Dosen Pengempu:
Penyusun:
Navisatus saniyah
PGMI
2022
~i~
Kata Pengantar
~ ii ~
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………..ii
Daftar Isi………………………………………………………………………..iii
Bab I…………………………………………………………………………….iv
Pendahuluan…………………………………………………………………….iv
Bab II…………………………………………………………………………....v
A. Al-Quran……………………………………………………..…………….…..v
B. Urgensi……………………….………………………………………………...v
Bab III…..………………………………………………………………………xi
Daftar Pustaka……………………………………………………………….....xi
BAB I
~ iii ~
PENDAHULUAN
Dalam Islam, wahyu pertama yang turun adalah Iqra, perintah untuk
membaca ayat-ayat Allah yang baik qauliyah maupun yang kauniyah. Tujuan
belajar dalam Islam agar bisa melaksanakan peran dan fungsinya, yaitu; sebagai
hamba Allah dan sebagai khalifatullah fil ardh Dalam Islam, hasil belajar berupa
ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari aspek moral. Moral dan pengetahuan
keduanya harus menjadi perilaku dalam keseharian. Ada beberapa metode
pembelajaran dalam Alquran yang bisa dipelajari oleh manusia di antaranya
melalui proses berpikir, meniru, dan melatih (trial and eror).
Sumber belajar dalam Alquran bisa didapatkan dalam bentuk kisah kisah
nabi, dialog-dialog, perumpamaan-perumpamaan, dan lainnya. Itu semua
merupakan bentuk dan sumber belajar yang bisa digunakan oleh manusia untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Pada akhir tulisan ini disimpulkan bawah belajar
merupakan aktifitas pikir (olah otak) dan juga aktifitas fisik (perilaku) harus
memiliki dampak terhadap bertambanya pengetahuan dan pengalaman. Belajar
tidak bisa dilepaskan dari aspek moral karena dalam belajar ada nilai perilaku dan
kebaikan yang ditanamkan.
Aspek moralitas dalam belajar menurut Islam sangat penting karena semua
ilmu pengetahuan pada hakekatnya milik Allah, dan tujuan belajar bukan semata
untuk mendapatkan ilmu, tapi juga untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah,
mengabdi beribadah kepada-Nya, dan untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah-
Nya di muka bumi.
BAB II
~ iv ~
A. AL-QURAN
Itu terjadi lebih dari tiga belas abad. Al Qur’an menjadi pedoman negara
terbesar di dunia. Khilafah Islamiyyah, sejak masa Khulafaur Rasyidin pada abad
ke tujuh hingga runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, dalam mengatur kehidupan
umat manusia. Sebagai negara yang paling berpengaruh di dunia, negara Khilafah
Islamiyyah sangat mempengaruhi trend kehidupan masyarakat dunia. Barulah
khilafah berangsur melemah pengaruhnya setelah mengalami stagnasi, khususnya
setelah masuk dalam cikal bakal Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1856 dan
menanggalkan politik luar negeri Islamnya, yakni dakwah dan jihad fi sabilillah.
Dan setelah runtuhnya khilafah Islamiyyah, hilang pula pengaruhnya. Akibatnya,
Al Qur’an pun tinggal menjadi bacaan ibadah atau nyanyian merdu yang
dilagukan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Meski demikian hingga hari
ini, alhamdulillah Al Qur’an masih dibaca dan dipelajari.
B. URGENSI
~v~
Sebagai gambaran, berikut ini kami suguhkan paparan Al Qur’an berkaitan
dengan aspek-aspek kehidupan.
1. Aspek aqidah/iman;
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk 2).
2. Aspek ibadah:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka,” (QS. At Taubah 103)
3. Aspek akhlaq,
~ vi ~
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan…” (QS. An Nahl 90)
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rizkikan kepadamu” (QS. Al Maidah 88).
5. Aspek ekonomi,
“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu” (QS. Al Hasyr 7).
6. Aspek kemasyarakatan,
~ vii ~
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal” (QS. Al Hujurat 13).
8. Aspek militer,
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu,” (QS. Al Anfal
60)
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. Al Baqarah 179).
~ viii ~
Nash-nash syara’ inilah yang telah mendorong para sahabat gemar
menyibukkan diri dalam membaca, mempelajari, menghafalkan, dan
mengamalkan al-Qur’an. Isi dan irama al- Qur’an telah membekas dalam jiwa dan
pikiran mereka. Mereka adalah generasi pengemban al- Qur’an yang telah
merealisasikan isi kandungannya dalam kehidupan serta menyebarkan dan
mengajarkannya kepada seluruh umat manusia.
Al-Quran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Bagi umat Islam, Al-Quran harus diyakini kebenaran isinya
karena merupakan salah satu dari keempat kitab yang berisi firman Allah yang
wajib diimani.
Namun, manusia yang hidup di muka bumi memiliki cara yang berbeda
dalam menerima kitab Allah yang terakhir ini. Hal ini Allah jelaskan dalam QS.
Al Baqarah ayat 2-20.
Dalam lintasan sejarah, golongan zhalimun li nafs ini hadir dalam sosok2
Fir’aun, Namrudz, bangsa Sodom, dll. Mereka menolak kebenaran Al-Quran,
karena ada kesombongan di dalam hatinya. Banyak diantara mereka sadar bahwa
Al-Quran adalah petunjuk kebenaran. Namun karena arogan, mereka justru
menzhalimi diri mereka sendiri. Al-Quran memerintahkan untuk berzakat, mereka
pelit. Dilarang riba, mereka memakannya. Disuruh menikah, mereka berzina.
Astaghfirullah.
~ ix ~
• Golongan kedua (kelompok muktasib)
Saat perintah Al-Quran untuk menutup aurat turun, para wanita muslimah
berbondong2 pulang mencari bahan kain apa saja sebagai jilbab. Bahkan mulai
dari kain pakaian hingga tirai kain jendela mereka gunakan sebagai jilbab dan
hijab bagi diri mereka.
Mereka memilih menikah, dan menjauhi zina. Pun saat belum siap, mereka
berpuasa sebagai tameng diri dan hati. Mereka juga adalah orang2 yg profesional,
bekerja penuh dengan tanggung jawab atas amanah yg dipercayakan kepadanya.
~x~
BAB III
Kutipan
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri.” surat Al-Isra’ ayat 7
Kebaikan untuk orang lain akan mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri.
Sebaliknya, perbuatan buruk kepada orang lain juga akan mendatangkan keburukan
bagi siapapun yang melakukannya.
Daftar Pustaka
Hudzaifahh. https://hanumisme.wordpress.com/2012/11/07/sikap-manusia-
terhadap-al-quran/
~ xi ~