Anda di halaman 1dari 81

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO

(Andrographis paniculata) TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH, LDL, DAN TRIGLISERIDA
TIKUS WISTAR MODEL SINDROM METABOLIK

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

JASON CHRISTOPHER ALEXANDER


1910010

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO


(Andrographis paniculata) TERHADAP KADAR GLUKOSA
DARAH, TRIGLISERIDA, DAN LDL TIKUS WISTAR
MODEL SINDROM METABOLIK
PENYUSUN : JASON CHRISTOPHER ALEXANDER
NRP : 1910010

BANDUNG, DESEMBER 2022


MENYETUJUI

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Heddy Herdiman, dr., M.Kes Hendra Subroto, dr., Sp.PK


N.I.K : 110970 N.I.K : 111066
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Jason Christopher Alexander
NRP : 1910010
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, bukan
duplikasi dari hasil karya orang lain.
Apabila di kemudian hari diketahui ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian pernyataan saya Bandung, November 2022

Jason Christopher Alexander

iii
ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO


(Andrographis paniculata) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, LDL,
DAN TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR MODEL SINDROM
METABOLIK

Jason Christopher Alexander, 2022


Pembimbing 1 : Heddy Herdiman, dr., M.Kes.
Pembimbing 2 : Hendra Subroto, dr., Sp.PK

Sindrom metabolik adalah gangguan metabolik kronik dengan sekumpulan gejala yang
meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang, peningkatan kadar trigliserida, penurunan
kadar high density lipoprotein (HDL), peningkatan tekanan darah, dan peningkatan kadar
glukosa darah. Kandungan esktrak etanol daun sambiloto (EEDS) memiliki efek
menurunkan kadar glukosa darah, LDL, dan trigliserida pada tikus. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh EEDS terhadap kadar glukosa darah, LDL, dan
trigliserida. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan dengan
rancangan acak lengkap. Tiga puluh ekor tikus wistar dibagi menjadi 5 kelompok secara
acak dan diinduksi sindrom metabolik dengan pakan tinggi lemak fruktosa (PTLF)
selama 64 hari kecuali kelompok normal. Kelompok EEDS I dan EEDS II diberikan dosis
100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari secara peroral 2 kali sehari. Kelompok kontrol
positif diberikan metformin, kelompok kontrol negatif serta positif diberikan CMC 1%.
Setelah 64 hari, dihitung kadar glukosa darah, LDL, dan trigliserida menggunakan
spektrofotometer dengan sampel serum. Data dianalisis dengan uji ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji Post
Hoc Tukey HSD. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh dosis EEDS
menurunkan kadar glukosa darah, LDL, dan trigliserida (p<0,05). Simpulan dari
penelitian ini adalah esktrak etanol daun sambiloto menurunkan kadar glukosa
darah, LDL, dan trigliserida tikus wistar model sindrom metabolik.

Kata kunci: daun sambiloto, glukosa, LDL, trigliserida,

iv
ABSTRACT

THE EFFECTS OF SAMBILOTO LEAVES (Andrographis paniculata)


ETHANOL EXTRACT ON DECREASING BLOOD GLUCOSE LEVELS,
LDL, AND TRIGLYCERIDES OF METABOLIC SYNDROME RATS

Jason Christopher Alexander, 2022


Supervisor I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes.
Supervisor II : Hendra Subroto, dr., Sp.PK

Metabolic syndrome is a chronic metabolic disorder with a set of symptoms which


include increased of waist circumference, decreased of blood high density
lipoprotein (HDL), increased of blood pressure, increased of blood triglycerides,
and increased of blood glucose levels. The content of ethanol extract of sambiloto
leaves (EEDS) has the effect of lowering blood glucose, blood low density
lipoprotein (LDL), and blood triglycerides levels in rats. This study aimed to
analyze the effect of EEDS on blood glucose, blood triglycerides, and blood LDL
levels. This research was a real laboratory experimental study with a completely
randomized design. Thirty wistar rats were randomly divided into 5 groups and
induced with a high fat and fructose diet (PTLF) for 64 days except the normal
group. Ethanol extract of sambiloto leaves I and II were given the dose of 100
mg/kgBW/day and 200 mg/kgBW/day orally twice a day. The positive control
group was given metformin, while the negative control group and the normal
control group were given CMC 1%. After 64 days, the blood glucose, LDL, and
triglycerides levels were measured using a spectrophotometer with serum
samples. Data were analyzed by ANOVA test followed by HSD post-hoc Tukey
test. The result showed that all doses of EEDS reduced blood glucose, LDL, and
triglycerides level (p<0.05). The conclusion of this study was that the ethanol
extract of sambiloto leaves reduce blood glucose, LDL, and triglycerides level of
metabolic syndrome wistar rats.

Key Words: sambiloto leaves, glucose, LDL, triglycerides

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berujudul “Efek Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata)
Terhadap Kadar Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida Tikus Wistar Model
Sindrom Metabolik”. Karya ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing penulis
dalam melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ini yaitu:
1. Heddy Herdiman, dr, M.Kes., selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dorongan, tenaga, pikiran,
pengertian, motivasi, dan saran-saran selama proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dari awal hingga akhir.
2. Hendra Subroto, dr., Sp.PK., selaku dosen pembimbing pembimbing kedua
yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dorongan, tenaga,
pikiran, pengertian, motivasi, dan saran-saran selama proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir.
3. Dosen-dosen Laboratorium Anatomi, dr. Ardo, dr. Kevin, dr. Anindita, dr.
Shiela, dan dr. Winsa atas masukan dan saran yang diberikan
4. Kepala bagian Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran UKM, dr. Allen A.
Pelapelapon M, Biomed., yang telah memberikan dukungan, waktu, dan ilmu
selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staff program studi S1 di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha, yang telah membimbing, mengarahkan, dan memperkaya
ilmu.
6. Keluarga tercinta, Lo Tri Handayani, Zaki Alexander, Theo Christopher
Alexander, Tjioe Poo Lian, dan Alm. Loe Sio Ing atas segala doa, dukungan
baik moril maupun materiil, dan perhatian kepada penulis dari awal hingga
akhir penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
7. Kepada Sandrina Christiana Setiadi, terima kasih atas perhatian serta
dukungan, dan senantiasa membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis
8. Teman-teman sahabat KRISLAM: Ravi, Alya, Satrio, Adit, Haykal, Arrizal,
Aletha, Nagata, Tiara, dan Azry
9. Sahabat dekat: Farrel, Briant, Fahira, Nathally, Daniel, Arya, Albany, Andrew,
dan teman-teman penulis lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
10. Teman satu tim bimbingan KTI, Daniel, Vico, dan Choco yang telah
memberikan semangat, saran, dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Bandung, Desember 2022

Jason Christopher Alexander

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iii

ABSTRAK..............................................................................................................iv

ABSTRACT.............................................................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan........................................................................................................3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah...........................................................................3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis................................................................4

1.5.1 Kerangka Pemikiran................................................................................4

1.5.2 Hipotesis Penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

2.1 Metabolisme Karbohidrat dan Fisiologi Insulin............................................7

2.2 Metabolisme Lemak.......................................................................................9

2.3 Fisiologi Insulin...........................................................................................10

2.4 Sindrom Metabolik......................................................................................11

2.4.1 Definisi..................................................................................................11

2.4.3 Etiologi & Faktor Risiko.......................................................................12

2.4.4 Patogenesis............................................................................................12

2.4.5 Kriteria diagnosis..................................................................................13


2.4 6 Penatalaksanaan....................................................................................14

2.4.7 Komplikasi............................................................................................16

2.5 Metformin dan PTLF...................................................................................17

2.6 Tanaman Sambiloto.....................................................................................18

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN................................................21

3.1 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................21

3.1.1 Alat Penelitian.......................................................................................21

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian.........................................................................22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................23

3.3 Subjek Penelitian..........................................................................................23

3.4 Penentuan Jumlah Sampel...........................................................................24

3.5 Desain Penelitian..........................................................................................24

3.5.1 Definisi Konsepsional Variabel............................................................25

3.5.2 Definisi Operasional Variabel...............................................................25

3.6 Pembuatan Ekstrak Daun Sambiloto............................................................26

3.7 Prosedur Penelitian......................................................................................27

3.7.1 Pengumpulan Bahan.............................................................................27

3.7.2 Persiapan Hewan Coba.........................................................................27

3.7.3 Prosedur Perlakuan...............................................................................27

3.7.4 Pengambilan Sampel.............................................................................28

3.8 Metode Analisis...........................................................................................30

3.8.1 Hipotesis Statistik.................................................................................31

3.8.2 Kriteria Uji............................................................................................31

3.9 Aspek Etik Penelitian...................................................................................32

BAB IV..................................................................................................................33

ix
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................33

4.1.1 Kadar Glukosa Darah............................................................................33

4.1.2 Kadar LDL Darah.................................................................................35

4.1.3 Kadar Trigliserida Darah......................................................................37

4.2 Pembahasan..................................................................................................40

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian.....................................................................42

4.3.1 Hipotesis Penelitian I (kadar glukosa)..................................................42

4.3.2 Hipotesis Penelitian II (kadar LDL)......................................................43

4.3.3 Hipotesis Penelitian III (kadar trigliserida)...........................................44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................46

5.1 Simpulan......................................................................................................46

5.2 Saran.............................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47

LAMPIRAN...........................................................................................................50

Lampiran 1 Surat Keputusan Etik Peneliti.........................................................50

Lampiran 2 Surat Determinasi Tumbuhan Sambiloto.......................................51

Lampiran 3 Data Kadar Glukosa Darah Tikus...................................................52

Lampiran 4 Data Kadar LDL Tikus...................................................................53

Lampiran 5 Data Kadar Trigliserida Tikus........................................................54

Lampiran 6 Perhitungan Metformin..................................................................55

Lampiran 7 Uji Normalitas Kadar Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida.......56

Lampiran 8 Kadar Rerata Persentase Selisih Glukosa Darah, LDL, dan


Trigliserida.........................................................................................................57

Lampiran 9 Uji Homogenitas dan Variansi Glukosa Darah, LDL, dan


Trigliserida.........................................................................................................58

x
Lampiran 10 Uji One Way ANOVA Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida...59

Lampiran 11 Uji Post Hoc HSD Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida..........60

Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian................................................................61

RIWAYAT HIDUP................................................................................................66

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Garis Besar Metabolisme Karbohidrat.


……………………………….7
Gambar 2.2 Mekanisme Reseptor Insulin dan Aksi Seluler……… …………..
….10
Gambar 2.3 Patogenesis Sindrom Metabolik………………………………......…
13
Gambar 2.4 Tanaman Sambiloto…………………………………………………18

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik………………………….


……..14
Tabel 4.1 Rerata Glukosa Darah Tikus…………………….
……………………..33
Tabel 4.2 Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Kadar Glukosa Darah Tikus……...
…...34
Tabel 4.3 Rerata LDL Darah Tikus……………………………………….………
35
Tabel 4.4 Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Kadar LDL Darah Tikus…………..
….36
Tabel 4.5 Rerata Trigliserida Darah Tikus..…………………………………...
….38
Tabel 4.6 Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Kadar Trigliserida Darah
Tikus……....39

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rerata Glukosa Darah Tikus Setelah Induksi & Setelah Perlakuan………...33
Grafik 4.2 Rerata LDL Tikus Setelah Induksi & Setelah Perlakuan……………….…...36
Grafik 4.3 Rerata Trigliserida Darah Tikus Setelah Induksi & Setelah Perlakuan ……...38

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom metabolik (SM) adalah suatu sindrom yang terdiri dari sekumpulan
gejala yang meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang laki-laki ≥90 cm atau
perempuan ≥80 cm, peningkatan kadar trigliserida ≥150 mg/dL, penurunan kadar
kolestrol high density lipoprotein (HDL) laki-laki <40 mg/dL atau perempuan
<50 mg/dL, peningkatan tekanan darah ≥130/85 mmHg, dan peningkatan kadar
glukosa darah puasa (≥100 mg/dL) (Kamso et al., 2011). Diagnosis SM dapat
ditegakkan jika memiliki 3 dari 5 gejala tersebut (Suhaema and Masthalina,
2015).
Prevalensi SM di Indonesia mencapai 39% dimana rasio perempuan lebih
tinggi hampir satu setengah kali lipat dibandingkan laki-laki (Sigit et al., 2020).
Kebiasaan seperti pola makan tidak sehat dengan terlalu banyak mengonsumsi
makanan yang berlemak dan manis, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan
merokok juga merupakan faktor risiko utama dari SM.
Diabetes melitus merupakan salah satu bagian dari SM. Diabetes melitus
merupakan penyakit yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia dengan
peningkatan glukosa darah lebih dari nilai ambang batas normal yaitu kadar
glukosa darah puasa ≥126 mg/dL atau pemeriksaan tes toleransi glukosa oral 2
jam pasca pembebanan glukosa ≥200 mg/dL. International Diabetes Federation
(IDF) menyatakan bahwa jumlah penyandang DM di dunia saat ini 463 juta dan
akan meningkat menjadi 700 juta pada tahun 2045 (Hassanein et al., 2022).
Prevalensi penyandang DM pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia adalah
sebesar 8,5% pada tahun 2018 (Perkeni, 2021). Pada pasien dengan penderita DM,
sering ditemukan adanya kondisi dislipidemia. Dislipidemia adalah gangguan atau
perubahan pada kadar lemak dalam darah. Gangguan itu dapat berupa kenaikan
kadar kolesterol total >200 mg/dL, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
>100 mg/dL, kenaikan kadar trigliserida >150 mg/dL, dan penurunan kadar <40
mg/dL. Kondisi dislipidemia sering dikaitkan dengan berbagai macam penyakit
dan karena gaya hidup yang tidak sehat. Kolestrol LDL dianggap sebagai
kolestrol yang tidak baik untuk tubuh karena dapat menjadi berbagai macam
faktor risiko berbagai penyakit (Ghanda, 2009). Kondisi hipertrigliseridemia
(>150 mg/dL) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Keadaan-keadaan ini
sering juga merupakan tanda dari obesitas dan gejala klinik dari SM (Sonora et
al., 2018).
Pencegahan dan pengendalian SM di Indonesia untuk menanggulangi
peningkatan kasus SM dan pencegahan bagi yang memiliki faktor risiko agar
mengendalikan faktor risiko (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Indonesia melakukan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
untuk mengatasi masalah SM di negara Indonesia (Sulistyowati, 2017;
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Pencegahan dan pengobatan
SM diawali dengan program diet gizi seimbang atau terapi nutrisi medis
bersamaan dengan aktivitas fisik. Intervensi farmakologis dengan berbagai macam
obat juga dapat diberikan bagi penderita DM (Soelistijo Soebagijo Adi, 2019).
Obat antihiperglikemia oral dan obat golongan statin terbukti efektif dalam
mengobati gejala pada SM, namun banyak juga terapi ajuvan berupa herbal yang
banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia karena harganya lebih terjangkau
dan terbukti memiliki efek samping yang lebih sedikit (Alaydrus et al., 2018;
Yanti et al., 2019). Salah satu dari sekian banyak tanaman yang dapat dipakai
untuk terapi ajuvan adalah tanaman dari genus Andrographis (Yanti et al., 2019).
Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman yang
banyak ditemukan di Indonesia maupun luar negeri (Yanti et al., 2019). Tanaman
sambiloto telah dibuktikan dapat menurunkan kadar glukosa darah, trigliserida,
dan LDL pada penderita SM. Andrographolide yang terkandung dalam tanaman
sambiloto merupakan bahan yang dapat memiliki manfaat untuk menurunkan
kadar lemak dan glukosa dalam tubuh (Nugroho et al., 2012). Bahan-bahan aktif
seperti diterpenoid, flavonoid, saponin, dan polifenol yang ada pada tanaman
sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki efek antidiabetes, antiinflamasi,

2
hepatoprotektif, antispasmodik, dan antioksidan. Penelitian sebelumnya dengan
durasi pemberian pakan tinggi lemak-fruktosa (PTL-F) selama 55 hari dan
pemberian ekstrak etanol daun sambiloto pada hari ke 50 dosis 434,6 mg/kgBB
dan 1303,8 mg/kgBB selama 5 hari (Nugroho et al., 2012; Alaydrus et al., 2018).
Penelitian ini, akan dilakukan pemberian induksi pakan tinggi lemak dan
fruktosa selama 64 hari dan akan diberikan perlakuan pada hari ke 50 dengan
dosis ekstrak etanol daun sambiloto 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB.

1.2 Identifikasi Masalah

 Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata)


menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar model sindrom metabolik.
 Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata)
menurunkan kadar LDL tikus Wistar model sindrom metabolik.
 Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata)
menurunkan kadar trigliserida tikus Wistar model sindrom metabolik.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun
sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap kadar glukosa, kadar trigliserida,
dan kadar LDL tikus Wistar jantan (Rattus norvegicus) model sindrom metabolik.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Manfaat akademik penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuan dalam bidang farmakologi serta endokrinologi dan metabolik
mengenai efek ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap

3
penurunan kadar glukosa darah, penurunan kadar trigliserida, dan penurunan
LDL.
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
dokter, praktisi medis, serta masyarakat mengenai manfaat ekstrak etanol daun
sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap penurunan kadar glukosa darah,
penurunan kadar trigliserida, dan penurunan kadar LDL khususnya pada pasien
dengan sindrom metabolik.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


1.5.1 Kerangka Pemikiran

Konsumsi berlebihan makanan yang mengandung banyak glukosa dan lemak


adalah salah satu penyebab utama SM. Obesitas dan kurangnya aktivitas fisik
adalah salah satu faktor risiko utama SM. Mekanisme ini dapat terjadi ketika
insulin terus menerus diproduksi akibat tingginya asupan lemak dan glukosa yang
berlebih sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Mi et al., 2019).
Keadaan ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah lebih dari kondisi
normal yang diakibatkan karena peningkatan resistensi yang mengakibatkan
terhambatnya perubahan glukosa menjadi adenosine triphosphate (ATP). Kondisi
hiperglikemia juga dapat meningkatkan trigliserida di dalam darah yang
diakibatkan karena pembentukan gliserol dari glukosa yang merupakan bahan
dasar dari trigliserida .
Kondisi hiperglikemia menyebabkan peningkatan Reactive Oxygen Species
(ROS) akibat akibat jumlah radikal bebas melebihi antioksidan. Contoh radikal
bebas yang termasuk dalam kelompok ROS adalah radikal hidroksil (OH), anion
superoksida (O2-), dan hidrogen peroksida (H2O2). Reactive Oxygen Species juga
terbukti menjadi faktor risiko dari kerusakan endotel pembuluh darah. Radikal
bebas akan bereaksi dengan asam nukleat, protein, membran lipid, dan enzim.
Kerusakan sel yang terjadi akibat dari reaksi yang terjadi disebut stres oksidatif.
Peningkatan stres oksidatif dalam tubuh akan menyebabkan meningkatnya sitokin

4
proinflamasi yang dapat mengakibatkan resistensi insulin pada sel dan berdampak
pada peningkatan kadar glukosa darah (Lestari et al., 2013). Selain itu, konsumsi
karbohidrat dan lemak yang berlebih disertai penurunan aktivitas fisik pada
keadaan obesitas akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dan FFA.
Peningkatan kadar glukosa dan FFA menyebabkan peningkatan pembentukan
ROS melebihi antioxidant defense capacity yang akan merusak sel-sel jaringan.
Mekanisme ini menyebabkan sel melindungi dirinya sendiri dengan menjadi
resisten terhadap insulin untuk mengurangi masuknya glukosa dan asam lemak
bebas ke dalam sel agar ROS tidak diproduksi (Lestari et al., 2011). Peningkatan
ROS juga berakibat pada proses peroksidasi lipid dimana ROS akan berikatan
dengan lipid yang memiliki ikatan asam lemak tidak jenuh sehingga akan
menghasilkan malondialdehid (MDA). Senyawa MDA akan memodifikasi
apoprotein B-100 yang terdapat pada LDL, sehingga LDL tidak dapat berikatan
dengan reseptornya, maka tidak dapat diregulasi dalam jaringan, berakibat pada
peningkatan kadar LDL dalam serum (Fathan et al., 2019). Andographolide yang
berperan sebagai antioksidan diharapkan dapat menurunkan konsentrasi MDA
sehingga terjadi penurunan LDL dalam serum.
Diterpenoid dan flavonoid yang terkandung pada daun sambiloto memiliki
aktivitas inhibisi enzim α glucosidase (Bajpai et al., 2014; Sinulingga et al.,
2020). Inhibisi ini menyebabkan penurunan hidrolisis amilum di usus halus
sehingga hanya sedikit glukosa yang terserap ke dalam aliran darah. Kandungan
ini berpotensi untuk mengurangi kadar glukosa darah sehingga dapat berperan
menjadi obat antidiabetes (Sinulingga et al., 2020). Andrographolide yang
merupakan diterpenoid lakton yang terdapat pada daun sambiloto juga berfungsi
sebagai scavenger atau substansi yang dapat menetralkan radikal bebas dengan
cara memutus rantai reaksi yang terdapat pada radikal bebas. Andrographolide
memiliki gugus aktif hidrogen pada atom karbon 11 yang berfungi untuk
mendonorkan hidrogen yang akan berpasangan dengan elektron bebas yang
terdapat pada radikal bebas (Bajpai et al., 2014). Andrographolide juga dapat
meningkatkan sintesis glucose transporter type 4 (GLUT-4) dengan cara
meningkatkan protein dan mRNA pada transporter tersebut dan juga dapat

5
meningkatkan produksi insulin pada sel pankreas (Nugroho et al., 2012).
Kandungan polifenol juga berfungsi sebagai antioksidan untuk menurunkan stres
oksidatif dengan cara mencegah reaksi rantai superoksida menjadi hidrogen
superoksida dengan mendonorkan atom hidrogen dari kelompok aromatik
hidroksil polifenol untuk mengikat radikal bebas, kemudian diekskresikan
melalui urin (Apriliani et al., 2015). Pemberian antioksidan ini dapat menjaga sel-
sel yang memiliki reseptor insulin seperti sel otot, sel adiposa, dan sel hepar.
Kandungan zat-zat tersebut diharapkan dapat menurunkan kadar glukosa darah,
LDL, dan trigliserida (Apriliani et al., 2015;, Karbon et al., 2019).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

 Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar


glukosa darah tikus Wistar model sindrom metabolik.
 Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar
LDL tikus Wistar model sindrom metabolik.
 Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar
trigliserida tikus Wistar model sindrom metabolik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolisme Karbohidrat dan Fisiologi Insulin

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh selain lemak dan
protein. Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana dan tidak dapat
dihidrolisis
2. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 monosakarida
3. Oligosakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 3-10 monosakarida
4. Polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari >10 monosakarida

7
Gambar 2.1 Garis besar metabolisme karbohidrat (Rodwell et al., 2017)

Pati atau amilum merupakan suatu polisakarida yang dibuat oleh tumbuhan
dengan cara fotosintesis, sedangkan dalam tubuh hewan maupun manusia juga
terdapat cadangan karbohidrat yang tersimpan di jaringan otot dan hepar dalam
bentuk glikogen (Yuniati et al., 2017). Polisakarida yang dikonsumsi harus
dipecah menjadi monosakarida oleh enzim pencernaan dan dimetabolisme untuk
nanti dipakai oleh sel sebagai sumber energi dalam bentuk adenosine
triphosphate (ATP). Amilopektin dan amilosa adalah hasil pencernaan dari
amilum yang diubah oleh enzim α-amilase yang berasal dari saliva di dalam mulut
dengan hidrolisis ikatan antara residu glukosil yang berasal dari rantai
polisakarida. Enzim α-amilase akan menjadi inaktif ketika masuk ke dalam
lambung dan bereaksi dengan hydrochloric acid (HCl). Di dalam lambung
makanan akan dipecah oleh HCl menjadi bagian yang lebih kecil dan akan masuk
ke dalam duodenum sebagai tempat pencernaan selanjutnya. Karbohidrat yang
dikonsumsi dalam bentuk polisakarida, disakarida, dan oligosakarida akan
dicerna, diserap, dan dikirimkan ke seluruh tubuh dalam bentuk utama sebagai
glukosa (Hassanein et al. 2022).
Glikolisis mengubah glukosa menjadi asam piruvat kemudian masuk ke asam
piruvat dan pada dekarboksilasi oksidatif mengalami pelepasan gugus karboksil
dari Asam piruvat dan penambahan molekul KoA sehingga menghasilkan Asetil
KoA dalam suasana aerob yang berlangsung di membran krista mitokondria yang
dapat masuk ke siklus krebs dengan tujuan oksidasi lengkap menjadi
karbondioksida (CO2) serta hidrogen (H2O) yang berhubungan dengan sintesis
adenosin trifosfat (ATP) pada proses fosforilasi oksidatif. Glikolisis dapat terjadi
secara anaerob dan menghasilkan produk akhir yaitu laktat.
Glukosa akan digunakan sebagai sumber energi dalam bentuk ATP dengan
bantuan enzim insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Keseimbangan kadar
glukosa sangat bergantung dengan status nutrisi dan hormonal dari sel, serta
jaringan dan tubuh manusia. Dalam sel parenkim hepar, terjadi proses yang

8
disebut glikogenesis dimana glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk
glikogen (Puneem et al. 2021). Glikogen disintesis dari molekul glukosa di sitosol
dan memerlukan energi dari ATP untuk fosforilasi glukosa dan uridin trifosfat
(UTP). Glukosa juga dapat dibentuk dari sumber non-karbohidrat seperti lemak
dan protein dalam proses yang disebut glukoneogenesis.
Pada keadaan hipoglikemia, glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa
dalam sebuah proses glikogenolisis untuk meningkatkan kadar glukosa di dalam
serum. Dalam keadaan oksigen terbatas seperti saat terjadi kontraksi otot secara
berlebihan, terjadi konversi piruvat menjadi laktat oleh laktat dehidrogenase dan
ketika oksigen mulai tercukup kembali, maka reaksi laktat dehidrogenase akan
berbalik memicu regenerasi piruvat menjadi asetil Ko-A oleh piruvat
dehidrogenase yang nanti kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk
menghasilkan ATP. Mekanisme kompleks ini akan berlanjut dan akan
menghasilkan sumber energi di dalam tubuh dalam bentuk ATP.

2.2 Metabolisme Lemak

Lemak diperoleh dari makanan yang dicerna yang kemudian akan dipecah
menjadi asam lemak dan substansi gliserol. Sumber lemak dapat diperoleh
melalui hewan dan tumbuhan. Lemak hewani cenderung jenuh dan berisiko
menyebabkan peningkatan kadar LDL yang signifikan sehingga menjadi faktor
risiko dari berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, sedangkan lemak
nabati cenderung tidak jenuh dan memiliki risiko yang lebih rendah dalam
menimbulkan penyakit. Lemak dalam tubuh manusia didapatkan dalam bentuk
trigliserida, fosfolipid, dan kolestrol. Trigliserida dapat berupa 95-98% dari
seluruh bentuk lemak yang terkonsumsi pada semua bentuk makanan dan
presentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. Fosfolipid dan kolestrol
dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan merupakan komponen utama dinding
membran sel.

9
Secara kimiawi, lemak dasar dari trigliserida dan fosfolipid adalah asam lemak
yang merupakan asam organik hidrokarbon sederhana berantai panjang. Asam
lemak disimpan di dalam sel hepar dan otot sebagai lemak yang kemudian
dibebaskan dan diangkut melalui darah untuk memenuhi kebutuhan ke berbagai
jaringan terutama pada otot. Di dalam darah, lemak bergabung dengan protein
sebagai lipoprotein yang bersifat larut dalam air, sekaligus sebagai alat
pengangkut lemak lain yang tidak larut dalam air.
Karena tidak larut dalam air, lemak harus mengalami serangkain transformasi
untuk dapat diserap dan dieksresikan oleh tubuh. Hasil pencernaan lemak yang
berupa asam lemak dan monogliserida yang sudah dalam bentuk misel akan
ditransport ke permukaan membrane brush border microvilli. Pada waktu
berhubungan dengan membran, asam lemak dan monogliserida akan berdifusi ke
dalam sel epitel, sedangkan misel asam empedu akan tertinggal untuk
mengabsorbsi monogliserida dan asam lemak kembali. Asam empedu yang
membantu fungsi enzim lipase dengan membentuk misel yang merupakan lemak
dengan ukuran yang lebih kecil.
Pembakaran asam lemak menjadi CO2 dan H2O terjadi di dalam mitokondria.
Terjadi pemindahan elektron dari asam lemak oleh oksigen pada mitrokonrdia
yang menghasilkan ATP. Asam lemak dioksidasi secara berturut-turut sehingga
seluruh atom karbonnya diubah mejadi asetilkoA. AsetilkoA yang terbentuk akan
dioksidasi kembali dalam siklus asam sitrat dan kemudian akan terbentuk ATP
dengan fosforilasi oksidatif. Penyesuaian oksidasi asam lemak terhadap makanan
yang dikonsumsi dipengaruhi oleh konsentrasi asam lemak bebas dalam tubuh dan
sensitivitas insulin.

2.3 Fisiologi Insulin

10
Gambar 2.2 Mekanisme reseptor insulin dan aksi seluler (Pierre et al., 2016)

Kelenjar pankreas merupakan kelenjar campuran dengan bagian endokrin dan


eksokrin. Sebagian besar kelenjar terbentuk oleh komponen eksokrin. Pada bagian
endokrin, ditemukan insula pankreatika yang merupakan ciri khas histologis dari
bagian endokrin pankreas (Haeusler et al. 2018). Insula pancreatica terdiri dari sel
beta yang mensekresikan insulin, sel alpha yang mensekresikan glukagon, sel
delta yang mensekresikan somatostatin, dan sel PP yang mensekresikan
polipeptida pankreatika. Insulin dibentuk oleh sel beta pankreas pada insula
pancreatica yang merupakan protein sederhana terdiri dari 2 rantai asam amino
yang dihubungkan dengan 2 ikatan sulfida. Sintesis insulin dimulai dengan
pembentukan preproinsulin. Preproinsulin akan diubah menjadi proinsulin dan
selanjutnya akan mengalami reduksi sehingga rantai penghubung terpisah dan
dengan oksidasi ringan akan terbentuk insulin. Konversi proinsulin menjadi
insulin terjadi di dalam granula sitoplasma oleh enzim proteolitik. Hormon insulin
disimpan di dalam granula sel beta pankreas.
Insulin akan berikatan dengan reseptor insulin pada membran sel target.
Glukosa dapat masuk ke dalam sel dengan bantuan GLUT-4 dalam sitosol untuk
naik ke membran dan akan diproses menjadi glikogen, piruvat, dan asam lemak.
Glucose transporter type 4 berbeda dengan GLUT lainnya karena berada dalam
sitosol bila tidak ada rangsangan insulin atau olahraga. Ketika terjadi kondisi
hiperglikemia, maka terjadi pelepasan insulin dari sel beta pankreas dan glukosa

11
akan diubah menjadi glikogen, lemak, dan protein oleh hepar (Nashriana et al,.
2015). Sebaliknya, ketika dalam kondisi hipoglikemia, maka tubuh akan
melepaskan glukagon dari sel alpha pankreas untuk menstimulasi perubahan
glikogen menjadi glukosa oleh hepar sehingga konsentrasi glukosa darah
meningkat.

2.4 Sindrom Metabolik


2.4.1 Definisi

Sindrom metabolik didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang meliputi


obesitas sentral, peningkatan kadar glukosa darah, resistensi insulin, peningkatan
kadar trigliserida darah, penurunan kadar HDL, dan peningkatan tekanan darah.

2.4.2 Epidemiologi

Prevalensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia saat ini mencapai 39%


dimana rasio perempuan lebih tinggi hampir satu setengah kali lipat dibandingkan
laki-laki (Sigit et al., 2020).

2.4.3 Etiologi & Faktor Risiko

Kebiasaan seperti pola makan tidak sehat dengan terlalu banyak mengonsumsi
makanan yang berlemak dan manis, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan
merokok juga merupakan faktor risiko utama dari SM. Faktor-faktor risiko ini
dapat menyebabkan peningkatan asam lemak bebas yang berakibat pada
penurunan resistensi insulin di dalam tubuh.

2.4.4 Patogenesis

12
Sindrom metabolik seringkali diawali dengan terjadinya obesitas dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah berkurangnya sensitivitas insulin di dalam otot,
jaringan adiposa, dan sel hepar yang ditandai dengan keadaan hiperinsulinemia
dan hiperglikemia yang menyebabkan penyerapan glukosa dalam otot dan lemak
berkurang dan menyebabkan produksi glukosa meningkat di dalam hepar. Ketika
seseorang mengalami obesitas, terjadi peningkatan asam lemak bebas di hepar
yang akan meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan produksi glukosa pada
hepar, dan meningkatkan resistensi insulin (Yogita et al., 2017). Peningkatan
asam lemak bebas juga menyebabkan inhibisi aktivasi protein kinase di otot
sehingga mengurangi uptake glukosa. Mekanisme-mekanisme ini menyebabkan
terjadinya hyperinsulinemia yang lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan
serta kelelahan pada sel beta pankreas dan produksi insulin akan berkurang. Efek
toksik dari asam lemak bebas ke sel beta pankreas juga menyebabkan terjadinya
hipertensi dengan adanya mekanisme hilangnya kemampuan insulin untuk
vasodilatasi dan terjadinya vasokontriksi oleh asam lemak bebas. Mekanisme
tambahan meliputi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan reabsorbsi natrium di
dalam ginjal (Gheibi et al., 2019).
Penumpukan lemak di organ visceral menyebabkan resistensi insulin yang
semakin parah karena lipolysis mengakibatkan terjadinya pembentukan asam
lemak bebas secara terus menerus. Peningkatan asam lemak bebas akan
mengakibatkan peningkatan sintesis trigliserida dan produksi apolipoprotein B
yang mengandung LDL di dalam hepar (Mi et al., 2019). Peningkatan LDL dan
penurunan HDL adalah efek tidak langsung resistensi insulin karena metabolsime
lemak di dalam hepar terganggu. Pada tahap lanjut, peningkatan glukosa, LDL,
dan trigliserida pada serum secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai
kerusakan berbagai organ seperti aterosklerosis, penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal, dan steatosis (Rochlani et al., 2017).

13
Gambar 2.3 Patogenesis sindrom metabolik (Yogita et al., 2017)

2.4.5 Kriteria diagnosis

Kriteria diagnosis SM dapat ditegakkan jika memiliki 3 dari 5 gejala


berdasarkan Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Menurut NCEP ATP III Modification (Paul et al.,
2009)
Obesitas abdominal
Lingkar perut pria >=90 cm
Lingkar perut wanita >=80 cm
Hipertrigliseridemia >=150 mg/dL
HDL
Pria <40 mg/dL
Wanita <50 mg/dL
Tekanan darah >=130/85 mmHg
GDP >=110 mg/dL

2.4 6 Penatalaksanaan

Tujuan utama dari penatalaksanaan sindrom metabolik adalah untuk


menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mencegah terjadinya DM. Ketika
sudah terjadi DM, pengobatan yang dapat dilakukan adalah menurunkan risiko
penyakit jantung dengan mengendalikan semua faktor risiko penyebab sindrom
metabolik (Supreeya et al., 2022)
Edukasi dapat dilakukan di Pelayanan Kesehatan Sekunder dan atau tersier
adalah mengetahui dan mencegah hal komplikasi akut maupun kronik SM,

14
penatalaksanaan SM dengan penyakit penyerta, edukasi persiapan untuk
kegiatan/kondisi khusus yang dihadapi, perawatan/pemeriksaan pada kaki.
Terapi nutrisi medik terdapat beberapa komposisi yang harus diperheparkan
seperti kebutuhan karbohidrat yang direkomendasikan sebanyak 45-65% total dari
kebutuhan energi, kebutuhan lipid direkomendasikan sejumlah 20-25% kebutuhan
kalori dengan komposisi yang direkomendasikan lemak jenuh <7%, lemak tidak
jenuh ganda <10%, lemak tidak jenuh tunggal 12-15%, konsumsi protein pada
individu yang menderita diabetik nefropati membutuhkan konsumsi protein
sebanyak 0,8 g/kgBB/hari. Sumber protein dapat didapatkan dengan
mengonsumsi ikan, udang, cumi, susu rendah lemak, kacang-kacangan, tempe dan
tahu. Kebutuhan Na yang direkomendasikan <1500 mg per hari dengan kebutuhan
serat yang direkomendasikan 20-35 g/hari. Pengidap DM dapat diberikan pemanis
alternatif seperti isomalt, sakarin, xylitol, sukrosa, dan lain-lain. Kebutuhan kalori
dapat dihitung dengan berbagai macam cara, antara lain pada pengidap SM dapat
diperhitungan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB. Penderita
sindrom metabolik disarankan untuk menemui ahli gizi dan mendapatkan terapi
fisik untuk membantu menemukan rencana diet yang sehat dan olahraga yang
cocok sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika perubahan gaya hidup sehat tidak
berhasil, dapat dipertimbangkan untuk mednapatkan terapi penatalaksanaan
farmakologi maupun operasi penurun berat badan (Rochlani et al., 2017).
Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai perubahan gaya hidup yaitu,
1. Memilih makanan yang baik untuk Kesehatan jantung dengan menggunakan
paduan makan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH)
Diet yang sehat untuk jantung mencakup makanan seperti buah-buahan,
sayuran, dan biji-bijian, serta membatasi lemak jenuh, garam, gula tambahan,
dan alkohol.
2. Penurunan berat badan hingga ideal
Untuk mengatasi kegemukan dan obesitas yang dapat membuat kerja jantung
menjadi lebih keras, diperlukan penurunan berat badan hingga ideal sesuai
dengan Body Mass Index (BMI). Kehilangan 3%-5% dari berat badan pada
penderita obesitas dapat membantu mengelola beberapa faktor risiko seperti

15
dislipdemia, hipertensi, dan diabetes yang meningkatkan risiko penyakit
jantung.
3. Aktivitas fisik secara teratur
Aktivitas fisik terartur membantu mengelola faktor risiko penyakit jantung
seperti LDL, tekanan darah tinggi, dan kelebihan berat badan dan obesitas.
4. Kelola stress
Mengelola stress dan cara mengatasi masalah dapat meningkatkan k esehatan
fisik dan mental.
5. Istirahat yang cukup dan berkualitas
Kurang istirahat maupun tidur yang berkualitas dapat menyebabkan masalah
kesehatan fisik. Kemenkes merekomendasikan durasi tidur untuk orang
dewasa adalah 7-9 jam per harinya.
6. Berhenti merokok
Intervensi farmakologi hanya dilakuakan apabila penatalaksanaan
nonfarmakologi mendapatkan hasil yang tidak signifikan . Beberapa jenis
pengobatan yang bisa digunakan adalah :
1. Obat penurun tekanan darah seperti ACE inhibitor, angiotensin receptor
blocker, diuretik, dan beta blocker. Beberapa obat golongan diuretik dan beta
blocker bisa meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 pada orang yang
memilki sindrom metabolik.
2. Obat untuk mengontrol kadar trigliserida, LDL, dan HDL di dalam darah
seperti obat golongan statin dan niacin yang dapat menurunkan kadar
trigliserida dan LDL dalam darah, serta bisa meningkatkan kadar HDL dalam
darah.
3. Obat untuk mengurangi kadar glukosa di dalam darah dengan penggunaan
obat-obatan antidiabetes seperti metformin dan insulin.
Pengobatan dilakukan untuk mencegah komplikasi seberti diabetes, penyakit
jantung, penyakit ginjal, atau stroke. Apabila terdapat tanda obesitas maupun
komplikasi dari sindrom metabolik, Ada indikasi perlu diberikannya obat penurun
berat badan atau operasi untuk menghilangkan berat badan. Mekanisme obat
penurun berat badan adalah membuat tubuh merasa kurang lapar dan

16
menstimulasi abropsi lemak dari makanan ke dalam tubuh. Operasi penurunan
berat badan dilakuakan dengan cara gastektomi yaitu pengurangan ukuran dari
lambung agar makanan yang dimakan menjadi lebih sedikit, namun lebih berisiko
terjadi komplikasi seperti kerusakan pada saluran pencernaan dan gangguan dari
absorpsi nutrisi dari makanan yang dimakan.

2.4.7 Komplikasi

Komplikasi dari sindrom metabolik bisa mencangkup beberapa hal seperti


contohnya kelainan kardiovaskular. Intoleransi glukosa merupakan salah satu
manifestasi sindrom metabolik yang dapat menjadi awal suatu diabetes melitus.
Penelitian-penelitian yang ada menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular pada sindrom
metabolik dan diabetes. Penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, atrial
fibrilasi, tromboembolisme vena adalah penyakit tersering yang menjadi
komplikasi dari sindrom metabolik.

2.5 Metformin dan PTLF

Metformin merupakan obat antihiperglikemik golongan biguanid yang


digunakan untuk terapi DM tipe 2. Obat ini bekerja dengan menurunkan
konsentrasi kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemia. Mekanisme
aksi utama metformin menumbulkan penurunan glukoneogenesis di hepar.
Fosforilasi protein response element binding protein (CREB) yang menghasilkan
penurunan ekspresi gen untuk glukoneogenesis dan menurunkan asam lemak
bebas hasil dari glukoneogenesis. Metformin menyebabkan peningkatan insulin-
mediated glucose uptake di jaringan di jaringan perifer. Obat metformin tersedia
dalam sediaan tablet 500 mg dan 850 mg dengan berbagai nama dagang seperti
Glufor, Diabit, dan Actosmet. Dosis dewasa penggunaan metformin adalah 500-
850 mg 2-3 kali sehari dengan dosis maksimal 2.000-3.000 mg setiap hari dibagi

17
dalam 3 kali minum. Metformin harus dikonsumsi setelah makan untuk
mengoptimalisasi efek kerja obat.
Penyerapan metformin terjadi di saluran cerna dan absorbsinya tidak optimal
ketika dikonsumsi saat makan. Metformin dieksresikan dalam urin dan ASI tanpa
diubah dan tanpa adanya produk metabolik. Efek samping tersering penggunaan
metformin sebagai monoterapi dalam pengobatan DM tipe 2 adalah gangguan
saluran cerna seperti diare, mual, muntah, dan nyeri abdomen (Hundal et al.,
2000). Kontraindikasi penggunaan metformin adalah pasien dengan asidosis,
alergi terhadap komponen sediaan metformin, atau dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat.
Pakan Tinggi Lemak-Fruktosa (PTL-F) pada penelitian ini adalah pakan yang
mengandung 36% fruktosa, 15% lemak kambing dan 5% kuning telur. Pemebrian
pakan tinggi lemak dan fruktosa dapat meningkatkan kadar glukosa, kadar
trigliserida, dan menurunkan kadar HDL dalam darah setelah 14 harir pemberian
dengan dosis 7 g/kg BB (Tatto et al. 2017). Kelebihan frukotsa pada hepar akan
dimetabolisme menjadi lemak dan akan menyebabkan kegagalan sinyal insulin
sehingga dapat menurunkan sintesis glikogen dan meningkatkan kadar
glukoneogenesis sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Pemberian
PTLF juga menyebabkan peningkatan kadar lemak yang menyebabkan penurunan
kemampuan reseptor insulin dan menyebabkan ekpresi glucose transporter type 4
(GLUT-4) menurun. Penurunan GLUT 4 menyebabkan transportasi glukosa ke
dalam membran sel terganggu sehingga aktivitas peningkatan glukosa dalam sel
menurun dan kadar glukosa mengalami peningkatan (Hardiningsih et al., 2006).

2.6 Tanaman Sambiloto

18
Gambar 2.4 Tanaman Sambiloto

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angospermae
Class : Magnoliopsida
Superorder : Asteranae
Order : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Species : Andrographis paniculata

Daun sambiloto dikenal dengan berbagai nama pada beberapa daerah seperti ki
oray, ki peurat, takilo (Sunda); bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa); pepaitan
(Sumatra); chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China); xuyen tam lien, cong
cong (Vietnam); kirata, mahepartka (India/Pakistan); creat, green chiretta, halviva,
kariyat (Inggris).
Sambiloto memiliki tinggi sekitar 50-90 cm dengan batang bercabang yang
berbentuk segi empat dan daun tunggal serta tangkainya yang pendek. Daun
tunggal sambiloto dengan tangkainya yang pendek letaknya berhadapan secara
bersilang, berbentuk lanset, pangkal serta ujung yang runcing, tepi rata. Panjang
daun sambiloto berkisar 2-8cm dengan lebar 1-3cm serta berwarna hijau tua pada
permukaan atas dan hijau muda pada bagian bawah. Tanaman sambiloto
merupakan tanaman yang banyak dijumpai di pelosok Indonesia dan seluruh
bagian dunia. Bunganya berbentuk tabung, ukuran kecil, warna putih, dan noda
ungu. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai dan keluar dari
ujung batang. Buah berbentuk jorong, mempunyai panjang sekitar 1,5 cm dan
lebar 0,5 cm dengan pangkal dan ujungnya yang tajam. Tumbuhan ini banyak

19
ditemui di kebun, tepi sungai, pekarangan, tanah terbuka yang lembab, dan
dataran rendah sampai dataran dengan ketinggian 1600 mdpl .
Daun sambiloto memiliki kandungan kimia aktif seperti andrographolide,
flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid. Andrographolide yang merupakan
glikosida diterpenoid memiliki persentase yang paling tinggi. Senyawa-senyawa
aktif ini terbukti dapat bermanfaat dalam bahan terapi berbagai penyakit seperti
DM. Kandungan aktif pada tanaman sambiloto terbukti dapat memberikan efek
antiinflamasi, antiinfeksi, antibakteri, merangsang daya tahan sel, antipiretik,
antihistamin, antidiabetik, dan bertindak sebagai antioksidan. Flavonoid dapat
menghambat GLUT-2 dari muka usus serta fosfodiesterase dan alkaloid
mempunyai enzim α-glucosidase yang dapat menghambat serta mengurangi
transpor glukosa pada epitel usus. Kandungan antioksidan dalam senyawa aktif
tanaman sambiloto dapat menghambat terbentuknya ROS yang mengandung
sitokin dalam peningkatan apoptosis sel (Yanti et al. 2019).

20
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan, antara lain:


 Spektrofotometer
 Pipa kapiler
 Tabung Eppendorf
 Cool Box
 Disposable hand gloves
 Centrifuge
 Micropipet
 Tabung reaksi 3 mL
 Stopwatch

Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak etanol daun sambiloto, antara
lain:
 Rotary evaporator
 Pompa vacuum
 Timbangan Ohaus
 Beaker glass
 Kertas saring
 Sarung tangan

Alat yang digunakan untuk perlakuan dan pemeliharaan hewan coba, antara
lain:
 Disposable hand gloves

21
 Sonde oral
 Tabung bius
 Gelas ukur
 Neraca
 Kandang tikus
 Kawat penahan tikus
 Tempat pakan tikus
 Tempat minum tikus
 Alas Kandang
 Spuit 1cc, 3cc, 5cc

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk perlakuan subjek penelitian:


 Ekstrak etanol daun sambiloto
 Metformin
 Akuades
 CMC 1%
 Pakan Standar
 Pakan tinggi lemak-fruktosa (PTL-F)

Bahan yang digunakan untuk pembuatan ekstrak :


 Daun sambiloto
 NaCl 0,9%
 Akuades steril
 Etanol 96%

Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan :


 Kit Diagnostika glukosa darah

22
 Kit Diagnostika LDL
 Kit Diagnostika Trigliserida
 Sampel darah tikus
 Ketamine
 Xylazine

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi :
 Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Bandung.
 Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha Bandung.
 Laboratorium Hewan Coba, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha Bandung.
 Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha Bandung.
 Determinasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi
Bandung.

Waktu :
Januari 2022–Desember 2022

3.3 Subjek Penelitian

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Wistar (Rattus
norvegicus) jantan berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-200 gram dan pada
kondisi sehat. Tikus diambil dari PT. Biofarma

23
3.4 Penentuan Jumlah Sampel

Jumlah tikus yang akan digunakan dihitung menggunakan rumus Federer


yaitu:
(t - 1)(r - 1) ≥ 15
(5-1)(r - 1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75 ≈ 5

Keterangan :
t = jumlah kelompok perlakuan
r = jumlah subjek penelitian

Penelitian akan ditambah dengan 20% drop out:


5 x 20% = 1
5+1=6
Sehingga setiap kelompok perlakuan dibutuhkan 6 sampel.
Total sampel penelitian yang digunakan 5 kelompok x 6 sampel = 30 sampel.
Sampel penelitian adalah darah tikus dari subjek penelitian tikus Wistar jantan.

3.5 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Eksperimental Laboratorium Sungguhan menggunakan


Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor
tikus Wistar jantan yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap
kelompok terdiri dari lima tikus Wistar jantan. Selanjutnya kelompok 1-2 diberi
perlakuan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis yang telah ditentukan,

24
kelompok 3-5 merupakan kelompok kontrol yang dibagi menjadi kontrol normal,
kontrol negatif, dan kontrol positif. Parameter yang diuji adalah kadar glukosa
darah, LDL, dan trigliserida.
Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-0, 51, dan 65 melalui sinus
orbitalis menggunakan pipa kapiler dan dimasukan ke tabung Eppendorf
kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Pemeriksaan kadar glukosa darah, LDL, dan trigliserida menggunakan
spektrofotometer.

3.5.1 Definisi Konsepsional Variabel

Variabel independen
 Sambiloto (Andrographis paniculata)
 Metformin
 Pakan Tinggi Lemak-Fruktosa (PTL-F)

Variabel dependen
 Glukosa
 Trigliserida
 LDL

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

 Sambiloto pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sambiloto yang
didapatkan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan
diberikan dengan dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB secara per oral 2 kali/hari
yang dilarutkan dengan CMC 1%.
 Metformin pada penelitian ini adalah metformin yang diberikan dengan dosis
50 mg/kgBB/hari secara per oral yang dilarutkan dengan CMC 1%.

25
 Pakan Tinggi Lemak-Fruktosa (PTL-F) pada penelitian ini adalah pakan yang
mengandung 36% fruktosa, 15% lemak kambing dan 5% kuning telur dengan
dosis 7 g/kgBB dan diberikan 1 kali/hari selama 64 hari (Lina and Jannah
2019) (Nugroho et al. 2012).
 Glukosa yang dinilai pada penelitian ini adalah persentase perubahan kadar
glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan yang diambil dari sinus orbitalis
tikus Wistar (Rattus norvegicus) model sindrom metabolik, yang diperiksa
dengan spektrofotometer dan dinyatakan dalam satuan mg/dL.
 Low density lipoprotein (LDL) yang dinilai pada penelitian ini adalah
persentase perubahan LDL serum sebelum dan sesudah perlakuan yang diambil
dari sinus orbitalis tikus Wistar (Rattus norvegicus) model sindrom metabolik,
yang diperiksa dengan spektrofotometer dan dinyatakan dalam satuan mg/dL.
 Trigliserida yang dinilai pada penelitian ini adalah persentase perubahan kadar
trigliserida serum sebelum dan sesudah perlakuan yang diambil dari sinus
orbitalis tikus Wistar (Rattus norvegicus) model sindrom metabolik, yang
diperiksa dengan spektrofotometer dan dinyatakan dalam satuan mg/dL.

3.6 Pembuatan Ekstrak Daun Sambiloto

Daun sambiloto diambil dari Kebun Tanaman Obat Herbal Bibit dan Panen,
Bandung, Jawa Barat akan dideterminasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung. Dua kilogram daun sambiloto yang telah dipisahkan
dari tanaman sambiloto akan dikeringkan dengan disimpan di dalam ruangan
hingga kering kemudian diblender dan ditimbang kembali. Daun sambiloto yang
telah dikeringkan kemudian dimaserasi menggunakan etanol 96% dengan rasio
1:6 selama 1x24 sehingga menghasilkan maserat yang nanti akan difiltrasi
menggunakan kertas saring (Indrati et al. 2019). Proses ini dapat diulang 2-3 kali
hingga hasil filtrasi berwarna jernih. Maserat yang telah menjadi jernih akan
dimasukkan ke tabung labu dan dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada
suhu 60oC dan didapatkan ekstrak pasta kemudian selanjutnya akan dihitung

26
rendemennya. Ekstrak pasta dihitung rendemennya yang kemudian dihitung
persentasenya dengan rumus:

Berat Ekstrak Kental (gram)


% Rendemen = x 100%
Berat Sampel (gram)

3.7 Prosedur Penelitian


3.7.1 Pengumpulan Bahan

Bahan uji yang digunakan adalah:


 Daun sambiloto dari Boyolali, Jawa Tengah.
 Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (EEDS) hasil ekstraksi daun Sambiloto di
Laboratorium Farmakologi FK-UKM di Bandung.
 Metformin didapatkan dari salah satu apotek di Bandung.
 Pakan Tinggi Lemak-Fruktosa (PTL-F) yang dibuat di Laboratorium Hewan
Coba FK-UKM di Bandung.

3.7.2 Persiapan Hewan Coba

Tikus diaklimatisasi pada laboratorium hewan coba selama 7 hari. Tikus


dipelihara di dalam kandang dengan satu kandang terdiri dari 2-3 ekor tikus,
ditimbang berat badannya dan diberi tanda untuk masing masing tikus agar mudah
diidentifikasi. Pada hari ke-0, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah, LDL,
dan trigliserida serta untuk memastikan tikus dalam keadaan sehat dan tidak
mengalami sindrom metabolik.

3.7.3 Prosedur Perlakuan

27
Setelah tikus diaklimatisasi selama 7 hari, tikus dikelompokan menjadi 5
kelompok yang masing masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus, dengan
perlakuan sebagai berikut:
 Kelompok Ekstrak Etanol Daun Sambiloto 1 (EEDS 1) diberikan PTL-F
selama 64 hari dan EEDS 100 mg/kgBB pada hari ke 51-64.
 Kelompok Ekstrak Etanol Daun Sambiloto 2 (EEDS 2) diberikan PTL-F
selama 64 hari dan EEDS 200 mg/kgBB pada hari ke 51-64.
 Kelompok Kontrol Positif (KP) diberikan PTL-F selama 64 hari dan metformin
50 mg/kgBB pada hari ke 51-64.
 Kelompok Kontrol Negatif (KNe) diberikan CMC 1% dan PTL-F selama 64
hari.
 Kelompok Kontrol Normal (KNo) diberikan CMC 1%.
Pemberian PTL-F diberikan secara peroral menggunakan sonde dan spuit 1
kali per hari. Proses induksi dengan PTL-F dilakukan hingga tikus mengalami
hiperglikemia dan dislipidemia yang mengindikasikan telah terjadinya Sindrom
Metabolik yang diharapkan dapat terjadi dalam 50 hari. Setelah 50 hari,
dilanjutkan pemberian perlakuan sesuai kelompok masing-masing kecuali
kelompok kontrol normal. Pemberian EEDS dan metformin menggunakan spuit
dan sonde oral dan dilarutkan dalam CMC 1%. Penimbangan berat badan tikus
dilakukan setiap hari serta dipantau peningkatan dan penurunannya.

3.7.4 Pengambilan Sampel

Tikus dianestesi umum menggunakan ketamine 75 mg/kgBB dan xylazine 10


mg/kgBB secara intraperitoneal. Pengambilan sampel darah melalui sinus
orbitalis menggunakan pipa kapiler ke dalam tabung Eppendorf. Sampel serum
didapatkan menggunakan alat sentrifugasi sampel darah dengan kecepatan 3000
rpm selama 15 menit dan menyimpannya di dalam cool box. Sampel serum
kemudian diperiksa kadar glukosa darah, LDL, dan trigliserida.

28
3.7.5 Pemeriksaan Parameter
3.7.5.1 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Prinsip : Enzim glukosa oksidase mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi


asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk
bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim
peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda.

Cara:
1. Masukkan 10 µL serum ditambahkan dengan 1000 µL larutan pereaksi ke
dalam tabung reaksi menggunakan pipet
2. Sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC
3. Amati serapan awal dengan spektrofotometer (λ= 546 nm)
4. Hitung kadar glukosa darah dengan rumus :
Absorbansi sampel
Kadar glukosa darah = x Konsentrasi standar
A b sorbansi standar
Keterangan: Konsentrasi standar = 100 (Firgiansyah 2016)

3.7.5.2 Pemeriksaan Kadar LDL


Prinsip: Kolestrol akan di hidrolisis secara enzimatik dan oksida sehingga akan
membentuk quinonimine dari hidrogen peroksida dan 4-aminoantiphyrine dengan
adanya phenol dan peroksidase yang berwarna merah muda.

Cara:
1. Masukkan 10 µL serum ditambahkan dengan 1000 µL larutan pereaksi ke
dalam tabung reaksi menggunakan pipet
2. Sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC
3. Amati serapan awal dengan spektrofotometer (λ= 546 nm)
4. Hitung kadar LDL dengan rumus:

29
Absorbansi sampel
Kadar LDL = x Konsentrasi standar
A b sorbansi standar
Keterangan : Konsentrasi standar = 100 (Setyari et al. 2008)

3.7.5.3 Pemeriksaan Kadar Trigliserida

Prinsip: Trigliserida ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dengan lipase.


Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida 4-aminoantipyrine dan
4-chlorophenol dibawah pengaruh katalisa peroksidase.

Cara :
1. Masukan 10 µL serum ditambahkan dengan 1000 µL larutan pereaksi ke
dalam tabung reaksi menggunakan pipet
2. Sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC
3. Amati serapan awal dengan spektrofotometer (λ= 546 nm)
4. Hitung kadar trigliserida dengan rumus:
Absorbansi sampel
Kadar trigliserida = x Konsentrasi standar
A b sorbansi standar
Keterangan : Konsentrasi standar = 100 (Anggraini 2017)

3.8 Metode Analisis

Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji homogenitas
Levene’s test. Apabila nilai p>0,05 dilanjutkan dengan uji statistik ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD dengan α=0,05. Bila nilai p<0,05
maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-
Whitney.

30
3.8.1 Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang akan diuji sebagai berikut:


 Hipotesis I (kadar glukosa)
H0 = tidak terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus Wistar antar
kelompok perlakuan.
H1 = terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus Wistar minimal pada
satu pasang kelompok perlakuan.

 Hipotesis II (kadar LDL)


H0 = tidak terdapat penurunan kadar LDL tikus Wistar antar kelompok
perlakuan.
H1 = terdapat penurunan kadar LDL tikus Wistar minimal pada satu pasang
kelompok perlakuan.

 Hipotesis III (kadar trigliserida)


H0 = tidak terdapat penurunan kadar trigliserida tikus Wistar antar
kelompok perlakuan.
H1 = terdapat penurunan kadar trigliserida tikus Wistar minimal pada satu
pasang kelompok perlakuan.

3.8.2 Kriteria Uji

H0/H1 diterima atau ditolak ditentukan dari hasil jika Fhitung lebih kecil sama
dengan Ftabel atau nilai p lebih besar sama dengan α (0,05) maka H0 gagal ditolak.
Jika Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau nilai p lebih kecil daripada α (0,05) maka
H0 ditolak.

31
3.9 Aspek Etik Penelitian

Penelitian ini akan diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Fakultas


Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. Pada penelitian ini sampel
dan subjek penelitian menggunakan hewan coba, sehingga akan diterapkan prinsip
3R, yaitu:
 Replacement, merupakan keperluan memanfaatkan hewan coba setelah
diperhitungkan dengan akurat, yang berasal dari pengalaman terdahulu serta
literatur yang ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian dan tidak dapat
disubtitusi oleh sel maupun kultur jaringan.
 Reduction, adalah memanfaatkan hewan coba pada penelitian dengan jumlah
seminimal mungkin, namun tetap menerima kesimpulan data yang akurat
secara statistik. Berkurangnya jumlah hewan coba hingga di batas ambang
yang masih dapat dianalisis dengan metode statistik.
 Refinement, merupakan melakukan hewan coba secara manusiawi,
menggunakan filosofi dasar menjauhkan hewan coba pada beragam situasi dan
kondisi.
a. Terbebas dari lapar serta haus. Pada penelitian ini, hewan coba diberikan
pakan standar serta air minum secara ad libitum
b. Terbebas dari rasa tidak nyaman. Pada penelitian ini hewan coba
ditempatkan pada kandang dengan temperatur terjaga 20-25oC, lalu hewan
coba ditempatkan maksimal 5 ekor tiap kendang dan dihindarkan dari
kebisingan serta kegiatan manusia serta dijaga kebersihannya.
c. Terbebas dari penyakit dan rasa nyeri
d. Terbebas dari stress.

32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Kadar Glukosa Darah

Setelah tikus Wistar diinduksi PTLF dan diberikan perlakuan selama 64 hari,
kadar glukosa darah dihitung menggunakan spektrofotometer pada hari pertama
dan hari terakhir perlakuan. Hasil perhitungan rerata kadar glukosa darah
disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rerata Glukosa Darah Tikus


Kelompok Setelah Induksi Setelah Perlakuan Selisih Setelah Induksi dan
(mg/dL) (mg/dL) Setelah Perlakuan (%)
EEDS I 140,09 (17,70) 89,30 (5,71) -37,23 (8,27)
EEDS II 137,06 (17,70) 74,64 (3,12) -46,38 (7,08)
KP 156,84 (10.50) 84,60 (3,60) -46,88 (4,05)
KNE 147,90 (14,38) 130,43 (8,08) -10,34 (3,06)
KNO 71,33 (3,27) 84,17 (5,09) 17,96 (3,39)
Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
EEDS I EEDS II KP KNE KNO

Setelah Induksi (mg/dL) Setelah Perlakuan (mg/dL)

Grafik 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus Setelah Induksi & Setelah
Perlakuan

33
Data terdistribusi normal dengan hasil uji homogenitas Levene’s test
menunjukkan yang nilai p<0,05. Hasil uji ANOVA persentase kadar glukosa diperoleh
nilai F=110,89 dengan nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata persentase kadar glukosa pada minimal satu kelompok. Data
selanjutnya dianalisis dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang bermakna pada persentase kadar glukosa antar kelompok
perlakuan.

Tabel 4.2 Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Persentase Kadar Glukosa Darah Tikus
Kelompok EEDS I EEDS II KP KNE KNO
Perlakuan

EEDS I 0,017NS 0,013NS 0,001** 0,001**


NS
EEDS II 0,888 0,001** 0,001**

KP 0,001** 0,001**

KNE 0,001**

KNO

Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal
* : signifikan (p<0,05)
** : sangat signifikan (p<0,01)

Hasil uji Post Hoc Tukey HSD Tabel 4.2 kelompok EEDS I, EEDS II, dan KP
menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa yang sangat signifikan
terhadap KNE dengan (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa ekstrak etanol daun
sambiloto pada dosis 100 mg/kgBB/hari, 200 mg/kgBB/hari, dan metformin dapat
menurunkan persentase kadar glukosa lebih baik dibandingkan dengan KNE.
Bila dibandingkan antara kelompok EEDS I dan EEDS II tidak terdapat
perbedaan penurunan persentase kadar glukosa (p>0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa dosis EEDS I setara dengan dosis EEDS II dalam menurunkan glukosa
darah.

34
Kelompok KP menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap kelompok
EEDS I dan EEDS II (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan penurunan persentase kadar glukosa darah yang signifikan antara
kelompok KP dengan EEDS I dan EEDS II.
Kelompok KNO menunjukkan hasil yang sangat signifikan terhadap kelompok
EEDS I (p<0,01), EEDS II (p<0,01), KP (p<0,01), dan KNE (p<0,01).
Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan perbedaan yang signifikan pada penurunan
persentase kadar glukosa antara kelompok KNO dengan kelompok EEDS I,
EEDS II, KP, dan KNE.

4.1.2 Kadar LDL Darah

Setelah tikus wistar diinduksi PTLF dan diberikan perlakuan selama 64 hari,
kadar LDL darah dihitung menggunakan spektrofotometer pada hari pertama dan
hari terakhir perlakuan. Hasil perhitungan rerata persentase LDL darah disajikan
pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rerata LDL Darah Tikus


Kelompok Setelah Induksi Setelah Perlakuan Selisih Setelah Induksi dan
(mg/dL) (mg/dL) Setelah Perlakuan (%)
EEDS I 43,35 (1,04) 26,62 (1,80) -39,54 (2,91)
EEDS II 43,88 (3,61) 19,39 (1,37) -56,81 (3,68)
KP 46,67 (2,43) 32,87 (1,80) -30,30 (3,25)
KNE 47,72 (3,14) 52,42 (2,62) 9.39 (1,82)
KNO 33,87 (2,39) 38,37 (2,34) 13,38 (3,17)
Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal

Grafik 4.2 Rerata Kadar LDL Tikus Setelah Induksi & Setelah Perlakuan

35
60

50

40

30

20

10

0
EEDS I EEDS II KP KNE KNO

Setelah Induksi (mg/dL) Setelah Perlakuan (mg/dL)

Data terdistribusi normal dengan hasil uji homogenitas Levene’s test


menunjukkan yang nilai p>0,05. Hasil uji ANOVA persentase kadar LDL diperoleh
nilai F=378,09 dengan nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rerata persentase kadar LDL pada minimal satu kelompok. Data
selanjutnya dianalisis dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang bermakna pada persentase kadar LDL antar kelompok
perlakuan.

Tabel 4.4 Hasil Uji Post HocTukey HSD Persentase Kadar LDL Darah Tikus
Kelompok EEDS I EEDS II KP KNE KNO
Perlakuan

EEDS I 0,001** 0,001** 0,001** 0,001**

EEDS II 0,001** 0,001** 0,001**

KP 0,001** 0,001**

KNE 0,050NS

KNO

Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal
* : signifikan (p<0,05)
** : sangat signifikan (p<0,01)

Hasil uji Post Hoc Tukey HSD tabel 4.4 kelompok EEDS I, EEDS II, dan KP
menunjukkan penurunan persentase kadar LDL yang sangat signifikan terhadap

36
KNE dengan (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto
pada dosis 100 mg/kgBB/hari, 200 mg/kgBB/hari, dan metofrmin dapat
menurunkan persentase kadar LDL lebih baik dibandingkan dengan KNE.
Pada kelompok EEDS I dan EEDS II terdapat perbedaan penurunan
persentase kadar LDL yang sangat signifikan (p<0,01). Bila dibandingkan antara
dosis EEDS I dan EEDS II didapatkan perpedaan penurunkan persentase kadar
LDL darah yang sangat signifikan (p<0,01).
Kelompok KP menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kelompok EEDS I
(p<0,05) dan sangat signifikan terhadap kelompok EEDS II (p<0,01). Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan persentase kadar LDL darah yang
signifikan dan sangat signifikan antara kelompok KP dengan EEDS I dan EEDS
II.
Kelompok KNO menunjukkan hasil yang sangat signifikan terhadap kelompok
EEDS I (p>0,01), EEDS II (p<0,01) dan KP (p<0,01), namun tidak signifikan
terhadap kelompok KNE (p>0,05). Perbedaan yang sangat signifikan didapatkan
pada persentase penurunan kadar LDL antara kelompok KNO dengan kelompok
EEDS I, EEDS II dan KP.

4.1.3 Kadar Trigliserida Darah

Setelah tikus Wistar diinduksi PTLF dan diberikan perlakuan selama 64 hari,
kadar trigliserida dihitung menggunakan spektrofotometer pada hari pertama dan
hari terakhir perlakuan. Hasil perhitungan rerata persentase trigliserida darah
disajikan pada Tabel 4.5.

37
Tabel 4.5 Rerata Trigliserida Darah Tikus
Kelompok Setelah Induksi Setelah Perlakuan Selisih Setelah Induksi
(mg/dL) (mg/dL) dan Setelah Perlakuan (%)
EEDS I 120,84 (25,73) 33,42 (1,32) -72,32 (5,62)
EEDS II 122,63 (8,20) 31,44 (1,27) -74,85 (1,46)
KP 123,53 (9,56) 32,03 (2,05) -74.53 (2,41)
KNE 124,60 (8,19) 82,49 (5,63) -32,53 (3,55)
KNO 37,56 (2,99) 35,38 (3,59) -5,91 (2,90)
Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal

140

120

100

80

60

40

20

0
EEDS I EEDS II KP KNE KNO

Setelah Induksi (mg/dL) Setelah Perlakuan (mg/dL)

Grafik 4.3 Rerata kadar Trigliserida Tikus Setelah Induksi & Setelah Perlakuan

Hasil uji ANOVA persentase kadar trigliserida diperoleh nilai F=283,321 dengan nilai
p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persentase rerata
kadar trigliserida pada minimal satu kelompok. Data terdistribusi normal dengan
hasil uji homogenitas Levene’s test menunjukkan yang nilai p<0,05. Data
selanjutnya dianalisis dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang bermakna pada persentase kadar trigliserida antar
kelompok perlakuan.

38
Tabel 4.6 Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Persentase Kadar Trigliserida Darah
Tikus
Kelompok EEDS I EEDS II KP KNE KNO
Perlakuan

EEDS I 0,264NS 0,328NS 0,001** 0,001**


NS
EEDS II 0,885 0,001** 0,001**

KP 0,001** 0,001**

KNE 0,001**

KNO

Keterangan:
Kelompok EEDS I : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok EEDS II : diberikan ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar
sindrom metabolik
Kelompok KP : diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNE : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar sindrom metabolik
Kelompok KNO : diberikan CMC 1% dengan kondisi tikus Wistar normal
* : signifikan (p<0,05)
** : sangat signifikan (p<0,01)

Hasil uji Post Hoc Tukey HSD Tabel 4.6 kelompok EEDS I, EEDS II, KP, dan
KNO menunjukan penurunan persentase kadar trigliserida yang sangat signifikan
terhadap KNE dengan (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa ekstrak etanol daun
sambiloto pada dosis 100 mg/kgBB/hari, 200 mg/kgBB/hari, dan metformin dapat
menurunkan persentase kadar trigliserida lebih baik dibandingkan dengan KNE.
Bila dibandingkan antara kelompok EEDS I dan EEDS II tidak terdapat
perbedaan penurunan persentase kadar LDL yang bermakna (p>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa dosis EEDS I dan EEDS II yang diberikan setara dalam
menurunkan kadar trigliserida.
Kelompok KP menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap kelompok
EEDS I dan EEDS II (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan penurunan persentase kadar trigliserida darah yang signifikan antara
kelompok KP dengan EEDS I dan EEDS II.
Kelompok KNO menunjukkan hasil yang sangat signifikan terhadap kelompok
EEDS I (p<0,01), EEDS II (p<0,01), KP (p<0,01), dan KNE (p<0,01). Perbedaan
yang sangat signifikan didapatkan pada persentase penurunan kadar trigliserida
antara kelompok KNO dengan kelompok EEDS I, EEDS II, KP, dan KNE.

39
4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto dengan
dosis 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari dapat menurunkan kadar glukosa,
LDL, dan trigliserida darah pada tikus sindrom metabolik. Ekstrak etanol daun
sambiloto dengan dosis 200 mg/kgBB/hari cenderung lebih dapat memberikan
efek terapeutik yang lebih baik dibandingan dosis 100 mg/kgBB. Semakin tinggi
dosis ekstrak etanol daun sambiloto memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah karena adanya konsentrasi
antihiperglikemia, antidislipid, dan antioksidan yang menyebabkan penurunan
kadar glukosa, LDL, dan trigliserida dalam darah (Jong et al., 2018).
Dari hasil penelitian, menunjukkan kelompok yang diberi metformin memiliki
aktivitas antihiperglikemi yang paling tinggi dengan penurunan rerata persentase
kadar glukosa sebesar 46,88%. Kelompok yang diberikan ekstrak etanol daun
sambiloto dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari memberikan
penurunan persentase kadar glukosa sebesar 37,23% dan 46,38%. Hasil penelitian
ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dimana
ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 434,6 mg/kgBB/hari dan 1303,8
mg/kgBB menyebabkan penurunan kadar glukosa sebesar 53,55% dan 60,14%
dengan pemberian EEDS selama 5 hari (Nugroho et al. 2012). Hal tersebut dapat
terjadi karena kemungkinan adanya perbedaan dosis dan durasi penelitian
sebelumnya yang berlangsung dengan perlakuan selama 5 hari dan penelitian ini
berlangsung selama 14 hari. Hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
tidak signifikan antara EEDS I dan EEDS II, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dosis 100 mg/kgBB/hari EEDS dapat memberikan efek yang setara dengan dosis
200 mg/kgBB/hari. Penurunan glukosa darah dapat terjadi karena kandungan
saponin di dalam daun sambiloto bekerja seperti sulphonylurea dengan
menghambat K-ATP channel sehingga mengganggu pengeluaran kalium pada
akhirnya akan membantu meningkatkan sekresi insulin dan menyebabkan
penurunan kadar glukosa. Flavonoid yang terkandung di dalam daun sambiloto

40
menghambat GLUT-2 dari mukosa usus dan fosfodiesterase sehingga dapat ikut
berperan dalam menurunkan kadar glukosa di dalam darah. Kandungan alkaloid
yang tinggi di dalam daun sambiloto mengandung enzim a-glucoronidase yang
menghambat sera mengurangi transport glukosa pada sel epitel usus sehingga
menurunkan penyerapan glukosa (Jong et al. 2018).
Penurunan LDL pada kelompok EEDS II memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan kelompok lain. Pada penelitian sebelumnya dengan dosis sebanyak
434,6 mg/kgBB/hari dan 1303,8 mg/kgBB/hari, dapat menyebabkan penurunan
sebanyak 102,53% dan 130,68% (Nugroho et al. 2012). Berdasarkan penelitian
kali ini, dosis EEDS sebanyak 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari dapat
menurunkan kadar LDL darah sebesar 39,54% dan 56,81%. Perbedaan dapat
terjadi karena perbedaan durasi dan dosis dari perlakuan yang diberikan pada
penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, metformin menurunkan kadar LDL
sebesar 30,30%. Dosis EEDS II memberikan efek yang lebih baik daripada EEDS
I dan metformin dalam menurunkan kadar LDL darah. Hal ini kemungkinan dapat
terjadi karena kandungan dari ekstrak etanol daun sambiloto memberikan efek
terapeutik langsung terhadap penurunan LDL dengan adanya flavonoid yang
mencegah oksidasi LDL secara langsung. Flavonoid dapat merangsang produksi
antioksidan yang dapat menurunkan kadar LDL. Selain itu, penurunan glukosa
yang disebabkan oleh kandungan EEDS secara tidak langsung juga dapat
menurunkan kadar LDL. Metformin dapat secara tidak langsung menurunkan
kadar LDL melalui perununan glukosa. Glukoneogenesis yang terhambat pada
hepar menurunkan kadar glukosa dan secara tidak langsung menurunkan
penyimpanan lemak. Penurunan glukosa menghambat terbentuknya lemak
sehingga semakin sedikit lemak yang dimetabolisme di hepar.
Pemberian ekstrak etanol daun sambiloto selama 14 hari secara signifikan
dapat menurunkan kadar trigliserida pada mencit sindrom metabolik. Pada
kelompok dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari masing-masing
menurunkan kadar trigliserida darah sebanyak 72,32% dan 74,85%. Persentase
masing-masing dosis memberikan efek penurunan yang signifikan daripada
kelompok tikus yang diberikan metformin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari yang

41
menurunkan kadar trigliserida tikus sebanyak 74,53%. Pada penelitian
sebelumnya, ekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 343,6 mg/kgBB/hari dan
1303,8 mg/kgBB/hari mampu menurunkan kadar trigliserida sebanyak 38,61%
dan 49,54% (Nugroho et al. 2012). Perbedaan persentase kadar penurunan
kemungkinan dapat terjadi karena adanya perbedaan durasi dan perlakuan
penelitian sebelumnya yang berlangsung selama 5 hari, sedangkan penelitian kali
ini berlangsung selama 14 hari. Kelompok dosis EEDS 200 mg/kgBB/hari
kemungkinan dapat memberikan efek yang lebih baik karena kandungan dari
EEDS menurunkan kadar glukosa sehingga berefek langsung kepada trigliserida.
Penurunan ini bersifat cenderung lebih cepat karena rigliserida yang merupakan
hasil metabolisme sisa dari glukosa dan lemak ikut menurun kadarnya seiring
dengan penurunan glukosa serta lemak.
Daun sambiloto memiliki metabolit sekunder seperti andrographolide saponin,
flavonoid, dan alkaloid yang memiliki efek antiinflamasi, antioksidan,
antidislipidemia yang dapat menghambat peningkatan kadar glukosa, LDL, dan
trigliserida dalam darah. Kandungan antioksidan dalam senyawa aktif tanaman
sambiloto dapat menghambat terbentuknya ROS sehingga dapat menurunkan
kadar glukosa, LDL, dan trigliserida darah.

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian


4.3.1 Hipotesis Penelitian I (kadar glukosa)

 Ekstrak etanol daun sambiloto menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar
model sindrom metabolik

Hipotesis Statistik I (kadar glukosa)


 H0 = Tidak terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus Wistar antar
kelompok perlakuan.

42
 H1 = Terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus Wistar minimal pada
satu pasang kelompok perlakuan.

Hal yang mendukung :


 Hasil ANOVA menunjukkan nilai p<0,05 Hal ini berarti terdapat perbedaan
rerata penurunan kadar glukosa antar minimal 2 kelompok.
 Hasil uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan rerata penurunan glukosa darah
pada kelompok EEDS I dan EEDS II berbeda sangat signifikan terhadap
kelompok KNE dengan p<0,01.

Hal yang tidak mendukung :


 Tidak ada.

Simpulan :
 Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data

4.3.2 Hipotesis Penelitian II (kadar LDL)

 Ekstrak etanol daun sambiloto menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar
model sindrom metabolik

Hipotesis Statistik II (kadar LDL)


 H0 = Tidak terdapat penurunan kadar LDL tikus Wistar antar kelompok
perlakuan.
 H1 = Terdapat penurunan kadar LDL tikus Wistar minimal pada satu pasang
kelompok perlakuan.

Hal yang mendukung :

43
 Hasil ANOVA menunjukkan nilai p<0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan
rerata penurunan kadar LDL antar minimal 2 kelompok.
 Hasil uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan rerata penurunan LDL darah
pada kelompok EEDS I dan EEDS II berbeda sangat signifikan terhadap
kelompok KNE dengan p<0,01.

Hal yang tidak mendukung :


 Tidak ada.
Simpulan :
 Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data

4.3.3 Hipotesis Penelitian III (kadar trigliserida)

 Ekstrak etanol daun sambiloto menurunkan kadar trigliserida tikus Wistar


model sindrom metabolik

Hipotesis Statistik III (kadar trigliserida)


 H0 = tidak terdapat penurunan kadar trigliserida darah tikus Wistar antar
kelompok perlakuan.
 H1 = terdapat penurunan kadar trigliserida tikus Wistar minimal pada satu
pasang kelompok perlakuan.

Hal yang mendukung :


 Hasil ANOVA menunjukkan nilai p<0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan
rerata penurunan kadar trigliserida antar minimal 2 kelompok.
 Hasil uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan rerata penurunan trigliserida
darah pada kelompok EEDS I dan EEDS II berbeda sangat signifikan
terhadap kelompok KNE dengan p<0,01.

Hal yang tidak mendukung :


 Tidak ada.

44
Simpulan :
 Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data

45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar


glukosa darah tikus Wistar model sindrom metabolik.
2. Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar
LDL darah tikus Wistar model sindrom metabolik.
3. Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar
trigliserida darah tikus Wistar model sindrom metabolik.

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan pemberian ekstrak etanol daun


sambiloto berdasarkan durasi pemberian, waktu perlakuan, dan dosis berbeda.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai fungsi kandungan ekstrak etanol daun
sambiloto terhadap gambaran histologi insula Langerhans.
3. Penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimal pemberian ekstrak etanol daun
sambiloto.
4. Penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas dan efek samping ekstrak etanol
daun sambiloto untuk mengetahui batas keamanan penggunaannya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, S. et al. 2018. Efek Ekstrak Etanol Kombinasi Daun Sambiloto Dan
Daun Mimba Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus. Farmakologika Jurnal
Farmasi XV(1), p. p.
Anggraini, T.S.B.S.H. 2017. Perbandingan Kadar Trigliserida Menggunakan Alat
Poct (Point Of Care Test) Dan Spektrofotometer., p. 5. doi:
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1147.
Apriliani, D. et al. 2015. Aktivitas Hepatoproteksi Ekstrak Polifenol Buah Delima
(Punica granatum L.) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Parasetamol.
Jurnal Kedokteran Yarsi 23(3), pp. 128–142.
Bajpai, V.K. et al. 2014. Antioxidant, Lipid Peroxidation Inhibition and Free
Radical Scavenging Efficacy of a Diterpenoid Compound Sugiol Isolated
from Metasequoia Glyptostroboides. Asian Pacific Journal of Tropical
Medicine 7(1), pp. 9–15. doi: http://dx.doi.org/10.1016/S1995-
7645(13)60183-2.
Fathan 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Apel Manalagi Untuk
Mencegah Penignkatan Kadar Serum LDL Tikus Bunting Yang Dipapar
Asap Rokok.
Firgiansyah, A. 2016. Perbandingan Kadar Glukosa Darah Menggunakan
Spektrofotometer dan Glukometer. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 13irgiansy(1), pp. 1–71.
Ghanda, N. 2009. Hubungan Perilaku Dengan Prevalensi Dislipidemia Pada
Masyarakat Kota Ternate Tahun 2008. Fkui , pp. 5–19.
Gheibi, S. et al. 2019. Therapeutic Effects of Curcumin and Ursodexycholic Acid
on Non-Alcoholic Fatty Liver Disease. Biomedicine and Pharmacotherapy
115(April), p. 108938. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biopha.2019.108938.
Haeusler, R.A. et al. 2018. Metabolic Signalling: Biochemical and cellular
properties of insulin receptor signalling. Nature Reviews Molecular Cell
Biology 19(1), pp. 31–44. Available at:
http://dx.doi.org/10.1038/nrm.2017.89.
HARDININGSIH, R. and NURHIDAYAT, N. 2006. The Effect of Consuming
the Hypercholesterolemia Rationed Food to the Body Weight of White Rats
Wistar With Administration of Lactic Acid Bacteria. Biodiversitas Journal
of Biological Diversity 7(2), pp. 127–130. Available at:
https://smujo.id/biodiv/article/view/531.
Hassanein, M. et al. 2022. Diabetes and Ramadan: Practical Guidelines 2021. doi:
10.1016/j.diabres.2021.109185.
Hundal, R.S. et al. 2000. Mechanism by which metformin reduces glucose

47
production in type 2 diabetes. Diabetes 49(12), pp. 2063–2069. doi:
10.2337/diabetes.49.12.2063.
Indrati, R. et al. 2019. Analisa Potensi Ekstrak Etanol Andrographis paniculata,
Nees sebagai Alternatif Antelmintik Fitofarmaka. 2, pp. 435–443. doi:
10.14334/pros.semnas.tpv-2019-p.435-443.
Jong, F.H.H. et al. 2018. Effects of Sambiloto Ethanol Extract on Fatty Liver,
SGOT/SGPT Levels and Lipid Profile of Wistar Strain White Rat (Rattus
norvegicus) Exposed to High-Fat Diet. Folia Medica Indonesiana 54(2), p.
89. doi: 10.20473/fmi.v54i2.8856.
Kamso, S. et al. 2011. Prevalensi dan Determinan Sindrom Metabolik pada
Kelompok Eksekutif di Jakarta dan Sekitarnya. Kesmas: National Public
Health Journal 6(2), p. 85. doi: 10.21109/kesmas.v6i2.110.
Karbon, D. and Ccl, T. 2019. Uji Efek Hepatoprotektor Andrographolide terhadap
Kadar Glutation Jaringan Hepar Tikus Rattus Norvegicus Galur Program
Studi Kedokteran , FK UNTAN Departemen Mikrobiologi Medik , Program
Studi Kedokteran , FK UNTAN Departemen Biokimia Medik , Program
Stud. 5, pp. 1314–1321.
Kementrian kesehatan republik indonesia 2020. Infodatin 2020. Infodatin 2020 ,
pp. 1–2.
Lestari, A.A.W. 2011. Resistensi Insulin : Definisi, Mekanisme, dan Pemeriksaan
Laboratoriumnya. Buku Ilmiah Clinical Pathology Update on SURAMADE
1, pp. 1–8. Available at:
https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/
ad31ce278a7564c52f74b34e9c5fa38e.pdf.
Lestari, W.I. 2013. Efek Paparan Sidestream Cigarette Smoke Pada Kadar
Glukosa Darah Tikus Wistar.
Lina, R.N. and Jannah, S.N. 2019. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Bugenvil
(Bougenvillea Spectabilis) Terhadap Penurunan Kadar Kolestrol Total
Mencit Yang di Induksi Pakan Tinggi Lemak. Biomedika 12(2), pp. 121–
131. doi: 10.31001/biomedika.v12i2.601.
Mi, J. et al. 2019. Effect of Berberine on the HPA-Axis Pathway and Skeletal
Muscle GLUT4 in Type 2 Diabetes Mellitus Rats. Diabetes, Metabolic
Syndrome and Obesity: Targets and Therapy 12, pp. 1717–1725. doi:
10.2147/DMSO.S211188.
Nashriana, N. et al. 2015. Combined Food (Bekatul dan Lemak) Menurunkan
Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, dan LDL pada Tikus Galur Wistar
Combined Food (Rice Bran and Fat) Reduce of the Total Cholesterol
Levels, Triglycerides, and LDL of Wistar Strain Rats. Jurnal Kedokteran
Brawijaya 28(3), p. 208.
Nugroho, A.E. et al. 2012. Antidiabetic and Antihiperlipidemic Effect of
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees and Andrographolide In High-

48
fructose-fat-fed rats. Indian Journal of Pharmacology 44(3), pp. 377–381.
doi: 10.4103/0253-7613.96343.
Puneem, U.S. et al. 2021. Incidence of Nonalcoholic Fatty Liver Diseases and
their Associated Risk Factors Among the Type-2 Diabetic Population.
Journal of Applied Pharmaceutical Science 11(7), pp. 158–162. doi:
10.7324/JAPS.2021.110718.
Rochlani, Y. et al. 2017. Metabolic syndrome: Pathophysiology, management,
and modulation by natural compounds. Therapeutic Advances in
Cardiovascular Disease 11(8), pp. 215–225. doi:
10.1177/1753944717711379.
Setyari, P.R. et al. 2008. Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif LDL-C ( Rosi
S ., Gelgel W ., Junitha ) Metode Analisis Kualitatif dan Kuantitatif LDL-C
( Rosi S ., Gelgel W ., Junitha )., pp. 24–30.
Sigit, F.S. et al. 2020. The Prevalence of Metabolic Syndrome and Its Association
With Body Fat Distribution in Middle-aged Individuals From Indonesia and
the Netherlands: A Cross-sectional Analysis of Two Population-Based
Studies. Diabetology and Metabolic Syndrome 12(1), pp. 1–11. Available
at: https://doi.org/10.1186/s13098-019-0503-1.
Sinulingga, S. et al. 2020. Uji Fitokimia dan Potensi Antidiabetes Fraksi Etanol
Air Benalu Kersen (Dendrophtoe petandra (L) Miq). Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan 16(1), p. 76. doi: 10.24853/jkk.16.1.76-83.
Soelistijo Soebagijo Adi, et all 2019. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
, p. 133.
Sonora, Y. et al. [no date]. Pengaruh Pemberian Ekstrak Beras Hitam Terhadap
Kadar Trigliserida Pada Tikus Wistar Yang Diberi Diet Prodislipidemia.
Suhaema and Masthalina, H. 2015. Pola Konsumsi Dengan Terjadinya Sindrom
Metabolik di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 9(4), pp.
340–347.
Tatto, D. et al. 2017. Efek Antihiperkolesterol dan Antihiperglikemik Daun
Ceremai (Phyllantus acidus (L.) Skeels) pada Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus) Hiperkolesterol Diabetes. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy) (e-Journal) 3(2), pp. 157–164. doi:
10.22487/j24428744.0.v0.i0.8769.
Yanti, E.D. et al. 2019. Kombinasi Ekstrak Sambiloto Dengan Metformin Lebih
Baik Dalam Memperbaiki Sel Beta Pulau Langerhans Dari Pada Metformin.
Ojs.Unud.Ac.Id 8(2)
Yuniati, Ria Siti Fatimah Pradigdo, M.Z.R. 2017. Hubungan Konsumsi
Karbohidrat, Lemak Dan Serat Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Lanjut
Usia Wanita (Studi Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
Kota Semarang Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 5(4),

49
pp. 759–767.

50
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Etik Peneliti

51
Lampiran 2 Surat Determinasi Tumbuhan Sambiloto

52
Lampiran 3 Data Kadar Glukosa Darah Tikus

Setelah Setelah
Induksi Perlakuan Selisih Persentase
GLUKOSA TIKUS (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (%)

NORMAL 1 71.03 30.51 -3.76 -10.97


2 70.21 36.27 -1.38 -3.67
3 73.41 36.41 -1.82 -4.76
4 75.30 33.58 -1.98 -5.57
5 66.70 40.15 -1.94 -4.61
NEGATIF 1 149.66 85.06 -35.42 -29.40
2 151.22 84.37 -55.19 -39.55
3 145.32 86.52 -36.84 -29.86
4 138.27 83.77 -42.18 -33.49
5 130.32 71.17 -43.95 -38.18
POSITIF 1 167.13 32.51 -83.76 -72.04
2 146.54 33.28 -81.26 -70.94
3 167.70 29.65 -91.03 -75.43
4 157.57 35.15 -96.74 -73.35
5 122.81 30.12 -108.48 -78.27
EEDS I 1 136.67 34.3 -77.94 -69.44
2 167.76 34.53 -91.62 -72.63
3 155.57 32.09 -79.82 -71.33
4 128.15 34.3 -68.64 -66.68
5 132.52 33.89 -67.71 -66.64
EEDS II 1 167.13 31.81 -100.08 -75.88
2 141.15 31.04 -98.08 -75.96
3 71.03 32.44 -80.82 -71.36
4 70.21 30.46 -81.78 -72.86
5 73.41 33.15 -93 -73.72

Lampiran 4

53
Lampiran 4 Data Kadar LDL Tikus

Setelah Setelah
Induksi Perlakuan Selisih Persentase
LDL TIKUS (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (%)
NORMAL 1 33.76 37.94 4.18 12.38
2 34.80 37.89 3.09 8.88
3 34.70 40.24 5.54 15.97
4 36.22 40.87 4.65 12.84
5 29.90 34.94 5.04 16.86
NEGATIF 1 51.00 54.68 3.68 7.22
2 46.35 51.00 4.65 10.03
3 46.15 50.49 4.34 9.40
4 45.82 51.33 5.51 12.03
5 52.35 56.68 4.33 8.27
POSITIF 1 48.82 34.51 -14.31 -29.31
2 47.15 31.83 -15.32 -32.49
3 48.82 31.84 -16.98 -34.78
4 42.30 30.46 -11.84 -27.99
5 45.81 33.46 -12.35 -26.96
EEDS I 1 43.64 26.88 -16.76 -38.41
2 44.80 28.34 -16.46 -36.74
3 44.31 27.70 -16.61 -37.49
4 42.30 24.81 -17.49 -41.35
5 42.64 24.00 -18.64 -43.71
EEDS II 1 47.65 21.66 -25.99 -54.54
2 43.64 18.00 -25.64 -58.75
3 40.46 19.10 -21.36 -52.79
4 48.82 18.49 -30.33 -62.12
5 42.45 18.74 -23.71 -55.85

54
Lampiran 5 Data Kadar Trigliserida Tikus

Setelah Setelah
Induksi Perlakuan Selisih Persentase
Trigliserida TIKUS (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (%)
NORMAL 1 34.27 30.51 -3.76 -10.97
2 37.65 36.27 -1.38 -3.67
3 38.23 36.41 -1.82 -4.76
4 35.56 33.58 -1.98 -5.57
5 42.09 40.15 -1.94 -4.61
NEGATIF 1 120.48 85.06 -35.42 -29.40
2 123.36 86.52 -36.84 -29.86
3 125.95 83.77 -42.18 -33.49
4 115.12 71.17 -43.95 -38.18
5 123.15 84.07 -39.08 -31.73
POSITIF 1 116.27 32.51 -83.76 -72.04
2 120.68 29.65 -91.03 -75.43
3 131.89 35.15 -96.74 -73.35
4 138.6 30.12 -108.48 -78.27
5 119.24 31.51 -87.73 -73.57
EEDS I 1 126.15 34.53 -91.62 -72.63
2 111.91 32.09 -79.82 -71.33
3 102.94 34.30 -68.64 -66.68
4 112.24 34.30 -77.94 -69.44
5 170.23 31.41 -138.82 -81.55
EEDS II 1 131.89 31.81 -100.08 -75.88
2 129.12 31.04 -98.08 -75.96
3 112.24 30.46 -81.78 -72.86
4 126.15 33.15 -93.00 -73.72
5 123.15 29.74 -93.41 -75.85

55
Lampiran 6 Perhitungan Metformin

1. Dewasa 70 kg, dosis metformin = 500 mg/hari


2. Konversi dari dosis manusia dewasa 70 kg dengan berat tikus 200 gram =
0,018
3. Untuk tikus 200 gram = 0,018 x 500 = 9 mg/hari
4. Untuk dosis tikus dengan berat 1000 gram = 1000/200 x 9 = 45 mg
5. Pembulatan menjadi 50 mg/kgBB/hari

56
Lampiran 7 Uji Normalitas Kadar Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida

57
Lampiran 8 Kadar Rerata Persentase Selisih Glukosa Darah, LDL, dan
Trigliserida

58
Lampiran 9 Uji Homogenitas dan Variansi Glukosa Darah, LDL, dan
Trigliserida

59
Lampiran 10 Uji One Way ANOVA Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida

60
Lampiran 11 Uji Post Hoc Tukey HSD Glukosa Darah, LDL, dan Trigliserida

61
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian

Pengambilan Tanaman Sambiloto

Pengeringan Daun Sambiloto

62
Penimbangan Serbuk Daun Sambiloto

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto

63
Pemberian PTLF dan Perlakuan Pada Tikus Wistar

Pengambilan Darah Melalui Sinus Orbitalis Tikus Wistar

64
Persiapan Pembedahan Tikus Wistar Sesudah Perlakuan

Pembedahan Tikus Wistar

65
Pengecekan Sampel Serum Menggunakan Spektrofotometer

66
RIWAYAT HIDUP

Nama : Jason Christopher Alexander


NRP : 1910010
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 2 Juni 2001
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Jalan Kalimas Barat A2/V, Panggung Lor, Semarang
Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50177
E-mail : jason.christopher20@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
o 2004-2008 : TK Bhineka Semarang
o 2008-2014 : SD Kristen Tri Tunggal Semarang
o 2014-2016 : SMP Kristen Tri Tunggal Semarang
o 2016-2019 : SMA Kristen Tri Tunggal Semarang
o 2019-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha, Bandung

67

Anda mungkin juga menyukai