Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran ialah sebuah tahapan atau proses agar peserta didik melakukan
aktivitas belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan mempengaruhi peserta didik untuk
senantiasa mengembangkan segala potensinya melalui proses belajar mengajar. Dalam
sebuah pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik
tersebut, dalam aspek kognitif, efektif, dan keterampilannya.
Pandemi infeksi virus corona 2019 (COVID-19) adalah masalah yang sedang
dihadapi di lebih dari 200 negara di dunia. Indonesia juga terkena dampak buruk dari
COVID-19 di mana tingkat kematiannya mencapai 8.9% pada akhir Maret 2020 (Setiati
dan Azwar, 2020). Memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, kegiatan belajar mengajar
di banyak sekolah, kampus, dan tempat kursus kembali aktif. Kegiatan belajar mengajar
saat ini 100% tatap muka. Iklim belajar yang tercipta selama pembelajaran daring juga
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kondisi pendidikan daring menyulitkan guru
untuk mengontrol dan menjaga iklim pembelajaran karena terbatas pada ruang virtual.
Kondisi tersebut menyebabkan motivasi belajar siswa menurun bahkan mempengaruhi
hasil belajar siswa (Sari & Rusmin, 2018).
Menurut teori Abraham Maslow, motivasi belajar dapat diartikan sebagai tenaga
penggerak untuk melakukan kegiatan belajar tertentu yang berasal dari dalam dan luar
individu untuk menumbuhkan semangat belajar (Monika, 2017). Motivasi belajar
tumbuh secara alami dalam diri sendiri dan karena rangsangan dari luar, seperti orang
tua, guru, dan lingkungan (Astriyani et al., 2018). Namun motivasi belajar pada tingkat
usia SD membutuhkan pendukung untuk menumbuhkan semangat belajar (Astriyani et
al., 2018).
Upaya menumbuhkan motivasi belajar bagi anak usia sekolah dasar dapat dilakukan
dengan menciptakan materi pembelajaran yang menarik (Rosidah, 2018) Seorang guru
harus memperoleh keterampilan yang harus dimiliki oleh proses belajar mengajar. Salah
satu keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk meningkatkan perhatian siswa
dan membangkitkan keinginan dan kemauan belajar siswa adalah dengan menggunakan

1
berbagai media dan bahan ajar (Djamarah, 2001), selain itu menggunakan strategi
pembelajaran yang relevan (Bujuri, 2021).
Di Indonesia perubahan kurikulum telah mengalami sepuluh kali perubahan pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 2004, 2006, dan 2013. Berbagai perubahan
tersebut yang memberikan tujuan dalam penyempurnaan pada kurikulum sebelumnya
dimana perubahan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan tuntutan beserta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan zaman. Kurikulum
2013 dipakai sejak tahun ajaran 2013 dalam Sistem Pendidikan Indonesia (Amiruddin,
2021). Implementasi kurikulum 2013 terdapat kendala teknis dalam proses kegiatan
pembelajaran dengan permasalahan berkaitan terhadap perkembangan teori pembelajaran.
Cara upaya penerapan strategi yang dilakukan secara saintifik serta penerapan strategi
penilaian yang dialami oleh guru mata pelajaran. Melihat berbagai tantangan yang terjadi,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek)
mencoba untuk melakukan upaya pemulihan pembelajaran. Salah satu upaya yang
dilakukan Kemendikbud Ristek guna mengatasi permasalahan yang ada ialah
mencanangkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang bertujuan
untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial,
pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah MIS Mathla’ul Anwar Buaranjati mampu mengaplikasikan Kurikulum
Merdeka khususnya bidang studi Bahasa Inggris?
2. Bagaimana hasil penerapan Kurikulum Merdeka di MIS Mathla’ul Anwar Buaranjati
pada bidang studi Bahasa Inggris?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi apa saja
yang digunakan untuk menunjang Kurikulum Merdeka serta pencapaian atas hasil dari
pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Merdeka.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat bagi penulis dari penulisan makalah ini ialah, penulis dapat melatih
kemampuan untuk suatu karya ilmiah, mengetahui lebih banyak tentang kurikulum
merdeka, dan melatih kemampuan literasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Merdeka
Konsep pendidikan “merdeka belajar” di Indonesia yang dicanangkan oleh
Mendikbud RI yang baru dinilai sebagai kebijakan besar untuk menjadikan pendidikan
di Indonesia menjadi lebih baik dan semakin maju. Selain itu, konsep “merdeka belajar”
memiliki arah dan tujuan yang sama dengan konsep aliran filsafat pendidikan
progresivisme John Dewey. Dimana, keduanya sama-sama menawarkan kemerdekaan
dan keleluasaan kepada lembaga pendidikan untuk mengekplorasi potensi peserta
didiknya secara maksimal dengan menyesuaikan minat, bakat serta kecenderungan
masing-masing peserta didik. Dengan kemerdekaan dan kebebasan ini, diharapkan
pendidikan di Indonesia menjadi semakin maju dan berkualitas, yang ke depannya
mampu memberikan dampak positif secara langsung terhadap kemajuan bangsa dan
negara.
Konsep Merdeka Belajar oleh Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya
untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian
skor atau nilai tertentu. Siswa dapat mengembangkan kreativiasnya tanpa terhalang oleh
belenggu yang menjadi penghalang dirinya untuk bereksplorasi. Konsep merdeka
belajar ini dapat menjadi tali penghubung kekeluargaan antar pendidik dengan peserta
didik yang menjadikan suasan pembelajaran tersebut nyaman bagi kedua belah pihak.
Guru atau pendidik dalam hal ini sudah tidak lagi hanya sekedar memberikan
ceramahnya sendiri dan peran siswa yang pasif, namun guru sebagai pendamping dan
siswa dibebaskan untuk mengeluarkan ide-idenya sehingga interaksi dalam satu ruangan
tersebut terjadi dan terciptalah suasana belajar yang nyaman dan kompleks.
Berikut ini adalah perbedaan pola pembelajaran antara Kurikulum 2013 dengan
Kurikulum Merdeka:

3
Tabel 1.1 Perbandingan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
No. Faktor Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
Pencapaian

1 Kerangka Rancangan landasan utama Kurikulum 2013 Rancangan landasan utama


Dasar adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum Merdeka adalah
Standar Nasional Pendidikan. tujuan Sistem Pendidikan
Nasional dan Standar Nasional
Pendidikan. Mengembangkan
profil pelajar Pancasila pada
peserta didik.
2 Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) yang berupa lingkup Capaian pembelajaran yang
yang dituju dan urutan (scope & sequence) dikelompokkan disusun per fase. Capaian
pada 4 Kompetensi Inti (KI), yaitu Sikap Pembelajaran dinyatakan dalam
Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, paragraf yang merangkaikan
Keterampilan. KD dinyatakan dalam poin-poin pengetahuan, sikap, dan
dan diurutkan untuk mencapai KI yang keterampilan untuk mencapai,
diorganisasikan per-tahun. KD pada KI 1 menguatkan, dan meningkatkan
(Sikap Spiritual) dan KI 2 (Sikap Sosial) hanya kompetensi. Fase SD/sederajat
ada di pelajaran Pendidikan Agama dan Budi terdiri dari: Fase A (setara kelas
Pekerti, serta Pendidikan Pancasila dan I dan II SD); Fase B (setara
Kewarganegaraan. kelas III dan IV SD); Fase C
(Setara kelas V dan VI SD).
3 Struktur Jam Pelajaran (JP) diatur per minggu. Satuan Struktur kurikulum dibagi jadi 2
Kurikulum pendidikan mengatur alokasi waktu kegiatan pembelajaran utama,
pembelajaran secara rutin setiap minggu dalam yaitu: 1.Pembelajaran reguler
setiap semester, sehingga pada setiap semester atau rutin yang merupakan
peserta didik akan mendapatkan nilai hasil kegiatan intrakurikuler. 2.projek
belajar setiap mata. pelajaran. Satuan penguatan profil pelajar
pendidikan diarahkan menggunakan
Pancasila. Jam Pelajaran (JP)
pendekatan pengorganisasian pembelajaran
diatur per tahun. Satuan
berbasis tematik integratif.
pendidikan dapat mengatur
alokasi waktu pembelajaran
secara fleksibel untuk mencapai
JP yang ditetapkan.
4 Pembelajaran Pendekatan pembelajaran menggunakan satu Menguatkan pembelajaran
pendekatan yaitu pendekatan saintifik untuk terdiferensiasi sesuai tahap
semua mata pelajaran. Umumnya, capaian peserta didik. Paduan
pembelajaran terfokus hanya pada antara pembelajaran
intrakurikuler (tatap muka). Untuk kokurikuler intrakurikuler (sekitar 70-80
dialokasikan beban belajar maksimum 50% di persen dari jam pelajaran) dan
luar jam tatap muka, tetapi tidak diwajibkan kokurikuler melalui projek
dalam bentuk kegiatan yang direncanakan penguatan profil pelajar
secara khusus, sehingga pada umumnya Pancasila (sekitar 20-30 persen
diserahkan kepada kreativitas guru pengampu. jam pelajaran).
5 Penilaian Penilaian formatif dan sumatif oleh pendidik Penguatan pada asesmen
berfungsi memantau kemajuan belajar, formatif dan penggunaan hasil
memantau hasil belajar, dan mendeteksi asesmen untuk merancang
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik pembelajaran sesuai tahap

4
No. Faktor Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
Pencapaian

secara berkesinambungan. Menguatkan capaian peserta didik.


pelaksanaan penilaian autentik pada setiap mata Menguatkan pelaksanaan
pelajaran. Penilaian dibagi menjadi penilaian penilaian autentik terutama
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam projek penguatan profil
pelajar Pancasila. Tidak ada
pemisahan antara penilaian
sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
6 Perangkat Buku teks dan buku non-teks. Buku teks dan buku non-teks.
Pembelajaran Contoh-contoh modul ajar. Alur
yang tujuan pembelajaran. Contoh
disediakan projek penguatan profil pelajar
Pemerintah Pancasila. Contoh kurikulum
operasional satuan pendidikan.
7 Struktur Pedoman implementasi kurikulum. Panduan Struktur kurikulum dibagi jadi 2
Kurikulum Penilaian. Panduan Pembelajaran setiap jenjang kegiatan pembelajaran utama,
yaitu:
1. Pembelajaran reguler atau
rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler.
2. projek penguatan profil
pelajar Pancasila. Jam Pelajaran
(JP) diatur per tahun. Satuan
pendidikan dapat mengatur
alokasi waktu pembelajaran
secara fleksibel untuk mencapai
JP yang ditetapkan
B. Pembelajaran dengan Media Video Interaktif
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk media pembelajaran
mempunyai tujuan dan manfaat memudahkan penyerapan informasi dari guru ke siswa.
Widianto dkk menyatakan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran mempunyai
beberapa fungsi utama yang meliputi:
1. Media mempunyai fungsi sebagai alat yang berarti teknologi bisa digunakan
untuk membantu proses pembelajaran peserta didik maupun pendidik. Misalnya
dalam membuat program administratif, membuat grafik dan membuat database.
2. Media mempunyai fungsi sebagai ilmu pengetahuan, yang berarti media dapat
digunakan untuk memperoleh segala macam informasi dan menjadi bagian dari
disiplin ilmu yang harus dikuasai siswa.
3. Media mempunyai fungsi dalam pembelajaran sebagai sumber belajar dan media
belajar untuk membantu proses pembelajaran peserta didik dan pendidik.

5
Dari peneliti lain telah membuktikan bahwa media pembelajaran cukup efektif dalam
membangkitkan keinginan dan kemauan belajar siswa. Hal ini diukur dengan lima
indikator media pembelajaran yang terdiri dari:
1. Relevansi
2. Kemampuan guru
3. Kemudahan penggunaan
4. Ketersediaan
5. Pemanfaatan.
Sedangkan motivasi berada pada kategori sedang dalam mempengaruhi kemauan
belajar siswa yang diukur dengan delapan indikator. Diantaranya:
1. Durasi
2. Frekuensi
3. Ketekunan
4. Pengabdian
5. Ketabahan dan kemampuan menghadapi rintangan
6. Aspirasi tingkat
7. Tingkat kualifikasi pencapaian
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Dengan demikian, media pembelajaran yang digunakan berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa. Artinya jika penggunaan media pembelajaran berkurang atau
kurang maka motivasi belajar juga akan menurun. Dengan demikian, setiap peningkatan
media pembelajaran akan diikuti dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Media
juga dapat mempengaruhi hasil belajar melalui dorongan (Yuliani H & Winata, 2017).
Dan berikut ini adalah bukti yang penulis lakukan dalam penyusunan makalah ini:

Gambar 1 dan Gambar 2 Metode Pembelajaran Siswa dengan menggunakan video

6
C. Pembelajaran Secara Langsung
Mengacu pada istilah umum, direct instruction atau pembelajaran langsung
adalah pendekatan instruksional yang terstruktur, runtut dan dipimpin oleh guru dan
penyajian materi kepada siswa oleh guru dilakukan dengan cara demonstrasi atau
ceramah. Dengan kata lain guru melakukan pengarahan proses pembelajaran atau
melakukan instruksi kepada siswa. Sedangkan siswa diarahkan oleh guru. Model
pembelajaran langsung merupakan strategi untuk melatih siswa agar dalam belajar bisa
sesuai dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang sistematis. Serta
pembelajaran bisa dilaksanakan secara perlahan dan berjenjang.
Pembelajaran langsung atau direct instruction beroperasi pada lima prinsip
filosofis utama, yakni:
1. Setiap siswa bisa berkembang secara akademis dan dalam hal citra diri.
2. Setiap guru dapat sukses bila terdapat pelatihan dan materi yang bagus dan
memadai.
3. Setiap detail instruksi harus dikontrol untuk meminimalisir kemungkinan siswa
salah interpretasi informasi yang diajarkan, ini juga bertujuan untuk
memaksimalkan instruksi.
4. Siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata akan didukung secara penuh
untuk bisa setara dengan kemampuan yang lebih tinggi.
5. Semua rincian instruksi harus dikontrol untuk meminimalkan kemungkinan
siswa salah menafsirkan informasi yang diajarkan dan untuk memaksimalkan
efek penguatan instruksi.

Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3


Metode Pembelajaran Siswa secara Langsung untuk membuat beberapa jus buah

7
D. Hasil Penelitian
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kualitatif serta
metode yang digunakan adalah Deskriptif, hal tersebut terjadi karena peneliti ingin
membandingkan hasil Penilaian Harian dari populasi yang menjadi objek pada
penelitian ini adalah Siswa Kelas 4A sebanyak 28 Siswa dengan Tahun Ajaran 2021-
2022 yang masih menggunakan Kurikulum-13 dan Siswa Kelas 4A sebanyak 28 Siswa
dengan Tahun Ajaran 2022-2023, yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka
dengan program Studi Bahasa Inggris di MIS Mathla’ul Anwar Buaranjati. Untuk waktu
penelitian, penulis melakukan obsevasi serta pengumpulan data yang dilakukan selama
6 bulan pada tiap-tiap Tahun Ajaran. Dari waktu penelitian selama 6 bulan, penulis
melakukan Penilain Harian sebanyak 7 kali. Berikut ini adalah tabel hasil Perbandingan
Nilai harian yang didapat Siswa Kelas 4A Tahun Ajaran 2021-2022 dan Kelas 4A
Tahun Ajaran 2022-2023:
Tabel 1.2. Perbandingan Nilai Harian Kurikulm 2013 dengan Kurikulum Merdeka
100

90
86 87 86 87 88
80 85 85
70 76 77 76 76 76 76 77

60

50
Kelas 4A
40
2021-2022
30

20 Kelas 4A
2022-2023
10

0
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
harian 1 harian 2 harian 3 harian 4 harian 5 harian 6 harian 7

Dari Tabel diatas terlihat bahwa, Nilai Ulangan Harian 1 hingga Nilai Ulangan
Harian 7 yang merupakan nilai rata-rata dari 28 siswa, Nilai Harian dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2022-2023
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Metode Pembelajaran Kurikulum 2013 Tahun
Ajaran 2021-2022.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini, penulis ingin menyimpulkan bahwa:
1. MIS Mathla’ul Anwar khusunya bidang studi Bahasa Inggris, sudah mampu
mengaplikasikan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan Metode
Pembelajaran Video serta Metode Pembelajaran Langsung.
2. Hasil penerapan Kurikulum Merdeka dalam bidang studi Bahasa Inggris di MIS
Mathla’ul Anwar membawa dampak positif bagi kemajuan Nilai Ulangan 1-7
dengan Tahun Ajaran 2022-2023.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lain untuk mengetahui seberapa besar prosentase
antara perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan Metode Pembelajaran
yang lain, yang bisa dikembangkan melalui Kurikulum Merdeka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, A., Rubianti, I., Azmin, N., Nasir, M., & Sandi, A. (2021). Analisis
Penerapan Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Masa
Pandemik Covid-19 di SMAN 3 Kota Bima. Jurnal Ilmiah Mandala Education,
7(4).
Astriyani, A., Triyono, T., & Hitipeuw, I. (2018). Hubungan Motivasi Belajar dan
Tindakan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa dengan Latar Belakang Broken
Home Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 3(6), 806–809.
Bujuri, et. Al. (2021) Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Siswa Dengan Strategi
Pemberian Tanya Jawab Di Madrasah Ibtidaiyah. JIP (Jurnal Ilmiah PGMI),
7(1). https://doi.org/10.19109/jip.v7i1.7990.
Djamarah, B. (2001). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Balai Pustaka.
Rosidah. (2018). Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak Sekolah Dasar Melalui Strategi
Pembelajaran Aktif Learning by Doing. Qawwam, 12(1), 1–17.
Setiati, S., dan Azwar, M. K. 2020. "COVID-19 and Indonesia". Acta Med Indones J
Intern Med, 52.
Sari, DP, & Rusmin. (2018). Pengaruh Kelas Iklim terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik di SMAN3 Tanjung Raja. Jurnal Profit Kajian Pendidikan Ekonomi dan
Ilmu Ekonomi, 55(1).
Monika. (2017). Peran Efikasi diri dan Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
Yuliani H, K., & Winata, H. (2017). Media Pembelajaran Mempunyai Pengaruh
Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Media Pembelajaran Memiliki Pengaruh
Terhadap Motivasi Belajar). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2(1),
259. https://doi.org/10.17509/jpm.v2i1.14606

10

Anda mungkin juga menyukai