Disusun oleh :
Atika Badriatul Alliah (22106620268)
Jenny Agita Zalianty (22106620269)
Rahayu Setiya Handiwi (22106620274)
Ferdimas Bagus Saputra (22106620276)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Karakteristik
Wirausaha” Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kewirausahaan Dasar dan memberikan informasi serta pengetahuan tambahan bagi
mahasiswa dan bagi pembaca.
Dengan tersusunya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material dalam penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga penulisan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Demikian laporan penelitian ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
HASIL PENELITIAN...........................................................................................................14
HASIL DOKUMENTASI......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax,
yang maknanya tools for marking, to engrave, dan pointed stake. Kata ini mulai banyak
digunakan (kembali) dalam bahasa Prancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk
dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia
karakter. Karakter mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang,
sehingga membuatnya menarik dan atraktif: (2) reputasi seseorang: dan (3) seseorang yang
memiliki kepribadian yang eksentrik.
Menurut Baharuddin, (2009) karakter adalah suatu keadaan jiwa yang tampak
dalam tingkah laku dan perbuatan sebagai akibat pengaruh pembawaan dan
lingkungan. Dengan kata lain, karakter tergantung pada kekuatan dari luar (eksogen).
Jadi, karakter individu dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Karakter dapat
diubah dan dididik. Pada umumnya seorang wirausaha adalah mereka yang berpotensi
untuk berprestasi dan mempunyai motivasi yang besar untuk maju. Menurut Meredith,
(2002), para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan, dan
mempunyai motivasi tinggi dalam mengambil resiko untuk mengejar tujuannya.
Sedangkan menurut (Wahyudi, 2012) terdapat tujuh definisi karakteristik wirausaha,
yaitu: 1) Passion, 2) Independent, 3) Market sensitivity, 4) Creative & Innovative, 5)
Calculated risk taker, 6) presistent, 7) high ethical standart. Sedangkan menurut
(Longenecker, 2001) kategori umum wirausaha memperluas karakteristik, seperti
tingginya kebutuhan, keinginan mengambil resiko, percaya diri yang kuat, dan
kemauan berbisnis. Menurut Mudjiarto, (2006) ada 9 karakteristik utama yang
terdapat pada diri seorang wirausaha sebagai berikut: 1) dorongan berprestasi, artinya
seseorang mempunyai keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi. 2) bekerja keras,
sebagian besar wirausaha “mabuk kerja” untuk mencapai apa yang ingin dicita-
citakan. 3) memperhatikan kualitas: seorang wirausaha menangani dan mengawasi
usahanya sendiri sampai mandiri, sebelum ia mulai dengan usaha baru lagi. 4) sangat
bertanggungjawab: mampu bertanggungjawab pada usahanya, baik secara moral, legal
maupun mental. 5) berorientasi pada imbalan: seorang wirausaha akan mengharapkan
imbalan yang sepadan dengan usahanya. Imbalan bukan hanya soal uang, namun juga
pengakuan dan penghormatan. 6) optimis: wirausaha hidup dengan anggapan semua
waktu baik untuk bisnis, dan segala sesuatu mungkin. 7) berorientasi pada hasil karya
yang baik (excellence oriented): seorang wirausaha ingin mencapai sukses yang
menonjol.
Tentang proses pembentukan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar: Helen
Keller (1880-1968), Wanita luar biasa ini, ia menjadi buta dan tuli pada usia 19 bulan, namun
berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah
melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi
manusia buta tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College pada 1904, ia pernah
berkata, "Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial
and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success
achieved." (Karakter tidak bisa dikembangkan di (dalam) kesenangan dan ketentraman.
Hanya melalui pengalaman percobaan dan penderitaan jiwa yang dapat diperkuat, visi
dibersihkan, ambisi diilhami, dan sukses dicapai).
Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat
perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah
seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan ai
tingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage
www.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah
hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan
disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instan. Diperlukan refleksi
mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti
dengan aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu
untuk mem- buat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat
seseorang.
Pertama, penting untuk memiliki visi yang jelas dan tujuan yang kuat. Seorang
wirausaha harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dan tujuan
yang ingin diraih. Visi dan tujuan ini akan menjadi pemandu dalam mengambil
keputusan dan membuat strategi untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis. Dengan
memiliki visi yang kuat, seorang wirausaha akan memiliki fokus dan tekad yang tinggi
untuk menghadapi tantangan dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul.
Terakhir, penting untuk memiliki sikap yang positif dan optimis dalam
pembentukan karakter dalam wirausaha. Menjalankan bisnis tidak selalu mulus, dan
terkadang akan ada hambatan dan kegagalan di sepanjang jalan. Dalam menghadapi
situasi ini, sikap yang positif dan optimis akan membantu seorang wirausaha untuk
tetap termotivasi dan terus bergerak maju. Sikap yang positif juga akan mempengaruhi
cara pandang wirausaha terhadap tantangan dan kegagalan, sehingga dapat mencari
solusi kreatif dan melihat peluang di tengah kesulitan.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia
dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Halim Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang
pernah mengatakan, "Bear in mind that brains and learning, like muscle and physical skills,
are articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by the year or by the
hour. The only thing in the world NOT for sale is character. And if that does not govern and
direct your brains and learning, they will do you and the world more harm than good."
Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi
kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan pengetahuan
(termasuk informasi) itu sendiri memang dapat diperjualbelikan. Dan telah menjadi
pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.
Demikianlah, makna penting sebuah karakter dan proses pembentukannya yang tidak
pernah mudah melahirkan manusia yang tidak dapat dibeli. Kearah yang demikian itulah,
pendidikan dan pembelajaran, termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di
institusi nonformal seharusnya bermuara, yakni membangun manusia berkarakter (terpuji),
manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya
menjadi lebih manusiawi, manusia utuh, dan memiliki integritas.
Fenomena kehidupan adalah rentetan dari perubahan keadaan melalui pertukaran
keadaan melalui pengalaman. Tidak ada yang sama satu sama lain dan tidak ada orang yang
pengalamannya sama betul dalam hidupnya. Dari hari ke hari kita memantau tentang aneka
warna kehidupan yang berubah-ubah secara cepat. Oleh karena, ini menjadi penting bagi kita
untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan sekitar, karena memiliki
perbedaan alam perasaan, dan cara bertindak serta situasi dan kondisinya..
Setiap kehidupan di satu pihak berlangsung panjang dan merupakan suatu mata rantai
dari usaha pelayanan yang tidak terputuskan. Kesuksesan tergantung sebagian besar kepada
bagaimana kita dengan baik merundingkan cara kita melalui hubungan sehari-hari dengan
orang tanpa perselisihan dan pertentangan. Orang yang pandai berunding sedemikian rupa
ialah orang yang mengerti seni menjual. Adapun seni menjual merupakan salah satu
perwujudan dari Jiwa dan karakter wirausaha.
Kedua, karakter yang baik juga penting dalam menghadapi tantangan dan
rintangan dalam dunia bisnis. Seorang wirausaha akan menghadapi berbagai situasi
yang menantang, seperti persaingan yang ketat, kegagalan, dan ketidakpastian. Dalam
situasi-situasi ini, karakter yang kuat seperti ketekunan, optimisme, dan ketangguhan
akan membantu seorang wirausaha untuk tetap teguh dan mencari solusi yang kreatif.
Selanjutnya, karakter yang baik juga mencerminkan integritas dan etika dalam
bisnis. Seorang wirausaha yang memiliki karakter yang baik akan menjalankan
bisnisnya dengan adil, jujur, dan bertanggung jawab. Ini termasuk mematuhi
peraturan dan hukum yang berlaku, memperlakukan karyawan dengan hormat, dan
menjaga kepentingan pelanggan. Integritas bisnis ini akan membangun reputasi yang
baik dan meningkatkan kepercayaan pelanggan serta masyarakat sekitar.
Selain itu, karakter yang baik juga mencakup keterampilan kepemimpinan yang
efektif. Seorang wirausaha yang memiliki karakter kepemimpinan yang baik dapat
menginspirasi dan memotivasi timnya. Mereka mampu membangun budaya kerja yang
positif, memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan bersama, dan mengambil
keputusan yang bijaksana dalam mengelola bisnis. Kepemimpinan yang baik juga
mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi
tantangan dengan sikap yang positif.
Terakhir, karakter yang baik juga mempengaruhi inovasi dan kreativitas dalam
bisnis. Seorang wirausaha yang memiliki karakter yang kreatif dan inovatif akan
memiliki kemampuan untuk melihat peluang baru, mengembangkan ide-ide baru, dan
menciptakan solusi yang inovatif. Ketekunan, ketangguhan, dan sikap terbuka
terhadap risiko juga akan membantu seorang wirausaha dalam mengambil langkah-
langkah yang berani untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis.
Mc Clelland mengajukan konsep Need for Achievement (selanjut nya disingkat (N-
Ach) yang diartikan sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin berbuat
lebih baik dan terus maju, selalu berpikir untuk berbuat yang lebih baik, dan memiliki tujuan
yang realistis dengan mengambil tindakan berisiko yang benar-benar telah diperhitungkan.
Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih menyukai situasi kerja yang
diketahui akan mengalami peningkatan/kemajuan atau tidak. Uang bagi mereka bukanlah
tujuan. Me Clelland memberikan gambaran tentang hal itu sebagai berikut:
Agaknya mengherankan bila ditinjau dari sudut teori ekonomi dan perniagaan
Amerika tradisional bahwa yang mendorong entrepreneur mengadakan kegiatan bukanlah
harapan untuk memperoleh keuntungan, tetapi orang yang memiliki keinginan kecil untuk
berprestasi yang membutuhkan perangsangan berupa uang agar dapat bekerja lebih keras,
Orang yang keinginan berprestasinya tinggi akan bekerja lebih keras dalam keadaan seperti
apa pun juga, asalkan ada kesempatan untuk mencapai sesuatu. Dia tertarik kepada imbalan
uang atau keuntungan terutama karena imbalan ini merupakan umpan balik yang dapat
mengukur pencapaian hasil pekerjaannya. Uang bagi entrepreneur sejati bukanlah sebagai
perangsang berusaha tetapi lebih merupakan ukuran keberhasilan (R. Purnomo, 1994: 11).
2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan kemam- puan mental.
4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh pencapaian pribadi (personal
achievement).
5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi berikan umpan balik yang jelas
positif. yang mem-
Ukuran N-Ach mampu menunjukkan seberapa besar jiwa entrepreneur seseorang. Semakin
besar/tinggi nilai N-Ach seseorang, sema- kin besar pula bakat potensialnya untuk menjadi
entrepreneur yang sukses.
Totok S. Wiryasaputra. (2004: 3-4) menyatakan bahwa ada sepuluh sikap dasar
(karakter) wirausaha yaitu:
1. Visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh ke depan, selalu melakukan yang
terbaik pada masa kini, sambil membayangkan masa depan yang lebih baik. Seorang
wirausaha cenderung kreatif dan inovatif.
2. Positive (bersikap positif), yaitu membantu seorang wirausaha se lalu berpikir yang
baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dia
mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang
lebih besar.
3. Confident (percaya diri), sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil
keputusan dan langkahnya. Sikap percaya diri tidak selalu mengatakan "Ya" tetapi
juga berani mengatakan "T dak jika memang diperlukan.
4. Genuine (asli), seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin
model sendiri. Bukan berarti harus menciptakan sesuatu yang betul-betul baru, dapat
saja dia menjual sebuah produk yang sama dengan yang lain, namun dia harus
memberi nilai tambah atau baru.
5. Goal Oriented (berpusat pada tujuan), selalu berorientasi pada tugas dan hasil.
Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah,
bekerja keras, dan disiplin untuk mencapai sesuatu yang telah ditetapkan.
6. Persistent (tahan uji), harus maju terus, mempunyai tenaga, dan semangat yang tinggi,
pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan kalau jatuh segera bangun kembali.
7. Ready to face a risk (siap menghadapi risiko), risiko yang paling berat adalah bisnis
gagal dan uang habis. Siap sedia untuk meng- hadapi risiko, persaingan, harga turun-
naik, kadang untung atau rugi, barang tidak laku atau tak ada order. Harus dihadapi
dengan penuh keyakinan. Dia membuat perkiraan dan perencanaan yang matang,
sehingga tantangan dan risiko dapat diminimalisasi.
8. Creative (kreatif menangkap peluang), peluang selalu ada dan le wat di depan kita.
Sikap yang tajam tidak hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mampu
menciptakan peluang.
9. Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik). Kalau berani memasuki dunia
usaha, harus berani memasuki dunia persaingan. Persaingan jangan membuat stres,
tetapi harus dipandang untuk membuat kita lebih maju dan berpikir secara lebih baik.
Sikap positif membantu untuk bertahan dan unggul dalam persaingan. 10. Democratic
leader (pemimpin yang demokratis), memiliki kepemimpinan yang demokratis,
mampu menjadi teladan dan inspirator bagi yang lain. Mampu membuat orang lain
bahagia, tanpa kehilangan arah, dan tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa
kehilangan identitas dirinya sendiri.
Menurut Arman Hakim Nasution (2007: 80-81), karakteristik yang harus dimiliki oleh
wirausaha yaitu:
Hendro (2005: 38) menyatakan bahwa setiap wirausaha yang berhasil memiliki empat
unsur penting yaitu:
Winardi (2003; 16) mengemukakan sejumlah tipikal entrepreneur yang antara lain
mencakup:
1. Tingkat energi tinggi para entrepreneur merupakan manusia yang persisten, yang
bersedia bekerja keras dan berupaya meraih keberhasilan.
2. Kebutuhan tinggi akan prestasi: yaitu termotivasi untuk bertindak secara individual
untuk melaksanakan pencapaian tujuan yang menantang.
3. Toleransi terhadap ambiguitas; bahwa para entrepreneur merupakan manusia yang
bersedia menerima risiko, dan mentoleransi situasi yang menunjukkan tingkat
ketidakpastian yang tinggi
4. Kepercayaan diri: merasa diri kompeten dan yakin akan diri me- reka sendiri serta
bersedia mengambil keputusan.
5. Berorientasi pada action: berupaya bertindak mendahului munculnya masalah, ingin
menyelesaikan tugas secara cepat, dan ti- dak bersedia menghamburkan waktu yang
berharga.
Hasil penelitian Iman Sukardi (1991) menyimpulkan bahwa sifat tingkah laku
kewirausahaan yang paling sering ditemukan pada wirausaha adalah:
1. Sifat Instrumental, sifat ini sebagai karakteristik wirausaha yang menunjukkan bahwa
dalam berbagai situasi selalu memanfaat kan segala sesuatu yang ada di
lingkungannya untuk mencapai tujuan pribadi dalam berusaha. Wirausaha selalu
mencari se gala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerjanya.
Hubungan interpersonal, kehadiran tokoh masyarakat, maupun pakar dalam bidang
tertentu selalu dimanfaatkan untuk membantu mencapai tujuan dalam berusaha.
Dengan kata lain, segala sesuatu yang ada di lingkungannya dipandang sebagai alat
atau instrumen tujuan pribadi.
2. Sifat prestatif, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu tampil
lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai sebelumnya,
Wirausaha selalu berbuat lebih baik, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai
sekarang dan selalu membuat target yang lebih baik dan lebih tinggi dari sebelumnya.
3. Sifat keluwesan bergaul, ini menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha untuk
cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antarmanusia. Biasanya,
selalu membina dan mencari kenalan baru serta berusaha untuk dapat terlibat dalam
kegiatan keseharian di samping akomodatif untuk berdialog.
4. Sifat kerja keras, orang yang menunjukkan selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak
mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Wirausaha mengutamakan kerja dan
mengisi waktu yang ada dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan.
Keterlibatannya dalam kerja tidak semata-mata demi hasil akhir apakah itu kegagalan
atau keberhasilan, tetapi yang lebih penting dia tidak berpangku tangan.
5. Sifat keyakinan diri, orang yang menunjukkan selalu percaya pada kemampuan diri,
tidak ragu dalam bertindak, bahkan memiliki kecenderungan untuk melibatkan diri
secara langsung dalam ber bagal situasi. Optimismenya menunjukkan adanya
keyakinan bahwa tindakannya akan membawa keberhasilan. Memiliki semangat
tinggi dalam bekerja dan berusaha serta mandiri menemukan alternatif jalan keluar
dari masalah yang dihadapi.
6. Sifat pengambil risiko, sifat orang yang menunjukkan bahwa wirausaha selalu
memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan
mencapai tujuan usaha. Biasa- nya akan melangkah bila kemungkinan gagal tidak
terlalu be sar. Dengan kemampuan mengambil risiko yang diperhitungkan wirausaha
tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu yang tidak ada jaminan
keberhasilan Segala tindakannya diperhitungkan dengan cermat, selalu membuat
antisipasi atas kemungkinan adanya hambatan yang dapat meninggalkan usahanya.
7. Sifat swakendali, yang menunjukkan bahwa dalam menghadapi berbagai situasi selalu
mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas-batas kemampuan dalam
berusaha. Biasanya, selalu menyadari benar bahwa melalui pengendalian diri kegiatan
kegiatannya dapat lebih terarah pada pencapaian tujuan. Dengan pengendalian diri ini
menunjukkan bahwa pribadi wirausahalah yang memutuskan kapan harus bekerja
lebih keras, berhenti me minta bantuan pada orang lain, dan mengubah strategi dalam
bekerja bila menghadapi hambatan.
8. Sitat inovatif, ialah sifat yang menunjukkan selalu mendekati masalah dalam berusaha
dengan cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka untuk gagasan, pandangan, dan
penemuan baru yang dapat dimanfaatkan demi meningkatkan kinerja. Tidak terpaku
pada masa lalu, tetapi selalu berpandangan ke depan guna men- cari cara-cara baru
atau memperbaiki cara yang biasa dilakukan orang lain guna meningkatkan kinerja.
Yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang khas,
unik dari hasil pemikiran. Yang termasuk dalam sifat inovatif ini adalah
kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan-penyempurnaan
tertentu (imitative inovatif). Itu pula sebabnya mengapa wirausaha sering disebut
sebagai pencipta perubahan (the change creator).
9. Sifat kemandirian, ini menunjukkan bahwa ia selalu bertanggung jawab atas
perbuatannya dengan tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan
merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Ia mementingkan otonomi dalam
bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapai
tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang
sesuai dengan dirinya. Keuntungan pada orang lain merupakan pertentangan dengan
kata hatinya. Ia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapatkan kebebasan
bertindak dan pengambilan keputusan. Artinya wirausaha lebih senang memegang
kendali kelompok kerja, menentukan tujuan kelom pok, serta memilih alternatif
tindakan dalam mencapai tujuan.
1. Dream, seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginan- nya terhadap masa
depan pribadi dan bisnisnya termasuk ke mampuan untuk mewujudkan impiannya.
2. Decisiveness, seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat, membuat
keputusan yang cepat dengan penuh perhitungan dan ini merupakan kunci dalam
kesuksesan usahanya.
3. Doers, begitu pelaku mengambil keputusan langsung ditindak- lanjuti, dan tidak mau
menunda kesempatan yang dapat dimanfaatkan.
4. Determination, bahwa dalam melaksanakan kegiatan penuh sak- sama. Rasa tanggung
jawab yang dimiliki tinggi, dan tidak mudah menyerah meski dihadapkan pada
berbagai rintangan yang sulit diatasi.
5. Dedication, dedikasinya sangat tinggi, dan terkadang lebih mementingkan bisnisnya
daripada keluarganya.
6. Devotion, amat senang dan tergila-gila serta mencintai bisnisnya. termasuk produk
yang dihasilkannya, sehingga menjadi pendorong dalam mencapai keberhasilan yang
efektif dalam menjual dan menawarkan produknya.
7. Details, sangat memerhatikan faktor kritis secara perinci dan tidak mengabaikan hal-
hal yang kecil yang dapat menghambat usahanya.
8. Destiny, ia bertanggung jawab terhadap tujuan yang hendak di- capai, serta tidak
tergantung terhadap orang lain dan memiliki kebebasan..
9. Dollars, motivasinya bukan memperoleh uang dan uang dianggap sebagai ukuran
kesuksesan setelah usahanya berhasil.
10. Distribute, seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnis terhadap
orang yang dapat dipercaya, kritis, dan man diajak untuk meraih kesuksesan dalam
usahanya.
1. Komitmen dan determinasi yang tiada batas. Di sini tingkat komitmen para
entrepreneur biasanya terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi
kemakmuran pribadi mereka. oleh kesediaan untuk menginvestasi waktu, menolerir
standar kehidupan lebih rendah dibanding standar kehidupan yang se- benarnya dapat
dinikmati mereka termasuk berkumpul dengan keluarga mereka.
2. Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. Secara tipikal dirangsang
oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada masa lampau;
uang semakin kurang ber- arti sebagai motivator dan uang lebih banyak dijadikan alat
untuk mengukur hingga di mana pencapaian prestasi mereka.
3. Orientasi ke arah peluang serta tujuan. Para entrepreneur yang berhasil cenderung
memusatkan perhatian mereka kepada pe- luang yang mewakili kebutuhan yang
belum terpenuhi atau problem yang menuntut adanya pemecahan.
4. Lokus pengendalian internal. Entrepreneur yang berhasil sangat yakin akan diri
mereka sendiri, adanya anggapan bahwa yang mengendalikan nasib perusahaan
dengan sendirinya tanpa ada kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan hasil
yang diraih mereka. Mereka bersifat realistik tentang kekuatan dan kelemahan.
5. Toleransi terhadap ambiguitas. Entrepreneur yang baru memulai usaha baru
menghadapi kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran untuk upah karyawan dan
keuntungan yang diterima, kemudian menerima hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan yang berubah, pelanggan silih berganti termasuk kemunduran- kemunduran
sebagai bagian dari kehidupan mereka.
6. Mempersiapkan diri untuk mengantisipasi problem yang mung- kin timbul,
mengonfirmasi akan peluang yang ada dan apa yang diperlukan untuk meraih
keberhasilan, menciptakan cara untuk berbagi risiko dengan rekanan, pelanggan,
investor, kreditor, dan dengan hati-hati mengendalikan peranan pokok dalam melaku
kan operasi perusahaan mereka.
7. Meski kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan perhatian
pada peluang, pelanggan, pasar, dan per saingan.
8. Tidak terintimidasi dengan situasi sulit, dapat bersifat desisif (berani mengambil
keputusan) serta dapat menunjukkan kesa- baran apabila perspektif jangka panjang
dianggap sebagai hal yang tepat.
9. Secara agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mem- percepat kemajuan
serta efektivitas. Membina hubungan dengan orang untuk mendapatkan pelajaran
yang bermanfaat.
10. Kemampuan menghadapi kegagalan secara efektif dengan dapat menerima kegagalan
dan memanfaatkannya sebagai suatu proses belajar.
Berdasarkan pendapatan para ahli di atas, hasil diskusi, dan beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan maka dapat dirangkum be- berapa karakteristik kewirausahaan yang
harus dimiliki oleh seorang wirausaha yang dibagi ke dalam lima golongan besar yaitu:
1. Memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hi- dup, karakteristik ini
terdiri atas:
a. Pekerja Keras (Hard Worker).
b. Tidak Pernah Menyerah (Never Surrender).
c. Memiliki Semangat (Spirit).
d. Memiliki Komitmen (Comitted) yang tinggi.
2. Orientasi ke masa depan, karakteristik ini terdiri atas:
a. Visioner.
b. Berpikir Positif (Positive Thinking).
c. Memilki Pengetahuan (Knowledge) yang Luas.
3. Memilki jiwa kepemimpinan yang unggul, karakteristik ini terdiri atas:
a. Keberanian untuk Bertindak (Dare to Act).
b. Membangun Tim yang Baik (Good Team Leader).
c. Berpikir dan Berjiwa Besar.
d. Berani Mengambil Risiko.
e. Having Mentor.
f. Pikiran yang Terbuka (Open Minded).
g. Kepercayaan (Trusted).
4. Memilki jaringan usaha yang luas, karakteristik ini terdiri atas:
a. Jaringan Kerja (Net Worker).
b. Teman (Friends).
c. Kerja sama (Cooperative).
5. Tanggap dan kreatif menghadapi perubahan, karakteristik ini ter- diri atas:
a. Berpikir Kritis (Critie).
b. Menyenangkan.
c. Proaktif.
d. Kreatif.
e. Inovatif.
f. Efisien.
g. Produktif.
h. Orsinal.
HASIL PENELITIAN
Baderus Samsi, seorang wirausaha sukses yang merupakan generasi kedua dari usaha
keluarganya, membangun jejaknya dalam dunia bisnis dengan latar belakang sebagai anggota
keluarga petani dan pedagang. Usaha yang dijalankannya saat ini berawal dari tahun 1978
dan telah diwariskan kepadanya sejak tahun 2005 hingga sekarang. Keterlibatan dan
kesinambungan ini menciptakan fondasi yang kuat bagi kelangsungan usaha, serta
menunjukkan komitmen keluarganya terhadap dunia wirausaha.
Karakter yang dimiliki oleh Baderus Samsi sangat menonjol dalam dunia wirausaha.
Meskipun dikenal dengan sifat santainya, beliau tetap memiliki prinsip-prinsip yang kokoh
dalam menjalankan bisnis. Tekun, giat, dan teliti menjadi kunci keberhasilan yang melekat
pada dirinya. Motivasi untuk berusaha terus menerus dipupuk, dan keputusan bisnisnya
didasarkan pada pengalaman dan perhitungan matang. Meskipun begitu, dalam
perjalanannya, Baderus Samsi mengakui bahwa kegagalan tetap tak terelakkan, termasuk
menjadi korban penipuan dalam dunia bisnis.
Omzet yang berhasil diraih oleh Baderus Samsi sangat bergantung pada kondisi
cuaca. Dalam kondisi cuaca baik, proses pengeringan hasil panen seperti jagung dapat
dilakukan dalam waktu singkat, bahkan hanya dalam 2 hari, yang kemudian dapat
menghasilkan omzet hingga 20 juta. Sebagai bukti keberhasilan usahanya, beliau pernah
mencapai omzet terbesar sebesar 80 juta dalam satu hari. Keberhasilan ini menunjukkan
bahwa wirausaha yang tekun dan teliti dapat mengoptimalkan peluang yang ada, bahkan
dalam situasi cuaca yang tidak pasti.
Meskipun demikian, Baderus Samsi juga menghadapi kendala dalam perjalanan
bisnisnya. Salah satu kendala utama yang dihadapinya saat ini adalah faktor cuaca yang
mempengaruhi proses pengeringan hasil panen. Kondisi cuaca yang kurang mendukung
membuat proses ini berlangsung lebih lama dari biasanya. Untuk mengatasi hambatan ini,
Baderus Samsi melakukan inovasi dengan menggunakan oven berbahan bakar kayu sebagai
alternatif dalam proses pengeringan hasil panennya.
Kisah sukses Baderus Samsi memberikan inspirasi bahwa kesuksesan dalam dunia
wirausaha tidak hanya bergantung pada modal dan keberuntungan semata, tetapi juga pada
karakteristik pribadi seperti ketekunan, kedisiplinan, dan inovasi. Meskipun menghadapi
berbagai rintangan, kegagalan, dan perubahan kondisi eksternal seperti cuaca, keberhasilan
usaha ini tetap terjaga berkat dedikasi dan kerja keras yang konsisten. Bagi Baderus Samsi,
wirausaha bukan hanya sekadar mencari keuntungan, tetapi juga merupakan perjalanan hidup
yang penuh dengan pembelajaran dan tantangan.
HASIL DOKUMENTASI
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Karakter memegang peran penting dalam membentuk seorang wirausaha. Karakter
dijelaskan sebagai keadaan jiwa yang tampak dalam tingkah laku dan perbuatan, yang
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Seorang wirausaha, sebagai individu yang
memiliki potensi untuk berprestasi, motivasi besar, dan berorientasi pada tindakan, perlu
mengembangkan karakteristik khusus. Beberapa ciri-ciri wirausaha termasuk passion,
independen, sensitif terhadap pasar, kreatif, inovatif, pengambil risiko yang terukur, gigih,
dan standar etika tinggi.
Proses pembentukan karakter dalam wirausaha melibatkan pengembangan visi dan
tujuan yang kuat, kepemimpinan yang efektif, ketangguhan mental, kemampuan mengambil
risiko, dan sikap positif. Karakter yang baik memiliki peran signifikan dalam membentuk
reputasi dan hubungan solid dalam bisnis. Selain itu, karakter yang kuat membantu wirausaha
menghadapi tantangan, menjalankan bisnis dengan integritas, memimpin secara efektif, dan
mengembangkan inovasi.
Ciri-ciri psikologis dan kemampuan wirausaha melibatkan locus pengendalian
internal, tingkat energi tinggi, kebutuhan tinggi akan prestasi, toleransi terhadap ambiguitas,
dan kepercayaan diri yang tinggi. Kemampuan seperti self-knowledge, imaginasi,
pengetahuan praktis, pencarian informasi, pandangan ke depan, keterampilan komputasi, dan
keterampilan berkomunikasi juga dianggap penting. Wirausaha dianggap sebagai agen
inovasi yang selalu mencari cara baru atau perbaikan, dan kemandirian ditonjolkan sebagai
kemampuan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan sifat instrumental, prestatif, keluwesan bergaul, kerja
keras, keyakinan diri, pengambil risiko yang terhitung, swakendali, inovatif, dan kemandirian
sebagai karakteristik umum wirausaha. Oleh karena itu, wirausaha perlu secara aktif
mengembangkan karakter yang kuat untuk menghadapi tantangan, mengambil risiko dengan
bijaksana, dan menjalankan bisnis dengan integritas serta inovasi.
Pada intinya, karakter wirausaha merupakan kombinasi dari berbagai sifat dan
keterampilan yang mendukung kesuksesan dalam dunia bisnis. Baharuddin (2009)
menggarisbawahi bahwa karakter seseorang tercermin dalam tingkah laku dan
perbuatan, dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Dalam konteks
wirausaha, Meredith (2002) menekankan bahwa seorang wirausaha memiliki orientasi
tindakan, motivasi tinggi, dan kesiapan mengambil risiko untuk mencapai tujuannya.
Wahyudi (2012) dan Longenecker (2001) memberikan definisi karakteristik wirausaha,
termasuk passion, independen, sensitif terhadap pasar, kreatif & inovatif, pengambil
risiko yang terukur, persisten, dan standar etika tinggi.
Mudjiarto (2006) menambahkan sembilan karakteristik utama wirausaha,
seperti dorongan berprestasi, kerja keras, perhatian terhadap kualitas, tanggung jawab
yang tinggi, berorientasi pada imbalan, optimis, berorientasi pada hasil karya yang
baik. Proses pembentukan karakter wirausaha, seperti yang diilustrasikan oleh
kehidupan Helen Keller, adalah perjalanan panjang yang melibatkan pengembangan
pribadi dan keterampilan khusus.
Dalam memahami proses ini, penekanan diberikan pada lima aspek utama.
Pertama, memiliki visi dan tujuan yang jelas untuk membimbing keputusan dan
strategi bisnis. Kedua, memiliki kepemimpinan yang kuat untuk menginspirasi dan
memotivasi orang lain. Ketiga, membangun ketangguhan mental untuk menghadapi
tantangan dan kegagalan. Keempat, memiliki kemampuan mengambil risiko yang
bijaksana. Terakhir, mempertahankan sikap positif dan optimis dalam menghadapi
kesulitan.
Pentingnya karakter dalam kehidupan wirausaha ditegaskan oleh Antonin
Scalia, yang menyatakan bahwa karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibeli atau
dijual. Karakter membentuk dasar untuk keberhasilan dalam menjalankan bisnis,
membangun reputasi, dan menjaga hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis.
Berbagai ciri-ciri karakter wirausaha disajikan oleh beberapa ahli, seperti
McClelland, Totok S. Wiryasaputra, Yuyun Wirasasmita, Arman Hakim Nasution, dan
Hendro. Ciri-ciri tersebut mencakup orientasi pencapaian, pengaruh dan persuasi,
pemikiran analitis, kreativitas, dan ketahanan terhadap risiko.
Akhirnya, penelitian Iman Sukardi menyoroti sifat-sifat instrumental, prestatif,
keluwesan bergaul, kerja keras, keyakinan diri, pengambil risiko yang terukur,
swakendali, inovatif, dan kemandirian sebagai karakteristik yang sering ditemukan
pada wirausaha yang berhasil.
Dengan demikian, kesuksesan dalam wirausaha tidak hanya ditentukan oleh
pengetahuan dan keterampilan bisnis, tetapi juga oleh karakter yang kuat dan
berkembang. Membangun karakter wirausaha melibatkan perjalanan panjang,
pengalaman, dan pengembangan diri yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA