Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEPERAWATAN

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

DOSEN PEMBIMBING :
Ismar Agustin, S.Kp, M.Kes.

Dr. Mulyadi.,S.Kp.,M.Kep

OLEH :
Tiara Desta Rahmawati
PO7120118088
2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Standar Asuhan
Keperawatan Stroke”
Penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Pada makalah ini akan dibahas Standar Asuhan Keperawatan Stroke beserta
isinya.
Dalam pembuatan makalah ini tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada IbuIsmar
Agustin, S.Kp, M.Kes.. selaku dosen pembimbing ManajemenKeperawatan karena telah
membantu saya dalam memberikan materi tentang pembahasan ini. Selain itu, saya juga
mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan teman-teman saya yang telah memberikan doa,
dorongan, serta bantuan kepada saya sehingga makalah ini bisa saya selesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari Ibu serta rekan-rekan sekalian sehingga saya dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan menyempurnakannya sehingga
menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk menghasilkan
makalah yang lebih baik lagi.

Palembang, April 2020

2
Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................3
BAB I : Pendahuluan....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................4
BAB II : Standar Asuhan Keperawatan.....................................................................5
2.1 Pengkajian............................................................................................................5
2.2 Analisa Data.........................................................................................................7
2.3 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................8
2.4 Intervensi Keperawatan........................................................................................8
2.5 Standar Operasional Prosedur..............................................................................14
BAB III : Penutup.........................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................19
Daftar Pustaka..............................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi
masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak
10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan. [ CITATION Bat08 \l
1033 ]

Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua kematian.
Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang dewasa yang lebih
tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di
seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini
akan terjadi pada orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan
sepertiga akan pada orang yang berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan
suplai darah ke otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan
darah. Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
[ CITATION Wor15 \l 1033 ]

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang bisa dibuat yaitu bagaimana standar asuhan keperawatan

pada Stroke.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana standar asuhan keperawatan pada stroke.

4
BAB II

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien baik mental, sosial, dan

lingkungan.

a. Identitas diri klien


1). Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM, alamat.

2). Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaa, alamat.

b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.

2). Riwayat penyakit sekarang : riwayat penyakit pasien yang diderita saat masuk RS.

3). Riwayat kesehatan lalu : riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah

diderita oleh pasien.

5
4). Riwayat kesehatan keluarga : adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh

anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)

c. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum.

2). Pemeriksaan persistem

a). Sistem persepsi dan sensori :pemeriksaan 5 indera

b). Sistem persarafan : bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil,

orientasi waktu dan tempat.

c). Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas.

d). Sistem kardiovaskuler: nilai TD, nadi dan irama, kualitas dan frekuensi.

e). Sistem gastrointestinal : nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peristaltik

usus, dan eliminasi.

f). Sistem integumen : warna kulit, turgor, tekstur dari kulit pasien.

g). Sistem reproduksi.

h). Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK

d. Pola fungsi kesehatan


1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi terdapat juga

kebiasan merokok, minum alkohol dan pengunaan obat-obatan.

2). Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang mengalami lemas, pusing,

kelelahan, kelemahan otot dan penurunan kesadaran.

3). Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan

muntah.

4). Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguria.

5). Pola tidur dan istirahat.

6
6). Pola kognitif dan perceptual

7). Persepsi diri/ konsep diri.

8). Pola toleransi dan koping stres: pada pasien hipertensi biasanya mengalami stress

psikologi.

9). Pola seksual reproduktif

10). Pola hubungan dan peran.

2.2Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : - Kerusakan Neurovaskular Gangguan mobilitas fisik
DO :
- Tampak lemah
- Hanya tiduran
- TD : 170/90
- RR : 24x/mnt
- N : 100x/mnt
- S : 38,7

2. DS : - Ketidakseimbangan suplay Perfusi jaringan tidak


DO : O2 efektif
- Konjungtiva anemis
- Akral hangat
- Suara nafas vesikuler
- RR : 24x/mnt
- TD : 170/90
- N : 100x/mnt
- S : 38,7

7
3. DS : - Status kesehatan menurun Defisit Perawatan Diri
DO :
- Mandi dilakukan ditempat
tidur
- Keramas di tempat tidur

2.3 Diagnosa Keperawatan.


1. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskleletal dan neurovaskuler.
2. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) b/d aliran arteri lambat.
3. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak.

2.4 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan neurovaskuler
Intervensi Utama
 Dukungan Ambulasi
 Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

8
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
 Dukungan Mobilisasi
Intervensi Pendukung
 Edukasi latihan fisik
 Definisi : Mengajarkan aktivitas fisik reguler untuk mempertahankan atau meningkatkan
kebugaran dan kesehatan
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikasn kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga
- Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
- Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas program latihan yang diinginkan
- Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat
- Ajarkan teknik menghindari cidera saat berolahraga
- Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan okesigen
selama latihan fisik
 Edukasi teknik ambulasi
 Latihan otogenik
 Manajemen energi
 Manajemen nyeri
 Pemantauan neurologis
 Pemberian obat
 Pembidaian
 Pencegahan jatuh
9
 Pengekangan fisik
 Perawatan sirkulasi
 Promosi berat badan
 Terapi aktivitas

2. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) b/d aloiran arteri lambat
Intervensi Utama
 Manajemen Sensasi Perifer
 Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola ketidaknyamanan pada perubahan sensasi
perifer
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan sensasi
- Identifikasi penggunaan alat pengikat, prostesisi, sepatu, dan pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia,jika perlu
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Terapeutik
- Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya
Edukasi
- Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan ternal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
 Perawatan Sirkulasi
Intervensi Pendukung

10
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Definisi : Memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program pengobatan yang
sudah ditentukan
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
- Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama
menjalani program pengobatan, jika perlu
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
- Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program
pengobatan
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani program
pengobatan
- Anjurkan pasiem dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat,
jika perlu
 Edukasi berat badan efektif
 Edukasi berhenti merokok
 Edukasi diet
 Edukasi latihan fisik
 Edukasi teknik ambulasi
 Insersi intravena
 Manajemen cairan
 Manajemen hipovolemia
 Manajemen syok

11
 Pemantauan cairan
 Pemberian obat
 Pengaturan posisi
 Perawatan emboli perifer
 Terapi intravena
 Uji laboratorium di tempat tidur

3. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak.


Intervensi utama
 Dukungan Perawatan Diri
 Definisi : Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebjutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
 Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
 Dukungan Perawatan Diri : Berhias
 Dukungan Perawatan Diri : Berpakaian
 Dukungan Perawatan Diri : Makan/Minum
 Dukungan Perawatan Diri : Mandi

12
Intervensi Pendukung
 Dukungan emosional
 Definisi : Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stres
 Tindakan
Observasi
- Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
- Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. Merangkul, menepuk-nepuk)
- Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu
- Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. Ansietas, marah, sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons yang
biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
 Kontrak perilaku positif
 Manajemen demensia
 Pemberian makanan
 Pencegahan jatuh
 Perawatan kuku
 Perawatan mata
 Perawatan mulut
 Perawatan rambut
 Perawatan telinga

13
 Perawatan perineum
 Promosi harga diri
 Reduksi ansietas
 Terapi menelan

2.5 Standar Operasional Prosedur Ambulasi


Definisi Ambulasi
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan
bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi
mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur
dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan
toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah aktivitas berjalan.

Tujuan Ambulasi
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah:
1) Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat
yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal,
penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
d) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.

14
e) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran
kemih, hiperkalsiuria
f) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian
distal, nyeri yang hebat.

Manfaat Ambulasi
Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis
(thrombosis vena profunda/DVT).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi


a. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan lelah kronik
menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal.
b. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat
kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
c. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan jaringan
subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan
mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya asupan
vitamin C.

Alat –alat yang diperlukan


a. Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen untuk
meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan pasien.
Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
b. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang yang
digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki
panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).

15
c. Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh
digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu
menopang tubuh.

Tindakan-tindakan Ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan klien pada posisi terlentang
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di
belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan
vetebra servikal.
7) Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan kaki
ke belakang kaki.
9) Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur.
b. Duduk di tepi tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat ia
akan duduk.
3) Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.
4) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh dari
sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan
kaki yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien,
sokong kepala dan lehernya

16
9) Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien
memutar ke bawah.
12) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai dan angkat
pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai
c. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi
1) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45
derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda
dalam posisi terkunci.
2) Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4) Regangkan kedua kaki perawat.
5) Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien
6) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan
tangan pada skapula pasien.
7) Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki,
pertahankan lutut agak fleksi.
8) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke
depan kursi
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk
menyokong.
11) Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12) Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan
penampilannya.
d. Membantu Berjalan

17
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak
tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
3) Bantu pasien berjalan
e. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1) Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat
kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat
ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih
berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team fioterapi. Namun
perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa perawatan
yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi
masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak
10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan. Pengkajian yang
sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf
kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini
adalahGangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah
serebral, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit
perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan
kerusakan neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi terhadap
menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.

19
B. Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan dimengerti
oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena dengan mengetahui
“Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis.
Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut maka kita akan temotivasi lagi
untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19716775/ASKEP_STROKE

https://www.academia.edu/37609321/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_STROKE_Disusun_oleh

https://id.scribd.com/doc/105058085/Analisa-Data

Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1, PPNI

Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan II, PPNI

20

Anda mungkin juga menyukai