terbuka merupakan tugas yang sangat berat dan harus
dari suatu undang-undang persaingan usaha merupakan tugas yang sangat sulit dan
memerlukan tingkat pengetahuan serta keahlian yang tinggi. Kondisi struktur awal
daripada negara maju. Hambatan masuk yang timbul dari konsentrasi pasar yang
tinggi, kontrol dan kepemilikan pemerintah, kekakuan dan bottleneck dalam mobilitas
Perkembangan dunia usaha baik dahulu, sekarang bahkan sampai kepada masa
yang akan datang tidak terlepas dari peran para pebisnis atau pelaku usaha dalam
menjalan usaha atau bisnisnya. Cepatnya perkembangan dunia usaha dan disertai
membuat serta mendorong para pelaku usaha untuk mengadakan inovasi secara terus
lari dan dapat membuat pasar menjadi lesu.Banyak peristiwa persaingan usaha tidak
sehat yang terjadi, sehingga melatar belakangi diangkatnya hal ini sebagai peristiwa
persaingan usaha, sehingga pada akhirnya diharapkan tidak terjadi lagi praktek
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5 Tahun 1999) telah banyak memberikan
arti bagi perubahan dalam iklim berusaha menjadi lebih sehat dibandingkan sebelum
mewujudkan iklim usaha yang sehat dan kondusif, yang dapat memberikan jaminan
adanya kesempatan berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha, tanpa melihat besar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka dalam hal ini permasalahan
1. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya persaingan usaha tidak sehat?
2. Apa saja dampak yang terjadi dalam persaingan usaha tidak sehat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah tersusun, maka tujuan yang ini dicapai
2. Untuk mengetahui dampat yang terjadi atas persaingan usaha tidak sehat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Meski terkesan agak lambat, akan tetapi pada 5 Maret 1999 untuk pertama kalinya
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 yang dilihat dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1999 Nomor 3. Secara historis, undang-undang ini tidak dapat
terlepas dari peran International Monetary Fund atau yang lebih dikenal dengan nama
IMF, yang sangat mendesak Indonesia menyusun aturan tentang persaingan usaha
yang komperehensif. Disamping itu, gagasan untuk memangkas segala jenis monopoli
yang merugikan pasca orde baru juga dapat dianggap sebagai faktor yang ikut
Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai aturan yang mengatur tentang persaingan
aturan hukum di bidang persaingan usaha. Di dalam perangkat hukum lain selain dari
pada UU No. 5 tahun 1999 tersebut, dapat pula ditemukan beberapa pasal tertentu
yang berkaitan dengan persaingan usaha. Beberapa pasal aturan ketentuan yang terkait
persaingan usaha sebelum lahirnya undang-undang No. 5 tahun 1999 dapat ditemukan
dalam undang-undang ini pada awalnya dirumuskan secara umum, akan tetapi
ada 1 (satu) pasal di dalam aturan ini yang mengatur atau terkait dengan
persaingan usaha. Pada pasal 382 bis KUH Pidana terdapat ancaman pidana
bagi barangsiapa yang melakukan persaingan curang. Secara lengkap pasal 382
perbuatan menipu untuk mengelirukan orang banyak atau seorang, yang tertentu
curang, dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau
kerugian bagi saingannya sendiri atau saingan orang lain”Dari salah satu aturan
yang terdapat di dalam KUH Pidana saja jelas sekali persaingan usaha yang
tidak sehat yang bermaksud menguntungkan diri sendiri dan atau merugikan
terdapat dalam pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi “Setiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang
tersebut”
lanjut ayat 3 dari pasal yang sama menentukan bahwa monopoli pemerintah
undang.
persaingan yang sehat dan pencegahan persaingan curang. Penjelasan atas pasal
dan tidak jujur di bidang industri. Selain itu pemerintah juga berkewajiban
mencegah pemusatan atau pengawasan industri pada satu atau kelompok orang
5. UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
hukum.
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan Ketentuan Pasal
28 ayat 3.
11
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan ketentuan Pasal
29 Ayat 2.
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1999 oleh
Presiden BJ. Habibie. UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1999 oleh
Indonesia Tahun 1999 Nomor 33. Penjelasan Atas UU 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditempatkan dalam Tambahan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 21 Ayat
Awal lahirnya UU No. 5 Tahun 1999 sebenarnya tidak lepas dari krisis moneter
fundamental ekonomi Indonesia pada waktu itu ternyata begitu lemah. Lemahnya
berbagai sektor ekonomi yang kurang tepat yang menyebabkan pasar menjadi
terdistorsi. Terdistorsinya pasar membuat harga yang terbentuk di pasar tidak lagi
pembentukan harga dilakukan secara sepihak (oleh pengusaha atau produsen) tanpa
Di dalam penjelasan umum atas UU No. 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa kebijakan
pemerintah di berbagai sektor ekonomi yang dibuat selama tiga dasawarsa terakhir
kecil golongan masyarakat saja yang dapat menikmati kebijakan yang dibuat oleh
sosial.
merupakan perwujudan dari kondisi persaingan usaha yang tidak sehat. Kedudukan
monopoli yang ada lahir karena adanya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah
(antara lain melalui tata niaga) serta ditempuh melalui praktek bisnis yang tidak sehat
maupun vertikal.
Asumsi publik bahwa lahirnya UU No. 5 Tahun 1999 juga karena adanya tekanan
dari pihak luar, terutama International Monetary Fund (IMF) yang memaksa
13
persetujuan Indonesia dengan IMF pada tanggal 15 Januari 1998. Dimana dalam
bertujuan untuk mengubah ekonomi biaya tinggi Indonesia menjadi suatu ekonomi
yang lebih terbuka, kompetitif dan efisien, apabila ingin mendapatkan bantuan dari
IMF untuk menanggulangi krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia. Di awal
bahwa sebenarnya UU No. 5 Tahun 1999 tidak lebih hanya merupakan pesanan IMF
karena jauh hari sebelum Indonesia dilanda krisis ekonomi, sudah banyak kalangan
idealisasi teoritis dari mazhab ekonomi klasik tentang struktur pasar yang terbaik.
Mengikuti argumentasi ini, sumber daya ekonomi akan bisa dialokasikan dan
didistribusikan secara paling baik, apabila para pelaku ekonomi dibebaskan untuk
melakukan aktivitas mereka dalam kondisi bersaing dan bebas menentukan pilihan-
ekonomi para pelaku ekonomi tidak terpusat pada tangan tertentu. Dalam
14
beberapa pihak saja. Kekuatan ini pada tahap berikutnya akan menyebabkan
mereka diperebutkan oleh para penjual serta dianggap sebagai sesuatu yang
berharga.
oleh permintaan (demand), perilaku para penjual dalam kondisi persaingan akan
suatu perusahaan akan meninggalkan bidang usaha yang tidak memiliki tingkat
permintaan yang tinggi. Singkatnya, pembeli akan menentukan produk apa dan
produk yang bagaimana yang mereka sukai dan penjual akan bisa
bersaing secara bebas mereka akan cenderung menggunakan sumber daya yang
ada secara efisien. Jika tidak demikian, risiko yang akan dihadapi oleh
share). Metode yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan itu diantaranya
inovasi teknologi. Dari sisi konsumen, keadaan ini memberi keuntungan dalam
masing berdiri sendiri sebagai unit-unit terkecil dan independen) yang ada
pemerataan pendapatan akan terjadi secara mekanik, terlepas sama sekali dari
2. Berkaitan erat dengan hal di atas, sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan
dan penguasa tidak akan terjadi. Dengan kalimat lebih sederhana, dalam kondisi
tidak akan terlalu merasa sakit karena ia jatuh bukan karena kekuasaan person
penawaran). Hal seperti itu bisa dipastikan tidak akan terjadi dalam hal
dominasi ekonomi. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, proses impersonal dan
mekanistik dari persaingan ini bisa saja menentukan stabilitas politik suatu
komunitas.
Kondisi persaingan usaha juga berkaitan erat dengan kebebasan manusia untuk
mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha. Dalam kondisi persaingan, pada
dasarnya setiap orang akan punya kesempatan yang sama untuk berusaha dan dengan
demikian hak setiap manusia untuk mengembangkan diri (the right to self-
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi persaingan diantara
pelaku usaha yang berjalan secara tidak fair.Sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal
1 huruf f Undang–undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi, pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara yang tidak
1. Persaingan antar pelaku dalam menajaln kegiatan produksi dan atau pemasaran
2. Dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum serta menghambat
persaingan usaha.
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya dilakukan dengan cara tidak jujur atau
Persaingan usaha tidak sehat merupakan dampak dari praktek persaingan usaha.
Kondisi persaingan usaha dalam beberapa hal memiliki juga aspek-aspek negatif,salah
satunya apabila suatu persaingan dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur,
18
bertentangan dengan kepentingan publik. Resiko ekstrim dari persaingan ini tentunya
apapun.
Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur dapat diartikan sebagai segala
tingkah laku yang tidak sesuai dengan itikad baik, kejujuran di dalam berusaha.
Misalnya, dalam persaingan tender, para pelaku usaha telah melakukan konspirasi
tersebut.
Perbuatan ini termasuk perbuatan melawan hukum. Karena praktek bisnis atau
persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur dapat mematikan persaingan yang
sebenarnya ataupun merugikan perusahaan pesaing secara tidak wajar/tidak sehat dan
Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara melawan hukum ini dapat juga
dilihat dari cara pelaku usaha dalam bersaing dengan pelaku usaha lainnya yaitu
19
peraturan yang disepakati. Kondisi ini dapat dilihat seperti pelaku usaha yang
kompetitif.
Pelanggaran hak cipta ini terjadi jika Anda menggunakan properti merek
dagang orang lain tanpa izin sehingga menyebabkan kebingungan atau bahkan
rahasia dagang, dan ada juga perusahaan yang tidak memilikinya. Jika rahasia
dagang itu dicuri, disalah gunakan, atau bahkan diungkapkan kepada publik
maka bisnis tersebut akan kehilangan keunggulan kompetitif dan yang parah
dapat merusak bisnis. Hal ini akan membuat bisnis tidak dapat mempertahankan
Bahkan, pikiran untuk melakukan praktik persaingan tidak sehat akan muncul.
Salah satunya dengan membuat representasi palsu tentang produk dan layanan
yang ditawarkan atau memberikan deskripsi yang berlebihan. Hal ini dapat
20
konsekuensi berat jika pelanggan atau kompetitor memiliki cukup bukti untuk
Iklan palsu mencakup representasi yang salah dari produk, layanan, atau
harga. Periklanan yang menipu dapat dilakukan dengan banyak cara seperti
melalui metode bait and switch. Caranya adalah dengan mengiklankan produk
menggantinya dengan produk dan harga yang lebih tinggi. Skema ini akan
diiklankan. Atau bahkan tidak memiliki barang dengan harga yang sesuai
dengan yang diiklankan. Contoh lain dari iklan yang menipu termasuk
penetapan harga yang tidak sesuai, endorsement palsu, dan garansi yang tidak
sesuai.
Perusahaan yang menetapkan harga produk atau layanan yang jauh lebih
rendah di pasaran dengan sengaja menjadi salah satu tanda persaingan bisnis
yang tidak sehat. Cara ini mungkin dapat meningkatkan pangsa pasar, namun
berimbas dengan ruginya perusahaan. Situasi ini sering kali bersifat sementara
dan dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan bisnis dari pesaing yang tidak
Salah satu tanda jika Anda melakukan persaingan bisnis tidak sehat yaitu
dengan membuat rumor palsu dan buruk tentang kompetitor. Praktik ini
maupun tertulis. Hal ini dilakukan untuk menjatuhkan pesaing dan membuat
perusahaan tersebut terlihat lebih unggul. Jika rumor yang disebarkan sampai
Secara garis besar jenis persaingan usaha yang tidak sehat yang terdapat dalam
3. Merger. Dan
4. Monopoli.
Persaingan usaha tidak sehat pertama yakni kartel atau hambatan horizontal adalah
suatu perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis antara beberapa pelaku usaha untuk
mengendalikan produksi, atau pemasaran barang atau jasa sehingga diperoleh harga
usaha yang mana kartel merupakan suatu hambatan persaingan yang paling banyak
negara kartel dilarang sama sekali. Hal ini karena kartel dapat merubah struktur pasar
maupun pembatasan (quota) barang atau jasa. Dalam keadaan perekonomian yang
sedang baik kartel dengan mudah terbentuk, sedangkan kartel akan terpecah kalau
22
keadaan ekonomi sedang mengalami resesi. Selain kartel juga akan mudah terbentuk
apabila barang yang diperdagangkan adalah barang massal yang sifatnya homogen
sehingga dengan mudah dapat disubstitusikan dengan barang sejenis dengan struktur
Persaingan usaha tidak sehat yang kedua adalah perjanjian tertutup (exclusive
dealing) adalah suatu hambatan vertikal berupa suatu perjanjian antara produsen atau
hanya diperkenankan untuk menjual merek barang tertentu sebagai contoh sering kita
temui bahwa khusus untuk merek minyak wangi tertentu hanya boleh dijual di tempat
yang eksklusif. Dalam kasus ini pedagang pengecer dilarang menjual merek barang
lain kecuali yang terlah ditetapkan oleh produsen atau importir tertentu dalam pasar
Jenis persaingan usaha yang ketiga adalah merger. Secara umum merger dapat
didefinisikan sebagai penggabungan dua atau lebih pelaku usaha menjadi satu pelaku
apabila penggabungan tersebut tidak diinginkan oleh pelaku usaha yang digabung.
Dua atau beberapa pelaku usaha sejenis yang bergabung akan menciptakan integrasi
horizontal sedangkan apabila dua pelaku usaha yang menjadi pemasok pelaku usaha
lain maka akan membentuk integrasi vertikal. Meskipun merger atau pengambilalihan
dapat meningkatkan produktivitas pelaku usaha baru, namun suatu merger atau
alihan dan merger dapat menciptakan konsentrasi kekuatan yang dapat mempengaruhi
Persaingan usaha yang tidak sehat akan melahirkan monopoli. Bagi para ekonom
defenisi monopoli adalah suatu struktur pasar dimana hanya terdapat satu produsen
atau penjual. Sedangkan pengertian monopoli bagi masyarakat adalah adanya satu
produsen atau penjual yang mempunyai kekuatan monopoli apabila produsen atau
penjual tersebut mempunyai kemampuan untuk menguasai pasar bagi barang atau jasa
yang diperdagangkannya, jadi pada dasarnya yang dimaksud dengan monopoli adalah
2. Tidak ada produsen lain menghasilkan produk yang dapat mengganti secara
karakteristik rule of reason dan kelompok pasal yang memiliki karakteristik perse
illegal.
Rule of reason dapat diartikan bahwa dalam melakukan praktik bisnisnya pelaku
usaha (baik dalam melakukan perjanjian, kegiatan, dan posisi dominan) tidak secara
otomatis dilarang. Akan tetapi pelanggaran terhadap pasal yang mengandung aturan
rule of reason masih membutuhkan suatu pembuktian, dan pembuktian ini harus
dilakukan oleh suatu majelis yang menangani kasus ini yang dibentuk oleh KPPU
(Komisi Pengawas Persaingan Usaha) , kelompok pasal ini dapat dengan mudah
dilihat dari teks pasalnya yang dalam kalimatnya selalu dikatakan sehingga dapat
Sedangkan yang dimaksud dengan perse illegal (atau violation atau offense) adalah
suatu praktik bisnis pelaku usaha yang secara tegas dan mutlak dilarang, sehingga
tidak tersedia ruang untuk melakukan pembenaran atas praktik bisnis tersebut.
Monopoli adalah tindakan atau praktek yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
(DGFT). Kewajiban untuk mendaftarkan perjanjian tersebut antara lain bila perjanjian
itu berisikan :
jasa.
supplier.
Faktor yang menjadi hambatan terhadap perdagangan ini dapat juga dibenarkan
bila dilakukan demi tujuan kepentingan persaingan, namun tindakan itu akan
persaingan secara tidak sah. Tindakan atau praktek yang menghambat perdagangan ini
terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu, hambatan horisontal dan hambatan vertikal. Hambatan
perdagangan horizontal adalah suatu bentuk persetujuan di antara pelaku usaha untuk
yang bertujuan untuk menghambat pihak ketiga untuk dapat masuk ke pasar yang
25
bersangkutan. Bila ini terjadi diantara para penjual yang menjual dari barang-barang
perdagangan antara merk. Jika ini sampai terjadi diantara para penjual yang menjual
merk yang sama, maka hal ini dinamakan hambatan perdagangan intra merk.
Tindakan diatas dapat terjadi dalam bentuk Kartel dan Trust sebagaimana yang
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada pasal 11 dan Pasal 12. Hambatan
perdagangan horizontal ini juga berkaitan erat dengan penetapan harga yang diatur
Tidak Sehat. Disamping itu hambatan perdagangan horizontal juga terdapat pula
hambatan vertikal, yaitu persetujuan diantara 2 (dua) pihak atau lebih pada tingkat
distribusi yang berlainan. Hal ini biasanya terjadi antara distributor dengan pengecer
atau antara pemberi dan pemegang franchise. Hambatan perdagangan yang bersifat
vertikal ini dalam undangundang No. 5 Tahun 1999 yang juga dikenal dengan nama
integrasi vertikal yang diatur dalam pasal 14, yang berbunyi sebagai berikut : “pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan
atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi langsung, yang dapat
masyarakat”.
intra merk yang selanjutnya dapat meningkat menjadi penghambat bagi persaingan
antar merk. Hambatan perdagangan vertikal yang paling sering terjadi adalah :
3. Perjanjian tertutup
4. Perjanjian ekslusif
Dampak dari persaingan usaha yang tidak sehat akan dirasakan oleh konsumen
baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa pasal dalam UU No 5/1999
perlindungan konsumen dari dampak persaingan tidak sehat tersebut. Perilaku kartel
pasar dan tentunya, harga yang harus dibayar tidak kompetitif Melalui kerjasama ini
dapat diselenggarakan dengan landasan terarah, konsisten, dan sinergis bersama para
percaya diri, terbangun pasar dinamis, daya beli konsumen efektif sehingga
usaha yang sehat sehingga terbangun trust antara konsumen dan pelaku usaha dalam
produksi dan atau pemasaran juga termasuk objek yang dilarang. Isi dari pasal
27
itu menyatakan pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan jasa pelaku usaha
pesaingnya dengan maksud agar barang dan jasa yang ditawarkan atau dipasok
3. Mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu.
umum.
5. Penguasaan atas produksi, dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan
jasa tertentu.
6. Dilakukan oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelakun usaha
ayat (5) menyatakan : Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bidang ekonomi.
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persaingan usaha yang tidak sehat terjadi bukan tanpa alasan, melainkan ada sebab
Terjadinya Persaingan usaha yang tidak sehat sudah dapat dipastikan dilakukan oleh
atau membuat suatu keadaan yang menguntungkan pelaku usaha itu sendiri. Faktor
yang menyebabkan persaingan usaha yang tidak sehat bisa terjadi dikarenakan adanya
kepentingan serta keuntungan pelaku usaha tersebut, meskipun hal tersebut pada
Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak hanya dibuat untuk melindungi konsumen akan
tetapi pelaku usaha lainnya yang tidak ikut atau turut serta melakukan persaingan
usaha tidak sehat. Undang-undang tersebut melarang pelaku usaha yang berniat
melakukan persaingan tidak sehat agar tidak melakukannya dalam bentuk apapun
yang merugikan pelaku usaha lainnya. Sehingga maksud undang-undang ini untuk
melindungi pelaku usaha yang ingin bersaing secara sehat dapat dilindungi.
B. Saran
Perlu adanya perangkat hukum yang diharapkan dapat menjadi sarana pencapaian
demokrasi ekonomi serta memberikan peluang yang sama bagi semua pengusaha atau
pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam proses pemasaran, produksi barang, dan atau
30
jasa melalui iklim usaha yang sehat, efektif, efisien, sehingga akan mendorong
produksi dan atau pemasaran barang dan jasa pelaku usaha pesaingnya dengan
maksud agar barang dan jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan
menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketetapan waktu yang
dipersyaratkan.
31
Daftar Pustaka
https://bpkn.go.id/posts/show/id/1360
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-5-1999-larangan-praktek-monopoli-persaingan-
usaha-tidak-sehat
https://paralegal.id/pengertian/persaingan-usaha-tidak-sehat/
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2344/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&isAllowed=y
http://portaluniversitasquality.ac.id:5388/ojssystem%20/index.php/JUSTIQA/article/
viewFile/206/162
https://www.qiscus.com/id/blog/ciri-persaingan-bisnis-tidak-sehat/
https://bpkn.go.id/posts/show/id/1360