Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Al-Quran, Urgensi dan Sikap Manusia Terhadapnya

Dosen Pengempu:

Prof. Dr. h. m. Roem rowi, m.a.

Penyusun:

Anggita Chustria Wardani

Navisatus saniyah

PGMI

STAI AL AKBAR SURABAYA

2022

~i~
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran dengan judul: “Al-Quran, Urgensi dan
Sikap Manusia Terhadapnya”

Kami menyadari sepenuhnya baha makalah ini masih jauh dari


sempurnah dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Surabaya, 29 September 2022

~ ii ~
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………..ii

Daftar Isi………………………………………………………………………..iii

Bab I…………………………………………………………………………….iv

Pendahuluan…………………………………………………………………….iv

Bab II…………………………………………………………………………....v

A. Al-Quran……………………………………………………..…………….…..v

B. Urgensi……………………….………………………………………………...v

C. Sikap Manusia Terhadapnya..…………………………………………………ix

Bab III…..………………………………………………………………………xi

Kesimpulan dan Saran……...…………………………………………………..xi

Daftar Pustaka……………………………………………………………….....xi

BAB I

~ iii ~
PENDAHULUAN

Dalam Islam, wahyu pertama yang turun adalah Iqra, perintah untuk
membaca ayat-ayat Allah yang baik qauliyah maupun yang kauniyah. Tujuan
belajar dalam Islam agar bisa melaksanakan peran dan fungsinya, yaitu; sebagai
hamba Allah dan sebagai khalifatullah fil ardh Dalam Islam, hasil belajar berupa
ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari aspek moral. Moral dan pengetahuan
keduanya harus menjadi perilaku dalam keseharian. Ada beberapa metode
pembelajaran dalam Alquran yang bisa dipelajari oleh manusia di antaranya
melalui proses berpikir, meniru, dan melatih (trial and eror).

Sumber belajar dalam Alquran bisa didapatkan dalam bentuk kisah kisah
nabi, dialog-dialog, perumpamaan-perumpamaan, dan lainnya. Itu semua
merupakan bentuk dan sumber belajar yang bisa digunakan oleh manusia untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Pada akhir tulisan ini disimpulkan bawah belajar
merupakan aktifitas pikir (olah otak) dan juga aktifitas fisik (perilaku) harus
memiliki dampak terhadap bertambanya pengetahuan dan pengalaman. Belajar
tidak bisa dilepaskan dari aspek moral karena dalam belajar ada nilai perilaku dan
kebaikan yang ditanamkan.

Aspek moralitas dalam belajar menurut Islam sangat penting karena semua
ilmu pengetahuan pada hakekatnya milik Allah, dan tujuan belajar bukan semata
untuk mendapatkan ilmu, tapi juga untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah,
mengabdi beribadah kepada-Nya, dan untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah-
Nya di muka bumi.

BAB II

~ iv ~
A. AL-QURAN

Al Qur’an ialah kitab yang paling memberikan pengaruh kepada


kehidupan umat manusia selama tiga puluh abad terakhir ini. Seorang orientalis,
H.R. Gibb mengatakan: “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun
terakhir telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani,
dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca
Muhammad (al-qur’an)”

Al Qur’an adalah senjata sakti andalan Rasulullah saw. yang diturunkan


pertama kali oleh Allah SWT pada bulan Ramadlan yang penuh berkah (lihat QS.
Al Baqarah 185), tepatnya pada malam kemuliaan, lailatul qadar (lihat QS. Al
Qadar 1).

Itu terjadi lebih dari tiga belas abad. Al Qur’an menjadi pedoman negara
terbesar di dunia. Khilafah Islamiyyah, sejak masa Khulafaur Rasyidin pada abad
ke tujuh hingga runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, dalam mengatur kehidupan
umat manusia. Sebagai negara yang paling berpengaruh di dunia, negara Khilafah
Islamiyyah sangat mempengaruhi trend kehidupan masyarakat dunia. Barulah
khilafah berangsur melemah pengaruhnya setelah mengalami stagnasi, khususnya
setelah masuk dalam cikal bakal Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1856 dan
menanggalkan politik luar negeri Islamnya, yakni dakwah dan jihad fi sabilillah.
Dan setelah runtuhnya khilafah Islamiyyah, hilang pula pengaruhnya. Akibatnya,
Al Qur’an pun tinggal menjadi bacaan ibadah atau nyanyian merdu yang
dilagukan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Meski demikian hingga hari
ini, alhamdulillah Al Qur’an masih dibaca dan dipelajari.

B. URGENSI

Urgensi Mempelajari Al Qur’an untuk ibadah. Al Qur’an adalah kitabullah


yang membacanya dinilai ibadah. Tidak seperti bacaan lain, membaca al-qur’an,
baik mengerti atau tidak artinya, dinilai sebagai ibadah di sisi Allah SWT. Oleh
karena itu, sebagai hamba Allah, kaum muslimin selayaknya setiap hari selalu
membaca al-qur’an.

~v~
Sebagai gambaran, berikut ini kami suguhkan paparan Al Qur’an berkaitan
dengan aspek-aspek kehidupan.

1. Aspek aqidah/iman;

yakni berkaitan dengan pandangan hidup yang mesti dimiliki manusia


tentang dunia dan akhirat.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk 2).

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS. al-Qashash 77).

2. Aspek ibadah:

seperti shalat, shaum, zakat, hajji, doa, dll.

“Dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah (pelakunya) dari


(perbuatan-perbuatan) yang keji dan mungkar” (QS. Al Ankabut 45).

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka,” (QS. At Taubah 103)

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al
Baqarah 183)

3. Aspek akhlaq,

seperti adil, bersikap baik, lemah lembut, tidak sombong, dll.

~ vi ~
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan…” (QS. An Nahl 90)

“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang


yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik” (QS. Al Furqan
63).

4. Aspek makanan dan pakaian,

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rizkikan kepadamu” (QS. Al Maidah 88).

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian


untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan” (QS. Al A’raf 26)

5. Aspek ekonomi,

“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah


275).

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah…” (QS. Al Baqarah


276).

“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu” (QS. Al Hasyr 7).

6. Aspek kemasyarakatan,

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dan daripadanyaAllah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak…” (QS. An Nisa 1).

~ vii ~
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal” (QS. Al Hujurat 13).

7. Aspek politik dan pemerintahan,

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya,


dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allahdan hari kemudian”
(QS. An Nisa 59).

8. Aspek militer,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu,” (QS. Al Anfal
60)

9. Aspek pendidikan/ilmu pengetahuan.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujaadilah
11),

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang


yang tidak mengetahui? ‘Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima penjelasan” (QS. Az Zumar 9).

10. Aspek penegakkan hukum,

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya” (QS. Al Maidah 38).

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. Al Baqarah 179).
~ viii ~
Nash-nash syara’ inilah yang telah mendorong para sahabat gemar
menyibukkan diri dalam membaca, mempelajari, menghafalkan, dan
mengamalkan al-Qur’an. Isi dan irama al- Qur’an telah membekas dalam jiwa dan
pikiran mereka. Mereka adalah generasi pengemban al- Qur’an yang telah
merealisasikan isi kandungannya dalam kehidupan serta menyebarkan dan
mengajarkannya kepada seluruh umat manusia.

C. SIKAP MANUSIA TERHADAPNYA

Al-Quran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Bagi umat Islam, Al-Quran harus diyakini kebenaran isinya
karena merupakan salah satu dari keempat kitab yang berisi firman Allah yang
wajib diimani.
Namun, manusia yang hidup di muka bumi memiliki cara yang berbeda
dalam menerima kitab Allah yang terakhir ini. Hal ini Allah jelaskan dalam QS.
Al Baqarah ayat 2-20.

Tiga golongan manusia dengan sikap masingmasing dalam menerima


Al-Quran:

• Golongan pertama (zhalimun li nafs)

Yaitu golongan manusia yang mendzhalimi dirinya sendiri. Golongan ini


sikapnya selalu menolak apa yang diperintahkan Al-Quran. Mereka selalu
mencari alasan untuk tidak menjalaninya. orang2 yang hatinya sudah tertutup
(kufr) dari cahaya Al-Quran. Mereka pun memusuhi orang2 beriman.

Dalam lintasan sejarah, golongan zhalimun li nafs ini hadir dalam sosok2
Fir’aun, Namrudz, bangsa Sodom, dll. Mereka menolak kebenaran Al-Quran,
karena ada kesombongan di dalam hatinya. Banyak diantara mereka sadar bahwa
Al-Quran adalah petunjuk kebenaran. Namun karena arogan, mereka justru
menzhalimi diri mereka sendiri. Al-Quran memerintahkan untuk berzakat, mereka
pelit. Dilarang riba, mereka memakannya. Disuruh menikah, mereka berzina.
Astaghfirullah.

~ ix ~
• Golongan kedua (kelompok muktasib)

Yaitu orang2 yg santai terhadap seruan Al-Quran. Kaum muktasib ini


sadar bahwa Al-Quran adalah petunjuk keselamatan, namun karena tidak ada
keuntungan yang nyata, mereka lalai.

Begitu mereka mendapatkan karunia, mereka berkata: tuhan telah


memuliakan aku. Dan begitu karunia itu dicabut darinya, mereka berkata: Tuhan
telah menghinakan aku. Keimanan mereka akan Al-Quran sangat dangkal, terlebih
amal mereka yang kadang tidak ikhlas. Semoga kita terhindar dari sifat ini.

• Golongan ketiga (sabiqun bil khayraat)

Yaitu manusia yang bersungguh-sungguh terhadap perintah Al-Quran.


Golongan inilah yang akan beruntung. Golongan ini senantiasa menyegerakan apa
yang Allah perintahkan. Mereka sangat yakin dan bersungguh-sungguh dengan
seruan Al-Quran.

Saat perintah Al-Quran untuk menutup aurat turun, para wanita muslimah
berbondong2 pulang mencari bahan kain apa saja sebagai jilbab. Bahkan mulai
dari kain pakaian hingga tirai kain jendela mereka gunakan sebagai jilbab dan
hijab bagi diri mereka.

Merekalah yg pertama-tama menyatakan keimanan dan keislaman dalam hati,


lisan, dan amal perbuatannya. Mereka khusyu’ dalam shalatnya, terjaga dari
perbuatan dan perkataan yang sia-sia; pun senantiasa menunaikan zakatnya.

Mereka memilih menikah, dan menjauhi zina. Pun saat belum siap, mereka
berpuasa sebagai tameng diri dan hati. Mereka juga adalah orang2 yg profesional,
bekerja penuh dengan tanggung jawab atas amanah yg dipercayakan kepadanya.

~x~
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kutipan

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri.” surat Al-Isra’ ayat 7

Kebaikan untuk orang lain akan mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri.
Sebaliknya, perbuatan buruk kepada orang lain juga akan mendatangkan keburukan
bagi siapapun yang melakukannya.

Daftar Pustaka

Gaulislam. 2007. https://www.gaulislam.com/urgensi-mempelajari-al-quran-bagi-


kaum-muslimin

Fawziah. 2018. https://media.neliti.com/media/publications/275129-urgensi-


belajar-dalam-alquran-0211ae0f.pdf

Hudzaifahh. https://hanumisme.wordpress.com/2012/11/07/sikap-manusia-

terhadap-al-quran/

~ xi ~

Anda mungkin juga menyukai