Anda di halaman 1dari 9

DATA BATIMETRI

DALAM PEMBANGUNAN
ATAU PENEMPATAN KJA
OFFSHORE
Disusun untuk memenuhi tugas UAS
matakuliah digital perikanan

RIOALDI SUGANDHY 230420230003 FPIK UNPAD


KATA PENGANTAR

"Data batimetri dan kondisi perairan merupakan informasi yang sangat penting dalam
merencanakan pembangunan atau penempatan keramba jaring apung (KJA) offshore di suatu
kawasan perairan" (Rioaldi Sugandhy, mahasiswa magister perikanan FPIK UNPAD).

Tidak ada kata-kata yang lebih tepat bagi


penulis selain ungkapan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penyusunan makalah ini.

Tidak lupa pula, saya sampaikan terima kasih


atas dukungan moral, ilmu pengetahuan dan
wawasan yang telah diberikan oleh dosen
pengampu digital perikanan Bapak M. Candra
Wirawan, Ph.D.

Penulis berharap makalah ini memberikan


manfaat bagi pembaca, meskipun ada begitu
banyak penulisan yang kurang dalam makalah
ini. Oleh karena itu, dengan sangat rendah hati,
penulis memohon kritikan dan saran yang
konstruktif dari pembaca agar makalah ini
dapat diperbaiki lebih lanjut.

Jatinangor, Desember 2023

Rioaldi Sugandhy

FPIK UNPAD 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

PENDAHULUAN 4

PEMBAHASAN 5

PENUTUP 8

DAFTAR PUSTAKA 9

FPIK UNPAD 1
PENDAHULUAN
Batimetri dapat diartikan sebagai pengukuran dan pemetaan topografi dasar laut. Informasi data
batimetri di suatu wilayah perairan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pemanfaatan ruang
di wilayah perairan baik danau, laut ataupun lepas pantai.
Data batimetri dapat memberikan gambaran mengenai kedalaman dan struktur dasar laut, yang dapat
membantu dalam pengambilan keputusan terkait dengan penempatan infrastruktur seperti pelabuhan, jalur
pelayaran, dan keramba jaring apung lepas pantai. Selain itu, data batimetri juga dapat digunakan untuk
kegiatan penelitian seperti studi potensi bencana, sedimentasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan.
Dalam kegiatan perikanan khususnya kegiatan budidaya, informasi batimetri merupakan salah satu
data penting dalam menentukan lokasi pemasangan atau pembangunan keramba jaring apung, hal ini erat
kaitannya dengan faktor fisik kelayakan lingkungan selain dari pasang surut, arus, gelombang dan kondisi
fisik perairan lainnya .
Dalam jangka panjang, pemetaan batimetri dapat membantu dalam upaya konservasi dan pengelolaan
sumber daya laut yang berkelanjutan. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai struktur dasar laut,
kegiatan eksploitasi sumber daya laut dapat dilakukan dengan lebih efektif dan berkelanjutan, sehingga
dapat mendukung keberlanjutan ekonomi dan pengelolaan lingkungan di wilayah perairan.

Manfaat Data batimetri memberikan informasi mengenai kondisi morfologi dan


topografi di suatu dasar perairan yang menjadi salah satu patokan dalam
penentuan lokasi KJA. Informasi batimetri berupa peta yang menggambarkan
bentuk konfigurasi dasar laut yang dinyatakan dengan angka-angka
kedalaman dan garis-garis kedalaman. Dengan memahami data batimetri,
para pelaku budidaya dapat menentukan letak KJA yang sesuai dengan
kondisi dasar laut dengan memperhatikan aspek biologi ikan budidaya dan
faktor penghambat lainnya.

Permasalahan laut memiliki kondisi yang sangat dinamis sehingga peta batimetri harus selalu
di update dengan perubahan dan perkembangan kondisi tersebut, yang
sering jadi masalah KJA lepas pantai sering kali di tempatkan di lokasi yang
kurang sesuai, karena tidak pernah memanfaatkan data batimetri dalam
penentuan lokasinya, ketidak sesuaian ini dapat menghambat kegiatan
budidaya di antaranya, masa guna KJA yang sikngkat (mudah rusak),
pertumbuhan ikan yang kurang maksimal, hingga kematian karena kondisi
morfologi dan topografi dasar perairannya yang tida sesuai dengan ikan yang
di pelihara.
Pengembangan semakin berkembangnya teknologi metode pengumpulan informasi dan data
batrimetri dapat dilakukan dengan lebih mudah. dapat mengunakan metode
akustik dengan sonar (echo-sounder) sehingga menghasilkan peta-peta
batimetri yang sangat detail dan dalam mengambarkan kondisi lingkungan
laut yang membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang ekosistem laut.
Oleh karena itu, metode pengumpulan informasi dan data batimetri dengan
menggunakan teknologi sonar (echo-sounder) sangat penting untuk
mendukung penelitian dan pengelolaan sumber daya laut secara
berkelanjutan.

FPIK UNPAD 4
PEMBAHASAN
Peta batimetri adalah jenis peta yang menunjukkan kedalaman laut dan bentuk dasar laut,
digunakan untuk memahami keadaan topografi bawah laut dan mempelajari kehidupan laut yang
ada. Selain itu, peta batimetri juga dapat membantu dalam kegiatan perikanan, terutama dalam
menentukan lokasi yang potensial untuk menangkap ikan dan hewan laut lainnya. Dengan
mengetahui kedalaman dan bentuk dasar laut, nelayan dapat menentukan titik-titik yang potensial
untuk menangkap ikan dan meningkatkan hasil tangkapan. dalam kegiatan perikanan budidaya
peta batimetri di jadikan salah satu indikator apakah kawasan tersebut ideal untuk penempatan
KJA, karena informasi yang ada pada peta berhubungan dengan kondisi fisik perairan tersebut.

Peta Batimetri

Pemetaan batimetri merupakan kegiatan penggambaran kenampakan dasar laut. Produk


dari aktivitas tersebut adalah peta batimetri yang memiliki peran, antara lain, menunjang
keamanan navigasi dan pelayaran, serta berperan dalam manajemen dan perencanaan
pembangunan wilayah pesisir. Batimetri merupakan kegiatan pengumpulan data 14 kedalaman
dasar laut dengan metode penginderaan atau rekaman dari permukaan dasar perairan, yang
akan diolah untuk menghasilkan relief dasar perairan, sehingga dapat digambarkan susunan dari
garis-garis kedalaman (kontur). Pemetaan kondisi dasar perairan tersebut dikonversikan dalam
keadaan surut terendah atau LWS (Low Water Surface). Unsur utama pembuatan batimetri
adalah pengukuran jarak dan kedalaman. Peralatan yang digunakan untuk mengukur jarak antara
lain Theodolith, Electronic Distance Measurement (EDM), atau Global Positioning System (GPS).
Sedangkan pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan echosounder.

Dalam melakukan pemetaan


batimetri, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Pertama,
pemilihan teknologi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi perairan yang
akan dipetakan. Kedua, pengaturan
parameter teknologi tersebut untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan
terpercaya. Ketiga, pengolahan data
hasil pemetaan sehingga dapat
dihasilkan peta batimetri yang
informatif dan mudah dipahami oleh
pengguna. Gambar tampilan peta batimetri

FPIK UNPAD 6
Data Batimetri Dalam Kegiatan Perairan laut dangkal secara oseanografi dapat
Budidaya Perikanan didefinisikan sebagai wilayah perairan yang
mempunyai kedalaman sedemikian rupa sehingga
gelombang permukaan jelas terpengaruh oleh
topografi dasar lautnya (Katoppo 2000). Perairan
laut dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang
dari 200 meter dan dapat ditemukan di sepanjang
pantai atau di perairan dangkal seperti karang.
Wilayah ini sangat penting bagi keberlangsungan
hidup banyak spesies laut, seperti ikan, udang,
kerang, dan lain-lain. Kondisi topografi dasar laut
yang berbeda-beda di perairan laut dangkal juga
mempengaruhi keberadaan dan keanekaragaman
flora dan fauna laut di wilayah tersebut. Namun,
perairan laut dangkal juga rentan terhadap kerusakan
lingkungan akibat aktivitas manusia seperti
Gambar gelombang laut pencemaran atau pendangkalan (sedimentasi).

Topografi Dasar Laut Berpengaruh Terhadap Arus Laut


Topografi dasar laut berpengaruh terhadap
Arus Laut, semakin landai bentuk topografi
dasar laut maka semakin cepatt dan laminer
gerakan arusnya, semakin beragam bentuk
topografinya maka semakin lamban dan
dapat terbentuk aliran turbulen pada
gerakan arusnya. Hal ini berhubungan
dengan hukum fisika yang menyatakan
bahwa semakin besar hambatan yang
dihadapi oleh arus laut, maka semakin
lambat gerakan arus tersebut. Oleh karena
itu, topografi dasar laut memiliki peran
penting dalam menentukan kecepatan dan
karakteristik gerakan arus laut di suatu
wilayah. Selain itu, topografi dasar laut juga
dapat mempengaruhi pembentukan aliran
turbulen yang dapat berdampak pada
lingkungan laut dan kehidupan biota laut di
sekitarnya. Gambar KJA yang di terjang ombak

FPIK UNPAD 3
Persyaratan umum untuk lokasi budidaya laut adalah perairan yang relatif tenang, terlindung
dari ombak yang kuat dan tidak tercemar, baik kimiawi, biologi maupun fisik, sehingga dalam
pemilihan lokasi perlu dipertimbangkan dua aspek teknis penting, yaitu penilaian kelayakan
lahan budidaya dan aspek daya dukung lahan budidaya. Kelayakan fisik diperoleh dengan
mempertimbangkan faktor faktor kunci seperti pasang surut, kedalaman (batimetri),
keterlidungan, arus, gelombang dan kualitas perairan yang memberikan informasi karakteristik
lahan terhadap kebutuhan biologis ikan yang akan dipelihara.
Untuk keperluan budidaya laut, maka perairan laut yang dipergunakan berupa perairan laut
yang terlindung seperti teluk, selat dan shallow sea yang selanjutnya dikaji dari segala aspek
aksesbilitas, legalitas, hidrooseanografi, ekosistem dan sosial ekonomi untuk menduga daya
dukung dan kesesuaian lingkungan budidaya laut. Menurut Ismail dan Pratiwi (2002), jenis-jenis
perairan yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya laut diantaranya : teluk, teluk kecil
(inlet), selat, perairan karang, goba (lagoon), pantai terbuka dan laut lepas. Berdasarkan kriteria
yang digunakan dalam penilaian lokasi, maka teluk merupakan lokasi yang paling baik diikuti
dengan perairan karang dan perairan selat. Perairan teluk kaya akan berbagai biota laut
terutama udang dan kekerangan. Pada lingkungan perairan teluk tumbuh tanaman mangrove,
padang lamun dan terumbu karang yang saling berkaitan di dalam menjaga kesuburan perairan
dan kelimpahan sumberdaya ikan.
Kedalaman perairan yang ideal untuk pemeliharaan ikan dalam KJA menggunakan karamba
apung adalah 10–15 meter. Kedalaman yang terlalu dangkal (< 5 meter) dapat mempengaruhi
kualitas air dari sisa kotoran ikan yang membusuk dan di perairan yang terlalu dangkal sering
terjadi serangan ikan buntal yang merusak jaring. Kedalaman lebih dari 15 meter membutuhkan
tali jangkar yang terlalu panjang. Kedalaman perairan merupakan faktor yang sangat penting
untuk kemudahan pemasangan dan penempatan keramba jaring dan membantu proses
budidaya yang akan dilakukan. Perairan yang curam dan dalam sangat menyulitkan untuk
penempatan keramba jaring apung, terutama untuk menentukan panjang jangkar yang
dibutuhkan (BBL Lampung, 2001)

KJA Harus Diletakan Pada Kawasan Yang Sesuai

Faktor-faktor teknis lain yang perlu dicermati


dalam penempatan unit budidaya pada suatu
perairan seperti cuaca, gelombang, arus air,
kedalaman, substrat, biofouling . Mayunar et al.
(1995) menyatakan bahwa faktor lingkungan dan
hidrooseanografi yang harus diperhatikan dalam
penempatan unit budidaya laut adalah keadaan
pasang surut, kedalaman, dan kondisi dasar
perairan.

Gambar KJA Rusak karena di pasang di lokasi


yang tidak sesuai

FPIK UNPAD 5
PENUTUP

Peta batimetri adalah sebuah peta yang menunjukkan kedalaman laut dan bentuk permukaan dasar laut.
Pentingnya peta batimetri dalam peletakan KJA di lepas pantai karena dapat membantu menentukan
lokasi yang tepat untuk kegiatan budidaya perikanan. Dengan mengetahui kedalaman laut dan kondisi
dasar laut, dapat dihindari risiko kerusakan KJA akibat terjangan ombak dan arus yang terlalu kuat. Oleh
karena itu, kajian terhadap peta batimetri harus menjadi prioritas dalam pengambilan keputusan terkait
peletakan KJA untuk memastikan keberhasilan kegiatan budidaya perikanan di perairan lepas pantai.

Data dan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perikanan, dalam
makalah ini penulis hanya membahas satu parameter data yaitu peta grafimetri untuk
mendukung peletakan atau pembangunan KJA yang ideal. untuk mendukung kegiatan
perikanan dan kelautan perlu di kembangkan informasi dan data-data lainnya secara digital, agar
dapat di akses dengan lebih mudah dan bermanfaat bagi masyarakat perikanan dan kelautan.
data memberikan manfaat yang sangat besar
Dalam kegiatan perikanan, data dan informasi memiliki peran yang sangat penting. Hal ini
karena data dan informasi dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi perikanan
dan kelautan di suatu wilayah. Dalam makalah ini, penulis hanya membahas satu parameter data
yaitu peta grafimetri yang berguna untuk mendukung peletakan atau pembangunan Kawasan
Jaringan Ekologi Laut (KJA) yang ideal.
Untuk mendukung kegiatan perikanan dan kelautan secara keseluruhan, perlu dikembangkan
informasi dan data-data lainnya secara digital. Hal ini bertujuan agar informasi dan data tersebut
dapat diakses dengan lebih mudah dan bermanfaat bagi masyarakat perikanan dan kelautan.
Dengan adanya data dan informasi yang berkualitas, maka kegiatan perikanan dan kelautan
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Tidak hanya itu, data juga memberikan manfaat yang sangat besar dalam upaya pengelolaan
sumber daya perikanan dan kelautan yang berkelanjutan. Dengan adanya data yang akurat,
maka dapat diambil kebijakan yang tepat dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Oleh karena
itu, penting bagi para pelaku perikanan dan kelautan untuk memahami pentingnya data dan
informasi serta berkomitmen untuk mengembangkan dan memanfaatkannya dengan baik.

FPIK UNPAD 8
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, T., A. Rukyani dan A. Wijono. 1995. Teknik Budidaya Laut dengan Karamba
Jaring Apung dalam Sudradjat et al. 1995. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan
Teknologi Karamba Jaring Apung Bagi Budidaya Laut. Puslitbang Perikanan, Balitbang
Pertanian. p. 69 – 87.
Balai Budidaya Laut Lampung. 1994. Pemilihan Lokasi Budidaya Laut. Direktorat
Jendral Perikanan Departemen Pertanian Jakarta.

Balai Budidaya Laut Lampung. 2001. Petunjuk Teknis Pembesaran Kerapu Macan dan
Kerapu Tikus. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.

Imanto, P. T., N. Listyanto dan B. Priono. 1995. Desain dan Konstruksi Karamba Jaring
Apung untuk Budidaya Ikan Laut dalam Sudradjat et al. 1995. Prosiding Temu Usaha
Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung Bagi Budidaya Laut. Puslitbang
Perikanan. Badan Litbang Pertanian. p. 216-233.

Ismail, W dan E. Pratiwi. 2002. Budidaya Laut Menurut Tipe Perairan. Warta Penelitian
Perikanan Indonesia. Vol. 8 No. 2 p. 8 – 12.

Katoppo, P. 2000. Kamus Hidrografi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

FPIK UNPAD 1

Anda mungkin juga menyukai