A. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim ( Mochtar, 1998 ). Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio
caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari kulit
sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim
dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008).Prawirohardjo (2005), berpendapat bahwa SC adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan
suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
B. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinaria
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan munh
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisaa kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic,sesuai indikasi.
2. Asietas b.d kurang terpapar informasi Stelah dilakuakn intervensi selama 3 Observasi
d.d klien merasa bingung,klien merasa jam diharapkan tingkat kecemasan Indentifikasi saat tingkat ansietas
khawtir,klien tampak gelisah,,frekuensi menurun. berubah (misalnya
nadi meningkat. Dengan Kriteria hasil : kondisi,waktu.stersor)
Pasien tampak tenang Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Frekuensi nadi normal 80x/i dan non verbal).
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercyaan
temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
Pahami situasi yg menbuat ansietas
Gunakan pendekatan yg tenang dan
menyakinkan.
Edukasi
Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yg
di alami
Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas.
3. Hipotermia b.d Terpapar suhu lingkungan Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
rendah d.d kulit klien teraba dingin, jam diharapkan suhu tubuh pasien Monitor suhu tubuh
menggigil, suhu di bawah nilai normal. normal. Identifikasi penyebab hipotermia
Dengan Kriteria hasil : Terapeutik
Klien tidak mengigil Sediakan lingkungan yang hangat (atur
Suhu tubuh normal ( 36,2◦ C-37◦ suhu ruangan)
C) Lakukan pengahangatan pasif
(pemberian selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
Edukasi
Anjurkan makan atau minum hangat
4. Resiko jatuh b.d Efek agen farmakologis Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
(Sedasi, anastesi umum) d.d klien dibius jam diharapkan resiko jatuh dapat di Indentifikasi kebutuhan keselamatan
dengan anastesi spinal, mobilitas terbatas. minimalisir. Monitor perubahan status keselamatan
Dengan Kriteria hasil : pasien
Klien tidak jatuh Terapeutik
Hilangkan Bahaya keselamatan
lingkungan
Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
Edukasi
Ajarkan individu,keluarga dan
kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan .
5 Resiko pendarahan b.d efek prosedur Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
invasive d.d penurunan kadar hemoglobin jam diharapakan resiko pendarahan Monitor tanda dan gejala pendrahan
menurun Monitor nilai hemoglobin sebelum dan
Dengan kriteria hasil : stelah kehilangan darah
Nilai kadar hemoglobin normal Terapeutik
(12gr/dl smpai 16gr/dl ) Pertahankan bed rest selama pendrahan
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
Ajurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin k
Anjurkan segera melapor jika terjadi
pendarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengontrol
pendarahn
SOFT TISSUE TUMOR (STT)
A. Definis
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma.Secara klinis, tumor dibedakan artian khusus atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang
atau hipertrofi. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak.Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel
secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.Kanker, karsinoma, atau
sarkoma tumbuh menyusup (infiltrative) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan
umumnya fatal jika dibiarkan.Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi dari yang relatif jinak
sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif), dan umumnya tidak
bermetastasis, misalnya lipoma.Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dan sel
tumor.Dari pemeriksaan mikroskopik ini tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai timbul satu atau lebih neoplasma yang
sifatnya berlainan. Sel dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam tumor ialah sel tubuh yang
mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas bentuk dan strukturnya.Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya
penyimpangan dalam pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi danmenyebabkan metastasis.
B. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya
suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya
tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal,
sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah.kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat
menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic,sesuai indikasi.
2 Asietas b.d kurang terpapar informasi Stelah dilakuakn intervensi selama 3 jam Observasi
d.d klien merasa bingung,klien diharapkan tingkat kecemasan menurun. Indentifikasi saat tingkat ansietas
merasa khawtir,klien tampak Dengan Kriteria hasil : berubah (misalnya kondisi,waktu.stersor)
gelisah,,frekuensi nadi meningkat. Pasien tampak tenang Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Frekuensi nadi normal 80x/i dan non verbal).
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercyaan
temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
Pahami situasi yg menbuat ansietas
Gunakan pendekatan yg tenang dan
menyakinkan.
Edukasi
Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yg di
alami
Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas.
3 Hipotermia b.d Terpapar suhu Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam Observasi
lingkungan rendah d.d kulit klien diharapkan suhu tubuh pasien normal. Monitor suhu tubuh
teraba dingin, menggigil, suhu di Dengan Kriteria hasil : Identifikasi penyebab hipotermia
bawah nilai normal. Klien tidak mengigil
Suhu tubuh normal ( 36,2◦ C-37◦ C) Terapeutik
Sediakan lingkungan yang hangat (atur
suhu ruangan)
Lakukan pengahangatan pasif
(pemberian selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
Edukasi
Anjurkan makan atau minum hangat.
4 Resiko jatuh b.d Efek agen Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam Observasi
farmakologis (Sedasi, anastesi umum) diharapkan resiko jatuh dapat di Indentifikasi kebutuhan keselamatan
d.d klien dibius dengan anastesi minimalisir. Monitor perubahan status keselamatan
spinal, mobilitas terbatas. Dengan Kriteria hasil : pasien
Klien tidak jatuh Terapeutik
Hilangkan Ba.haya keselamatan
lingkungan
Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
Edukasi
Ajarkan individu,keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya lingkungan .
5 Risiko gangguan integritas kulit/ Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam Tindakan
jaringan b.d imobilisasi d.d diharapkan resiko jatuh dapat di Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
penurunan mobilitas minimalisir. fisik lainnya
Dengan Kriteria hasil : Identifikasi toleransi fisik melalui
Meningkatnya mobilitas fisik pergerakan
Terapeutik
Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
APPENDIKS
A. Definisi
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis,
2007). Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan
pernanahan.Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol
dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan
bawah.Strukturnya seperti bagian usus lainnya.Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.
(Anonim, Apendisitis, 2007) Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007).
B. Manifestasi klinis
1. Anoreksia biasanya tanda pertama
2. Nyeri, permulaan- nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian
menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).
3. Retrosekal/nyeri- punggung/pinggang.
4. postekal/nyeri terbuka → diare.
5. Muntah, demam →derajat rendah, kecuali ada perforasi.
Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan
C. ASKEP APPENDIKS
No. Diagnosa Keperawatan Luaran (outcome) Intervensi
1 Nyeri Akut b.d. Pasca Stelah dilakukan intervensi selama 3 jam Observasi
pembedahan d.d klien diharapkan Tingkat Nyeri menurun
Identifikasi karakteristik nyeri
meringis ,frekunsi nadi Dengan Krtieria hasil :
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
meningkat ,skala nyeri 5 • Klien tidak kesakitan
sesudah pemberian analgesic
• Freksuensi nadi normal 80x/i
Monitor efektifitas analgesik
• Skala nyeri 2
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
2 Asietas b.d kurang terpapar Stelah dilakuakn intervensi selama 3 jam Observasi
informasi d.d klien merasa diharapkan tingkat kecemasan menurun.
bingung,klien merasa Dengan Kriteria hasil :
Indentifikasi saat tingkat ansietas berubah
khawtir,klien tampak • Pasien tampak tenang
(misalnya kondisi,waktu.stersor)
gelisah,frekuensi nadi meningkat. • Frekuensi nadi normal 80x/i
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
non verbal).
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas.
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
TONSILITIS
A. DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
B. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hyperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise
C. TONSILITIS
No Diangnosa Keperawatan Luaran ( outcome ) Intervensi
1. Asietas b.d kurang terpapar informasi d.d Stelah dilakuakn intervensi selama 3 jam Observasi
klien merasa bingung,klien merasa diharapkan tingkat kecemasan menurun. Indentifikasi saat tingkat
khawtir,klien tampak gelisah,frekuensi nadi Dengan Kriteria hasil : ansietas berubah (misalnya
meningkat. • Pasien tampak tenang kondisi,waktu.stersor)
• Frekuensi nadi normal 80x/i Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan non verbal).
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercyaan
temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
Pahami situasi yg menbuat
ansietas
Gunakan pendekatan yg tenang
dan menyakinkan.
Edukasi
Jelaskan prosedur,termasuk
sensasi yg di alami
Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas.
2 Nyeri Akut b.d. Pasca pembedahan d.d klien Stelah dilakukan intervensi selama 3 jam Observasi
meringis ,frekunsi nadi meningkat ,skala diharapkan Tingkat Nyeri menurun Identifikasi karakteristik nyeri
nyeri 5 Dengan Krtieria hasil : Monitor tanda-tanda vital
• Klien tidak kesakitan sebelum dan sesudah pemberian
• Freksuensi nadi normal 80x/i analgesic
• Skala nyeri 2 Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan efek
yg tidak diingkan.
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesic,sesuai indikasi
3 Resiko pendarahan b.d efek prosedur Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
invasive d.d penurunan kadar hemoglobin jam diharapakan resiko pendarahan Monitor tanda dan gejala
menurun pendrahan
Dengan kriteria hasil : Monitor nilai hemoglobin
Nilai kadar hemoglobin normal sebelum dan stelah kehilangan
(12gr/dl smpai 16gr/dl ) darah
Terapeutik
Pertahankan bed rest selama
pendrahan
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
pendarahan
Ajurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin k
Anjurkan segera melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
pengontrol pendarahan
4 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
makanan d.d otot menelan lemah, bising usus jam diharapkan nutrisi pasien membaik, Identifikasi perlunya
hiperaktif dengan kriteria hasil : penggunaan selang nasogastric
Nafsu makan membaik Monitor asupan makanan
Teraupeutik
Lakukan oral hygine sebelum
makan, jika perlu
Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
5 Hipotermia b.d Terpapar suhu lingkungan Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
rendah d.d kulit klien teraba dingin, jam diharapkan suhu tubuh pasien Monitor suhu tubuh
menggigil, suhu di bawah nilai normal. normal. Identifikasi penyebab hipotermia
Dengan Kriteria hasil :
Klien tidak mengigil Terapeutik
Suhu tubuh normal ( 36,2◦ C-37◦ C) Sediakan lingkungan yang hangat
(atur suhu ruangan)
Lakukan pengahangatan pasif
(pemberian selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
Edukasi
Anjurkan makan atau minum
hangat
LIMFOMA
A. DEFINISI
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke
seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan
cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma
nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang
berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi
semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang
akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama yang dialami penderita limfoma adalah tumbuhnya benjolan. Benjolan ini tidak terasa sakit dan umumnya muncul pada
leher, ketiak, dan selangkangan.
Di samping benjolan, ada sejumlah gejala lain yang mungkin dirasakan oleh penderita limfoma. Beberapa di antaranya adalah:
Selalu merasa lelah.
Berkeringat pada malam hari.
Demam dan menggigil.
Lebih sering mengalami infeksi.
Batuk yang tidak kunjung sembuh atau terengah-engah.
Gatal-gatal di seluruh tubuh.
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Tidak nafsu makan.
Perdarahan yang parah, misalnya haid dengan volume darah berlebihan atau mimisan.
Pembengkakan pada perut.
Sakit perut.
Batuk atau gangguan pernapasan.
Sakit dada.
C. ASKEP
3 Resiko jatuh b.d Efek agen farmakologis Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
(Sedasi, anastesi umum) d.d klien dibius jam diharapkan resiko jatuh dapat di Indentifikasi kebutuhan keselamatan
dengan anastesi spinal, mobilitas terbatas. minimalisir. Monitor perubahan status keselamatan
Dengan Kriteria hasil : pasien
Klien tidak jatuh Terapeutik
Hilangkan Bahaya keselamatan lingkungan
Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
Edukasi
Ajarkan individu,keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya lingkungan .
4 Hipotermia b.d Terpapar suhu lingkungan Setelah dilakukan intervensi selama 3 Observasi
rendah d.d kulit klien teraba dingin, jam diharapkan suhu tubuh pasien Monitor suhu tubuh
menggigil, suhu di bawah nilai normal. normal. Identifikasi penyebab hipotermia
Dengan Kriteria hasil : Terapeutik
Klien tidak mengigil Sediakan lingkungan yang hangat (atur
Suhu tubuh normal (36,2◦ suhu ruangan)
C37◦C) Lakukan pengahangatan pasif (pemberian
selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
Edukasi
Anjurkan makan atau minum hangat.
5 Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan Setelah dilakukan intervensi selama 3 Tindakan
b.d imobilisasi d.d penurunan mobilitas jam diharapkan resiko jatuh dapat di dentifikasi adanya nyeri atau keluhan
minimalisir. fisik lainnya
Dengan Kriteria hasil : Identifikasi toleransi fisik melalui
• Meningkatnya mobilitas fisik pergerakan
Terapeutik
Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan