Anda di halaman 1dari 21

REAKSI GRIGNARD

KIMIA ORGANIK

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt

Disusun Oleh :

1. Hanifah Nabawi Putri 221501067


2. Grecia Maisya Lumbantobing 221501070
3. Maria Jesica Lindsen Simanjuntak 221501071
4. Olivia Erlyna Rose Sianturi 222501072
5. Arfian Adri Hartopo 221501075
6. Martha Gracia 221501090
7. Nadia Putri Anggraeni Tarigan 221501095

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan
tugas membuat makalah yang berjudul “Reaksi Grignard” ini dengan baik dan tepat waktu.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai berbagai hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh
karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas
ini, terlebih-lebih kepada Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. selaku dosen pengampu
kami.

Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
bagi pembaca lain pada umumnya.

Medan, 27 April 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1. Gambaran Sampah di Indonesia dan Dunia......................................................................3
2.2. Pengelolaan Sampah dalam Kehidupan Sehari-hari........................................................5
2.3. Pengelolaan Sampah Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia....................7
2.4. Klasifikasi Sampah dan Karakteristiknya.......................................................................12
2.5. Pengelolaan Sampah Berdasarkan Jenis Sampahnya.....................................................14
2.6. Pembuatan Eco-enzyme dengan Menggunakan Limbah Kulit Buah-buahan...............16
2.7. Proses Pembuatan Cairan Eco-enzyme dari Limbah Organik Secara Fermentasi.......18
2.8. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Bidang Kesehatan.......................................................18
2.9. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Bidang Pertanian........................................................20
2.10. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Rumah Tangga.......................................................20
2.11. Pemanfaatan Eco-enzyme Sebagai Pestisida................................................................20
2.12. Karakteristik Cairan Eco-enzyme.................................................................................21
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................24
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................24
3.2. Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................iii

ii
DAFTAR TABEL

Metode pengkarakteristikan eco-enzyme............................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Senyawa Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organik yang melibatkan pembentukan
ikatan antara karbon dan magnesium, yang pada akhirnya membentuk senyawa karbon–
karbon baru. Tujuan utama dari reaksi Grignard adalah untuk memperluas keragaman
senyawa organik dengan cara menghasilkan gugus fungsional baru di karbon yang
ditambahkan. Reaksi ini juga dapat digunakan untuk sintesis senyawa kompleks yang
memiliki struktur tiga dimensi yang rumit, seperti senyawa yang memiliki cincin aromatik
atau struktur heterosiklik.

Reaksi Grignard banyak digunakan dalam sintesis senyawa organik, terutama untuk
sintesis senyawa alifatik dan astatik. Beberapa contoh aplikasi dari reaksi Grignard adalah
pembuatan alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, amida, dan alkena. Reaksi ini
juga sering digunakan dalam sintesis senyawa farmasi dan senyawa biologis, sehingga
memiliki peran penting dalam bidang ilmu hayati dan medis.

Reagen Grignard yang umum digunakan adalah alkil atau aril magnesium bromida
atau iodida, yang biasanya disiapkan melalui reaksi antara magnesium dan alkil atau aril
halida dalam larutan eter. Reaksi ini umumnya dilakukan di bawah kondisi anaerobik dan
suhu rendah. Reaksi Grignard mengikuti mekanisme adisi nukleofilik pada gugus karbonil, di
mana ion organomagnesium bertindak sebagai nukleofil dan menyerang karbon pada gugus
karbonil. Produk reaksi yang dihasilkan adalah alkohol teralkilasi yang biasanya tidak dapat
dibentuk melalui reaksi lain.

Reaksi Grignard juga dapat digunakan untuk membentuk ikatan karbon-karbon baru
dengan senyawa organohalida atau epoksi, membentuk senyawa siklis dan akrilik, serta
berguna dalam sintesis asam karboksilat dan amina teralkilasi. Namun, reaksi Grignard juga
mempunyai kelemahan, yaitu mudah teroksidasi dan mengalami dekomposisi spontan pada
kondisi basa atau asam. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan hati-hati dan dalam kondisi
yang ketat dikontrol.Selain itu, reaksi Grignard juga rentan terhadap interaksi dengan air,
karena ion organomagnesium yang dihasilkan sangat reaktif terhadap air dan dapat
membentuk hidroksida magnesium dan hidrogen gas. Oleh karena itu, selama reaksi, perlu
menjaga kondisi reagen dan substrat agar tetap kering dan bebas dari air.

1
Untuk mengatasi masalah ini, sering digunakan teknik khusus dalam praktik
laboratorium, seperti penggunaan kolom pengering atau atmosfer inert seperti nitrogen atau
argon untuk menjaga kekeringan substrat dan reagen.

Reaksi Grignard juga memiliki keuntungan dalam hal selektivitas dan kemudahan
untuk mengganti alkil atau aril dari reagen, yang memungkinkan sintesis senyawa organik
yang kompleks dan bervariasi dengan mudah.

Bisa kita pahami bahwa reaksi Grignard adalah reaksi kimia organik yang sangat
penting dan sering digunakan dalam sintesis senyawa organik kompleks, meskipun perlu
dilakukan dengan hati-hati dan dalam kondisi yang ketat dikontrol untuk memastikan
keberhasilan dan keamanan reaksi.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti reaksi nama secara umum dan contoh-contoh umumnya
2. Untuk mengetahui pengertian dan contoh reaksi Grignard
3. Untuk mengetahui preparasi reaksi Grignard
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat reaksi Grignard
5. Untuk mengetahui prinsip reaksi Grignard
6. Untuk mengetahui mekanisme reaksi Grignard
7. Untuk mengetahui jenis-jenis reaksi Grignard
8. Untuk mengetahui pembatasan penggunan reagen Grignard

1.3. Manfaat
1. 3. 1.Bagi Penulis
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk mengetahui
arti reaksi nama secara umum dan contoh-contoh umumnya, pengertiam dan contoh
reaksi Grignard, preparasi reaksi Grignard, tujuan dan manfaat reaksi Grignard,
prinsip reaksi Grignard, mekanisme reaksi Grignard, jenis-jenis reaksi Grignard, serta
pembatasan penggunaan reagen Grignard
2. Menyelesaikan tugas mata kuliah kimia organik
1. 3. 2. Bagi Pihak Lain
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pada kategori
kefarmasian dan penambahan studi literatur yang ada.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Reaksi Nama
2.1.1 Arti Reaksi Nama Secara Umum
Reaksi nama adalah reaksi kimia yang diberi nama sesuai nama penemunya atau
pengembangnya. Contoh reaksi nama yang terkenal adalah reaksi Wittig, kondensasi Claisen,
asilasi Friedel-Crafts, dan reaksi Diels-Alder. Dari puluhan ribu reaksi organik yang
diketahui, ratusan di antaranya cukup terkenal sehingga layak diberi nama orang. Sejumlah
buku tentang reaksi nama telah diterbitkan Merck Index, ensiklopedia kimia, juga
melampirkan daftar reaksi nama.

Seiring berkembangnya kimia organik pada abad ke-20, para kimiawan mulai
mengaitkan reaksi yang berguna secara sintetis dengan nama penemu atau pengembangnya.
Kadang-kadang sebuah reaksi diberi nama agar lebih mudah diingat (mnemonik). Ada pula
reaksi yang pada dasarnya tidak ditemukan oleh penyandang namanya, contohnya penataan
ulang Pummerer, oksidasi Pinnick, dan reduksi Birch.

Meski terdapat sejumlah pendekatan sistematis terhadap penamaan reaksi berdasarkan


mekanisme reaksi atau transformasi keseluruhan (misalnya IUPAC Nomenclature for
Transformations), nama yang lebih deskriptif biasanya sulit diingat dan tidak cukup jelas.
Nama orang pun dianggap lebih praktis demi penyampaian pesan yang lebih efisien (Alfred
dan Stumer, 2002).

2.1.2 Contoh-contoh Umum Reaksi Nama

Beberapa reaksi nama yang cukup terkenal adalah reaksi Wittig, kondensasi Claisen,
asilasi Friedel-Crafts, reaksi Diels-Alder, reaksi Cannizaro, reaksi Alper, reaksi Corey, reaksi
Fischer, reaksi Fujiwara, reaksi Grignard, reaksi Haddadin, reaksi Hoffman, reaksi Jacobsen,
reaksi Kennedy, reaksi Marshalk, reaksi Parrish, reaksi Robinson, reaksi Ullmann, reaksi
Volhard, reaksi Willamson, reaksi Yamazaki, dan sebagainya (Alfred dan Stumer, 2002).

2.2. Reakai Grignard


2.2.1 Pengertian Reaksi Grignard
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat awal yang disebut pereaksi/reaktan
membentuk zat-zat baru yang disebut hasil reaksi/produk (Seliwati, 2021). Reagen Grignard,
RMgX, yang disintesis kimiawan Perancis F. A. V. Grignard (1900), adalah senyawa
organologam khas logam golongan utama dan digunakan dengan luas dalam reaksi Grignard.

3
Reagen yang penting ini dihadiahi Nobel (1912), dan sangat bermanfaat tidak hanya untuk
reaksi organic tetapi juga untuk konversi halida logam menjadi senyawa organologam. Dari
berbagai proses sintesis yang dikembangkan selama ini, reaksi senyawa yang mengandung
ikatan M-halogen dengan senyawa alkil logam golongan utama, seperti reagen Grignard atau
senyawa organolitium, merupakan rute sintesis yang umum (Saito, 1996).

2.2.2 Contoh Reaksi Grignard


Contoh reaksi Grignard adalah reaksi antara organologam dengan formaldehida yang
akan menghasilkan alkohol primer, reaksi antara organologam dengan aldehida yang lain
akan menghasilkan alkohol sekunder, serta reaksi antara organologam dengan keton akan
menghasilkan alkohol tersier.

Sumber : (Wardiyah, 2016)


2.3. Preparasi Reaksi Grignard
Pereaksi Grignard dibuat dengan menambahkan halogen alkana ke dalam
sedikit magnesium pada sebuah labu kimia yang mengandung etoksietana (umumnya disebut
dietil eter atau hanya "eter"). Labu kimia dihubungkan dengan sebuah kondensor
refluks, dan campuran dipanaskan di atas penangas air selama 20 hingga 30 menit.

Sumber : (Putri, E. D., dkk., 2011)

Segala sesuatunya akan mengering sempurna karena pereaksi Grignardbereaksi


dengan air (lihat berikut).Setiap reaksi yang menggunakan pereaksi Grignard

4
dilakukan dengancampuran yang dihasilkan dari reaksi di atas. Digunakan campuran sebab
pereaksi Grignard tidak bisa dipisahkan.

2.4. Tujuan dan Manfaat Reaksi Grignard


2.4.1 Tujuan Reaksi Grignard
Tujuan dari reaksi Grignard adalah untuk membentuk ikatan karbon-karbon baru
dengan senyawa karbonil, yang biasanya sulit dilakukan dengan reaksi lain. Melalui reaksi
ini, senyawa organik kompleks dapat disintesis dan digunakan dalam banyak aplikasi industri
dan akademis, seperti produksi obat-obatan, bahan kimia, dan agrokimia. Reaksi Grignard
juga memiliki keuntungan dalam hal selektivitas dan kemudahan untuk mengganti alkil atau
aril dari reagen, yang memungkinkan sintesis senyawa organik yang kompleks dan bervariasi
dengan mudah.

Dengan demikian, tujuan utama dari reaksi Grignard adalah untuk menghasilkan
senyawa organik yang kompleks dan bermanfaat dalam berbagai aplikasi industri dan
akademis, serta memberikan kontribusi penting dalam bidang sintesis senyawa organik.
Reaksi Grignard juga digunakan dalam sintesis senyawa alkena dan alkuna, yang dapat
membentuk senyawa siklis dan akrilik yang bermanfaat dalam aplikasi industri dan akademis
seperti pembuatan plastik, cat, dan pelapis. Reaksi Grignard juga berguna dalam sintesis
asam karboksilat dan amina teralkilasi, yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
sintesis senyawa organik lainnya. Reaksi Grignard juga dapat digunakan dalam sintesis
enantiomeris senyawa organik, yang memiliki banyak aplikasi dalam farmasi dan
bioteknologi. Oleh karena itu, reaksi Grignard memiliki peran penting dalam sintesis
senyawa organik kompleks dan terus digunakan dalam penelitian dan aplikasi industri saat
ini.

Reaksi Grignard juga digunakan dalam sintesis senyawa terpenoid, yang termasuk
dalam kelompok senyawa yang memiliki aktivitas biologis dan farmakologis yang penting,
seperti vitamin A dan E, mentol, dan artemisinin. Reaksi Grignard juga dapat digunakan
untuk menggabungkan senyawa organik yang tidak dapat disintesis melalui reaksi lain,
seperti senyawa aromatik polisiklik dan senyawa heterosiklik kompleks. Namun, perlu
diingat bahwa reaksi Grignard memiliki kelemahan dalam hal kestabilan dan keamanan. Ion
organomagnesium yang dihasilkan sangat reaktif terhadap air dan mudah teroksidasi,
sehingga perlu dilakukan dalam kondisi yang ketat dikontrol untuk memastikan keberhasilan
dan keamanan reaksi. Reaksi Grignard juga memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan dan

5
selektivitas, sehingga perlu dikombinasikan dengan teknik sintesis senyawa organik lainnya
untuk mengoptimalkan hasil reaksi.

Reaksi Grignard memiliki peran penting dalam sintesis senyawa organik kompleks
dan memiliki banyak aplikasi dalam industri dan akademis. Meskipun memiliki kelemahan
dan keterbatasan, reaksi ini tetap menjadi teknik sintesis senyawa organik yang sangat
penting dan terus dikembangkan. Untuk mengoptimalkan hasil reaksi Grignard, perlu
diperhatikan beberapa faktor penting seperti pemilihan reagen, kondisi reaksi, dan pemisahan
produk reaksi. Pemilihan reagen yang tepat sangat penting dalam reaksi Grignard. Reagen
yang digunakan harus dapat menghasilkan ion organomagnesium yang stabil dan reaktif
untuk bereaksi dengan substrat karbonil. Selain itu, reagen harus dibuat dan disimpan dalam
kondisi kering dan bebas dari air untuk memastikan keberhasilan reaksi.

Kondisi reaksi juga harus diatur dengan hati-hati untuk memastikan keberhasilan dan
keamanan reaksi. Reaksi Grignard biasanya dilakukan pada suhu rendah dan dalam atmosfer
inert seperti nitrogen atau argon untuk mencegah terjadinya reaksi dengan udara dan
kelembaban. Selain itu, reaksi harus dilakukan dalam suasana yang ketat dikontrol untuk
memastikan keamanan reaksi.

2.4.2 Manfaat Reaksi Grignard

Manfaat reaksi Grignard sangat luas dan beragam, terutama dalam bidang kimia
organik dan aplikasinya di industri. Berikut adalah beberapa manfaat dari reaksi Grignard:

1. Sintesis senyawa organik kompleks


Reaksi Grignard dapat digunakan untuk mensintesis senyawa organik yang sangat
kompleks dan sulit dihasilkan dengan metode sintesis lainnya. Hal ini membuka
peluang baru dalam penelitian dan pengembangan senyawa organik.
2. Pembuatan senyawa organik industri
Reaksi Grignard digunakan secara luas dalam pembuatan senyawa organik industri,
seperti plastik, cat, dan pelapis. Senyawa organik yang dihasilkan melalui reaksi
Grignard memiliki kestabilan yang tinggi dan daya tahan terhadap berbagai kondisi
lingkungan.
3. Sintesis senyawa farmasi
Reaksi Grignard juga dapat digunakan untuk mensintesis senyawa farmasi yang
kompleks dan bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit. Misalnya, reaksi
Grignard digunakan dalam sintesis senyawa artemisinin yang sangat efektif dalam
mengobati malaria.
4. Sintesis senyawa terpenoid

6
Reaksi Grignard dapat digunakan dalam sintesis senyawa terpenoid yang memiliki
aktivitas biologis dan farmakologis yang penting, seperti vitamin A dan E, mentol,
dan artemisinin. Senyawa terpenoid ini sangat penting dalam bidang farmasi dan
kesehatan.
5. Pengembangan teknologi hijau
Reaksi Grignard juga dapat digunakan dalam pengembangan teknologi hijau, seperti
produksi bioplastik dan bahan bakar terbarukan. Proses ini menggunakan bahan-
bahan yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang dapat didaur ulang.
6. Kualitas hasil reaksi yang tinggi
Reaksi Grignard menghasilkan senyawa organik dengan kualitas yang sangat tinggi
dan murni, karena reaksi ini hanya melibatkan substrat organik dan reagen Grignard
yang sangat reaktif dan memiliki sifat elektrofilik.
7. Reaksi yang sangat selektif
Reaksi Grignard sangat selektif dalam menghasilkan senyawa organik tertentu, karena
hanya melibatkan substrat organik dan reagen Grignard yang spesifik. Hal ini
memungkinkan pengendalian reaksi yang lebih baik dan menghasilkan produk reaksi
yang diinginkan.
8. Mudah dikontrol
Reaksi Grignard dapat dikontrol dengan mudah oleh ahli kimia yang terlatih, sehingga
memungkinkan pengendalian reaksi yang lebih baik dan menghasilkan produk reaksi
yang diinginkan
9. Efisiensi dan kecepatan reaksi
Reaksi Grignard dapat dilakukan dengan efisien dan cepat, terutama jika dilakukan
pada suhu dan kondisi yang tepat. Hal ini memungkinkan produksi senyawa organik
dalam skala besar dengan waktu dan biaya yang lebih rendah.
10. Dalam kehidupan sehari-hari
Reaksi Grignard adalah suatu reaksi kimia organologam yang mana alkil, vinil, atau
aril-magnesium halida (pereaksi Grignard) ditambahkan ke dalam gugus karbonil dari
suatu aldehida atau keton. Reaksi ini adalah suatu cara penting untuk pembuatan
ikatan karbon–karbon. Reaksi antara suatu halida organik dengan magnesium bukan
reaksi Grignard, tetapi menghasilkan pereaksi Grignard. Salah satu kegunaan penting
dari pereaksi Grignard adalah kemampuannya untuk membuat alkohol-alkohol
kompleks dengan mudah.
Bisa kita simpulkan, reaksi Grignard memiliki beberapa keunggulan yang membuat
teknik ini sangat penting dan berguna dalam bidang kimia organik dan aplikasinya di industri.
Reaksi ini menghasilkan senyawa organik dengan kualitas yang tinggi, sangat selektif, mudah
dikontrol, dan dapat dilakukan dengan efisien dan cepat. Hal ini membuka peluang baru
dalam penelitian dan pengembangan senyawa organik yang bermanfaat dan berpotensi
digunakan dalam berbagai aplikasi industri dan akademis
2.5. Prinsip Reaksi Grignard
Reaksi ini didasarkan pada pembentukan ikatan antara karbon dan magnesium
(organologam), yang menyebabkan elektron terdorong ke arah oksigen dan akhirnya
membentuk senyawa karbon–karbon baru. Reaksi Grignard mengikuti mekanisme adisi
nukleofilik pada gugus karbonil, di mana ion organomagnesium bertindak sebagai nukleofil
dan menyerang karbon pada gugus karbonil. Kemudian, gugus O yang kekurangan elektron
dan tidak stabil mengambil H+ (protonasi) membentuk gugus -OH (Solomons dan Fryhle,
2011).

7
2.6. Mekanisme Reaksi Grignard
Pereaksi Grignard dan senyawa organolitium adalah basa yang sangat kuat. Mereka
bereaksi dengan senyawa apa pun yang memiliki atom hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti oksigen, nitrogen, atau belerang (Solomons dan Fryhle, 2011).
Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom karbon elektrofilik yang
hadir dalam ikatan polar gugus karbonil. Reagen Grignard R-Mg-X merupakan organologam,
yang dimana R adalah alkil/Aril dengan Mg adalah magnesium dan X adalah halogen (Br, Cl,
I). Lalu jika direaksi dengan metanal, aldehida lain, atau keton dan senyawa lainnya dapat
menghasilkan alkohol primer, sekunder, dan tersier melalui proses protonasi (Puteri dkk.,
2011).
Pereaksi Grignard yang sangat nukleofilik menggunakan pasangan elektron untuk
membentuk ikatan dengan atom karbon. Satu pasangan elektron dari gugus karbonil bergeser
ke oksigen. Reaksi ini merupakan penambahan nukleofilik ke gugus karbonil, dan
menghasilkan pembentukan ion alkoksida yang berasosiasi dengan Mg2 dan X (Solomons
dan Fryhle, 2011).
Alkohol primer, sekunder, dan tersier dapat dibuat dengan menggunakan pereaksi
grignard. Pereaksi grignard merupakan senyawa dengan rumus umum RMgX, dimana R
adalah alkil atau aril (cincin aromatik), X adalah halogen. Reaksi pembuatan alkohol dengan
pereaksi grignard akan memberikan produk alkohol dengan perpanjangan rantai. Reaksi
grignard dapat terjadi pada formaldehid, aldehid, atau keton, dimana reaksi dengan
formaldehida menghasilkan alkohol primer, dengan aldehid lain menghasilkan suatu alkohol
sekunder, dengan keton menghasilkan suatu alkohol tersier. Reaksi grignard ini terjadi dalam
kondisi asam dalam pelarut air (Wardiyah, 2016).

8
2.7. Proses Pembuatan Cairan Eco-enzyme dari Limbah Organik Secara
Fermentasi
Fermentasi merupakan hasil proses terjadinya penguraian senyawa organik
serta menciptakan energi dan terjadinya perubahan substrat menjadi suatu produk
baru oleh mikroba. Fermentasi diperoleh sebagai metabolisme mikroba pada suatu
bahan dalam kondisi anaerob, dan mikroba yang melangsungkan fermentasi
memerlukan energi bersumber dari glukosa dan gas yang bisa memecahkan
wadah yang digunakan menyimpan eco-enzyme. Reaksi yang berlangsung selama
proses fermentasi yaitu:

CO2 + N2O + O2 → O3 + NO3 + CO3


Selama terjadinya proses fermentasi eco-enzyme dihasilkan gas metana,
karbondioksida dan berbagai asam organik yang mudah menguap serta Ozon
(O3), dan kandungan dalam cairan eco-enzyme yaitu Asam Asetat (CH 3COOH)
bisa membunuh virus, bakteri serta kuman. Sebaliknya enzyme memiliki
kandungan yaitu Lipase, Tripsin, dan Amilase yang bisa mencegah serta
membunuh bakteri patogen, tidak hanya itu NO 3 (Nitrat) serta CO3 (Karbon
Trioksida) yang diperlukan oleh tanah sebagai nutrient.
Selama proses fermentasi terjadi dalam pembuatan eco-enzyme terdapat 2
mikroba sebagai berikut:
a. Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermatia illicens), merupakan salah
satu tipe pakan alami sebagai sumber protein tinggi, maggot akan tumbuh pada
eco-enzyme jika limbah organik yang digunakan busuk dan wadah tidak
tertutup rapat. Maggot mengandung 41-42% protein, maggot atau larva lalat
black soldier fly dapat mengonversi limbah seperti limbah peternakan dan
pertanian.
b. Pitera, yaitu sejenis jamur baik hasil proses fermentasi dari pembuatan larutan
eco-enzyme, pitera terbentuk di permukaan dan tumbuhnya pitera mulai dari

9
minggu kedua setelah pembuatan eco-enzyme. Pitera mengandung banyak
nutrisi yang bagus untuk kulit wajah, kandungan yang terdapat di dalam pitera
seperti mineral, asam amino, vitamin B dan E, serta asam organik.
2.8. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Bidang Kesehatan
1. Disinfektan

Disinfektan dalam bidang kesehatan dengan menghambat dan membunuh


mikroorganisme patogen yang ada di permukaan benda mati. Disinfektan sangat
dibutuhkan selama beberapa tahun terakhir akibat adanya pandemi covid-19. Sebagai
alternatif dari produk disinfektan komersial, disinfektan dapat diperoleh dengan
membuat eco-enzyme. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurlatifah dkk, eco-
enzyme untuk disinfektan dapat dibuat dengan menggunakan 600 gram kulit buah
(pisang,semangka,jeruk, atau nanas), 200 gram gula merah, dan 2 liter air yang
difermentasikan selama 3 bulan. Hasil fermentasi tersebut menghasilkan produk eco-
enzyme dengan pH <4 dan mengandung asam asetat, asam laktat, flavonoid, alkaloid,
dan saponin yang membuat eco-enzyme mampu bertindak sebagai antimikroba.

1. Hand sanitizer

Sama halnya seperti disinfektan, hand sanitizer merupakan produk kesehatan


yang bekerja dengan membunuh mikroorganisme. Perbedaannya terdapat dalam
penggunaannya, yaitu disinfektan digunakan pada permukaan benda mati, sementara
hand sanitizer digunakan untuk kulit tangan. Untuk itu produk hand sanitizer tidak
hanya harus bisa menghambat dan membunuh mikroorganisme tetapi juga harus aman
bagi kulit.

Eco-enzyme dengan waktu fermentasi 3 bulan mengandung senyawa alkaloid,


flavonoid, saponin, dan tanin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusdianasari dkk,
eco-enzyme sebagai hand sanitizer spray dibuat dengan cara mengencerkan eco-
enzyme dengan akuades. Rasio pengenceran yang digunakan bervariasi untuk setiap
sampel antara lain 1:40, 2:40, 3:40, 4:40, 5:40. Analisis yang dilakukan pada sampel
hand sanitizer spray meliputi uji pH, uji organoleptik, dan uji aktivitas antibakteri.
Berdasarkan hasil analisis, tidak semua sampel hand sanitizer memenuhi standar SNI
(pH 4,5-8,0). Sampel terbaik adalah hand sanitizer dengan waktu fermentasi eco-
enzyme 3 bulan dan rasio pengenceran 5:40. Hasil analisis menunjukkan bahwa
sampel dengan rasio pengenceran 5:40 memiliki nilai pH 5, dimana nilai tersebut
memenuhi baku mutu sesuai SNI 06-2588-1992.

2. Sabun Antiseptik
10
Eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sabun antiseptik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurmayanti dkk, sabun batang antiseptik
eco-enzyme dapat dibuat dengan metode cold-pressed bahan-bahan berikut: 150 gram
minyak sawit, 150 gram minyak kelapa, 200 gram minyak zaitun, 130 gram air
destilasi, 60 gram eco-enzyme, 95 gram NaOH, 10 ml fragrance, dan pewarna. Hasil
pengujian dengan metode inkubasi 1 x 24 jam pada bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli menunjukkan bahwa sabun antiseptik memberikan zona hambat
yang cukup besar pada kedua jenis bakteri tersebut. Selain itu, sabun antiseptik eco-
enzyme juga teruji memiliki daya hambat terhadap bakteri cenderung lebih baik
dibandingkan eco-enzyme saja dengan tidak terbentuknya zona resistensi, yaitu
setelah zona bening penghambatan terbentuk bakteri dapat tumbuh kembali
dalam waktu tertentu (adanya resistensi bakteri terhadap sampel).

2.9. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Bidang Pertanian


Eco-enzyme sangat bermanfaat dalam berbagai hal, termasuk dalam bidang
pertanian. Di bidang pertanian eco-enzyme dapat berfungsi sebagai penyubur tanah
karena mengandung mikroba yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, juga sebagai pupuk dan pestisida nabati. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
(2021) mengemukakan bahwa eco-enzyme digunakan sebagai filter udara, herbisida
dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan dan pupuk alami untuk
tanaman, sebagai filter air dan menurunkan efek rumah kaca. Eco-enzym juga
memberikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global maupun ditinjau dari
segi ekonomi karena mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang harus dibeli oleh
petani.

2.10. Pemanfaatan Eco-enzyme dalam Rumah Tangga


Eco-enzyme adalah dengan menggunakan bahan baku yang mudah di dapat
dan murah. Proses fermentasinya yang selama 3 bulan, memang membutuhkan
kesabaran. Namun, larutan yang dihasilkan memiliki khasiat yang sangat banyak.
Dalam proses fermentasinya saja, sudah terus dihasilkan gas O 3 (ozon) yang sangat
dibutuhkan atmosfer bumi. Manfaat yang ada dari eco-enzyme adalah bisa
melancarkan saluran air yang tersumbat. Selain itu, bisa juga digunakan untuk
menyiram tanaman akan memberi hasil buah, bunga, atau panen yang lebih dan dapat
mengusir serangga-serangga pengganggu. Ampas sampah organik yang sudah
difermentasi bisa digunakan sebagai bahan untuk kebersihan dan juga sebagai pupuk
organik yang baik.

11
2.11. Pemanfaatan Eco-enzyme Sebagai Pestisida
Banyaknya masalah yang diakibatkan karena penggunaan pestisida sintetik,
maka diperlukan bahan lain sebagai pengganti pestisida yang lebih bersifat alami dan
tidak merusak lingkungan. Eco-enzyme bisa menjadi alternatif pengendalian
organisme pengganggu tanaman yang ramah lingkungan. Pada dasarnya, eco-enzyme
mempercepat reaksi biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna
menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim ini akan mengubah amonia menjadi
nitrat (NO3), yakni hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Dengan eco-enzyme
dapat membuat pestisida alami. Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan, untuk mengurangi resistensi dan residu di lingkungan.
Manfaat eco-enzyme sebagai pestisida alami, yaitu:

1. Pengusir Hama
Eco-enzyme sangat efektif untuk mengusir hama tanaman seperti anggrek dan
sayur - sayuran bahkan hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah,
seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan serangga lainnya. sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti pembersih dan pestisida berbahan kimia. Cara
mengaplikasikannya, campurkan 15 ml eco-enzyme ke dalam 500 ml air.
Masukkan campuran larutan air dan eco-enzyme ini ke dalam botol semprot dan
semprotkan ke area yang ditargetkan untuk bebas hama.

2. Penyubur tanah dan tanaman


Eco-enzyme dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pada tanah
dan tanaman. Pestisida yang digunakan berguna untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Eco-enzyme juga
akan menurunkan penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan sehingga tanah
menjadi lebih subur. Pengaplikasiannya bisa mencampurkan 30 ml eco-enzyme ke
dalam 2 liter air. Kemudian, masukkan campuran larutan air dan eco-enzyme ini ke
dalam botol semprot. Semprotkan ke tanah di sekitar tanaman atau langsung ke
tanaman jika ia terkontaminasi oleh hama. Namun, hindari menggunakan 100
persen larutan eco-enzyme ke tanah atau tanaman. Hal ini akan membuat tanah
menjadi asam dan bahkan bisa “membakar” tanaman dari dalam.

2.12. Karakteristik Cairan Eco-enzyme


Eco-enzyme merupakan salah satu hasil pengolahan sampah organik yang
memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembuatan eco-
enzyme, proses fermentasi sangat penting. Proses fermentasi berlangsung selama 3

12
bulan. Pada proses fermentasi dilakukan dalam wadah tertutup atau fermentasi
anaerob yaitu fermentasi tanpa membutuhkan oksigen. Dalam proses fermentasi ini,
gula merah berperan sebagai nutrisi bagi mikroorganisme/bakteri agar fermentasi
berjalan dengan baik. Pada bulan pertama eco-enzyme menghasilkan alkohol. Pada
bulan kedua eco-enzyme menghasilkan cuka dan enzim pada bulan ketiga. Pada uji
organoleptik, eco-enzyme memiliki warna yang hampir sama. Warna yang dihasilkan
tergantung dari gula merah yang digunakan. pH eco-enzyme yang baik adalah < 4 atau
= 4.

Eco-enzyme memiliki aroma fermentasi asam dan manis yang kuat. Setelah
tiga bulan fermentasi, enzim disaring untuk mendapatkan larutan enzim. Enzim yang
dihasilkan, umumnya disebut enzim sampah atau eco-enzyme diketahui memiliki sifat
pembersih dan memiliki aplikasi multifungsi sebagai pembersih multiguna.
Karakteristik eco-enzyme diukur berdasarkan pH, Total Solid (TS), Total Dissolved
Solids (TDS), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
dan aktivitas enzimnya, yaitu Protease, Amilase , dan Lipase.

Metode pengkarakteristikan eco-enzyme

Parameters Methods
pH pH meter

TS Apha Standard Method 2540 B

TDS Apha Standard Method 2540 C

BOD Apha Standard Method 5210 B

COD Apha Standard Method 5220 C High

Citric Acid Performance Liquid Chromatography (HPLC)


Method
Protease Activity Casein Digestion Unit (CDU) Analytical
Method
Amylase Activity 3,5-dinitrosalicyclic Acid (DNS) Method

Lipase Activity Titrimetric Method

pH eco-enzyme murni adalah 3,07, berada dalam kondisi asam karena


kandungan karbohidrat pada limbah buah dan sayur berubah menjadi asam volatil,
sedangkan senyawa asam organik ikut tercuci selama proses fermentasi. Aktivitas
biokatalitik (Lipase, Amilase, dan Protease) dalam larutan ekoenzim ditentukan
dengan mengubah pH menjadi pH 6, 6,5, 7, 7,5, dan 8. Aktivitas Lipase optimum

13
jatuh pada kisaran pH 7 – 10 dan akan perlahan turun jika pH dinaikkan hingga
mencapai pH 12. Oleh karena itu, untuk mencapai aktivitas Lipase yang optimum
untuk eco-enzyme, pH harus dipertahankan pada kisaran pH 7 sampai 8. Aktivitas
Amilase sangat rendah pada kondisi asam dan meningkat pada pH basa. pH optimum
untuk aktivitas Amilase pada campuran eco-enzyme adalah pada pH 6,5, dan aktivitas
Amilase yang lebih rendah adalah pada pH 3,07 yang merupakan pH asli dari eco-
enzyme. Terungkap bahwa aktivitas Protease tertinggi dicapai pada pH 6, dan
aktivitas Protease terendah pada pH 3,07. Umumnya, nilai pH yang diperlukan untuk
memaksimalkan aktivitas Protease harus berada dalam kisaran pH 6 sampai dengan
pH 7.
Sebagian besar aktivitas biokatalitik hilang dalam kondisi asam karena pH
mempengaruhi ikatan hidrogen dan ion larutan enzim, yang penting untuk aktivitas
dan bentuk enzim. pH digunakan untuk mengukur konsentrasi Ion Hidrogen (H +) dan
Ion Hidroksida (OH-). pH yang lebih rendah menandakan konsentrasi H + yang lebih
tinggi dan konsentrasi OH- yang lebih rendah. Ketika gangguan pada ikatan Ionik dan
Hidrogen yang mencengkeram enzim terjadi, ikatan tersebut akan ditolak atau ditarik
oleh muatan lain yang tercipta dari ikatan tersebut. Gangguan ini menyebabkan
perubahan di situs aktifnya dan menekan aktivitas enzimatik karena sebagian besar
reaksi terjadi di situs aktif. Setiap gangguan pada pH akan mempengaruhi aktivitas
biokatalitik.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sampah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan baik skala
industri, rumah tangga, dan instansi yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan
sifatnya, sampah dapat dibedakan menjadi: 1) Sampah organik, yang terdiri dari atas
daun-daunan, kayu, kertas, karbon, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah
organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya
tersusun oleh unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen. 2) Sampah anorganik, yang terdiri
atas kaleng, palstik, besi dan logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak dapat
tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Untuk pembuatan eco-enzyme, dibutuhkan sampah
jenis sampah organik. Sampah organik, gula dan air dicampurkan dengan perbandingan
Sampah Organik : Gula : Air = 3 : 1 : 10. Proses fermentasi berlangsung selama 3 bulan.
Pada proses fermentasi dilakukan dalam wadah tertutup atau fermentasi anaerob yaitu
fermentasi tanpa membutuhkan oksigen. Pada bulan pertama eco-enzyme
menghasilkan alkohol. Pada bulan kedua eco-enzyme menghasilkan cuka dan enzim
pada bulan ketiga. pH eco-enzyme yang baik adalah < 4 atau = 4.
Eco-enzyme selain menjadi pupuk, juga dapat digunakan untuk membuat
produk-produk lain yang bermanfaat, misalnya disinfektan, hand sanitizer, sabun
antiseptik, filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam
ruangan dan pupuk alami untuk tanaman, sebagai filter air, menurunkan efek rumah
kaca.

3.2. Saran
Masalah sampah merupakan masalah penting, baik di daerah perkotaan
maupun di daerah pedesaan. Oleh sebab itu, peran masyarakat sangat dibutuhkan
untuk memberantas kondisi yang memprihatinkan tersebut. Pembuatan eco-enzyme
adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah organic
karena cara pembuatannya yang mudah. Kami berharap pembuatan eco-enzyme ini
dapat berjalan dengan baik dan meluas di negara kita agar mengurangi jumlah sampah
yang dihasilkan untuk menjaga kebersihan lingkungan

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdelradi, F. 2018. Food Waste Behaviour at the Household Level: A Conceptual


Framework. Waste Management. 71 : 485-493.
Amirudin, N., dan Gim, T.H.T. 2019. Impact of Perceived Food Accessibility on Household
Food Waste Behaviors: A Case of the Klang Valley, Malaysia. Resources,
Conservation & Recycling. 151 : 104335
Fathurahman, M.A. 2018. ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SERTA PERAN
DAN PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PEMILAHAN DAN
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH INDEKOS DI KAWASAN SEKITAR
UNIVERSITAS GADJAH MADA. Sarjana Skripsi, JURUSAN TEKNIK
LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA.

Galintin, O., Rasit, N., dan Hamzah, S. 2021. Production and Characterization of Eco
Enzyme Produced from Fruit and Vegetable Wastes and its Influence on the
Aquaculture Sludge. Biointerface Research in Applied Chemistry. 11(3).
Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.TLN No.
5347,LN No. 188 Tahun 2012.

Jelita, R. 2022. Produksi Eco Enzyme dengan Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga untuk
Menjaga Kesehatan Masyarakat di Era New Normal. STAB Maitreyawira Pekanbaru.
3(1)

Kusuma, D.T. 2018. METODE YURIDIS PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA


DAN SAMPAH SEJENIS DI STT-PLN. KILAT Jurnal Kajian Ilmu dan Teknologi.
7(1) : 11-13

Malina, A.C., dkk. 2017. KAJIAN LINGKUNGAN TEMPAT PEMILAHAN SAMPAH DI


KOTA MAKASSAR. Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar. 1(1).

Nurlatifah, I., Agustine, D., dan Puspasari, E. A. 2022. Production and Characterization of
Eco-Enzyme from Fruit Peel Waste. In ICSST 2021: Proceedings of the 1st
International Conference on Social, Science, and Technology, ICSST 2021, 25
November 2021, Tangerang, Indonesia (p. 62). European Alliance for Innovation.
Nurulita, Y., dkk. 2022. Value Added Eco Enzyme Sebagai Sabun Antiseptik. Dinamisia:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 6(5) : 1203-1216.

iii
Pakki, T., dkk. 2021. PEMANFAATAN ECO-ENZYME BERBAHAN DASAR SISA
BAHAN ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM BUDIDAYA TANAMAN
SAYURAN DI PEKARANGAN. Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo,
Kendari, Indonesia. 3.

Pemerintah Indonesia. 2008. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah.TLN No.4851,LN No.69 tahun 2008

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.TLN No. 5059,LN No.140 Tahun 2009.

Rasit, N., Fern, L.H., dan Ghani, W.A.W.A.K. 2019. PRODUCTION AND
CHARACTERIZATION OF ECO ENZYME PRODUCED FROM TOMATO AND
ORANGE WASTES AND ITS INFLUENCE ON THE AQUACULTURE SLUDGE.
INTERNATIONAL JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING AND TECHNOLOGY
(IJCIET). 13(12).

Rizky & Aprillia. 2022. Mengenal Eco Enzyme dan Cara Membuatnya, Cairan Organik
yang Punya Banyak Manfaat

Rusdianasari, dkk. 2021. Production of Disinfectant by Utilizing Eco-enzyme from Fruit


Peels Waste. International Journal of Research in Vocational Studies (IJRVOCAS).
1(3).

Rusdianasari, R., dkk. 2021. Utilization of Eco-Enzymes from Fruit Skin Waste as Hand
Sanitizer. AJARCDE (Asian Journal of Applied Research for Community
Development and Empowerment). 5(3) : 23-27.
Wuljanah, S.M. 2021. Pembuatan Larutan Eco Enzyme dari Limbah Organik Jeruk Bali,
Labu Kuning, Kangkung, Sawi Putih, dan Pepaya dari Pasar Induk Gedebage Kota
Bandung. KTI. Universitas Bhakti Kencana.

iv

Anda mungkin juga menyukai