Disusun oleh:
KELOMPOK 2
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN BHINEKA TUNGGAL IKA
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing projek
bertema Bhinneka Tunggal Ika dengan subtema Menganalisis Pakaian
Adat Nusa Tenggara Timur pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Kepala Sekolah
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan yang
telah kami buat ini bermaksud untuk menjelaskan mengenai tema Bhineka
Tunggal Ika. Terlepas dari itu, kami juga menyampaikan permohonan maaf
apabila di dalam laporan ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunan
dan penyampaian kalimat, kemudian daripada itu kami juga mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak pembimbing yang telah
membantu dalam proses pembuatan laporan yang berjudul “Menganalisis
Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur.”
Penulis
Tim 2
DAFTAR ISI
3
Halaman Judul.......................................................................................... i
Pengesahan............................................................................................... ii
Kata Pengantar......................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................... iv
Daftar Gambar.......................................................................................... v
Bab I : Pendahuluan.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................
B. Tujuan....................................................................................
C. Rumusan Masalah.................................................................
Bab II : Kajian Teori................................................................................
A. Nusa Tenggara Timur............................................................
B. Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur.....................................
C. Jenis Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur............................
Bab III : Metode Penelitian......................................................................
A. Waktu dan Tempat................................................................
B. Jenis Metode..........................................................................
Bab IV : Penutup......................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 2.2 Pakaian adat suku Rote.........................................................
Gambar 2.3 Pakaian adat suku Dawan.....................................................
Gambar 2.4 Pakaian adat suku Helong....................................................
Gambar 2.5 Pakaian adat suku Sabu........................................................
Gambar 2.6 Pakaian adat suku Sumba.....................................................
Gambar 2.7 Pakaian adat suku Lio...........................................................
Gambar 2.8 Pakaian adat suku Manggarai...............................................
Gambar 2.9 Pakaian adat suku Sikka.......................................................
BAB I
5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu ( Dalam
perbedaan, tetap ada persatuan) Bhinneka Tunggal Ika merupakan suatu hal
yang dapat mencerminkan bangsa Indonesia. Lambang Bhinneka Tunggal
Ika dapat kita temui pada cakar burung garuda Indonesia. Berikut makna
dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika:
1. Keberagaman yang Bersatu.
2. Toleransi dan saling menghormati.
3. Persatuan dalam perbedaan.
4. Kekayaan budaya dan keunikan.
Bhinneka Tunggal Ika memiliki beberapa fungsi dari semboyannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kerukunan sosial.
2. Menghormati perbedaan.
3. Membangun persatuan.
4. Menghargai keanekaragaman budaya
5. Memperkuat identitas nasional.
Sejarah Bhinneka Tunggal Ika bermula pada abad ke-14 Masehi di pulau
Jawa, Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini pertama kali
ditemukan dalam prasasti Tugu yang ditemukan di desa Ciaruteun Ilir,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini berasal dari masa pemerintahan
Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1356 Masehi.
Prasasti Tugu memberikan pesan tentang persatuan dan kerukunan di
tengah perbedaan dalam beragama. Prasasti ini berisi kutipan dari kitab
Sutasoma, salah satu karya sastra dari pengarang Jawa Kuno, Mpu Tantular.
Kutipan tersebut berbunyi “Wan wengi, windu sinunggal, winuwus
bhinneka tunggal ika” yang berarti “Walaupun berbeda-beda, dalam
perbedaan itu tetap ada kesatuan”.
6
Pada saat itu, pesan Bhinneka Tunggal Ika dalam prasasti Tugu
menegaskan pentingnya toleransi dan persatuan di antara berbagai
kepercayaan dan keyakinan yang ada di Nusantara. Semboyan ini berisi
nilai-nilai pluralisme dan harmoni dalam kehidupan beragama.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika
dijadikan sebagai semboyan nasional. Pada 18 Agustus 1950, semboyan ini
secara resmi dijadikan semboyan negara dan dituangkan dalam pasal 36A
Undang-Undang Dasar 1945. Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip yang
melandasi kerukunan dan persatuan di Indonesia, menghargai keberagaman
suku, agama, ras, dan budaya sebagai sumber kekayaan bangsa, salah
satunya adalah keberagaman yang ada diwilayah Nusa Tenggara Timur.
B. Tujuan
Berikut tujuan dari dibuatnya laporan ini:
1. Untuk mengetahui lebih banyak informasi atau ilmu mengenai
kebudayaan yang ada dalam suku Nusa Tenggara Timur.
2. Mempelajari tentang kebudayaan suku Nusa Tenggara Timur,
terutama tentang Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur.
C. Rumusan Masalah
1. Apa nama pakaian adat Nusa Tenggara Timur?
2. Ada berapa jenis pakaian adat Nusa Tenggara Timur?
BAB II
KAJIAN TEORI
7
A. Nusa Tenggara Timur
8
Secara tradisional, pakaian adat yang dipakai penduduk Provinsi Nusa
Tenggara Timur dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu pakaian adat pria
dan wanita.
1. Pakaian adat pria Nusa Tenggara Timur
Pakaian adat yang dipakai kaum pria, meliputi: Topi bentuk
khas sebagai hiasan kepala, baju jas tutup, selempang kain dan
bersarung kain tenun sebilah golok terselip di depan perut serta
perhiasan berupa kalung dan pending.
2. Pakaian adat wanita Nusa Tenggara Timur
Pakaian adat yang dipakai kaum wanita, meliputi: Hiasan kepala
berbentuk bulan sabit, Kain tenun yang menyelempang di bahu,
Kain tenun yang menutup dada hingga kaki serta dilengkapi
perhiasan subang, kalung, pending, dan gelang tangan.
9
(Gambar 2.2 Pakaian adat suku Rote)
10
Ti’i Langga ini bentuknya mirip seperti topi Sombrero yang
dipakai oleh masyarakat Meksiko. Selain itu, topi yang terbuat
dari daun lontar ini lebih tahan lama dan memiliki variasi bentuk
yang menarik. Alasannya karena daun lontar dapat berubah
warna menjadi kekuningan atau coklat jika sudah kering kering.
a) Pakaian adat Pria Suku Rote
Bagi kaum pria Suku Rote, daun lontar ini
dianggap sebagai simbol kewibawaan dan
kepercayaan diri. Ti’i Langga juga menjadi salah satu
aksesoris utama dalam pakaian adat suku Rote.
Pakaian adat Tenun Ikat dari suku Rote terdiri dari
kombinasi kemeja putih lengan panjang dan sarung
tenun ikat berwarna gelap. Nantinya sarung tersebut
dipakai di bagian bawah. Para laki-laki biasanya
menambahkan selendang kain bermotif di bagian
dada dan bahu.
b) Pakaian adat wanita Suku Rote
Para perempuan biasanya memakai aksesoris khas,
yaitu perhiasan berbentuk bulan sabit. Lalu ada juga
beberapa jenis aksesoris lain seperti kain selempang,
pendi atau ikat pinggang yang terbuat dari
emas/perak, serta Habas atau perhiasan yang dipakai
di bagian leher. Biasanya, masyarakat suku Rote
menggunakan pakaian ini dalam acara-acara besar
dan penting, seperti pernikahan keluarga mereka.
Selain pakaian adat, pulau Rote juga menyimpan
keindahan alam eksotis yang menarik untuk
dikunjungi. Kamu bisa melihat beberapa contohnya
dalam buku NTT Hidden Paradise: Kupang, Soe,
Rote, Alor yang ditulis oleh Rita Harahap.
11
2. Pakaian Adat Suku Dawan
12
3. Pakaian Adat Suku Helong
13
pinggang emas (pending). Selain itu, ada tambahan
beberapa aksesoris seperti hiasan kepala yang
berbentuk bulan sabit (bula molik), kalung dan
anting-anting berbentuk bulan (kerabu), serta hiasan
leher yang berbentuk bulan.
14
Untuk pakaian adat khusus wanita, umumnya
cukup sederhana dibanding dengan pria. Kaum wanita
Suku Sabu biasanya menggunakan kebaya dan dua
buah kain tenun berbentuk sarung dengan dua lilitan
dan ikat pinggang (pending). Pakaian adat suku Sabu
biasanya dipakai oleh ketua adat dan masyarakat saat
menghadiri acara adat, termasuk saat melakukan
ritual pemakaman.
15
yang dililitkan atau dibentuk seperti jambul. Posisi
dari jambul ini berada pada bagian depan atau
samping kanan dan kiri, tergantung pada simbol yang
ada di jambulnya. Selain itu, pakaian adat suku
Sumba untuk pria juga dilengkapi dengan berbagai
macam aksesoris seperti senjata tradisional (kabiala)
yang ditaruh di bagian ikat pinggang. Bagi
masyarakat suku Sumba, Kabiala dianggap sebagai
lambang dari keperkasaan. Lalu, pada bagian
pergelangan tangan kiri dipasangkan perhiasan yang
disebut Muti Salak serta Kanatar. Perhiasaan ini
menyimbolkan strata sosial dan kemampuan ekonomi
pemakainya.
b) Pakaian adat wanita suku Sumba
Untuk pakaian adat yang dikenakan oleh kaum
wanita biasanya berupa kain yang berbeda-beda
jenisnya, seperti Lau Kawar, Lau Pahudu, Lau
Mutikau dan Lau Pahudu Kiku. Kain-kain ini
digunakan hingga setinggi dada serta pada bagian
bahu ditutup menggunakan Taba Huku yang
berwarna senada dengan kain yang dikenakan.
Lalu, di bagian kepala wanita suku Sumba memakai Tiara
berwarna polos yang diikatkan dan dilengkapi dengan Hai
Kata (Tiduhai). Selanjutnya pada bagian dahi memakai
perhiasan logam (Maraga), di bagian telinga memakai
perhiasaan yang disebut mamuli serta memakai kalung emas.
Pemakaian semua aksesoris tersebut membuat penampilan
wanita suku Sumba menjadi terlihat semakin istimewa.
Pakaian adat suku Sumba biasanya digunakan pada acara-
acara adat atau peristiwa besar seperti upacara adat, pesta
perayaan dan sejenisnya.
16
Pakaian adat suku Sumba sekarang cenderung menekankan
pada tingkat kepentingan dan juga suasana lingkungan suatu
kejadian dibanding hierarki status sosial. Akan tetapi masih
ada beberapa perbedaan kecil. Contohnya seperti busana pria
bangsawan yang terbuat dari kain-kain serta aksesoris yang
lebih halus daripada pria dari kalangan rakyat biasa. Namun
secara keseluruhan, komponen-komponennya terlihat sama.
17
yang disusun membentuk jalur-jalur berwarna biru atau merah
yang didasari kain berwarna gelap.
Motif-motif tersebut ditenun dengan menggunakan benang
berwarna merah atau biru pada kain yang berwarna gelap.
Wanita dari kalangan bangsawan biasanya menambahkan
manik-manik atau kulit kerang sebagai hiasan pada bagian
tepinya. Ikat patola ini terbilang cukup sakral sebab sering
digunakan sebagai penutup jenazah para kepala suku, raja dan
bangsawan. Selain itu, pakaian adat ini biasa digunakan
sebagai pakaian kebesaran pada saat ritual atau upacara adat,
seserahan saat hajatan, upacara penghormatan kepada sang
pencipta, barang jaminan, busana kebesaran, memakaikan
kepada anak dan menantu serta bukti kemampuan
keterampilan menenun anak gadis sebagai persyaratan
menikah.
18
Kain Songke adalah kain yang wajib digunakan oleh para
wanita suku Manggarai dengan cara pemakaian yang mirip
seperti sarung. Akan tetapi, pemakaiannya tidak boleh
dilakukan secara sembarangan sebab ada beberapa bagian yang
harus menghadap ke arah depan.
Kain Songke didominasi oleh warna hitam yang
melambangkan keagungan dan kebesaran suku Manggarai.
Selain itu, ada juga motif-motif lain pada kain Songke,
masing-masing motif mempunyai makna yang berbeda-beda.
Contohnya seperti kain Songke dengan motif wela kaleng.
Motif ini melambangkan ketergantungan manusia dengan
alam. Ada juga kain Songke bermotif Ranggong yang
melambangkan kerja keras serta kejujuran. Lalu ada motif Su’i
yang melambangkan bahwa segala sesuatu memiliki
batasannya.
8. Pakaian Adat Suku Sikka
19
sudah terpengaruhi oleh budaya luar, seperti Bugis, Portugis,
Cina, Belanda, Arab, dan India.
Pakaian adat suku Sikka dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pakaian adat khusus wanita dan pakaian adat khusus laki-laki.
Dulu, pakaian adat suku Sikka dibedakan berdasarkan
tingkatan sosial, yaitu bangsawan dan masyarakat umum.
Namun sekarang, tradisi ini sudah ditinggalkan sehingga tidak
ada lagi perbedaan dalam pakaian adatnya. Kecuali pada
tingkat kehalusan tenunan, jahitan, dan juga ukiran perangkat
perhiasannya.
a) Pakaian adat pria suku Sikka
Pakaian adat kaum laki-laki Suku Sikka umumnya
terdiri dari kain penutup badan dan juga penutup
kepala. Untuk penutup badan, biasanya mirip seperti
kemeja gaya barat yang bertangan panjang dengan
warna putih. Hanya saja, ada tambahan berupa
selembar lensu sembar yang diselendangkan di bagian
dada. Lensu sembar ini memiliki corak flora atau
fauna dan diikat dengan teknik ikat lungsi. Lalu di
bagian pinggangnya memakai utan atau utan werung.
Utan werung adalah sejenis sarung berwarna gelap
seperti biru tua atau hitam dengan garis biru
melintang. Lalu di bagian kepalanya ada penutup
kepala yang terbuat dari kain batik soga yang
digunakan dengan pola ikatan tertentu dan perhiasan
pada kaum pria salah satunya adalah keris yang
disisipkan pada pinggang sebagai pertanda
keperkasaan dan juga kesaktian.
a) Pakaian adat wanita Suku Sikka
Untuk kaum wanita, pakaian adat ini terdiri dari
penutup badan yang berupa Labu Liman Berun,
20
bentuknya seperti kemeja berlengan panjang dan
terbuat dari sutera. Labu Liman Berun wanita sedikit
terbuka di bagian pangkal leher agar memudahkan
saat pemakaiannya. Selain itu, bentuk polanya juga
tidak terlalu menyerupai kemeja atau blus yang
berkancing di bagian depannya. Sementara di bagian
atasnya diselempangkan selendang yang melintang
sampai ke dada.
Lalu di bagian bawahnya menggunakan kain
sarung khusus wanita, yaitu utan lewak. Kain sarung
ini dihiasi dengan beragam flora dan fauna dalam
lajur-lajur bergaris.
Utan lewak sendiri berarti kain tiga lembar yang
berwarna dasar gelap dengan paduan-paduan warna
merah, coklat, putih, biru, dan kuning secara
melintang. Warna-warna kain wanita ini
melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-
kekuatan magis. Di bagian kepala, ada hiasan berupa
konde atau sanggul yang terbuat dari ukiran berwarna
keemasan. Saat ini ada beberapa variasi lagi untuk
hiasan kepala kaum wanita yang dipengaruhi oleh
suku-suku lainnya.
Perhiasaan lainnya yang digunakan oleh kaum
wanita adalah gelang (kalar) yang dibuat dari gading
dan perak. Penggunaannya tergantung peristiwa dan
upacara adat, namun jumlah kalar gading dan perak
biasanya genap. Seperti dua gading dan dua perak di
setiap tangan.
Kaum ningrat biasanya menggunakan lebih banyak
kalar, namun jumlahnya tetap genap. Seperti enam,
delapan, sepuluh, dan seterusnya. Perhiasan lain yang
21
sering digunakan oleh kaum wanita adalah kilo yang
tergantung pada telinga.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Metode
Dalam kegiatan penelitian, kami menggunakan metode Analisis data
kualitatif.
Metode analisis data kualitatif adalah metode yang banyak digunakan
dalam penelitian. Metode analisis merupakan langkah penting yang perlu
diterapkan untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai yang diinginkan.
Dalam metode analisis data kualitatif diperlukan pendekatan dari data
yang bersifat subyektif. Analisis dengan metode kualitatif tidak bersifat
general, karena sifatnya yang subyektif yaitu berdasarkan pemahaman
masing-masing individu atau peneliti. Data kualitatif dapat berupa gambar,
teks, dan aneka simbol.
Metode analisis data kualitatif biasanya digunakan untuk penelitian
eksplorasi. Cara kerja metode analisis data kualitatif umumnya dilakukan
secara paralel yaitu yang pertama pengenalan data. Peneliti harus cermat
membaca data dan mencari pola dasarnya. Ini disebut juga dengan
transkripsi data. Selanjutnya tinjau ulang tujuan penelitian dan data terkait
22
dengan pertanyaan yang ada, apakah sudah cukup memenuhi atau belum.
Kemudian lakukan pengindeksan atau pengkodean pada data agar lebih
mudah disusun dan dianalisis. Terakhir lakukan identifikasi tema
penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian.
Pada artikel kali ini kita akan membahas macam-macam metode analisis
data kualitatif menurut para ahli.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pakaian adat Nusa Tenggara Timur merupakan warisan kultural yang unik,
memiliki corak dan ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya.
Setiap desa, suku, dan daerah di Nusa Tenggara Timur memiliki pakaian adat
yang berbeda-beda. Selain itu, warna-warna cerah dan bervariasi sering
digunakan pada pakaian adat Nusa Tenggara Timur. Warna hijau, biru, merah,
kuning, dan putih sering digunakan dalam pembuatan pakaian adat.
Pakaian adat Nusa Tenggara Timur juga memiliki makna yang dalam dan
penting bagi masyarakat setempat. Setiap corak dan hiasan pada pakaian adat
biasanya memiliki makna simbolik, misalnya corak pada kain tenun yang
melambangkan keluarga, bunga, dan hewan. Dari sisi fungsi, pakaian adat
Nusa Tenggara Timur digunakan dalam festival dan upacara adat, seperti
pernikahan, pemakaman, dan festival adat lainnya. Pemakaian pakaian adat ini
juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya bagi masyarakat
setempat.
Pakaian adat Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan ragam budaya yang
cukup tinggi. Pakaian adat ini tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh,
tetapi juga menjadi manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat Nusa Tenggara Timur. Motif-motif ukiran, bordir,
dan sulaman yang diaplikasikan pada kain-kain tradisional sangat khas dan
unik. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakaian adat
juga sangat bervariasi, tergantung pada daerah asalnya.
23
Dalam era modern ini, pakaian adat Nusa Tenggara Timur masih bisa
dijumpai dan sering digunakan oleh masyarakat setempat. Namun, sayangnya
kesadaran untuk melestarikan pakaian adat semakin menurun karena adanya
pengaruh budaya luar yang semakin meresap. Karenanya, penting bagi kita
untuk terus melestarikan pakaian adat Nusa Tenggara Timur sebagai bentuk
penghargaan dan penjagaan terhadap warisan budaya kita. Dengan menjaga
dan melestarikan pakaian adat, maka kita juga melestarikan identitas budaya
yang kaya dan memiliki nilai tinggi bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://fahum.umsu.ac.id/bhineka-tunggal-ika-pengertian-arti-makna-
dan-sejarah/
https://www.kompas.com/skola/read/2023/04/05/220000169/mengenal-
suku-bahasa-rumah-adat-dan-pakaian-di-nusa-tenggara-timur-?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur
https://www.gramedia.com/literasi/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-
timur/
25