Anda di halaman 1dari 139

Politeknik Penerbangan Makassar

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini dinyatakan bahwa:

MODUL : Modul Ajar Bahasa Indonesia


TIM PENYUSUN : Indarwati, S.S., M.Hum.
TANGGAL TERBIT : 23 Juni 2023

Isi modul ini telah disusun dan disetujui oleh Tim Pelaksana Penyusunan Bahan Ajar
(Modul) Program Diploma III Program Studi Teknologi Pemeliharaan Pesawat Udara
(TPPU) Tahun 2023 Politeknik Penerbangan Makassar.

Makassar, 23 Juni 2023


Ketua Program Studi,

Hendri Louis Latif, S.T., M.T.


DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISTILAH
KATA PENGANTAR
BAB I HAKIKAT BAHASA
1.1 Pendahuluan
1.2 Definisi Bahasa
1.3 Ciri-Ciri Bahasa
1.4 Fungsi Bahasa
1.5 Kontak Bahasa
1.6 Rangkuman
1.7 Tes Formatif
1.8 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB II PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
2.1 Pendahuluan
2.2 Sejarah Bahasa Indonesia
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
2.4 Fungsi Bahasa Indonesia
2.5 Rangkuman
2.6 Tes Formatif
2.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB III RAGAM BAHASA INDONESIA
3.1 Pendahuluan
3.2 Ragam baku lisan dan tulisan
3.3 Ragam bahasa ilmiah dan nonilmiah
3.4 Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
3.5 Rangkuman
3.6 Tes Formatif
3.7 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
BAB IV EJAAN YANG DISEMPURNAKAN INDONESIA (EYD) VERSI V
4.1 Pendahuluan
4.2 Penulisan huruf dan Kata
4.3 Penulisan Angka dan Bilangan
4.4 Penulisan akronim dan singkatan
4.5 Penggunaan Tanda Baca
4.6 Rangkuman
4.7 Tes Formatif
4.8 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB V KALIMAT EFEKTIF
5.1 Pendahuluan
5.2 Kalimat Tunggal
5.3 Kalimat Majemuk
5.4 Kalimat Efektif
5.5 Rangkuman
5.6 Tes Formatif
5.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB VI PARAGRAF
6.1 Pendahuluan
6.2 Definisi Paragraf
6.3 Tujuan pembentukan paragraf
6.4 Jenis-jenis paragraf
6.5 Rangkuman
6.6 Tes Formatif
6.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB VII PENULISAN TOPIK, TEMA, DAN JUDUL KARANGAN ILMIAH
7.1 Pendahuluan
7.2 Definisi Karya Ilmiah
7.3 Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
7.4 Jenis-Jenis Karya Ilmiah
7.5 Rangkuman
7.6 Tes Formatif
7.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB VIII PENULISAN KARYA ILMIAH:
8.1 Pendahuluan
8.2 Definisi Kutipan dan Rujukan
8.3 Jenis Kutipan
8.4 Teknik Penyusunan Catatan Kaki
8.5 Penyusunan Daftar Pustaka
8.6 Penggunaan Mendeley
8.7 Rangkuman
8.8 Tes Formatif
8.9 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB IX PRESENTASI ILMIAH
9.1 Pendahuluan
9.2 Teknik Presentasi Ilmiah Yang Efektif
9.3 Teknik Berpidato Yang Tepat
9.4 Rangkuman
9.5 Tes Formatif
9.6 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH

1 Fonem : Satuan linguistik yang membedakan makna.


2 Morfem : Satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
3 Kata : Merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau
satu pengertian.
4 Frasa : Gabungan kata yang terdiri dari dua kelompok kata
atau lebih yang memiliki satu
5 Klausa : Satuan gramatikal, berbentuk kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan
predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat.
6 Kalimat : Satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang
lengkap.
7 Wacana : Satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan
terbesar.
8 Bahasa : Suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia yaitu
berupa sistem lambang bunyi yang berasal dari alat
ucap atau mulut manusia.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta didik atau taruna dalam
pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwa peserta
didik memiliki segmentasi yang berbeda-beda, sehingga modul ini disusun dengan
kualifikasi yang tidak diragukan lagi. Teknik penyajian yang diangkat dilakukan
secara terpadu tanpa pemilihan berdasarkan jenjang pendidikan. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir pengulangan topik berdasarkan jenjang pendidikan.
Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
Selain itu, modul ini menawarkan kelebihan dalam melihat keterpaduan mata kuliah
bahasa Indonesia. Pembahasan yang disampaikan juga dilengkapi dengan soal-soal
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan. Dalam
pembuatan modul, penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan sangat
membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Dalam kata pengantar ini, penyusun menyampaikan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
modul ini dapat diselesaikan. Modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peserta didik atau taruna dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dengan modul ini, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang Bahasa Indonesia. Modul ini disusun dengan teknik penyajian yang
terpadu dan dilengkapi dengan soal-soal untuk mengukur tingkat ketercapaian dan
ketuntasan. Penyusun juga membuka saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan dalam pembuatan modul ini.
Modul ini disusun dengan kualifikasi yang tidak diragukan lagi untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik atau taruna dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Pembahasan modul dimulai dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai
dan menawarkan kelebihan dalam melihat keterpaduan mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dalam pembuatan modul, penyusun sangat membuka saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk memperbaiki kekurangan.
Dalam kata pengantar ini, penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga modul ini
dapat diselesaikan. Dengan modul ini, peserta didik dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang Bahasa Indonesia. Modul ini disusun dengan teknik
penyajian yang terpadu dan dilengkapi dengan soal-soal untuk mengukur tingkat
ketercapaian dan ketuntasan.

Makassar, 23 Juni 2023

Penulis
BAB I HAKIKAT BAHASA
1.1 Pendahuluan
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Tanpa
bahasa, manusia tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik. Bahasa menjadi
sebuah alat dalam komunikasi yang sangat penting. Bahasa merupakan
interpretasi dari apa yang hendak disampaikan oleh komunikator terhadap
komunikan. Penggunaan bahasa yang baik dan mudah untuk dimengerti oleh
orang lain akan berdampak pada komunikasi yang berjalan dengan baik pula.
Kehidupan tanpa bahasa akan sangat sulit. Bahasa menjadi alat untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain. Tanpa bahasa,
manusia tidak akan bisa menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan baik.
Bahasa juga memungkinkan manusia untuk mempelajari pengetahuan dan budaya
dari generasi sebelumnya.
Bahasa merupakan sebuah unsur penting dalam kehidupan manusia. Bahasa
memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain dan memperoleh
pengetahuan serta informasi yang diperlukan. Bahasa juga memungkinkan
manusia untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka dengan lebih baik.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mempelajari bahasa dengan baik
dan memahami hakikat bahasa dalam kehidupan manusia.

Gambar 1. Bendera Merah Putih


1.2 Definisi Bahasa
Bahasa merupakan fenomena yang kompleks dan memiliki banyak definisi
yang diajukan oleh para ahli. Berikut adalah beberapa definisi bahasa menurut
beberapa ahli:
1. Ferdinand de Saussure: Saussure, seorang ahli linguistik terkenal,
mendefinisikan bahasa sebagai "sistem tanda yang terdiri dari hubungan-
hubungan antara tanda-tanda bunyi dan konsep-konsep." Menurutnya,
bahasa terdiri dari dua komponen penting, yaitu bunyi (yang merupakan
tanda linguistik) dan konsep (yang merupakan makna yang dihubungkan
dengan tanda tersebut).
2. Noam Chomsky: Chomsky, seorang linguistik dan intelektual terkemuka,
menggambarkan bahasa sebagai "sistem pengetahuan yang tidak sadar dan
bawaan yang memungkinkan manusia untuk menghasilkan dan memahami
kalimat-kalimat yang tak terbatas." Menurutnya, bahasa merupakan
kapasitas kognitif universal yang dimiliki oleh manusia.
3. Edward Sapir dan Benjamin Whorf: Sapir dan Whorf mengemukakan teori
relativitas linguistik yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara
berpikir dan persepsi dunia seseorang. Mereka mengatakan bahwa "bahasa
tidak hanya mempengaruhi pikiran kita, tetapi juga membentuk kenyataan
kita." Dalam pandangan ini, bahasa dianggap sebagai alat yang membentuk
pemahaman dan interpretasi kita terhadap dunia.
4. Charles Hockett: Hockett, seorang ahli bahasa, mengusulkan definisi
operasional bahasa yang terdiri dari 13 fitur yang menggambarkan ciri-ciri
bahasa manusia, seperti arbitrer, produktivitas, disiplin wicara, dan lainnya.
Menurut Hockett, bahasa manusia dibedakan dari sistem komunikasi lainnya
berdasarkan keberadaan fitur-fitur khas ini.
5. Roman Jakobson: Jakobson, seorang ahli linguistik dan sastra, mengartikan
bahasa sebagai "alat komunikasi yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
terkait, yaitu fungsi referensial (mengacu pada dunia nyata), fungsi emotif
(mengungkapkan perasaan), fungsi konatif (mempengaruhi perilaku
pendengar), fungsi metalinguistik (mengacu pada bahasa itu sendiri), fungsi
fatis (mengatur saluran komunikasi), dan fungsi poetik (menciptakan kesan
estetik)."
Definisi bahasa yang diajukan oleh para ahli tersebut memberikan sudut
pandang yang berbeda tentang aspek-aspek bahasa, termasuk struktur, fungsi,
peran dalam berpikir, dan pengaruh terhadap persepsi dunia. Dalam keseluruhan,
bahasa dapat dipahami sebagai sistem tanda yang kompleks yang memungkinkan
manusia untuk berkomunikasi, menyampaikan makna, dan mempengaruhi
pemahaman dan interpretasi kita terhadap dunia.
Adapun menurut Keraf (2004), bahasa adalah alat komunikasi yang
digunakan oleh anggota masyarakat baik berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Ketika manusia tersebut mengendaki untuk
berkomunikasi dengan sesamanya, maka dia akan memakai sebuah bahasa yang
memang biasa digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi. Sedangkan
menurut Walija (1996), bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang
lain. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono hakikat bahasa adalah sistem
atau lambang bunyi yang digunakan untuk anggota kelompok sosial digunakan
untuk berkomunikasi, kerjasama dan identifikasi diri.
Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh sekelompok
masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Adapun Wibowo (2001), menyatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol bunyi
yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer
dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
1.3 Ciri-Ciri Bahasa
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri bahasa.
1. Sistematik, bahasa itu tersusun secara teratur dan mempunyai arti. kata-
kata yang tersusun itu menjadi frasa. Bila frasa itu digabung dengan kata
lain,akan menjadi klausa,ketika klausa diberi intonasi atau diikuti klausa
lain, akan menjadi kalimat.
2. Arbitter, bahasa memiliki hubungan dengan kenyataan. Antara bahasa yang
satu dengan bahasa yang lain mempunyai hubungan dan dilambangkan
dengan kata yang berbeda. misalnya, kata ”matahari”, merujuk pada benda
langit yang ada ditata surya dan sangat panas, memiliki sebutan lain yaitu :
sun,son,serengenge, dan panonpoe. bahasa memungkinkan semua orang
dalam suatu kebudayaan untuk berinteraksi/berkomunikasi.
3. Vokal, bahasa didasari oleh bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
bunyi tersebut divisualisasikan dalam bentuk tulisan yang disebut huruf.
Dalam sistem tulisan, gabungan huruf membentuk suku kata dan kata.
4. Bermakna, bahasa memiliki makna. Webber (dalam New Collegiate
Dictionary, 1981) mengatakan bahwa bahasa merupakan alat yang
sistematik untuk menyampaikan gagasan dengan memakai tanda-tanda,
bunyi-bunyi, isyarat atau ciri konvensional yang memiliki arti dan
dimengerti.
5. Komunikatif, bahasa merupakan sistem komunikasi, yaitu berinteraksinya
pembicara dengan pendengar.
6. Ada di masyarakat, bahasa tampil dalam banyak model, idiotek, dialek dan
bahasa itu sendiri. Di samping itu, ada orang yang dapat menguasai lebih
dari satu bahasa.
1.4 Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa ada bererapa, antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan,
tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi
ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan
komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan.
Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam
sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang
bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi
agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing-
masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol-simbol lain yang
menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam
bentuk : aturan, anggaran dasar, undang-undang dan lain-lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat
menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat,
kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan
sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi,
kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain-lain. Dari pemahaman
yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya
dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya
menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat
tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan
senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita
makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang
lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap
seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup
kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan,
karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar
tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya,
kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi
pengembangan dirinya, dan lain-lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan
kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga
dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa
yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya,
mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode)
mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa
kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis
induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun
konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses
berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus
dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu,
diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi
konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan
fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi,
narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan
mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas
yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa
kecerdasan sekaligus. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat berkembang
secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun
dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki
kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami
bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin
penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat
mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana
misalnya: rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya
: membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek,
kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan
dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses
pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut
menuju pendakian puncak karier/profesi. Puncak pendakian karier tidak
akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan
sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan
ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu
menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi
suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala
potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang
dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi
suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
1.5 Kontak Bahasa
Kontak bahasa adalah fenomena sosial dan linguistik di mana penutur
bahasa yang berbeda (atau dialek berbeda dari bahasa yang sama) berinteraksi
satu sama lain, yang mengarah pada transfer fitur linguistik. "Kontak bahasa
adalah faktor utama dalam perubahan bahasa ," kata Stephan Gramley, penulis
atau beberapa buku tentang bahasa Inggris. "Kontak dengan bahasa lain dan
variasi dialek lain dari satu bahasa merupakan sumber pelafalan alternatif,
struktur gramatikal, dan kosa kata ." Kontak bahasa yang berkepanjangan
umumnya mengarah pada bilingualisme atau multilingualisme.
Kontak bahasa terjadi ketika dua atau lebih kelompok masyarakat dengan
bahasa yang berbeda berinteraksi secara langsung. Dalam situasi kontak bahasa,
ada pertukaran dan pengaruh saling antara bahasa-bahasa yang terlibat. Kontak
bahasa dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti kolonisasi, migrasi,
perdagangan, atau interaksi budaya.
Kontak bahasa dapat mempengaruhi bahasa yang digunakan, seperti dalam
kedwibahasaan, alih kode, campur kode, interferensi, dan integrasi. Berikut
adalah beberapa aspek yang terkait dengan kontak bahasa:
1. Peminjaman Kata
Dalam kontak bahasa, kelompok yang berinteraksi sering kali meminjam
kata-kata dari bahasa satu sama lain. Peminjaman kata dapat terjadi ketika
suatu kata atau ungkapan dalam bahasa asli tidak memiliki padanan yang
sesuai dalam bahasa lain, sehingga kata tersebut dipinjam dan diadaptasi ke
dalam bahasa lain. Peminjaman kata dapat mempengaruhi perluasan
kosakata dan kemungkinan variasi dalam bahasa tersebut.
2. Pengaruh Fonetik dan Fonologis
Kontak bahasa juga dapat mempengaruhi aspek fonetik (bunyi) dan
fonologis (sistem bunyi) bahasa. Misalnya, dalam situasi kontak bahasa,
orang-orang cenderung mengadopsi dan menyesuaikan bunyi-bunyi bahasa
lain yang tidak ada dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini dapat
menghasilkan variasi dalam pelafalan dan pengucapan kata-kata.
3. Pidgin dan Kreol
Dalam situasi kontak bahasa yang lebih intensif, seperti di antara
komunitas bahasa asli dan kelompok penutur bahasa asing yang tidak
memiliki bahasa umum, bisa terbentuk pidgin atau bahasa kreol. Pidgin
adalah bentuk sederhana dan terbatas dari bahasa yang muncul sebagai alat
komunikasi antara kelompok yang berbeda. Jika pidgin digunakan sebagai
bahasa ibu oleh generasi berikutnya dan mengalami perkembangan
struktural yang lebih kompleks, itu dapat menjadi bahasa kreol yang
memiliki aturan tata bahasa yang lebih stabil dan kompleks.
4. Substratum dan Superstratum
Dalam kontak bahasa, terdapat konsep substratum dan superstratum.
Bahasa substratum mengacu pada bahasa yang memiliki status rendah atau
kurang berpengaruh dalam situasi kontak, sementara bahasa superstratum
merujuk pada bahasa yang memiliki status tinggi atau dominan. Pengaruh
substratum dapat tercermin dalam peminjaman kata-kata, sementara
pengaruh superstratum dapat mempengaruhi struktur tata bahasa dan
kosakata.
5. Dialek dan Variasi Bahasa
Kontak bahasa juga dapat menyebabkan perubahan dalam dialek dan
variasi bahasa. Ketika kelompok masyarakat dengan dialek atau variasi
bahasa yang berbeda berinteraksi, mereka dapat saling mempengaruhi dalam
hal pelafalan, kosakata, tata bahasa, atau gaya berbicara. Ini dapat
menghasilkan dialek baru atau variasi bahasa yang mencerminkan pengaruh
saling antara kelompok-kelompok tersebut.
Kontak bahasa adalah fenomena yang kompleks dan dapat menghasilkan
perubahan dan variasi dalam bahasa. Pengaruh dan hasil dari kontak bahasa
sangat tergantung pada jenis interaksi dan tingkat intensitasnya. Studi tentang
kontak bahasa, yang dikenal sebagai sosiolinguistik, melibatkan pemahaman
tentang dinamika perubahan bahasa dalam situasi kontak budaya dan sosial.
Kontak bahasa sering terjadi di sepanjang perbatasan atau sebagai akibat
dari migrasi. Pemindahan kata-kata frase bisa satu arah atau dua arah. Cina
telah mempengaruhi Jepang, misalnya, meskipun kebalikannya sebagian besar
tidak benar. Pengaruh dua arah kurang umum dan biasanya terbatas pada
wilayah tertentu. Pidgins sering dikembangkan untuk tujuan perdagangan. Ini
adalah beberapa ratus kata yang dapat diucapkan antara orang-orang dari
bahasa yang berbeda.
Dalam beberapa dekade terakhir internet telah membawa banyak bahasa
dalam kontak, sehingga mempengaruhi satu sama lain. Namun, hanya beberapa
bahasa yang mendominasi web, mempengaruhi yang lain, catat situs web
Translate Media. Bahasa Inggris sejauh ini mendominasi, bersama dengan
Rusia, Korea, dan Jerman. Bahkan bahasa yang digunakan oleh jutaan orang,
seperti Spanyol dan Arab, sebagai perbandingan, memiliki sedikit representasi
di internet. Akibatnya, kata-kata bahasa Inggris mempengaruhi bahasa lain di
seluruh dunia pada tingkat yang jauh lebih besar sebagai akibat langsung dari
penggunaan internet.
1.6 Rangkuman
Bahasa adalah milik setiap individu dan berfungsi sebagai alat dalam
proses komunikasi dengan individu lain. Dalam hal ini fungsi bahasa itu dikenal
sebagai fungsi komunikatif. Selain itu bahasa juga memiliki fungsi informasional
(informational fungtion), fungsi pengarahan (directive fungtion), fungsi ekspresif
(expressive fungtion), fungsi estetis (esthetic fungction) dan fungsi fatis (phatic
function). Dalam konteks inilah out put dari sebuah komunikasi akan segera
menampakkan sosoknya yakni komunikasi non-diskursif.
Bahasa adalah alat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap
individu memiliki bahasa yang berbeda-beda, tergantung dari asal usul,
lingkungan, dan budaya di mana ia tumbuh besar. Bahasa berfungsi sebagai alat
untuk berkomunikasi dengan individu lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Fungsi bahasa yang paling utama adalah fungsi komunikatif, di mana bahasa
digunakan untuk mengirimkan pesan dari satu individu ke individu lainnya.
Namun, selain fungsi komunikatif, bahasa juga memiliki berbagai fungsi lainnya
seperti fungsi informasional, pengarahan, ekspresif, estetis, dan fatis. Dalam
konteks ini, bahasa menjadi penting untuk membangun hubungan sosial
antarindividu dan memahami perbedaan budaya serta kebiasaan lainnya.
Komunikasi non-diskursif adalah hasil dari penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi. Dalam komunikasi non-diskursif, output dari sebuah komunikasi
akan segera tampak dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Hal ini terjadi
karena bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan konteks dan tujuan
komunikasi yang ingin dicapai. Komunikasi non-diskursif juga dapat terjadi
melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan bahasa tubuh lainnya. Oleh karena itu,
penting bagi setiap individu untuk memahami dan menggunakan bahasa dengan
baik agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Dengan
demikian, komunikasi yang dilakukan akan lebih mudah dipahami dan dapat
membangun hubungan sosial yang baik antarindividu.
1.7 Tes Formatif
Untuk menguji pemahaman Anda terhadap materi, silakan kerjakan soal-soal
berikut ini!
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat bahasa?
2. Mengapa bahasa penting dalam kehidupan manusia?
3. Jelaskan definisi bahasa menurut pendapat Anda!
4. Uraikan ciri-ciri bahasa beserta contohnya!
5. Salah satu fungsi bahasa adalah sarana komunikasi. Jelaskan dengan
disertai contoh!
6. Apa yang dimaksud dengan peminjaman kata dalam kontak bahasa?
1.8 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, apakah pemahaman
Anda terhadap hakikat bahasa sudah cukup baik? Jika belum, silakan membaca
artikel penelitian yang sekaitan dengan hakikat bahasa. Pada pertemuan
berikutnya, kita akan mendiskusikan hasil pembacaan Anda. Setiap taruna akan
memberikan laporan hasil pembacaan secara lisan dan tertulis.
BAB II PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
2.1 Pendahuluan
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan
perjalanan sejarah Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Indonesia
mulai dikembangkan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Pada tahun 1928, Sumpah
Pemuda menjadi tonggak penting dalam perkembangan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Pada masa kemerdekaan, bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa resmi negara dan terus diperkaya dengan istilah-istilah baru dari berbagai
bidang seperti teknologi dan politik. Saat ini, bahasa Indonesia juga terus
mengalami perkembangan melalui pengaruh teknologi dan globalisasi.
Perkembangan bahasa Indonesia juga tercermin dalam bentuk sastra dan
media massa. Sastra Indonesia telah menghasilkan karya-karya besar seperti
novel-novel klasik karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, dan Ayu Utami.
Media massa seperti televisi dan internet juga memainkan peran penting dalam
perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa gaul atau bahasa slang yang digunakan
di media sosial dan internet telah menjadi bagian dari bahasa Indonesia yang
digunakan oleh generasi muda. Meskipun demikian, penting untuk tetap
memperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan benar agar bahasa Indonesia
tetap berkualitas dan tidak terdegradasi.

Gambar 2
2.2 Sejarah Bahasa Indonesia
Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi
sebagai:
1) bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra;
2) bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia;
3) bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di
Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar
Indonesia;
4) bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
maupun pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat pada Kerajaan
Sriwijaya sebagai bahasa pergaulan berkenalan dengan berbagai bahasa asing
lain, seperti bahasa Sansekerta, bahasa Portugis, bahasa Arab, bahasa Persia,
dan bahasa asing lainnya. Akibat dari adanya hubungan dengan bahasa asing
tadi maka terjadilah kontak bahasa, antara bahasa Melayu dengan bahasa
Sansekerta, antara bahasa Melayu dengan bahasa Portugis, dan antara bahasa
Melayu dengan bahasa Arab.
Hubungan tersebut menghasilkan kontak bahasa, yaitu bahasa Melayu
menyerap kosakata bahasa Sansekerta, kosakata bahasa Portugis, dan kosakata
bahasa Arab/Persia. Penyerapan kosakata tersebut menyebabkan bertambahnya
kosakata bahasa Melayu dan sekaligus memperkaya perbendaharaan kosakata
bahasa Melayu. Sebab bahasa Melayu memiliki sifat demokratis dan terbuka
terhadap bahasa asing sebagai sumber pengembangan kosakatanya. Bahasa
Melayu yang awalnya memiliki perbendaharaan kata yang terbatas kemudian
akhirnya memiliki kosakata yang banyak.
Kosakata bahasa Sansekerta dalam bahasa Melayu yang sekarang telah
menjadi kosakata bahasa Indonesia jumlahnya cukup banyak. Berikut ini
adalah beberapa contoh kosakata bahasa Indonesia/Melayu yang berasal dari
bahasa Sansekerta.
*angkasa * anugerah
*sarjana * bupati
*bayangkara * mahasiswa
*cakrawala * wisuda
*binagraha * raja
*binaraga * pujangga
*dasawarsa * dermawan
Orang-orang Portugis yang datang ke nusantara dengan tujuan berdagang
dan menyiarkan agama Kristen juga turut memengaruhi perkembangan
kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Orang-orang Portugis dalam menyiarkan
agama dan berdagang mau tidak mau mempelajari bahasa Melayu, karena
bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pergaulan dan perdagangan di wilayah
nusantara. Orang-orang Portugis itu menggunakan dua bahasa, yakni bahasa
Portugis dan bahasa Melayu. Akibatnya, terjadilah kontak bahasa antara bahasa
Portugis dengan bahasa Melayu.
Kosakata bahasa Melayu/Indonesia yang diserap dari bahasa Potugis ada
banyak jumlahnya. Berikut ini adalah beberapa contoh kosakata bahasa
Melayu/Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis.
*lampu * sepatu
*jendela * kereta
*meja * peluru
*kemeja * seradu
*lemari * arena
Perkembangan selanjutnya terjadi pada masa sebelum kemerdekaan.
Kedatangan orang-orang dari Jazirah Arab dan Persia ke wilayah nusantara
dengan tujuan berdagang dan menyiarkan agama Islam turut serta
memengaruhi bahasa Melayu/Indonesia. Sama halnya dengan orang-orang
Portugis, orang-orang Arab ini dalam berdagang dan menyiarkan agama Islam
mau tidak mau harus belajar bahasa Melayu. Mereka akhirnya harus
menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Arab dan bahasa Melayu dalam
melakukan kegiatan berdagang dan menyiarkan agama. Akibat dari
penggunaan dua bahasa tersebut, terjadilah kontak bahasa antara bahasa Arab
dan bahasa Melayu. Bahasa Arab turut memengaruhi bahasa Melayu, sebab
banyak kosakata bahasa Arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa
Melayu/Indonesia.
Kosakata bahasa Arab yang terserap ke dalam bahasa Melayu yang
sekarang menjadi bahasa Indonesia jumlahnya sangat banyak. Berikut ini
beberapa contoh kosakata yang diserap dari bahasa Arab.
*abad * gaib
*abjad * sujud
*adab * falsafah
*akal * haram
*batin * derajat
*akhirat * huruf
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap digunakan
sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda pada dasarnya
tidak mau menyebarkan bahasa Belanda pada masyarakat Indonesia (pribumi).
Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan penduduk pribumi
serta dengan masyarakat Indonesia lain yang berbeda bahasa sebagian besar
menggunakan bahasa Melayu. Selama masa penjajahan Belanda banyak terbit
surat kabar yang ditulis dalam bahasa Melayu.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan
sebagai bahasa pergaulan nomor dua sesudah bahasa Belanda. Akibat dari
hubungan tersebut, terjadilah kontak bahasa antara bahasa Belanda dengan
bahasa Melayu. Banyak kosakata bahasa Belanda yang terserap ke dalam
kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Berikut ini beberapa kosakata bahasa
Melayu/Indonesia yang diserap dari kosakata bahasa Belanda.
*absen * bengkel
*ajudan * dansa
*atraksi * demokrasi
*atribut * dongkrak
*berita * emosional
*beton * embargo
*bagasi * atraksi
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia menyatakan ikrar
Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak sejarah penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Salah satu butir penting dalam ikrar tersebut adalah
pengakuan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia dengan
nama bahasa Indonesia. Sejak saat itu, bahasa Indonesia terus tumbuh dan
berkembang menjadi bahasa yang modern dan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia.
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang digunakan secara luas di
seluruh wilayah Indonesia, bahkan menjadi bahasa resmi negara. Bahasa ini
juga menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan bisnis di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga terus berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kata-
kata baru yang muncul dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing,
seperti bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Meskipun demikian, bahasa
Indonesia tetap mempertahankan karakteristiknya sebagai bahasa yang mudah
dipahami dan digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia..
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yakni sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan
melalui ikrar Sumpah Pemuda. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
yaitu:
1) sebagai lambang kebanggaan nasional;
2) sebagai lambang identitas nasional;
3) sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa; dan
4) sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan
nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus
merasa bangga karena adanya bahasa Indonesia yang dapat menyatukan berbagai
suku bangsa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggan inilah, bangsa
Indonesia terpelihara, berkembang, dan rasa kebanggaan pemakainya senantiasa
terbina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi di
samping bendera dan lambang negara. Sebuah bangsa memerlukan identitas
untuk membangun kepercayaan diri yang kuat. Hal itu dapat diwujudkan melalui
bahasa. Dengan adanya bahasa, dapat mengatasi berbagai suku bangsa dan bahasa
yang berbeda. Juga dapat mengidentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui
bahasa tersebut.
Kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang budaya dan
bahasa dapat terhindarkan berkat adanya bahasa nasional. Kita dapat bepergian ke
seluruh pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Bisa dibayangkan jika tidak ada bahasa Indonesia yang menyatukan
suku-suku bangsa di Indonesia yang berbeda, tentu akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa.
2.4 Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda tersebut
mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu. Mereka tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya
serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kita dapat meletakkan
kepentingan nasional di atas kepentingan daerah (kesukuan) atau golongan.
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945, bab XV, pasal 36. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yaitu:
1) Sebagai bahasa resmi kenegaraan;
2) sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
3) sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan; dan
4) sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang harus
digunakan dalam segala urusan kenegaraan. Sebagai bahasa resmi, bahasa
Indonesia digunakan dalam pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat-surat resmi
yang berkaitan dengan pemerintahan. Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan
dalam upacara-upacara resmi kenegaraan yang diatur sesuai dengan UUD 1945.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan sangat penting untuk
memperkuat jati diri bangsa dan menghargai keberagaman bahasa yang ada di
Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, dapat memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa serta memperkuat identitas bangsa Indonesia di mata dunia.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam urusan kenegaraan menjadi bagian
penting dalam membangun kesadaran berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang bersifat nasional dan dapat digunakan oleh seluruh rakyat
Indonesia untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu, penggunaan bahasa
Indonesia juga dapat memperkuat kebijakan pemerintah dalam membangun
bangsa dan negara. Bahasa Indonesia juga menjadi alat yang efektif untuk
memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa. Dalam era globalisasi, penggunaan bahasa Indonesia dalam segala urusan
kenegaraan menjadi penting untuk memperkuat identitas bangsa Indonesia dan
mempertahankan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.Sebagai bahasa
pengantar pendidikan, bahasa Indonesia digunakan sebagai pengantar dalam
dunia pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat
memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kecuali di daerah-daerah yang
masih menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan
tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, bahasa Indonesia digunakan bukan hanya
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan hanya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial
budaya dan bahasanya. Keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan
terganggu apabila ada lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai alat
perhubungan. Hal itu terjadi karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam
berkomunikasi,
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang memenuhi syarat tersebut.
Oleh karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut.
Bahasa Indonesia dimengerti oleh sebagian besar masyarakat yang ada di
Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat
untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.
2.5 Rangkuman
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu. Bahasa ini telah digunakan selama berabad-abad sebagai bahasa
pergaulan atau lingua franca di kepulauan nusantara dan hampir di seluruh
wilayah Asia Tenggara. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang
telah dirumuskan dalam Seminar Politik Bahasa Indonesia pada tahun 1975.
Sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah.
2.6 Tes Formatif
1) Uraikan menurut pendapat Anda, bagaimana perkembangan bahasa Indonesia!
2) Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia di negara Indonesia?
3) Jelaskan fungsi dari bahasa Indonesia!
4) Tuliskan beberapa peristiwa yang sekaitan dengan lahirnya bahasa Indonesia!
5) Uraikan perkembangan bahasa Indonesia di negara-negara tetangga, misalnya
Australia!
2.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, apakah pemahaman
Anda terhadap sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia sudah cukup? Jika
belum, silakan membaca artikel penelitian yang sekaitan dengan sejarah dan
perkembanganbahasa Indonesia. Pada pertemuan berikutnya, kita akan
mendiskusikan hasil pembacaan Anda. Setiap taruna akan memberikan laporan
hasil pembacaan secara lisan dan tertulis.
BAB III RAGAM BAHASA INDONESIA
3.1 Pendahuluan

Gambar 3
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat
saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling
belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa
Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas
pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur
harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya,
apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah varian dari bahasa menurut pemakaian. Berbeda
dengan varian dialek sesuai dengan pengguna. Variasi mungkin termasuk dialek,
aksen, laras, gaya, atau berbagai sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa
standar itu sendiri. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang
ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami
perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar
(Subarianto, 2000).
3.2 Ragam baku lisan dan tulisan
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui
media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat
membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan, yakni:
1) memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh;
4) berlangsung cepat;
5) sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) kesalahan dapat langsung dikoreksi; dan
7) dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah,
sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering
digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
berdiskusi atau pun berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan
atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

2. Ragam Bahasa Tulis


Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar
atau koran, majalah, dan lain-lain. Dalam ragam bahsa tulis perlu
memperhatikan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam
pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) tidak terikat ruang dan waktu;
3) kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat;
4) pembentukan kata dilakukan secara sempurna;
5) kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap;
6) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu;
7) berlangsung lambat; dan
8) memerlukan alat bantu.
3.3 Ragam bahasa ilmiah dan nonilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki sifat dan ciri tersendiri apabila
dibandingkan dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Selain harus memenuhi
ketentuan sebagai sebuah bahasa tulis yang memerlukan kelengkapan unsur
dalam kalimatnya, bahasa tulis ilmiah harus memiliki sifat komunikatif. Artinya,
bahasa tulis ilmiah, harus dapat mengomunikasikan informasi ilmu pengetahuan
dengan bahasa yang benar, jelas, efektif, dan tidak ambigu (samar-samar).
Dengan memenuhi ketentuan tersebut, bahasa tulis sebagai alat komunikasi dapat
melaksanakan fungsinya dalam menyampaikan informasi dari penulis kepada
pembacanya. Fungsi tersebut dapat menimbulkan persamaan persepsi antara
penulis dan pembaca tentang informasi yang disampaikan dalam bahasa tulis
ilmiah.
Pilihan kata (diksi) dan pemakaian bentuk kalimat dalam bahasa tulis ilmiah
berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan yang dibahas. Selain itu, bahasa tulis
ilmiah harus bersifat denotatif. Artinya, setiap kata yang diungkapkan dalam
bahasa tulis ilmiah memiliki satu makna yang paling sesuai untuk
mengungkapkan konsep dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut. Bahasa tulis
ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa yang oleh beberapa orang ahli
dinamakan ragam bahasa yang fungsional. Hal itu karena dikaitkan dengan
fungsinya sebagai bahasa yang baku untuk komunikasi formal.
Menurut Kusmana (2010:78-79), bahasa tulis ilmiah memiliki ciri-ciri
tersendiri, yaitu:
1) bahasanya adalah bahasa resmi;
2) sifatnya formal dan objektif;
3) nadanya tidak emosional;
4) keindahan bahasanya tetap diperhatikan;
5) kemubaziran dihindari; dan
6) isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat.
Bahasa tulis dalam karangan ilmiah harus mencerminkan kecendikiaan. Hal
ini ditunjukkan oleh penggunanya dalam menata argumen. Pernyataan yang
diungkapkan lewat bahasa disusun secara tepat, seksama, dan abstrak dengan
penalaran yang logis. Badudu (1992:39) menyatakan bahwa bahasa ilmiah
merupakan laras bahasa tersendiri sehingga harus tersusun dengan jelas, teratur,
dan tepat makna. Dengan demikian, fungsi bahasa dalam tulisan ilmiah
diharapkan dapat mengomunikasikan informasi atau pesan ilmiah dengan
menghindari kesalahan penggunaan bahasa. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
memiliki ciri khas, yakni:

1. Cendikia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendikia, artinya bahasa ilmiah
itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis
(masuk akal). Bahasa yang cendikia mampu membentuk pernyataan yang tepat
dan seksama. Hal itu membuat gagasan yang ingin disampaikan penulis dapat
diterima oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan
ketelitian yang objektif, sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi
logika. Apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah
gagasan yang memiliki hubungan kausalitas maka dua gagasan beserta
hungannya itu harus tampak jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
Kecendikiaan bahasa juga nampak pada ketepatan dan keseksamaan
penggunaan kata. Oleh karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaika
dengan muatan isi pesan yang ingin disampaikan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut ini.
A B
paparan pemaparan
buatan pembuatan
bahasan pembahasan
Kata-kata pada contoh A menunjukkan suatu hasil, sedangkan kata-kata
pada contoh B menggambarkan suatu proses. Dalam penggunaan bahasa
ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara
cermat. Apabila paparan itu mengacu pada suatu proses, kata-kata yang cocok
adalah kata-kata pada contoh B. Akan tetapi, apabila paparan itu mengacu pada
hasil, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh A.

2. Lugas dan jelas


Sifat lugas dan jelas artinya bahwa bahasa Indonesia mampu
menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Setiap gagasan
disampaikan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna
yang lugas. Penggunaan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari
kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang
bernada sastra perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila
dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu
dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul
pada kalimat yang terlalu panjang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan dan
bandingkan kedua contoh berikut ini.
1) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang merupakan mata pelajaran
paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral pancasila,
juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB,
dan Kesenian.
2) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penanaman moral di rumah. Penanaman moral di sekolah dilaksanakan
melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut
moral pancasila. Di samping itu, penanaman moral pancasila juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan
Kesenian.
Contoh pertama tidak mampu mengungkapkan gagasan secara secara
jelas, karena kalimatnya terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu
menyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Berbeda
dengan contoh yang kedua, kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu
mengungkapkan gagasan secara jelas. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa
dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang.
Kalimat panjang boleh digunakan, asalkan penulis cermat dalam menyusun
kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.

3. Menghindari kalimat yang fragmentaris


Bahasa Indonesia ragam ilmiah harus menghindari kalimat yang
fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Hal itu
bisa terjadi karena adanya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam
beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
Perhatikan dan bandingkan kedua contoh berikut ini.
1) Harap diingat baik-baik! (kalimat fragmentaris)
2) Pesan ini harap diingat baik-baik! (kalimat lengkap)

4. Bertolak dari gagasan


Bahasa Indonesia ragam ilmiah digunakan dengan bertolak dari gagasan.
Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan
tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi
oleh kalimat pasif. Kalimat-kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu
dihindari. Perhatikan dan bandingkan kedua contoh berikut ini.
1) Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan
bahasa seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa
seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Contoh kalimat 1 di atas berorientasi pada penulis. Hal itu bisa dilihat pada
pemilihan kata “penulis” (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut.
Sedangkan pada contoh 2 berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan
kehadiran penulis. Untuk menghindari kehadiran pelaku dalam paparan,
disarankan menggunakan kalimat pasif. Paparan yang melibatkan pembaca
dalam kalimat juga perlu dihindari.

5. Formal dan objektif


Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat
keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat dalam kosakata, bentukan
kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang
lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan dengan kelengkapan
unsur wajib, yaitu subjek dan predikat (S dan P). Ketepatan penggunaan kata
fungsi dan kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal juga perlu
diperhatikan.
Kata Formal Kata Informal
berkata bilang
membuat bikin
hanya cuma
memberi kasi
Bahasa Indonesia ragam ilmiah selain bersifat formal juga sekaligus bersifat
objektif. Oleh karena itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan penggunaan kata
serta struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dengan penggunaan kata.
Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif perlu dihindari. Perhatikan dan
bandingkan kedua contoh berikut ini.
1) Dari contoh di atas dapat memberikan bukti betapa besarnya peranan
lingkungan terhadap perkembangan bahasa seorang anak. Berdasarkan pada
contoh-contoh itu pula kiranya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut ini.
2) Dari contoh di atas dapat memberikan bukti besarnya peranan lingkungan
terhadap perkembangan bahasa seorang anak. Berdasarkan pada contoh-
contoh itu pula dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini.
Pada contoh 1, kehadiran kata “kiranya” dan “betapa” menimbulkan sifat
subjektif. Berbeda dengan contoh 2 yang tidak mengandung sifat subjektif,
karena kedua kata tersebut telah dihilangkan.

6. Ringkas dan padat


Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur
yang mubazir. Hal itu berarti penggunaan kalimat yang hemat. Sedangkan ciri
pada merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur
bahasa. Oleh karena itu, apabila gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas, tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga
ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam
tulisan ilmiah. Perhatikan dan bandingkan kedua contoh berikut ini.

1) Semua gadis-gadis di desa itu memang cantik.


2) Semua gadis di desa itu memang cantik.
3) Gadis-gadis di desa itu memang cantik.
Contoh kalimat (1) di atas termasuk kalimat yang tidak ringkas dan padat
(boros), sebab penggunaan kata “semua” dan “gadis-gadis” merujuk pada arti
yang sama, yaitu “banyak”. Sedangkan kalimat (2) dan (3) merupakan kalimat
yang ringkas dan padat.

7. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah harus digunakan secara
konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, istilah, dan tanda-tanda lain
digunakan sesuai kaidah, semua itu selanjutnya digunakan secara konsisten.
Misalnya dalam uraian atau paragraf digunakan singkatan SMA (Sekolah
Menengah Atas) maka pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMA
tersebut.
3.4 Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
Yang dimaksud dengan bahasa Indonesia ragam baku adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia yang dijadikan pokok, yang dijadikan ukuran atau yang
dijadikan standar. Ragam bahasa baku ini lazim digunakan dalam hal-hal berikut
ini , yaitu:
1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya. (ragam bahasa
baku tertulis)
2) Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran,
dan sebagainya. (ragam bahasa baku tertulis)
3) Pembicaraan di depan umum, seperti dalam pidato, ceramah kuliah, khotbah,
dan sebagainya. (ragam bahasa baku lisan)
4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati, dan sebagainya. (ragam bahasa
baku lisan)
Ragam bahasa baku memiliki ciri tersendiri. Menurut Chaer (2006:5-8),
ragam bahasa baku memiliki ciri antara lain sebagai berikut ini.

1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif


Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara eksplisit dan konsisten.
Misalnya:
1) Penggunaan awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Presiden meninjau daerah Presiden tinjau daerah
bencana longsor. bencana longsor.

2) Penggunaan kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk


secara eksplisit dan konsisten.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Dia tidak tahu bahwa anaknya Dia tidak tahu anaknya
sering bolos. anaknya sering bolos.

3) Penggunaan pola frase untuk predikat aspek + pelaku + kata kerja secara
konsisten.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Surat Anda sudah saya terima. Surat Anda saya terima.

4) Penggunaan konstruksi sintetis.


Bahasa baku Bahasa tidak baku
membersihkan - bikin bersih
memberitahukan - kasih tahu
anaknya - dia punya anak

5) Menghindari penggunaan unsur gramatikal dialek regional atau unsur


gramatikal bahasa daerah.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Dia mengontrak rumah Daya. Dia ngontrak rumah di Daya
2. Penggunaan kata-kata baku
Maksudnya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang lazim
digunakan atau yang frekuensi penggunaannya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau yang masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan,
kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

Bahasa baku Bahasa tidak baku


- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembrawut
- uang - duit
- tidak mudah - nggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat

3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis


Ejaan yang sekarang berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang
disebut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat PUEBI). PUEBI
mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata (dasar, berimbuhan,
gabungan, ulangan, dan serapan), penulisan partikel, penulisan angka, penulisan
unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
- sistem - sistim
- teknik - tehnik
- apotek - apotik
- praktik - praktek
- legalisasi - legalisir

4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan


Sampai sekarang ini lafal yang benar dan baku dalam bahasa Indonesia
belum pernah ditetapkan. Akan tetapi, ada pendapat umum yang menyatakan
bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri
lafal dialek setempat atau ciri-ciri lafal bahasa daerah.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
[ atap ] [ atep ]
[ menggunakan ] [ menggunaken ]
[ habis ] [ abis]

5. Penggunaan kalimat secara efektif


Maksudnya adalah kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat
menyampaikan pesan pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca.
Keefektifan kalimat dapat dicapai dengan cara:
(1) Susunan kalimat menurut aturan tata bahasa yang benar;
Contohnya:
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Pulau Buton banyak Di pulau Buton banyak
menghasilkan aspal. menghasilkan aspal.

(2) Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat;
Contohnya:
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Dia datang ketika kami dan Ketika kami sedang makan
dia datang. sedang makan.

(3) Penggunaan kata secara tepat dan efisien;


Contohnya:
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Korban bunuh diri tahun ini Korban bunuh diri tahun ini
naik. bertambah.
(4) Penggunaan variasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat
yang ingin ditonjolkan.
Contohnya:
Kalimat Biasa Kalimat Bertekanan
Dia pergi dengan diam-diam. Pergilah dia dengan diam!
3.5 Rangkuman
Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang terbentuk berdasarkan situasi
dan konteks penggunaannya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan bahasa yang
digunakan dalam berbagai topik pembicaraan, hubungan antara pembicara, serta
medium yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam sebuah masyarakat, ragam
bahasa yang dianggap sebagai yang terbaik dan memiliki prestise tinggi adalah
ragam bahasa baku atau resmi. Ragam bahasa ini biasanya digunakan dalam karya
ilmiah, perundang-undangan, dan surat menyurat resmi. Ragam bahasa baku juga
digunakan dalam suasana resmi, seperti rapat atau acara formal.
Namun, ragam bahasa baku tidak selalu menjadi pilihan terbaik dalam semua
situasi. Ada kalanya, penggunaan ragam bahasa baku dapat dianggap kurang
sopan atau tidak sesuai dengan konteks pembicaraan. Oleh karena itu, penting bagi
setiap penutur bahasa untuk memiliki kemampuan berbahasa yang fleksibel dan
dapat menyesuaikan ragam bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi dan
konteks pembicaraan. Dengan demikian, penutur bahasa akan dapat
berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien dalam berbagai situasi kehidupan
sehari-hari.
3.6 Tes Formatif
Setelah membaca materi-materi di atas, tentu pemahaman tentang ragam
bahasa Indonesia sudah baik. Untuk menguji pemahaman Anda, silakan kerjakan
soal-soal berikut ini!
1. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa nonbaku?
3. Uraikan karakteristik ragam bahasa ilmiah yang membedakannya dengan
ragam bahasa yang lain!
4. Uraikan perbedaan antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis yang
disertai dengan contoh!
3.7 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah Saudara mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, apakah
pemahaman Anda terhadap ragam bahasa Indonesia sudah cukup? Untuk
memperkuat pemahaman Saudara, silakan membaca artikel penelitian yang
sekaitan dengan ragam bahasa Indonesia. Pada pertemuan berikutnya, kita akan
mendiskusikan hasil pembacaan Anda. Setiap taruna akan memberikan laporan
hasil pembacaan secara lisan dan tertulis.
BAB IV EJAAN YANG DISEMPURNAKAN INDONESIA
(EYD) VERSI V
4.1 Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran suatu bahasa
adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti yang dilambangkan dengan satu
lambang tertentu. Lambang yang digunakan untuk mewujudkan bunyi ujaran
tersebut disebut huruf. Dengan huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan,
ide, dan pikiran yang semula hanya disampaikan secara lisan. Cara
menggambarkan atau menuliskan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu
bahasa juga dibicarakan dalam ejaan.
Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf,
kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan
fonemik, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf (tanda). Namun,
kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan itu terlihat pada adanya
fonem (bunyi) yang dilambangkan dengan dua tanda (huruf), seperti /ng/, /ny/,
/kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua bunyi yang dilambangkan dengan satu tanda,
seperti /e/ taling dan /e/ pepet. Sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, jumlah
huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah 26 huruf.
4.2 Penulisan huruf dan Kata
A. Huruf Kapital

1. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat.


Contoh:
- Rumahnya amat luas.
- Bapak dari mana?

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama perikan langsung.


Contoh:
- “Kamu dari mana?” tanya Ibu.
- Ayah bertanya, “Kapan kamu menikah?”

3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang


berhubungan kitab suci dan nama tuhan, termasuk kata ganti untuk tuhan.
Contoh:
- Dia sangat senang membaca Al-Qur’an.
- Hanya kepada-Nya kita memohon ampunan.
- Tuhan itu Maha Pengasih.
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
- Dia biasa dipanggil dengan sebutan Puang Beta.
- Dia anaknya Haji Mansyur.
- Kami mengundang Ustad Maulana.

5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
jabatan atau pangkat yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
- Dia baru pulang haji.
- Ayahnya seorang bupati.

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.


Contoh:
- Muhammad Abdul Gofur
- Sutan Ali
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Contoh:
- Saya bangga menjadi bangsa Indonesia.
- Orang tuanya adalah suku Bugis.
- Kamu bisa berbahasa Inggris?

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
- Tahun Hijriah
- Dia lahir di bulan Januari.
- Sekarang adalah hari Senin.
- Semua umat Islam sedang merayakan Idul Fitri.
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama khusus dalam geografi.
Contoh:
- Danau Toba - Benua Asia
- Gunung Semeru - Jazirah Arab
- Selat Lombok - Teluk Benggala

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama resmi
badan, lembaga pemerintahan, ketetanegaraan, dan nama dokumen resmi.
Contoh:
- Bangsa Indonesia
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Kecuali kata partikel seperti di,
ke, dari, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
- Saya sudah dua kali membaca buku Surat Cinta Bunda.
- Majalah Makassar Terkini memang banyak menginspirasi.
- Surat kabar Kompas memang selalu memberi berita yang aktual, tajam, dan
terpercaya.

12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama singkatan unsur nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Dia bernama H. Agus.
- Kami diajar oleh Prof. Darwis.
- Mau ke mana Pak?

13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, atau paman yang
digunakan sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
- Saya mau pergi dengan Ayah ke rumah nenek.
- Tolong tunjukkan kartu identitas Saudara!
- Kapan Paman datang?
14. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti atau kata sapaan.
Contoh:
- Saya memiliki beberapa orang kakak dan adik.
- Kita harus menghargai bapak dan ibu.

B. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring antara lain:
1. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku,
majalah, surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
- Buku Psikolinguistik karangan Abdul Chaer.
- Majalah Makassar Terkini edisi bulan Agustus 2015.

2. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menegaskan atau


menghkususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
- Ayah memang tidak akan pulang.
- Dia seorang tuna netra.

3. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
- Nama latin dari buah manggis adalah garcinia mangostana.

C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
- Ibu pergi ke pasar.
- Ayah pasti akan pulang malam ini.

2. Kata Turunan
a. Imbuhan, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:
- berlari
- dimakan
- penangkapan
- memperhatikan

b. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
- berpangku tangan
- garis bawahi

c. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata atau sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
- pertanggungjawaban
- melipatgandakan

d. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Unsur gabungan yang hanya muncul
dalam kombinasi itu, misalnya: a, antar, bi, catur, dasa, de, dwi, eka, in,
inter, ko, maha, mono, multi, non, panca, poli, pra, purna, re, semi, sub,
swa, tele, tri, tuna, ultra.
Contoh:
- asusila - antarbangsa
- amoral - dasawarsa
Catatan:
Bila bentuk itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf kapital maka di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Contoh: non-Indonesia
Maha sebagai unsur gabung ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, kecuali kata yang mengikutinya itu bukan kata dasar.
Contoh: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:
- bapak-bapak
- besar-besar
- porak-poranda
- tunggang-langgang

4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Contoh:
- orang tua
- rumah sakit
- bungah desa
- kampung halaman

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah


pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian antara
unsur ya ng bersangkutan.
Contoh:
- ibu-bapak (jika yang dimaksud ibu dan bapak)
- suami-istri (jika yang dimaksud suami dan istri)

c. Gabungan kata yang lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh:
- Alhamdulillah
- matahari
- kepada

5. Kata Ganti ku, mu, dan nya


Kata ganti ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
ataupun yang mendahuluinya.
Contoh:
- kumakan
- anakmu
- rumahnya
Catatan:
Ketentuan di atas tidak berlaku pada kata ganti Mu dan Nya yang digunakan
sebagai kata ganti Tuhan. Kata ganti Tuhan ditulis dengan huruf kapital, antara
kata yang mendahuluinya diberikan tanda hubung. (Sebab huruf kapital tidak
boleh ada di tengah kata).
Contoh:
- Hanya kepada-Mu kami memohon.
- Pada-Nya kita berserah diri.

6. Kata depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti
kepada dan daripada.
Contoh:
- Rumahnya ada di sana.
- Ayah akan ke rumah nenek.
- Dia masuk dari pintu samping.

7. Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
- Dia mau menemui sang guru.
- Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

8. Partikel
a. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- Siapakah yang menyanyi itu?
- Pergilah ke rumah pamanmu!
- Apatah gunanya bersedih.
b. Parikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali dalam
kata-kata yang sudah dianggap lazim maka penulisnya bergabung.
Contoh:
- Dipaksa makan pun dia tidak mau.
- Saya pun ingin ikut.
Adapun kata-kata yang sudah dianggap lazim untuk digabung penulisannya
dengan partikel pun antara lain:
- adapun - andaipun - meskipun
- ataupun - kalaupun - biarpun
- maupun - betapapun - bagaimanapun

c. Partikel per yang berarti “demi”, “tiap”, dan “mulai” ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Contoh:
- Mereka masuk satu per satu.
- Berapa harga mangga ini per kilo?
- Gajinya naik per 1 Agustus 2015.
4.3 Penulisan Angka dan Bilangan
a. Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor
Contoh:
- 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 0,....
- I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,.... (angka Romawi)
b. Angka digunakan untuk menyatakan: ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
satuan waktu; nilai uang; dan kuantitas.
Contoh:
- Tingginya sekitar 170 cm.
- Berat badannya naik 5 kg.
c. Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor rumah dan jalan pada
alamat.
Contoh:
- Jln. Sungai Saddang no. 30 Makassar
- Jln. Perintis Kemerdekaan VII
d. Angka digunakan untuk menomori karangan dan ayat dalam kitab suci, atau
bagiannya.
Contoh:
- Bab IV, halaman 76
- Surah An-nisa: 25
e. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an
Contoh: tahun 80-an atau tahun delapan puluhan
f. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan, seperti dalam
pemerincian atau pemaparan.
Contoh:
- Dia sudah dua kali tinggal kelas.
- Umurnya baru dua puluh tahun.
- Mahasiswa yang ikut berjumlah 50 orang, terdiri dari 30 orang laki-laki dan 20
orang perempuan.
g. Lambang bilangan yang terdapat pada awal kalimat ditulis dengan
huruf.
Contoh:
- Dua puluh lima orang temannya telah menjadi sarjana.
- Seratus lima puluh orang terpaksa mengungsi di mesjid.
h. Di dalam dokumen resmi, seperti akte dan kwitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
4.4 Penulisan akronim dan singkatan
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Contoh:
- Muh. Yunus - Bpk. (Bapak)
- Ir. Soekarno - Sdr. (Saudara)
- Anwar, S.E. - Prof. (Profesor)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, dan nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata, ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
- DPR - KTP
- KPK - SIM
- PGRI - GBHN
c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
- dll. (dan lain-lain) - hlm. (halaman)
- dsb. (dan sebagainya) - yth. (yang terhormat)
- dst. (dan seterusnya) - sda. (sama dengan atas)
d. Singkatan satuan ukuran, lambang kimia, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
- Cu (kuprum) - kg (kilogram)
- cm (centimeter) - l (liter)
- Rp (rupiah) - kVA (kilovolt-ampere)
e. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
- ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
- LAN (Lembaga Administrasi Negara)
- SIM (Surat Izin Mengemudi)
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
- Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
- Unhas ( Universitas Hasanuddin)
- Sekdes (Sekretaris Desa)
g. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh:
- pemilu (pemilihan umum)
- rudal (peluru kendali)
- rujab (rumah jabatan)
- tilang (bukti pelanggaran)
4.5 Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Adik suka makan nasi goreng.
b. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
- Muh. Irwan S.
- George W. Bush
c. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Dr. (doktor)
- S.E. (sarjana ekonomi)
- Kol. (kolonel)
- Bpk. (bapak)
d. Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya digunakan satu
tanda titik.
Contoh:
- dll. (dan lain-lain)
- dsb. (dan sebagainya)
- tgl. (tanggal)
- hlm. (halaman)
e. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
• Pukul 9.15.20 (pukul 9 lewat 15 menit 20 detik)
• 0.20.40 jam (20 menit, 40 detik)
f. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota itu berpenduduk 75.566 orang.
Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
• Nama Guntur terdapat pada halaman 1234 dan dicetak tebal.
• Nomor teleponnya adalah 445566
• Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mansur.
g. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
• DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
• SMA (Sekolah Menengah Atas)
• PT (Perseroan Terbatas)
• UUD (Undang-Undang Dasar)
• SIM (Surat Izin Mengemudi)
• rapim (rapat pimpinan)
2. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
2) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan
melainkan.
Contoh:
- Saya bergabung dengan Prudential, tetapi tidak aktif.
- Dia makan lahap sekali, seperti orang yang kelaparan.
3) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
• Kalau tidak hujan, saya akan datang.
• Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4) Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
• Oleh karena itu, kamu harus datang nanti malam.
• Jadi, kamu tinggal di mana?.
5) Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seru seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
• O, begitu rupanya.
• Wah, cantiknya.
6) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh: Kata Ibu, "Ayah pasti pulang, Nak".
7) Tanda koma digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Contoh:
• Makassar, 18 Juni 2015
• Manado, Indonesia.
8) Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Chaer, Abdul. 2011. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
9) Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990),
hlm. 22.
10) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh: Harianto, S.E.
11) Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
• 33,5 m
• Rp10,50
12) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Contoh: Dosen favorit saya, Pak Ikwan namanya, pandai sekali.
13) Tanda koma digunakan untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
14) Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana kamu tinggal?" tanya Pak Guru.

3. Tanda Titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh:
Hujan makin deras; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah menyiram tanaman di kebun; ibu sibuk memasak di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik membaca novel.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
• Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari, dan
ranjang baru.
• Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Hukum Perdata dan Hukum Pidana.
b. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Ketua : Saputra
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helen
Bendahara : Tio
c. Tanda titik dua digunakan dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Boris : "Jangan lupa siram tanaman di halaman!"
Roni : "Siap, Boss!"
d. Tanda titik dua digunakan (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak
judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (2000), 34:10
(ii) Surah An-Nisa: 15
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda titik dua digunakan untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 1:3.
Tanda titik dua tidak digunakan kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan tempat tidur.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.Contoh:
• p-e-n-g-u-r-u-s
• 8-4-1973
c. Tanda hubung dapat digunakan untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Bandingkan!
• ber-evolusi dengan be-revolusi
• dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh:
• se-Indonesia
• hadiah ke-2
e. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.Contoh:
• di-charter
• pen-tackle-an
f. Tanda hubung digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.
Contoh:
• Ayahku bekerja di rumah sa-
kit.

6. Tanda Elipsis (...)


a. Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu digunakan empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat. Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati ....
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya digunakan pada akhir tanya.
Contoh:
• Kapan kamu berangkat?
• Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
b. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
• Ia dilahirkan pada tahun 1680 (?).
• Uangnya sebanyak 100 juta rupiah (?) hilang.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Contoh:
• Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
• Bersihkan kamar ini sekarang juga!
• Sampai hati ia membunuh anaknya!
• Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan
atau transkripsi drama.

9. Tanda Kurung ((...))


a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh:
• Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)
membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
• Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
• Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
• Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
• Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
• Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin
Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.
10. Tanda Kurung Siku ([...])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
11. Tanda Petik ("...")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
• "Saya belum siap," kata Mira,
• "tunggu sebentar!"
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang digunakan
dalam kalimat.
Contoh:
• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA" diterbitkan dalam Tempo.
• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
”Jangan main jauh-jauh, Nak!”, pesan ibu.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
• Bang Kadir sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
12. Tanda Petik Tunggal ('...')
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
• Tanya Bakri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
• "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan
rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hadi.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
Dia merasa ’dianaktirikan’.
13. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
• No. 7/PK/2015
• Jalan Kramat III/10
• tahun anggaran 2015/2016
b. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai
tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
• harganya Rp 500,00/lembar (harganya Rp 500,00 tiap lembar)
• kecepatannya 80 m/s (kecepatannya 80 meter per detik)
• 7/8 atau 7⁄8
Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat digunakan. Contoh: .
Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti kata atau.
4.6 Rangkuman
Ejaan seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan ialah
penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek
fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
4.7 Tes Formatif
Baca dan perhatikan paragraf buta berikut ini. Perbaikilah penggunaan ejaan
pada wacana tersebut!
keadaan ekonomi dan politik diindonesia saat ini sangat memprihatinkan para
politikus sibuk mengurus kepentingannya sendiri sedangkan ekonomi rakyat
semakin terpuruk harga-harga kebutuhan pokok semakin mencekik rakyat
banyak pabrik yang terancam gulung tikar hal itu tentu akan menambah jumlah
pengangguran di indonesia yang memang sudah banyak. pemerintah berdalih
bahwa ini adalah efek dari krisis global yang terjadi dihampir seluruh belahan
dunia. di usia ke 70 tahun kemerdekaan indonesia seharusnya rakyat dinegara
ini sudah merasakan kesejahteraan yang merata.
4.8 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah membaca materi dan mengerjakan tugas formatif, tentu
kemampuan Anda untuk menerapkan kaidah ejaan bahasa Indonesia semakin
bagus. Akan tetapi, untuk lebih menguatkan kemampuan Anda dalam
menerapkan kaidah-kaidah tersebut, silakan Anda mencari kasus-kasus
kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
Anda dapat mencari dari berbagai sumber. Boleh dari koran, spanduk,
baliho, brosur, papan pengumuman, dan lain sebagainya. Laporkan dan buat
perbaikan sesuai kaidah Ejaan Yang Disempurnakan edisi V tahun 2022. Setiap
taruna akan memberikan laporan secara tertulis.
BAB V KALIMAT EFEKTIF
5.1 Pendahuluan
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Pengertian kalimat secara umun adalah sebuah satuan
terkecil dari bahasa yang berwujud lisan maupun tulisan yang mengutarakan
pikiran seseorang. Kalimat lisan berwujud suara yang ditandai dengan naik
turunnya, lemah, lembut, jeda dan diakhiri dengan intonasi.
Menurut Kridalaksana, kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun
potensial terdiri dari klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
percakapan, satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan
satu klausa, yang membentuk satuan bebas, jawaban minimal, seruan, salam, dsb.
5.2 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal disebut juga kalimat sederhana. Tidak ada kata
penghubung atau konjungsi dalam kalimat tunggal. Kalimat sederhana atau
kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa atau satu
kerangka. Sederhananya, kalimat tunggal terdiri dari satu klausa dan memenuhi
syarat sebagai kalimat utuh. Kalimat tunggal memuat satu subjek, satu predikat,
dan satu objek atau keterangan.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang dalam pembentukannya hanya
terdapat satu struktur penyusunan kalimat. Pada dasarnya kalimat tunggal hanya
disusun oleh unsur subjek dan unsur predikat, walaupun tidak menutup
kemungkinan dalam kalimat tunggal juga memiliki unsur lengkap yaitu subjek,
predikat, objek dan keterangan. Kalimat tunggal memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
1. Menjelaskan satu peristiwa.
Contoh :
Ibu sedang memasak
Kakak pergi ke sekolah
Iman pergi memancing
2. Memiliki satu struktur kalimat.
Contoh :
Aldi belajar (hanya berunsur subjek dan predikat saja).
Ayah pergi bekerja (terdapat unsur subjek, predikat dan objek).
3. Tidak ada konjugsi atau kata hubung.
Contoh :
Ayah sedang membaca koran (kalimat tunggal).
Ayah sedang membaca Koran ketika Ibu pergi ke pasar (bukan kalimat
tunggal).
Berdasarkan jenis predikatnya kalimat tunggal terbagi menjadi berbagai jenis, yaitu :
a. Kalimat Tunggal Nominal, adalah jenis kalimat tunggal yang mana
predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Ayahnya pelaut.
Kakakku orangnya rajin.
b. Kalimat Tunggal Verbal, adalah kalimat tunggal dimana predikatnya adalah
kata kerja. Contoh : Adik menangis di ruang tamu.
Semua siswa berlarian di lapangan.
c. Kalimat Tunggal Adjektiva, adalah kalimat tunggal yang kedudukan
predikatnya berupa kata sifat.
Contoh : Pemandangannya sangat indah.
Dewi anak yang baik.
d. Kalimat Tunggal Preposisional, adalah kalimat tunggal yang predikatnya
merupakan kata depan.
Contoh : Anginya ke arah barat.
Keretanya dari Bandung.
e. Kalimat Tunggal Numeral, adalah kalimat tunggal dimana kata bilangan
sebagai predikatnya.
Contoh : Pengunjungya ada 1000 orang.
Rumah itu dibangun dua tahun yang lalu.
Usianya kini 16 tahun.
5.3 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih struktur
kalimat. Artinya memungkinkan adanya dua unsur yang sama dalam sebuah
kalimat yang utuh. Kalimat majemuk merupakan penggabungan dua kalimat
tunggal dengan menggunakan konjungsi. Dalam sebuah kalimat majemuk akan
terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan induk kalimat dan
anak kalimat adalah dengan melihat letak konjungsi atau kata hubungnya.
Sebuah induk kalimat dalam kata majemuk tidak memuat konjungsi, konjungsi
hanya ada pada anak kalimat.
Beberapa ciri pada kalimat majemuk, yaitu:
1) Ada perluasan atau penggabungan dari kalimat inti.
2) Perluasan menghasilkan pola kalimat baru.
3) Terdapat beberapa unsur yang sama dalam satu kalimat.
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara atau biasa disebut kalimat majemuk koordinatif
adalah kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa klausa yang memiliki
kedudukan setara. Klausa yang satu dengan klausa lainya memiliki kedudukan
yang sama sehingga apabila dipisah klausa tadi masih bisa berdiri sendiri.
Konjungsi yang biasa digunakan pada kalimat majemuk setara diantaranya
“dan”, “kemudian”, “bahkan”, “ketika”, “sedangkan” dan lainnya.
Berdasarkan pada pola kalimatnya, kalimat majemuk setara terbagi menjadi 3
jenis, yaitu:
a. Kalimat majemuk setara sejalan, yaitu kalimat majemuk yang terdiri dari
beberapa kalimat tunggal dengan kondisi yang sama.
Contoh : Ibu memasak sedangkan Ayah membaca koran.
b. Kalimat majemuk setara berlawanan, yaitu kalimat majemuk yang terdiri
dari beberapa kalimat tunggal dengan kondisi yang bertentangan.
Contoh: Adi ingin membeli sepatu baru tetapi uang tabungannya belum
cukup.
c. Kalimat majemuk setara sebab akibat, yaitu kalimat majemuk yang terdiri
dari beberapa kalimat tunggal dengan kondisi dimana yang satu berupa
sebab dan yang lainnya berupa akibat.
Contoh: Imam tidak masuk sekolah karena dia sedang sakit.
Sementara berdasarkan pada kata hubung atau konjungsi yang digunakan
kata majemuk setara dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
1) Kalimat majemuk setara penggabungan. Pada jenis ini kata hubung yang
biasa dipakai adalah “dan”. Contoh : Ibu pergi ke pasar membeli sayur dan
ikan.
2) Kalimat majemuk setara pemilihan. Pada jenis ini kata hubung yang biasa
digunakan adalah “atau”. Contoh : Sebagai hadiah kamu boleh membeli
sepatu atau tas baru.
3) Kalimat majemuk setara bertentangan. Pada jenis ini kata hubung yang
biasa digunakan diantaranya adalah “tetapi” dan “melainkan”. Contoh : Saya
tidak pergi ke Bandung melainkan ke Surabaya.
4) Kalimat majemuk setara penegasan. Pada jenis ini kata hubung yang biasa
digunakan adalah “bahkan”. Contoh : Dia tidak pernah belajar bahkan
sampai tidak naik kelas.
5) Kalimat majemuk setara urutan waktu. Pada jenis ini kata hubung yang
biasa digunakan adalah “kemudian”, “lalu”. Contoh : tunggu sampai
minyaknya panas kemudian masukan bahan selanjutnya.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah gabungan dari beberapa kalimat
tunggal dimana kedudukan klausanya tidak sama/setara. Dan salah satu
klausanya tidak dapat berdiri sendiri. Kata hubung yang biasa digunakan adalah
“walaupun”,”bahwa”, “sebab” dan lainnya.
Berdasarkan konjungsi atau kata hubungnya kata majemuk bertingkat ini
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu. Kata hubung yang sering
digunakan adalah “ketika”. Contoh : saya sedang tidur ketika hujan turun.
b. Kalimat majemuk bertingkat hubungan syarat. Kata hubung yang sering
digunakan diantaranya “jika”, “seandainya”, “kalau” dan lainnya. Contoh :
Ayah akan membelikan Aku sepeda baru jika Aku juara kelas.
c. Kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan. Kata hubung yang sering
digunakan diantaranya “agar” dan “supaya”. Contoh : Semua pemuda
sedang kerja bakti supaya saat musim hujan tidak banjir.
d. Kalimat majemuk bertingkat konsesif. Kata hubung yang sering digunakan
diantaranya “walaupun” dan “kalaupun”. Contoh: Lia tetap berangkat ke
sekolah walaupun hujan sedang turun dengan derasnya.
e. Kalimat majemuk bertingkat hubungan sebab-akibat. Kata hubung yang
sering digunakan diantaranya “sebab” dan “Karena”. Contoh : Aldi sedang
menangis karena sepatunya hilang.
f. Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan. Kata hubung yang
sering digunakan diantaranya “seperti” dan “bagaikan”. Contohnya :
halaman rumahya sangat luas seperti lapangan bola.
g. Kalimat majemuk bertingkat bermakna cara. Kata hubung yang sering
digunakan diantaranya “dengan”. Contoh : Ibu mengiris bawang dengan
menggunakan pisau
h. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan kenyataan. Kata hubung yang
sering digunakan diantaranya “padahal”. Contoh : Pertandingan tetap
dilanjutkan padahal sedang hujan deras.
i. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan penjelasan. Kata hubung yang
sering digunakan diantaranya “bahwa”. Contoh :: Hasil lomba itu
menunjukan bahwa Dika memang giat berlatih.
3. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang
pembentukannya terdiri dari beberapa kalimat yang unsur nya dirapatkan.
Beberapa unsur yang sama dari beberapa klausa ditulis hanya sekali. Biasanya
kalimat majemuk rapatan ini terdiri kalimat majemuk setara yang memiliki
unsur yang sama.
Contoh :
1) Aldi suka membaca buku dan menggambar.
Berasal dari klausa:
Aldi suka menggambar
Aldi suka membaca buku
2) Rumahku bercat merah dan berpagar putih.
Berasal dari klausa:
Rumahku berpagar putih
Rumahku bercat merah
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan
gabungan dari kalimat majemuk setara dan bertingkat.
Contoh :
1) Ayah sedang membaca koran saat adik sedang tidur dan Ibu memasak di
dapur.
2) Aldi pulang sekolah ketika hujan turun sehingga seragamnya basah kuyup.
5.4 Kalimat Efektif
Menurut para ahli, kalimat efektif adalah kalimat yang disusun
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang
harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat), memperhatikan ejaan yang
disempurnakan, serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Selain itu, kalimat efektif harus memenuhi beberapa syarat, seperti sesuai
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, minimal terdiri atas subjek dan predikat,
serta mengikuti tata aturan ejaan yang berlaku.
Menurut Arifin, kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria
dan kaidah serta jelas dan enak dibaca. Rahayu juga berpendapat bahwa
kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat,
tetapi juga dapat mengungkapkan gagasan dengan tepat. Ciri-ciri kalimat
efektif antara lain memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP
(Subjek-Predikat), menggunakan pilihan kata yang tepat, serta mengacu pada
kalimat yang tidak terdapat pemborosan kata.
Menurut Widjono, kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat,
jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat sehingga apa
yang disampaikan dapat mudah dipahami oleh pembacaKalimat merupakan
satuan dasar wacana. Artinya, wacana hanya akan terbentuk jika ada dua
kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kata, yang semua
memiliki ciri-ciri kalimat. Pengefektifan sebuah kalimat dapat dilakukan
dengan memperhatikan kepaduan unsur kalimat, kelogisan sebuah kalimat,
kehematan kata, dan keparalelan bentuk kata.
1. Kepaduan atau Kesepadanan Unsur Kalimat
Makna sebuah kalimat dapat dipahami apabila terdapat hubungan yang
jelas dan seimbang antara pikiran (gagasan) dengan unsur yang membangun
sebuah kalimat. Kata ataupun frase yang berfungsi sebagai subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) saling berhubungan secara
fungsional untuk membentuk kalimat yang efektif.
Menurut Kusumaningsih, dkk. (2013:57-58) kepaduan atau kesepadanan
kalimat memiliki ciri:
a. Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas
Yaitu dengan menghindari penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada
atau di dalam di depan subjek. Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Dalam kelas ini membutuhkan tiga puluh buah kursi. (tidak padu/tidak
efektif)
(2) Ruangan ini membutuhkan tiga puluh buah kursi. (padu/efektif)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Hasil sidang pleno itu saya kurang memahami. (tidak padu/tidak efektif)
(2) Saya kurang memahami hasil sidang pleno itu. (padu/efektif)
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dapat digunakan dalam kalimat tunggal
Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Dia datang terlambat. Sehingga dia tidak mengikuti acara pertama.
(tidak efektif)
(2) Dia datang terlambat sehingga dia tidak mengikuti acara pertama.
(efektif)
d. Predikat kalimat tidak didahului kata yang
Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (tidak efektif)
(2) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (efektif)
2. Kelogisan Kalimat
Yaitu ide (gagasan) kalimat itu tepat, diterima oleh akal, dan sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Makna sebuah kalimat dapat dipahami oleh
pembaca apabila hubungan antarbagian kalimat bersifat logis. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu:
1) Ketepatan pilihan kata
Ketepatan pilihan kata berkaitan dengan penempatan kata sesuai dengan pasangan
atau tempat kata tersebut dalam kalimat. Pilihan kata dapat berupa kata dasar, kata
jadian, kata depan, kata ganti, dan kata sambung. Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Jam berapa kamu berangkat? (tidak efektif)
(2) Pukul berapa kamu berangkat? (efektif)
2) Kesesuaian pilihan kata
Kesesuaian pilihan kata berhubungan dengan situasi, kondisi, dan keadaan pada
waktu seseorang berbahasa. Biasanya berhubungan dengan profesi atau bidang
tertentu. Misalnya dalam bahasa surat, kata diucapkan tidak benar penggunaannya,
akan tetapi yang benar adalah kata disampaikan.
Contoh:
"Saya memilih buku ini karena isinya sangat relevan dengan topik yang sedang
saya pelajari."
Kata-kata yang dipilih seperti "memilih", "relevan", dan "topik" sesuai dengan
konteks kalimat yang mengungkapkan alasan pemilihan buku.
3) Ketepatan urutan kata
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(1) Dina membeli kemarin baju baru. (tidak efektif)
(2) Dina membeli baju baru kemarin. (efektif)
4) Ketepatan penggunaan imbuhan
Penggunaan awalan dan akhiran yang tidak tepat dapat membuat kalimat menjadi
tidak logis dan tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Ibu Indar mengajar bahasa Indonesia. (tidak efektif/rancu)
(2) Ibu Indar mengajarkan bahasa Indonesia. (efektif)
5) Kelaziman pilihan kata (diksi)
Makna sebuah kalimat dapat dipahami oleh pembaca apabila pilihan kata yang
digunakan sudah lazim atau maknanya bisa dilihat di dalam kamus. Perlu
dihindari penggunaan kata-kata atau istilah-istilah asing yang belum diserap ke
dalam bahasa Indonesia (belum diindonesiakan). Perhatikan contoh berikut ini.
(1) Kamu harus memperhatikan backgroun suatu masalah. (tidak
lazim/tidak efektif)
(2) Kamu harus memperhatikan latar belakang suatu masalah.
(lazim/efektif)

3. Kehematan Kata
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu,
sehingga kata dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Penghematan kata artinya penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, asalkan tidak menyalahi kaidah tata bahasa yang berlaku.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
1) Menghilangkan pengulangan subyek
Contoh:
(1) Karena dia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (boros/tidak fektif)
(2) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (efektif)

2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata


Contoh:
(1) Mita adalah gadis yang memakai baju warna biru. (boros/tidak efektif)
(2) Mita adalah gadis yang memakai baju biru.

3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat


Contoh:
(1) Silahkan maju ke depan lima langkah! (boros/tidak efektif)
(2) Silahkan maju lima langkah! (efektif)

4) Tidak menjamakkan kata yang sudah jamak


Contoh:
(1) Ia memakan semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja. (boros/tidak efektif)
(2) Ia memakan semua jeruk yang ada di atas meja. (efektif)

4. Keparalelan Bentuk Kata


Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang
sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang digunakan di dalam
kalimat. Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan
nomina. Maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan
di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang
satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
(1) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
atau:
(2) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
5. Penekanan
Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat
sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang
dipentingkan harus diberi penekanan. Ada beberapa cara penekanan dalam
kalimat, yaitu:
1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
(1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
(2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2) Menggunakan partikel, penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel
–lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
(1) Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
(2) Kami pun turut dalam kegiatan itu.
(3) Bisakah dia menyelesaikannya?
3) Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap
penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang
tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh:
(1) Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
(2) Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, akan tetapi total
dan menyeluruh.
5.5 Rangkuman
Pengertian kalimat secara luas adalah gabungan antara dua kata atau
lebih, mulai kata dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dirangkai sesuai
dengan pola tertentu sehingga menjadi sebuah kalimat yang memiliki arti.
Suatu Kalimat yang baik dan benar adalah kalimat yang memiliki unsur-unsur
yang lengkap, unsur-unsur atau ciri-ciri kalimat yaitu mengandung unsur-unsur
seperti S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), dan K (Keterangan), atau yang
biasa kita sebut pola S-P-O-K.
Sedangkan kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan
kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki
setiap kalimat (subjek dan predikat), memperhatikan ejaan yang
disempurnakan, serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Selain itu, kalimat efektif harus memenuhi beberapa syarat, seperti sesuai
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, minimal terdiri atas subjek dan predikat,
serta mengikuti tata aturan ejaan yang berlaku.
5.6 Tes Formatif
Setelah membaca uraian materi-materi di atas, Anda tentu sudah
memiliki pemahaman tentang kalimat. Baik itu kalimat tunggal dan kalimat
majemuk, maupun kalimat efektif. Untuk menguji pemahaman Anda, silakan
kerjakan soal-soal berikut ini.
Ubahlah kalimat berikut ini menjadi kalimat yang efektif!
1) Menurut ahli ekonomi menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera
bangkit jika pemerintah bisa mengambil keputusan ekonomi yang tepat.
2) Di dalam keputusan pengadilan itu sangat menguntungkan para tersangka.
3) Melalui penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Di Poltekbang akan mengadakan seminar nasional.
5.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif dengan baik, tentu
Anda juga juga dapat mengerjakan proyek kita selanjutnya. Proyek ini dapat
dilaksanakan secara berkelompok (3-4 taruna), laporannya dapat dilakukan
secara lisan dan tulisan. Silakan Anda membentuk kelompok belajar dan
mendiskusikan tentang penggunaan kalimat yang tidak efektif pada pidato-
pidato dan wawancara pejabat. Anda dapat mencari sumber melalui YouTube.
Laporan ditulis minimal dalam 3.000 kata.
BAB VI PARAGRAF
6.1 Pendahuluan
Paragraf adalah salah satu bagian penting dalam sebuah karya tulis. Dalam
paragraf, terdapat kumpulan kalimat yang membentuk sebuah kesatuan pikiran
dan gagasan yang saling terkait. Setiap paragraf memiliki ide pokok yang menjadi
fokus utama dalam pembahasan topik yang diangkat. Penulisan paragraf biasanya
menggunakan garis baru atau lekukan untuk memudahkan pembaca dalam
membaca dan memahami isi tulisan.
Dalam sebuah karya tulis, paragraf berperan penting dalam memudahkan
pembaca untuk mengikuti alur pikiran penulis. Dengan adanya paragraf, pembaca
dapat dengan mudah membedakan antara satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Selain itu, paragraf juga dapat membantu penulis dalam menyampaikan ide-ide
secara sistematis dan terstruktur. Oleh karena itu, penulisan paragraf harus
dilakukan dengan baik dan benar agar tulisan dapat mudah dipahami dan
memiliki nilai estetika yang baik.
6.2 Definisi Paragraf
Paragraf mempunyai beberapa pengertian: (1) Paragraf adalah karangan
mini artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf. (2) Paragraf
adalah satuan bahasa tulis yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara
runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh dan
padu. (3) Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah
kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai
pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya. (4) Paragraf yang
terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau
kesempurnaan.
Para ahli memberikan beberapa pengertian paragraf, antara lain:
1. Widyamartaya (1995): Paragraf adalah karangan yang terbentuk dari satu
atau lebih pada suatu kalimat yang saling berkaitan dan mempunyai satu
kalimat utama yang menjiwai seluruh karangan.
2. Ahmadi (1991): Paragraf merupakan kesatuan pikiran berupa gagasan atau
perasaan yang memiliki kesatuan susunan yang teratur dengan kesatuan
yang lebih kecil yaitu susunan kalimat.
3. Ramlan: Paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan yang di
dalamnya terdapat lebih dari satu kalimat, yang membahas suatu tema
tertentu dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
4. Gorys Keraf: Paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi
dan lebih luas dari kalimat. Alinea juga merupakan himpunan dari kalimat
yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.
5. Widjono (2007): Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berkaitan
dan membentuk satu kesatuan pikiran yang utuh.
6. Maimunah: Paragraf adalah gabungan beberapa kalimat yang
menghasilkan unsur pada karangan panjang harus ada pada suatu paragraf.
Dari beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu
kesatuan pikiran yang utuh, dengan memiliki satu ide pokok sebagai
pengendalinya. Paragraf juga harus memiliki kesatuan susunan yang teratur
dengan kesatuan yang lebih kecil yaitu susunan kalimat.
6.3 Tujuan pembentukan paragraf
Tujuan pembentukan paragraf adalah untuk memudahkan pembaca dalam
memahami gagasan yang disampaikan oleh penulis. Selain itu, tujuan
pembentukan paragraf juga antara lain sebagai berikut.
1. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar, memberikan waktu
bagi pembaca untuk dapat memahami gagasan yang terkandung di dalam
setiap paragraf.
2. Membedakan penulisan dalam merinci ide pokok.
3. Memudahkan pembaca dalam memahami pokok pikiran suatu karya tulis.
4. Memberikan perhentian yang formal sehingga pembaca dapat beristirahat.
5. Mengungkapkan pemikiran penulis secara sistematis sehingga mudah
untuk dipahami oleh pembaca.
Dalam pembentukan paragraf, penulis harus memperhatikan syarat-syarat
pembentukan paragraf, seperti memiliki satu ide pokok sebagai pengendali,
memiliki kesatuan pikiran, memiliki kesatuan susunan yang teratur dengan
kesatuan yang lebih kecil yaitu susunan kalimat, dan memiliki kalimat topik
sebagai pengantar.
6.4 Jenis-jenis paragraf
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf
berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.

a. Paragraf Pembuka
Sebuah karangan tidak bisa lepas dari paragraf pembuka yang menjadi
pengantar bagi isi karangan. Paragraf pembuka harus mampu menarik minat
pembaca dan mempersiapkan pikiran mereka terhadap apa yang akan
diuraikan. Oleh karena itu, paragraf pembuka harus memiliki sifat yang
menarik dan perhatian, serta tidak terlalu panjang agar tidak menimbulkan
kebosanan pembaca. Dalam hal ini, paragraf pendek jauh lebih baik dan efektif
dalam memperkenalkan ide atau gagasan yang akan dijelaskan dalam karangan.
Dengan demikian, paragraf pembuka yang baik akan menjadi kunci sukses
dalam membuat karangan yang menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.
a. Paragraf Penghubung
Dalam menulis sebuah teks, paragraf penghubung memegang peranan
penting sebagai penghubung antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Paragraf penghubung haruslah disusun secara logis dan teratur agar dapat
memperkuat hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lainnya. Fungsi
utama dari paragraf penghubung adalah untuk memudahkan pembaca dalam
mengikuti alur pemikiran penulis. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk
memperhatikan penggunaan kata atau frasa penghubung yang tepat agar dapat
menghasilkan paragraf penghubung yang padu dan efektif. Dengan begitu, teks
yang ditulis akan menjadi lebih mudah dipahami dan lebih terstruktur secara
keseluruhan.
b. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berada pada bagian akhir. Dengan
kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah
diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik
atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf
penutup tidak terlalu panjang.
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
a. Paragraf Deduktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok dalam
kalimat utama lalu diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Persoalan atau ide
pokok terletak di awal paragraf pada umumnya mengandung pernyataan
yang bersifat umum (masih memerlukan pengembangan, rincian, dan
penjelasan lebih lanjut) kemudian diuraikan lebih khusus (Ramlan,1993)

Contoh:
Efektivitas pelaksanaan Ujian Nasional dipandang menjadi hal yang
penting. Pasalnya, Ujian Nasional merupakan hal yang penting dalam dunia
penndidikan nasional guna mengukur kualitas peserta didik dan sekolah tingkat
menengah. Namun, pengukuran itu harus objektif dan transparan. Jangan ada
berbagai kepentingan di dalamnya. Dengan adanya pengukuran, sekolah yang
bagus dan kurang bagus akan terlihat dengan jelas.
b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah jenis paragraf yang meletakkan ide pokok atau
gagasan utamanya di akhir kalimat, sedangkan awal paragraf diisi dengan
penjelasan atau kalimat pendukung yang memperjelas mengenai topik yang
dibahas untuk mendapatkan kesimpulan secara umum lebih dulu.
Paragraf induktif biasanya diawali dengan penyebutan peristiwa khusus
atau penjelasan yang berfungsi untuk mendukung gagasan utama. Tujuan dari
pembentukan paragraf induktif adalah untuk mengarahkan pembaca agar bisa
membaca hingga kesimpulan akhir, sehingga pembaca dapat memahami
gagasan yang disampaikan oleh penulis dengan baik.
Selain itu, tujuan pembentukan paragraf induktif juga untuk memudahkan
pembaca dalam memahami gagasan yang disampaikan oleh penulis, serta
memberikan perhentian secara wajar dan formal sehingga pembaca dapat
beristirahatParagraf ini dimulai dengan peristiwa khusus atau gagasan-gagasan
penunjang, kemudian diakhiri dengan generalisasi atau kesimpulan. Dalam
bentuk ini kalimat utama terletak pada akhir paragraf.
Contoh:
Di satu sisi, masyarakat berpendapat bahwa Ujian Nasional dapat
mengevaluasi siswa dalam menyerap ilmu yang diterimanya. Dengan adanya
Ujian Nasional, siswa juga dituntut lebih giat belajar dan memperbanyak doa
kepada Tuhan. Tetapi di sisi lain, ada juga masyarakat yang kontra terhadap
Ujian Nasional. Bahkan, mereka mengatakan Ujian Nasional tidak perlu
diadakan. Mereka beranggapan seperti itu karena adanya unsur penipuan dalam
pelaksanaaan Ujian Nasional. Hal itulah yang mendasari pro dan kontra
mengenai Ujian Nasional di kalangan masyarakat.
c. Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat utama terletak pada awal paragraf lalu diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan pengulangan kembali kalimat
utama. Biasanya pengulangan kalimat utama tersebut merupakan ringkasan
atau kesimpulan dari paragraf tersebut. Jenis paragraf ini sering digunakan jika
isi paragraf ini sering digunakan isi paragraf tersebut sangat kompleks,
sehingga memerlukan pengulangan atau penegasan.
Contoh:
Keterampilan membaca kamus merupakan keterampilan yang penting
dimiliki. Keterampilan itu sangat membantu Anda dalam mencari dan
menemukan arti kata secara cepat. Jika hal itu tidak dimiliki, bisa jadi Anda
akan menghabiskan waktu setengah jam atau lebih hanya untuk mencari arti
sebuah kata. Keterampilan membaca kamus juga akan membantu kita agar
terbiasa menemukan hal penting dalam suatu bacaan dalam waktu singkat.
1. Syarat Pembentukan Paragraf
Seperti juga kalimat, sebuah paragraf yang baik juga harus memenuhi
syarat-syarat terterntu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi syarat-
syarat antara lain kesatuan, koherensi, dan perkembangan (Keraf dalam
Kusumaningsih, 2013).
a. Kesatuan
Sebuah paragraf hanya mengandung satu pikiran utama. Oleh karena itu,
relevan dengan topik atau tidak boleh terlepas dari topiknya. Semua kalimat
terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Jadi
semua kalimat yang membina paragraf (alinea) itu secara bersama-sama
menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu (Keraf dalam Kusumaningsih
b. Kepaduan
Sebuah paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat
yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, akan tetapi dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dengan
mudah mengetahui atau mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa bahwa
ada semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya dan
tidak merasakan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Kohesi terjadi bila suatu keterangan dari beberapa unsur dalam wacana
berhubungan satu dengan yang lainnya. Jadi, tanpa adanya kepaduan suatu
paragraf hanyalah merupakan kumpulan informasi yang masing-masing dengan
gagasannya sendiri bukan suatu uraian yanng integral.
c. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1) Klasifikasi, yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh.
Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak
masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis yaitu sederhana dan
kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu membagi sesuatu ke
dalam dua kelompok, misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan
buruk. Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari
dua kelompok, misalnya: besar – sedang – kecil, pengusaha besar –
menengah – kecil, negara maju – negara terbelakang.
2) Ketuntasan bahasan, yaitu kesempurnaan membahas materi secara
menyeluruh dan utuh. Hal ini harus dilakukan karena pembahasan yang
tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak
valid.
Contoh:
Mahasiswa di kelas terdiri dari 15 orang perempuan dan
13 orang laki-laki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4
sebanyak 3 orang. IPK 3 sebanyak 10 orang, dan IPK 2,7
sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki-laki mencapai
IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka
yang belum mencapai IPK 4 berupa meningkatkannya dengan
menulis skripsi sesempurna munngkin sehingga dapat
mengaangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah
mencapai IPK 4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A
dengan harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4.

Klasifikasi objek pada contoh di atas menunjukkan ketuntasan. (1)


Seluruh objek (mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu
yang tidak masuk ke dalam kelompok. (2) klasifikasi pembahasa gagasan juga
tuntas. Pengelompokan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4,3,dan 2,7) di
kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.
d. Konsisten Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam
karangannya. Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut pandang aku
seolah-olah menceritakan diri sendiri. Selain itu, pengarang dapat
menggunakan sudut pandang dia atau ia seoalh-olah menceritakan dia. Dalam
karangan ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut
pandang tersebut harus menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh
berganti sejak awal sampai akhir (Widjono, 2011).

e. Keruntutan
Informasi di dalam paragraf hendaknya disajikan secara runtut dalam
pola urutan yang mudah diikuti pembaca. Ada beberapa model urutan
penyajian informasi paragraf, dan tiap model mempunyai kelebihannya
masing-masing. Model yang dimaksud antara lain, adalah model urutan waktu,
urutan tempat, urutan umum-khusus atau khusus-umum, urutan pertanyaan dan
jawaban, serta urutan sebab-akibat.
6.5 Rangkuman
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi gagasan dan kesatuan
pikiran yang mengungkapkan ide pokok. Penulisannya sedikit menjorok ke
bagian dalam atau menggunakan garis baru. Pengertian paragraf adalah bagian-
bagian yang berbeda dari sebuah tulisan atau karangan, biasanya berhubungan
dengan satu tema khusus dan ditandai dengan baris baru, lekukan, atau
penomoran.
6.6 Tes Formatif
Silakan dikerjakan soal-soal berikut ini.
1. Bagaimanakah perbedaan paragraf pembuka, penghubung, dan penutup?
2. Buatlah sebuah karangan yang terdiri atas lima paragraf. Topik sesuai
dengan bidang studi Anda. Perhatikan penulisan paragraf pembuka,
penghubung dan penutup serta penggunaan unsur kepaduan paragraf.
6.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, silakan Anda mencari
satu berita di koran. Tentukan paragraf pembuka, penghubung, dan
penutupnya! Pada pertemuan berikutnya, kita akan membahas kembali tentang
tugas lanjutan yang Anda buat.
BAB VII PENULISAN TOPIK, TEMA, DAN JUDUL
KARANGAN ILMIAH
7.1 Pendahuluan
Menulis merupakan proses kreatif. Pertama tahap persiapan yaitu
mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus
penulisan, mengamati objek yang akan ditulis, dan memperkaya pengalaman
kognitif untuk proses selanjutnya. Misalnya penentuan topik kreatif, unik,
menarik, memikat, menimbulkan dorongan pembaca untuk mengembangkan
potensinya sehingga menghasilkan daya cipta bagi pembaca maupun
penulisannya. Kedua tahap inkubasi (pendadaran) yaitu proses logis dengan
memanfaatkan seluruh informasi yang dikumpulkan dari sebab ke akibat.
Topik karangan adalah subjek atau isu yang akan dibahas dalam tulisan.
Topik merupakan hal yang spesifik dan terfokus yang menjadi fokus utama
tulisan. Dalam menentukan topik karangan, penting untuk memperhatikan
keterbatasan ruang lingkup dan memilih topik yang dapat dikaji secara memadai
dalam kerangka waktu atau ruang yang tersedia.
Contoh topik karangan:
1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan
2. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Mental
3. Pengaruh Teknologi Komunikasi Terhadap Interaksi Sosial
Sedangkan tema karangan adalah ide atau gagasan umum yang meliputi
topik dan memberikan pengarahan atau makna yang lebih luas pada tulisan.
Tema merupakan pendekatan atau perspektif yang mencakup aspek-aspek yang
lebih umum dan menghubungkan topik dengan isu-isu yang lebih luas dalam
kehidupan atau konteks yang relevan.
Adapun judul karangan adalah frase atau kalimat singkat yang
merangkum esensi atau inti dari tulisan. Judul harus mencerminkan topik dan
tema secara jelas dan menarik perhatian pembaca. Judul yang baik harus
singkat, jelas, dan menggambarkan secara tepat konten tulisan.
Contoh judul karangan:
1. "Memanfaatkan Energi Terbarukan untuk Mengatasi Krisis Lingkungan"
2. "Mengembangkan Keterampilan Emosional untuk Meningkatkan
Kesehatan Menta
3. "Dampak Media Sosial dalam Mentransformasi Pola Komunikasi
Manusia"
Dalam proses penulisan karangan, penting untuk memilih topik yang
menarik, mengembangkan tema yang relevan, dan merumuskan judul yang
tepat. Topik, tema, dan judul yang baik membantu mengarahkan penulisan,
memberikan arahan pada pembaca, dan menggambarkan dengan jelas isi dan
fokus tulisan.s

Gambar 4
7.2 Definisi Karya Ilmiah
Jika mendengar tentang karya tulis ilmiah, secara sederhana, pasti yang
terbayang adalah suatu tulisan yang berisi hal-hal logis, terkait dengan suatu
penelitian,dan menghasilkan penemuan baru, benar atau tidak? Tapi,
sebenarnya, apa sih pengertian karya tulis ilmiah itu? Bagaimana fungsi, jenis,
struktur, dan contohnya? Supaya tidak penasaran, simak terus ulasannya ya!
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan atau laporan tertulis yang
menjelaskan mengenai hasil penelitian atau kajian dari suatu masalah. Karya
ilmiah ditulis dengan menerapkan konvensi ilmiah dan menggunakan logika
berpikir yang sistematis. Tujuan dari penulisan karya ilmiah antara lain untuk
melatih penulis dalam berpikir kritis, komprehensif, dan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Selain itu, tujuan penulisan karya ilmiah juga untuk dijadikan sebagai
sarana atau wahana transformasi pengetahuan antar sekolah dan masyarakat,
serta untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Manfaat dari penulisan
karya ilmiah antara lain dapat menambah wawasan, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, meningkatkan kemampuan menulis, serta dapat dijadikan
referensi untuk penelitian selanjutnya. Struktur karya ilmiah terdiri dari
beberapa komponen, seperti judul, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftar
pustaka
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang sengaja dibuat untuk
memecahkan suatu masalah. Biasanya berisi mengenai fakta, data serta solusi
mengenai isu yang diangkat. Mengutip dari buku ”Penulisan Karya Ilmiah”
yang disusun oleh Dra. Zulmiyetri, M.Pd., karya ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi
yang baik dan benar. Maksud dari penulisan karya ilmiah sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain tentang ilmu.
7.3 Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Berdasarkan pengertiannya, karya ilmiah memiliki beberapa ciri antara lain:
1) Ditulis secara sistematis
2) Ditulis berdasarkan penalaran yang logis sehingga apa yang ditulis oleh
penulis sesuai dengan akal sehat
3) Tulisan didukung oleh data yang objektif, maksudnya data yang teruji
kebenarannya secara empiris
4) Objektif, yakni ditulis atau dibukukan untuk individu atau kelompok
kelompok tertentu.
5) Argumentasi teori yang benar, sahih dan relevan.
6) Mengaitkan argumentasi empirik dengan teoretis.
7.4 Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Pembuatan karya ilmiah bertujuan untuk kepentingan memecahkan masalah
dari suatu persoalan yang ada dan dipilih oleh penulisnya. Jadi, dalam karya
ilmiah berisi data, fakta, dan solusi mengenai masalah yang diangkat. Ciri-ciri
dalam penulisan karya ilmiah menggunakan metodologi penyampaian riset yang
didasarkan pada teori serta aturan baku. Jadi, saat membuat karya ilmiah, seorang
penulis harus mentaati bagian-bagian penting dalam kaidah kepenulisan karya
ilmiah. Kaidah penting dalam penulisan karya ilmiah, antara lain penggunaan
bahasa harus formal, baku, sesuai teori, dan fakta yang ada di lapangan.
Di sisi lain, karya ilmiah mempunyai beberapa jenis. Apa saja karya ilmiah
yang ada di bidang pendidikan dan penelitian?

1. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang memiliki tujuan untuk
menyampaikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan dalam bidang ilmu
tertentu. Artikel ilmiah biasanya ditulis oleh para ahli atau peneliti yang memiliki
keahlian dalam bidang tersebut. Artikel ilmiah harus memenuhi kaidah penulisan
ilmiah yang ketat, termasuk penggunaan bahasa yang jelas dan tepat serta
penggunaan referensi yang akurat. Selain itu, artikel ilmiah juga harus
memperhatikan format dan struktur yang berlaku dalam jurnal atau kumpulan
artikel ilmiah.
Dalam dunia jurnalistik, artikel ilmiah sering digunakan sebagai sumber
informasi yang dapat dipercaya dan dijadikan referensi dalam pembuatan berita.
Artikel ilmiah juga dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat
umum yang ingin memperdalam pengetahuan dalam bidang tertentu. Oleh karena
itu, penting bagi para penulis artikel ilmiah untuk memperhatikan keakuratan dan
kejelasan informasi yang disampaikan, serta memastikan bahwa artikel tersebut
dapat dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang pendidikan. Dengan
demikian, artikel ilmiah dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperluas
pengetahuan dan meningkatkan pemahaman tentang berbagai bidang ilmu
pengetahuan.

2. Makalah
Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang dimaksudkan untuk
memberikan informasi atau pengetahuan yang berguna dalam bidang tertentu.
Dalam menyusun makalah, penulis harus melakukan penelitian terlebih dahulu
untuk memperoleh data yang akurat dan objektif. Setelah itu, data tersebut
harus dianalisis dan diinterpretasikan dengan cermat sehingga dapat
memberikan kesimpulan yang tepat. Selain itu, penulisan makalah juga harus
mengikuti kaidah tata cara penulisan yang berlaku, seperti penggunaan bahasa
yang baik dan benar serta penyusunan struktur yang sistematis.
Berbeda dengan artikel ilmiah, makalah lebih bersifat praktis dan lebih
mudah dipahami oleh orang awam. Makalah seringkali dipaparkan dalam
sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas sebagai bentuk komunikasi
ilmiah. Oleh karena itu, penulis harus mampu menyajikan informasi dengan
bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu teknis. Namun, hal ini tidak
mengurangi nilai ilmiah dari makalah tersebut. Sebaliknya, makalah yang
disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami akan lebih mudah diterima dan
dimengerti oleh khalayak luas. Dengan demikian, makalah dapat menjadi
sarana yang efektif dalam menyebarkan pengetahuan dan informasi yang
berguna bagi masyarakat.
3. Paper
Paper merupakan karya ilmiah yang sangat populer di kalangan mahasiswa.
Biasanya, para dosen memberikan tugas kepada mahasiswanya untuk membuat
paper sebagai salah satu bentuk evaluasi. Paper sendiri memiliki konten yang
hampir mirip dengan artikel ilmiah, namun memiliki perbedaan dalam tata cara
penulisan. Dalam paper, tidak terdapat bab dan sub-bab yang harus diikuti,
sehingga lebih fleksibel dan mudah untuk diikuti oleh pembaca. Selain itu, paper
juga memiliki jumlah halaman yang relatif sedikit, sehingga mahasiswa dapat
menyampaikan ide dan informasi secara singkat dan padat.

Meskipun hanya terdiri dari beberapa halaman saja, paper tetap memiliki
nilai penting dalam dunia akademik. Dalam paper, mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan menulis dan berpikir kritis. Selain itu, paper juga
dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mahasiswa
tentang suatu topik tertentu. Dengan membuat paper, mahasiswa juga dapat
belajar untuk menyusun argumen yang kuat dan efektif. Oleh karena itu, paper
merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan akademiknya..
4. Skripsi
Skripsi erat kaitannya dengan mahasiswa semester akhir. Pasalnya, jenis
karya ilmiah tersebut digunakan sebagai syarat wajib untuk lulus jenjang strata 1
dan mendapat gelar Sarjana (S1). Penulisan skripsi biasanya dilakukan pada akhir
masa studi. Hampir sama seperti artikel ilmiah, penulisan skripsi harus didasarkan
teori dari para ahli.
Secara lengkap, penulisan karya ilmiah ini berupa pengujian suatu teori
yang diterapkan pada suatu permasalahan yang dipilih oleh penulis. Hasil
penulisan biasanya berupa analisis maupun pembuktian yang berhasil ditemukan
oleh penulis. Analisis yang ditulis dalam skripsi dibedakan menjadi 2 metode
penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif.
5. Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang sangat penting bagi mahasiswa
pascasarjana. Sebagai syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan
gelar Magister, tesis harus ditulis dengan sangat serius dan mendalam. Berbeda
dengan skripsi yang lebih bersifat subjektif, tesis harus disajikan dengan analisis
yang lebih mendalam menggunakan teori. Selain itu, tesis juga bisa berupa
pembuatan produk baru, seperti media pembelajaran atau semua hal yang
berkaitan dengan jurusan yang dipilih. Oleh karena itu, tesis menjadi salah satu
karya ilmiah yang sangat penting dalam dunia akademik.
Membuat tesis bukanlah hal yang mudah. Mahasiswa pascasarjana harus
mengumpulkan data yang akurat dan melakukan analisis yang mendalam untuk
menyajikan hasil penelitian yang bermutu. Selain itu, mahasiswa juga harus
memperhatikan format dan aturan penulisan yang berlaku, serta menghindari
plagiarisme. Namun, tesis merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk
menunjukkan kemampuan akademiknya dan memberikan kontribusi pada dunia
ilmiah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengambil kesempatan ini dengan
serius dan bertanggung jawab untuk menghasilkan tesis yang bermutu dan
bermanfaat bagi masyarakat..
6. Disertasi
Jenjang pendidikan perkuliahan di Indonesia memiliki tiga strata, yaitu S1,
S2, dan S3. Setiap strata memiliki tugas akhir yang berbeda. Mahasiswa S1 dan
S2 diwajibkan untuk membuat karya ilmiah berupa skripsi dan tesis. Karya ilmiah
tersebut menjadi syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana
atau magister. Sedangkan bagi mahasiswa S3, mereka diwajibkan untuk
menyusun disertasi yang berisi penemuan atau teori baru yang dicetuskan oleh
penulis. Dalam menulis disertasi, mahasiswa S3 harus memiliki kemampuan
analisis dan sintesis yang tinggi serta mampu menghasilkan kontribusi baru dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gelar Doktor atau Ph.D. adalah gelar tertinggi yang bisa diraih di bidang
akademik. Gelar ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan dan
keahlian yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
menulis disertasi, seorang mahasiswa S3 harus melakukan penelitian yang
mendalam dan menyeluruh untuk menghasilkan kontribusi baru dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, mahasiswa S3 harus mampu
mempresentasikan hasil penelitian secara jelas dan sistematis. Dengan meraih
gelar Doktor atau Ph.D., seseorang diharapkan bisa menjadi pemimpin dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memberikan kontribusi
yang signifikan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
maupun di dunia.
7.5 Rangkuman
Karya tulis ilmiah atau yang biasa disebut karya ilmiah ialah laporan
tertulis yang menyajikan hasil temuan atau penelitian yang dilakukan sang
penulis. Menurut kamus bahasa Indonesia (KBBI), karya ilmiah merupakan
karya tulis yang dibuat dengan prinsip ilmiah, menurut data dan fakta
(observasi, eksperimen, kajian pustaka). Karya ilmiah bisa dikatakan erat
dengan dunia pendidikan dan penelitian. Kebanyakan karya ilmiah yang
diterbitkan merupakan hasil dari riset yang dilakukan lembaga penelitian dan
pendidikan.
7.6 Tes Formatif
Setelah membaca uraian tentang karya tulis ilmiah, tentu Anda sudah
memiliki pemahaman yang baik tentang jenis-jenis karya ilmiah. Silakan
mengerjakan soal-soal berikut.
1) Apa tujuan utama dari karya tulis ilmiah?
2) Bagaimana struktur umum dari karya tulis ilmiah?
3) Tulislah perbedaan-perbedaan di antara ke-6 karya ilmiah yang dipaparkan
pada materi!
4) Uraikan perbedaan artikel ilmiah konteks jurnalistik dengan artikel ilmiah
dalam konteks ilmiah!
5) Apa yang membedakan karya tulis ilmiah dengan jenis tulisan lainnya?
7.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Sebagai proyek lanjutan dari materi ini, silakan Anda susun artikel
sebuah artikel ilmiah berbasis kajian pustaka yang siap untuk diunggah pada
jurnal ilmiah. Tugas lanjutan ini dapat dikerjakan secara berkelompok (3-5
orang)!
BAB VIII PENULISAN KARYA ILMIAH:
SISTEM PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, DAN DAFTAR
PUSTAKA
8.1 Pendahuluan
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan isi berupa ilmu
pengetahuan, yang dikemas dalam format, sistematika, dan konvensi naskah
tertentu, serta disampaikan dengan menggunakan bahasa yang resmi.
Kemampuan menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya ditunjukkan
dengan kemampuan mengelola gagasan atau ide dalam sarana tertulis, namun
ditunjukkan pula dengan kemampuannya dalam menguasai konvensi naskah.
Salah satu hal yang berkaitan dengan konvensi naskah adalah pengutipan.
Mendeley adalah aplikasi yang memudahkan mengelola database berupa karya
ilmiah, terutama dalam pengutipan. Sehingga seseorang tidak akan kesulitan saat
menuliskan daftar pustaka.
8.2 Definisi Kutipan dan Rujukan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang
atau ucapan orang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku, jurnal-jurnal,
majalah-majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan
langsung seorang ilmuan atau tokoh terkenal, baik melalui pidato, wawancara,
maupun melalui diskusi. Jadi, kutipan selain melalui sumber tertulis juga dapat
melalui sumber lisan.
8.3 Jenis Kutipan
Kutipan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita
mengambil informasi atau pendapat dari sumber lain. Jenis kutipan yang paling
umum adalah kutipan langsung, yaitu mengambil kata-kata yang sama persis
seperti yang terdapat di dalam sumber aslinya. Kutipan langsung biasanya diapit
oleh tanda petik dan diikuti oleh penulisan nama pengarang, tahun terbit, dan
halaman yang diambil kutipannya. Sementara itu, kutipan tidak langsung adalah
mengambil informasi atau pendapat dari sumber lain namun ditulis dengan bahasa
kita sendiri. Kutipan tidak langsung tidak diapit oleh tanda petik, namun tetap
harus mencantumkan sumbernya agar tidak terjadi plagiarisme.
Namun, perbedaan kedua jenis kutipan tersebut harus diperhatikan dengan
baik karena akan membawa konsekuensi yang berbeda-beda. Kutipan langsung
memerlukan ketelitian dalam menyalin kata-kata dari sumber aslinya, sehingga
perlu dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan penulisan. Selain itu,
penulisan kutipan langsung juga harus memperhatikan aturan penulisan tanda
petik, penulisan nama pengarang, tahun terbit, dan halaman yang diambil
kutipannya. Sementara itu, kutipan tidak langsung memerlukan kemampuan
dalam merangkai kata-kata dengan bahasa kita sendiri, sehingga informasi atau
pendapat yang diambil dari sumber asli dapat disampaikan dengan jelas dan tepat.
Namun, penulisan kutipan tidak langsung tetap harus mencantumkan sumbernya
agar tidak terjadi plagiarisme..
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara
apa adanya, sesuai dengan redaksi yang terdapat dalam sumbernya. Kutipan
langsung ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang
dari empat baris ketikan, dikategorikan sebagai kutipan pendek dan apabila
lebih dari empat baris ketikan dikategorikan sebagai kutipan panjang. Kedua
bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara pengutipan yang
berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini:
Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1) Kutipan diintegrasikan langsung dengan teks.
2) Jarak antara baris dengan baris dalam kutipan sama dengan jarak baris
dalam uraian teks.
3) Kutipan harus diapit oleh tanda petik ganda.
4) Sebelum atau sesudah kutipan dicantumkan sumber rujukan.
Contoh:
Carey (1989:21) menyatakan, “News is not information, but drama.
It does not describe the world, but potrays an arena of dramatic
forces and action…”. Misalnya peristiwa di Libanon yang saat ini
menjadi perhatian dunia. Media massa secara aktif menugaskan
wartawan dan krunya ke tempat kejadian. Mereka secara aktif
membentuk realitas seperti layaknya sebuah drama. Mereka yang
setuju dan yang tidak setuju dengan peristiwa itu dipertentangan.
Lalu dibumbui dengan analisis dari berbagai pihak, tokoh terlibat,
pakar politik, dan beberapa kepala negara.
2. Kutipan tak langsung
Pengutipan pernyataan juga dapat dilakukan secara tidak langsung.
Pengutipan tidak langsung dilakukan dengan memasukkannnya ke dalam teks
utama. Pernyataan yang diambil itu disesuaikan dengan redaksi penulis, tetapi
konsep, ide, dan pikirannya masih milik pengarang yang dikutip
pernyataannya. Menurut penulis, cara ini mungkin sama degan parafrase
(Muslich, dalam Muhammad, 2011:300). Pernyataan yang dikutip secara tidak
langsung mempunyai kriteria dan bersifat:
1) Bukan konsep dan pengertian yang penting
2) Berupa klasifikasi
3) Berupa ilustrasi dan contoh
4) Ungkapan yang berbelit-belit dan membingungkan pemahaman pembaca
5) Ungkapan yang sangat peting sehingga perlu diambil ide pokoknya saja.
Pengutipan secara tidak langsung tidak memerlukan tanda petik ganda
(“…”) atau tunggal (‘…’). Berikut adalah contoh kutipan tidak langsung
denngan nama pengarangnya disebutkan dalam teks.
Contoh:
Menurut Poloma (2014:308), teori definisi sosial beranggapan bahwa
manusialah yang membentuk prilaku masyarakat. Norma, struktur, dan institusi
soasila dibentuk oleh individu-individu yang ada di dalamnya. Manusia bnar-
benar otonom. Ia bebas membentuk dan memaknakan realitas, bahkan
menciptakanya. Wacana-wacana (discource) ia diciptakan sesuai dengan
kehedaknya. Jadi realitas dipandang sevagai sesuatu yang internal, subektif,
dan nisbi. Ia merupakan kenyataan subjektif yang bergerak mengikuti dinamika
makna subjektif individu.
8.4 Teknik Penyusunan Catatan Kaki
Catatan kaki adalah keterangan atas teks karangan yang ditempatkan
pada kaki halaman yang bersangkutan. Catatan kaki dapat merujuk pada bahan
peulisan yang dijadikan sumber dan dapat pula berupa keterangan tambahan.
Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud: menyusun pembuktian,
menyatakan utang budi, menyampaikan keterangan tambahan, dan merujuk
bagian lain dari teks.
a. Tata Cara Penulisan Catatan Kaki
1) Catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama
2) Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi
3) Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi
4) Catatan kaki diketik sejajar dengan margin
5) Catatan kaki jenis karangan ilimiah formal, diberi nomor urut mulai dari
nomor satu untuk catatan kaki pertama pada awal bab berlanjut sampai
dengan akhir bab. Pada setiap awal bab baru berikutnya catatan kaki dimulai
dari nomor satu. Laporan atau karangan tanp bab, catatan kaki ditulis pada
akhir karangan.
6) Nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apa pun.
7) Nomor urut ditulis lebih kecil dari huruf lainnya, misalnya font 10.
Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis
berdasarkan cara berikut ini.
1) Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama
pengarang yang ditulis pada buku diikuti koma.
2) Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki
mencantumkan gelar tersebut.
3) Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma.
4) Nama penerbit dan angka tahun diapit tanda kurung diikuti koma.
5) Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman
diakhiri titik (.)
Contoh penulisan:
1Wiliam N. Dunn, Analisis Kebijaksanaan Publik, terj. Muhajir Darwin,

(Yogyakarta: Hanindita, 2001), 20-32.


2Dr. Albert Wijaya, “Pembangunan Pemukiman bagi Masyarakt Berpenghasilan

Rendah di Kota, “dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah
Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992), 121-124.
3. Singkatan dalam catatan kaki
Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan informasi
pustaka dalam catatan kaki. Penulisan harus memperhatikan persyaratan baku
yang sudah lazim.
a. Ibid
1) Ibid singkatan kata ibidum berarti di tempat yang sama dengan di atasnya.
2) Ibid ditulis di bawa catatan kaki yang mendahuluinya.
3) Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelinginya.
4) Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring,
dan diakhiri titik.
5) Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman lain, urutan
penulisa: ibid, koma, jilid, halaman.

Contoh:
1Peg C. Neuhauser, Legenda Manfaatnya bagi Perusahaan, terj. Teguh Rahardja,
(Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1994), 13-34.
2Ibid,133-145.
b. Op. Cit. (Opere Citato)
1) Op. Cit singkata kata opere Citato berarti dalam karya yang telah disebut,
2) Merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain.
3) Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dcetak miring setiap suku
kata diikuti titik.
4) Urutan penulisan: nama pengarang, nama panngilan nama famili, Op. Cit.
nama buku, halaman.
Contoh:
1 Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung: Alumni,

1976), 111.
2 Daniel Gomeman, Emotional Inteligence (Jakarta:Gramedia, 2001), 161.
3 Op.cit

c. Loc. Cit. (Loco Citato)


1) Loc.cit singkatan Loco Citato, berarti di tempat yang telah disebutkan.
2) Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa buku kumpulan esai,
jurnal, ensiklopedi, atau majalah, dan telah diselingi sumber lain.
3) Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc.cit tidak diikuti nomor
halaman.
4) Jika halaman berbeda kata loc.cit diikuti nomor halaman, dan
5) Menyebutkan nama keluarga pengarang.
Contoh:
1 Sarwiji Suwandi, :Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa

Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi,” Kongres


Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta: Pusat Bahasa departemen Pendidikan Nasionla
Republik Indonesia, 2003), 1-15.
2Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurum Imm, (Jakarta:
Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1- 40.
3 Loc. Cit.
3. Penulis dalam catatan kaki
a. Satu Pengarang
1) Nama pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang pada buku.
2) Setelah nama pengarang diberi tanda koma.
3) Judul buku dicetak miring.
4) Setelah judul buku diikuti informasi buku, subjudul, jild, edisi, tidak diikuti
koma atau titik.
5) Informasi peberbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit,
dan tahun.
6) Setelah kurung tutup, diberi koma.
7) Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata
halaman), nomor halaman, angka Arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
1Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Nusa Indah, 1994), 63-70.
2M. Ramelan, Paragraf, (Yogyakarta: Andi Offiset, 1993), 41- 64.
b. Dua Pengarang
1) Kedua pengarang ditulis sesuai degan nama pengarang di buku dan diikuti
koma.
2) Setelah nama pengarang diberi tanda koma.
3) Judul buku dicetak miring.
4) Setelah judul buku diikuti informasi buku, subjudul, jilid, edisi, tidak diikuti
koma atau titik.
5) Informasi peberbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, peerbit,
dan tahun.
6) Setelah kurung tutup, diberi koma.
7) Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat juga tanpa kata
halaman), nomor halaman, angka Arab , dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
1E.Zaenal Ariffin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
Akademika Presindo, 1996), 121- 140.
2Bobby Depoter & Mike Hernacki, Quantum Business, terj. Basyarah Nasution,
(Bandung: Kaifa, 2000), 63- 87.
c. Tiga Pengarang
1) Ketiga nama pengarang ditulis seluruhnya.
2) Tidak menggunaka singkatan et.al. atu dkk.
3) Setelah nama pengarang diberi tanda koma
4) Judul buku dicetak miring.
5) Antara judul buku dan informasi buku (subjudul, jilid, edidi, dan lain-lain)
tidak disisipi koma atau titik.
6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit,
dan tahun.
7) Nomor halaman ditulis dengan angka arab, dan diakhiri dengan titik.
Contoh:
1Gibson,Ivancevich, dan Donelly, Organisasi Edisi ke-8, terj. Ir. Nunuk Adiarni
MM, (Jakarta: Bina Aksara, 1997), 345-355.
2Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta:
Penerbit Aksara Baru, 1982), 120.
d. Lebih dari Tiga Pengarang
Cara Penulisan:
1) Nama pengarang pertama diikuti singkatan dkk, boleh memilih singkatan et.al
atau singkatan bahasa Indonesia dkk, tetapi harus konsisten, tidak berganti-
ganti. Rujukan berbahasa asing, misalnya Inggris, gunakanlah et.al. Jika
rujukan bersumber pada bahasa Indonesia gunakalah dkk.
2) Antara nama dan singkatan pengarang tidak dibubuhi koma.
3) Nama pengarang diikuti tanda koma.
4) Judul buku dicetak miring diikuti koma.
5) Judul buku dan subjudul, jilid, atau edisi tidak dipisahkan koma atau titi
6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama kota, penerbit,
dan tahun. Setelah kurung tutup, diberi koma, dapat diikuti kata halaman.
7) Nomor halaman ditulis dengan angka arab, dan diakhiri denngan titik.
Contoh:
1ArthurJ. Keow et.al., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2,7th ed. Terj.
Chaerul D. Djakman, S.E., MBA, dan Dwi Sulistyorini, S.E.,MM., (Jakarta:
Salemba Empat, 2000), 456-458.
2Canfield, Jack, Mark Victor Hansen, Jannifer Read Hawthorne, Marci Shomoff,

Chicken Soup for the Women’s Soul, terj. Anton MGS, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), 100.
e. Institusi Sebagai Penulis
Contoh:
1Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia Sampai Tahun 2000

(Jakarta: BPS, 1982), 1.


2Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa

yang Disempurnakan, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional),


1-3.

f. Terjemahan
Contoh:
1James C. Vann Horne, Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, a.b. Junius Tirok

MBA (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 100.


2Arthur J. Keown., Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2,7th ed. Terj.

(Jakarta: Salemba Empat, 2000), 456-458.


f. Artikel dalam Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar
Artikel dalam jurnal
1) Nomor urut pengarang dengan huruf kecil menggantung, rapat dengan
garis margin kiri diikuti nama pengarang, kemudian tanda koma
2) Judul artikel diapit tanda petik diikuti koma.
3) Nama jurnal dicetak miring diikuti koma
4) Nomor volume diikuti titik dua (:) diikuti nomor halaman, diikuti koma
5) Bulan dan tahun penerbitan diapit kurung dan diikuti koma, diikuti nomor
halaman dan ditutup dengan titik.

Contoh:
1Bagus Sumargo, “Validitas dan Realibitas Pengukuran Kemiskinan”, Jurnal

Ilmiah Mat Stat, 2:2, (Jakarta, Juli 2002), 137 et.seq.


2Syamsul Arifin, “Konflik dan Harmonitas Sosial dalam Relasi dengan Sesama,
“Jurnal Character Building, 1: 1, (Jakarta, Juli 2004), 21-33.
Majalah
Urutan unsur yang dituliskan nomor urut catatan kaki, nama pengarang,
judul artikel (diapit tanda petik), nama majalah (dicetak miring), nomor dan
tanggal penerbitan, dan halaman.
Contoh:
1Dedi Humaedi, “Kiat Perusahaan Hidup untuk Hidup Terus,” Swa Sembada,

16/XX/5-18 Agustus 2004, h. 1007-109

Surat Kabar
Urutan unsur yang dituliskan: nama pengarang (kalau tidak ada nama
tuliskan halaman pembahasan, misalnya: opini, tajuk, tifa), judul artikel (diapit
tanda petik), nama surat kabar (dicetak miring) dan tanggal dan tempat
penerbitan.
Contoh:
1Usep Setiawan, “Pemerintah Baru dan Konflik Agraria, “Kompas 24 September

2004, 4-5.
2Putut EA, “Rumah Hujan”, Media Indonesia 20 Juni 2004, 13.
8.5 Penyusunan Daftar Pustaka
Daftar pustaka, juga dikenal sebagai daftar referensi, adalah bagian penting
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang mencantumkan sumber-sumber yang
digunakan atau dirujuk dalam penelitian atau pembahasan. Daftar pustaka
memberikan informasi lengkap tentang sumber-sumber yang penulis gunakan,
termasuk buku, artikel jurnal, makalah konferensi, situs web, dan sumber lainnya
yang relevan dengan topik yang dibahas.
Tujuan utama dari daftar pustaka adalah memberikan pengakuan kepada
penulis atau peneliti lain yang telah berkontribusi pada pemahaman dan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Daftar pustaka juga membantu pembaca untuk
menelusuri dan memverifikasi sumber-sumber yang digunakan oleh penulis serta
melanjutkan penelitian lebih lanjut tentang topik yang sama.
Umumnya, daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama
belakang penulis atau judul sumber jika tidak ada penulis yang tercantum. Setiap
entri dalam daftar pustaka mencakup informasi seperti nama penulis, judul karya,
judul jurnal atau buku, nama penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman jika
relevan. Format penulisan daftar pustaka dapat berbeda tergantung pada gaya
penulisan yang digunakan, seperti APA, MLA, atau Chicago.
Penting untuk menyusun daftar pustaka dengan hati-hati dan akurat sesuai
dengan panduan gaya penulisan yang digunakan. Hal ini membantu menjaga
integritas akademik karya tulis ilmiah serta memberikan pengakuan yang layak
kepada penulis atau peneliti lain yang telah berkontribusi dalam pembangunan
pengetahuan di bidang tersebut.
Penulisan Bibliografi
1) Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang, tanpa nomor urut
2) Judul buku dicetak miring
3) Jarak antara butir buku dua spasi
4) Jarak dalam butir pustaka satu spasi
Satu Pengarang:
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Catatan:
1) Nama keluarga (fam) lebih dahulu kemudia nama sebenarnya kecuali nama
Tinghoa, antara nama keluarga (fam) dengan nama sebenarnya menggunkan
koma. Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama
itu yang menggantikan nama pengarang.
2) Judul buku dicetak miring dan menggunakan tanda titik pada setiap akhir
judul. Unsur data publikasi sesudah nama pengarang tanda titik, sesudah
tahun terbit tanda titik, sesudah judul buku pakai tanda titik, antara tempat
terbit nama penerbit titik dua, disusul titik.
Dua sampai Tiga Pengarang:
Pratama, Dian dan Susan Hasan. 2011. Kepribadian Wanita. Makassar: Trio
Lestari.
Rasyid, Harun, Charmila, dan Fitrahyani. 2015. Aspek-Aspek Menulis. Jakarta:
Terkini.
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang dibalik susunannya, yang lainnya
ditulis sesuai dengan buku.
Lebih dari tiga pengarang:
Kusumaningsih, Dewi, dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Andi.
Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
Keraf, Gorys. 1995 Komposisi. Cet. Ke-6. Ende Flores: Nusa Indah
Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih:
Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 jld. Bandung: Pustaka
Prima.
Sebuah edisi editor atau penyunting:
Ali, Lukam, ed. 1995. Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia sebagai Cerminan
Manusi Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
Buku Terjemahan:
Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple
Intelligence di Dunia Pendidikan. Terj. Yudhi Martanto. Bandung: Kaifa.
Artikel dalam Jurnal, majalah, harian:
Samsuri. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru,”
Majalah Medan Ilmu Pengetahuan, 1:10, 323-341 (Jakarta, oltober 1960).
Tajuk rencana artikel tanpa nama:
Tajuk Rencana, “Membangun Perangkat Lunak Demokrasi,” Kompas. 24
September 2004.
Wawancara, interview radio dan televisi
Nabaskara, Roni. Interview Televisi. “Pentingya Penyuluhan untuk Membuat
Masyarakat Berpikir Logis” Rajawali Citra Televisi Indonesia. Jakarta 15
Agustus 2004.
Disertasi yang diterbitkan
Purwanti, Siwi. 2002. Partisipasi Remaja dalam Penghijauan Kota: Survei pada
Remaja di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara. Disertasi Universitas
Negeri Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.
Skripsi
Ali, hasan. 1982. “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia” Skripsi
Sarjana Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bersumber dari internet
Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya,”
Jurnal Ilmu pendidikan, (Online). Jilid 5, No. 4,
(http://www.,Malangac.id. Diakses 20 Januari 2018).
8.6 Penggunaan Mendeley
Kelebihan menggunakan mendeley, yaitu:
1. Semua file yang dimasukkan kedalam Mendeley akan terdeteksi secara
otomatis berupa judul, penulis, halaman, volume tipe file, abstrak dan
lainnya tanpa perlu memasukkan manual satu persatu.
2. Tulisan dapat disesuaikan oleh penulis karena bisa diedit
3. Memudahkan kita dalam mengakses karena Mendeley menghubungkan
lewat website. Sehingga dapat mengakses kapan pun dan di manapun.
4. Setiap karya ilmiah yang diupload akan berurutan secara otomatis.
Cara menggunakan Mendeley
1) Kunjungi lamaan: https://www.mendeley.com/
2) https://www.mendeley.com/download-mendeley-desktop/
3) Mengisi form registrasi
4) Verifikasi email yang didatarkan di Mendeley
5) Download Mendeley
6) Cari file yang sudah didownload
7) Klik yang kemudian setup
8) Klik next 2x, Klik I Agree
9) Klik instal, setelah selesai akan ada icon pada komputer
Cara menggunakan Mendeley:
1. Konfigurasikan Mendeley dan Microsoft word dengan cara buka Mendeley
2. Klik menu Tools, Pilih Instal Microsoft Word plugin
3. Buka Microsoft word, untuk menggunakan Mendeley di Microsoft Word
4. Buka Mendeley dan klik File
5. Pilih Add File, cari jurnal yang ingin ditambahkan
6. Kembali ke Microsoft Word dan klik Reference, Pilih Style
7. Klik Insert citation, akan muncul kolom dari Mendeley
8. Klik search dari penulis atau judul tulisan yang dikutip
9. Bila sudah ditemukan, klik OK. Mendeley secara otomatis akan melakukan
sitasi dari kutipan yang sudah ditulis.
8.7 Rangkuman
Kemampuan menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya
ditunjukkan dengan kemampuan mengelola gagasan atau ide dalam sarana
tertulis, namun ditunjukkan pula dengan kemampuannya dalam menguasai
konvensi naskah. Salah satu hal yang berkaitan dengan konvensi naskah adalah
pengutipan. Mendeley adalah aplikasi yang memudahkan mengelola database
berupa karya ilmiah, terutama dalam pengutipan. Sehingga seseorang tidak
akan kesulitan saat menuliskan daftar pustaka.
8.8 Tes Formatif
Setelah membaca uraian materi di atas, tentu Anda sudah dapat
mengerjakan Tes Formatif berikut ini.
1. Jelaskan cara mengutip kutipan langsung yang jumlah barisnya kurang dari
empat baris dan lebih dari empat baris.
2. Sebutkan unsur yang harus ditulis dalam catatan kaki dan jelaskan cara
menuliskannya.
3. Susunlah sebuah daftar pustaka dengan menggunakan sumber berikut!
- Buku yang dikarang oleh Widjono dengan judul Bahasa Indonesia (Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi) ditulis tahun 2014
diterbitkan di Jakarta oleh PT Grasindo.
- Buku berjudul Konsep Strategi Pembelajaran ditulis pada tahun 2009 di
Kota Jakarta, penerbit oleh Aditama ditulis oleh Dr. Nanang Hanafoah,
M.Pd dan Drs. Cucu Suhana, M.Pd.
8.9 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan tugas-tugas pada Tes Formatif, sekarang saatnya
kita menggunakan Aplikasi Mendeley pada karya ilmiah (artikel ilmiah) yang
menjadi tugas Anda pada bab sebelumnya. Setiap kelompok yang membuat
artikel ilmiah wajib menggunakan aplikasi Mendelay dalam artikelnya.
BAB IX PRESENTASI ILMIAH
9.1 Pendahuluan

Gambar 5. Presentasi ilmiah


Presentasi ilmiah adalah suatu kegiatan yang penting dalam dunia
akademik. Dalam presentasi ilmiah, seorang presenter harus mampu
menyampaikan temuan penelitian, pemikiran kritis, atau informasi ilmiah
secara jelas dan mudah dipahami oleh audiens. Oleh karena itu, presentasi
ilmiah juga membutuhkan persiapan yang matang, seperti memilih topik yang
relevan, merancang slide presentasi yang menarik, dan berlatih presentasi
dengan baik. Dengan kemampuan presentasi ilmiah yang baik, seorang
akademisi dapat memperoleh pengakuan dan reputasi yang baik di kalangan
sesama akademisi, serta dapat memperluas jaringan kerja dan peluang
kerjasama.
Selain itu, presentasi ilmiah juga dapat membantu meningkatkan kualitas
penelitian dan karya ilmiah yang dihasilkan. Dalam presentasi ilmiah, seorang
presenter dapat menerima masukan dan kritik dari audiens, sehingga dapat
membantu dalam memperbaiki dan mengembangkan penelitian atau karya
ilmiah yang sedang dikerjakan. Selain itu, presentasi ilmiah juga dapat
membantu dalam memperkenalkan hasil penelitian atau karya ilmiah kepada
masyarakat luas, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
masyarakat. Dengan demikian, presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang
penting dan harus dikuasai oleh setiap akademisi yang ingin berkembang dan
berkontribusi dalam dunia ilmiah.
9.2 Teknik Presentasi Ilmiah Yang Efektif
Presentasi ilmiah adalah jenis presentasi yang memaparkan hasil dari
karya ilmiah yang sudah dilakukan sesuai prosedur penelitian. Dengan
menggelar presentasi, penyaji dapat mensosialisasikan tentang isi karya ilmiah
kepada publik. Presentasi ilmiah yang efektif adalah penyajian bahan ilmiah
oleh seseorang di suatu forum yang di dalamnya hadir sejumlah peserta yang
secara sukarela terlibat aktif dalam interaksi verbal ilmiah menuju tercapainya
tujuan selama waktu yang tersedia.
Agar presentasi dapat berjalan secara efektif perlu diterapkan beberapa kiat
antara lain:
1. Menarik minat dan perhatian peserta
2. Mengarahkan perhatian peserta
3. Mempertahankan minat dan perhatian peserta
4. Menjaga agar presentasi tetap berfokus pada masalah yang dibahas
Tata cara presentasi yang baik:
1. Penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai.
2. Penyaji menyajikan bahan-bahan dalam waktu yang tersedia.
3. Untuk hal ini penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati
panduan yang diberika oleh moderator.
4. Penyaji menaati etika.
Jadi, presentasi yang bersifat ilmiah hanya menyajikan karya ilmiah
seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah, essay dan kertas kerja.
Tujuan dari penyampaian presentasi karya ilmiah antara lain:
1) Mengenalkan suatu fenomena yang terjadi pada bidang tertentu sehingga
orang lain sadar dan tahu akan hal tersebut;
2) Memberikan solusi atas suatu permasalahan berdasarkan landasan teori,
metode dan analisis yang komprehensif serta terstruktur;
3) Membuktikan kebenaran dari suatu fakta sehingga menghilangkan
kerancuan yang selama ini muncul;
4) Memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai suatu hal;
5) Membuktikan kapabilitas yang dimiliki oleh seorang akademisi, praktisi
maupun pelajar;
6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan merangsang ide-ide baru yang
bisa ditindaklanjuti oleh peneliti lain.
Bagaimana Cara Menyampaikan Presentasi Ilmiah?
Karya ilmiah yang disampaikan saja harus disusun berdasarkan
ketentuan, maka cara penyajiannya pun harus dilakukan secara terstruktur.
Berikut cara yang umum dilakukan oleh seorang penyaji dalam presentasi
karya ilmiah:
1) Memperkenalkan Diri
Hal mendasar yang wajib dilakukan pertama kali adalah perkenalan. Cara
memperkenalkan diri bisa dengan penjelasan singkat atau penjelasan yang
disertai dengan menampilkan biodata pada slide presentasi. Jika Anda sebagai
pembicara tunggal, biasanya moderator yang bertugas untuk memperkenalkan
diri Anda sambil menayangkan resume singkat. Jika Anda maju bersama tim,
maka cukup melakukan perkenalan secara singkat untuk menghemat waktu.
Apa saja yang perlu disampaikan?
Informasi yang esensial seperti nama lengkap, asal instansi, jenjang
pendidikan, topik penelitian dan judul karya ilmiah. Selama sesi perkenalan,
usahakan untuk melakukan kontak mata yang baik dengan audiens dan
tersenyum untuk memberikan kesan ramah.
2) Membuka Presentasi dengan Kata-Kata yang Mengesankan
Berlanjut ke tahap berikutnya yakni pembukaan. Cara membuka
presentasi ilmiah yang patut dicoba adalah dengan kata-kata yang berkesan.
Hal tersebut dapat menarik perhatian audiens secara instan sehingga mereka
mendengarkan dengan fokus apa yang Anda akan sampaikan.
Contoh pembukaan yang mengesankan, yakni dengan melontarkan fakta-
fakta terkait dengan topik penelitian, menunjukkan data terbaru seputar
permasalahan yang diteliti atau menceritakan pengalaman unik ketika meneliti.
Apabila presentasi dibatasi oleh waktu, maka gunakan pembukaan yang singkat
namun tetap menarik. Misalnya dengan mengutip kata-kata bijak dari tokoh
tersohor atau buku yang relevan dengan materi presentasi.
3) Menyampaikan Latar Belakang dan Fakta yang Mendukung
Setelah berhasil merebut perhatian audiens dengan pembukaan yang
keren, maka saatnya Anda masuk ke tahap menjelaskan latar belakang. Setiap
permasalahan dalam karya ilmiah, tentu memiliki latar belakang, bukan?
Disarankan untuk tidak memaparkan background terlalu panjang. Anda
cukup menampilkan slide berisi poin-poin penting yang disertai dengan
penjelasan singkat dari Anda. Jika terlalu panjang, audiens akan kesulitan
memahami alasan Anda memilih topik tersebut. Agar karya ilmiah Anda lebih
meyakinkan, maka paparkan juga mengenai fakta-fakta yang mendukung.
Tidak perlu semua, cukup beberapa saja yang bisa mewakili.
4) Menjelaskan Tujuan dan Manfaat Karya Ilmiah
Selanjutnya, hal lain yang perlu Anda paparkan adalah tujuan dan
manfaat. Dalam presentasi yang sifatnya ilmiah, menjelaskan tujuan sangat
penting untuk memberikan gambaran tentang apa yang ingin Anda capai dalam
penelitian atau studi kasus tertentu. Tujuan juga memudahkan para audiens
untuk memahami arah karya ilmiah yang disajikan kepada mereka. Dalam
penyampaian tujuan, Anda boleh hanya menyebutkan poin-poin tanpa
penjelasan atau dilengkapi dengan penjelasan pendek.
Selain itu, kebermanfaatan karya ilmiah juga perlu disampaikan saat
presentasi. Sebaiknya, sampaikan manfaat secara spesifik, misalnya manfaat
untuk kalangan profesi tertentu atau manfaat untuk masyarakat umum.
5) Memaparkan Poin-Poin Penting dari Hasil Penelitian
Menjelaskan mengenai hasil dari penelitian merupakan bagian terpenting
dalam penyampaian presentasi ilmiah. Para audiens pasti menunggu pokok
pembahasan dan hasil yang didapat dari analisis yang Anda lakukan. Dalam
memaparkan hasil penelitian, Anda juga perlu menyebutkan teori para ahli
yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya sebagai bandingan. Hal tersebut
dapat menyediakan pengetahuan tambahan untuk para audiens.
Anda dapat menjelaskan hasil dengan uraian yang detail. Namun
sebaiknya, tampilkan juga grafik, tabel, foto atau ilustrasi untuk memudahkan
audiens dalam memahami hasil tersebut. Bahkan jika melibatkan video
dokumenter pun, Anda perlu menampilkannya saat presentasi.
6) Menyampaikan Kesimpulan Penelitian
Jika ada pembukaan, pasti ada tahap penutupan. Mengakhiri presentasi
terkait karya ilmiah umumnya dilakukan dengan menyampaikan kesimpulan.
Dalam penyampaian kesimpulan, cukup tampilkan highlight dari hasil
penelitian agar audiens cepat paham. Anda boleh menambahkan pendapat
pribadi maupun saran untuk peneliti lain yang tertarik mendalami topik yang
sama. Jangan lupa untuk menyebutkan beberapa referensi utama yang
digunakan untuk menyusun karya ilmiah tersebut.
7) Mempersilakan Diskusi
Setelah menutup penyampaian materi, bukan berarti Anda benar-benar
mengakhiri presentasi tersebut. Umumnya, saat presentasi yang sifatnya ilmiah,
Anda harus membuka sesi diskusi. Tujuannya agar audiens memiliki
kesempatan untuk bertanya seputar topik materi. Tugas Anda cukup
mempersilakan audiens untuk mengajukan pertanyaan. Jangan lupa catat agar
tidak ada pertanyaan atau saran yang terlewat.
9.3 Teknik Berpidato Yang Tepat
Pengertian pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang
banyak; (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato
adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada
orang banyak.
Cara berpidato yang baik:
1. Isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung;
2. Isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar;
3. Isinya tidak menimbulkan pertentangan sara;
4. Isi jelas, benar, dan objektif;
5. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti pendengar, serta
6. Disampaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
Berikut adalah 4 teknik berpidato beserta kelebihan dan kekurangan masing-
masing:
1. Naskah
Pada teknik ini, pembicara akan menggunakan naskah yang telah disiapkan
sebelumnya, guna menghindari kekeliruan. Teknik ini biasa digunakan di
dalam pidato resmi, seperti pidato kenegaraan yang memerlukan ketelitian di
setiap pengucapan, karena setiap kata yang terucap akan disebarluaskan media
massa ke seluruh masyarakat. Meskipun dengan teknik ini, pidato bisa
disampaikan dengan baik dan sistematis, namun teknik berpidato yang satu ini
cenderung terasa membosankan dan kaku.
2. Memoriter (menghafal)
Dengan teknik ini, pembicara telah menghafal seluruh isi pidatonya,
sehingga ia tidak perlu lagi membawa naskah. Meski terkesan mudah,
pembicara yang ingin menggunakan teknik ini harus berlatih terlebih dahulu
agar dapat menghayati isi pidatonya, tidak berbicara terlalu cepat, dan dapat
melakukan kontak mata dengan para pendengar dengan percaya diri. Pembicara
yang menggunakan teknik ini akan terkesan cerdas dan terpercaya, sehingga
mampu memikat para pendengar. Namun teknik ini tidak direkomendasikan
bagi pembicara yang pelupa.

3. Impromptu (spontan)
Teknik ini biasa digunakan oleh pembicara profesional yang bisa
membawakan pidato tanpa persiapan. Impromptu biasa digunakan pada acara
yang santai atau resmi namun semiformal. Di dalam teknik ini, pembicara akan
berbicara berdasarkan pengalaman dan wawasannya secara spontan. Kelebihan
teknik impromptu adalah kebebasan pembicara untuk memilih topik yang
sesuai acara dan penggunaan bahasanya yang singkat, sehingga tidak akan
membuat para pendengar bosan. Sedangkan kekurangannya adalah
kemungkinan tidak sistematisnya pidato yang disampaikan atau ad hal-hal
penting yang terlupakan karena kurang persiapan.
4. Ekstemporan (penjabaran kerangka)
Dengan teknik ini, pembicara akan menuliskan pokok-pokok pidatonya
saja secara urut di selembar kertas yang berfungsi sebagai penuntun saat
berpidato nanti. Ketika berpidato, ia akan membawa kertas penuntun itu dan
menyampaikan pidato yang telah berkembang di dalam otaknya. Dengan
begitu, pembicara tidak akan terkesan kaku, sehingga bisa memandang para
pendengar. Namun, bagi beberapa pembicara, teknik ini mengekang pergerakan
tubuh mereka, karena keharusan untuk melihat ke kertas penuntun yang
dipegang.
Demikianlah 4 teknik pidato yang bisa dipakai untuk memikat para
pendengar. Silakan Anda pilih satu yang sesuai dengan situasi dan kondisi
acara dan para pendengar.
9.4 Rangkuman
Presentasi ilmiah merupakan jenis presentasi yang tujuannya untuk
menjelaskan hasil karya ilmiah. Penyampaian presentasi harus dilakukan secara
sistematis agar memudahkan audiens dalam memahami isi materi. Sedangkan
pidato adalah sebuah kegiatan yang cukup sering dilakukan. Tidak hanya di
kalangan petinggi negara saja. Pidato dapat dilakukan dimana saja oleh kapan
saja. Di dalam pidato, seseorang bisa menyampaikan berbagai hal dengan
banyak tujuan.
9.5 Tes Formatif
1. Uraikan perbedaan antara presentasi ilmiah dengan pidato!
2. Jelaskan teknik-teknik presentasi ilmiah yang baik!
3. Uraikan kelebihan dan kekurangan dari ke-4 teknik berpidato!
9.6 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Sebagai proyek akhir, carilah beberapa contoh pidato presiden dan
mantan presiden Republik Indonesia yang ada di YouTube. Analisis teknik,
kelebihan, dan kekurangan mereka dalam berpidato!
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.

Anggaraini, Asih, dkk. 2006. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan

Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arifin, E. Zainal& S. AmranTasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menerapkan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia.

Jakarta. Grasindo.

Finoza, Lamuddin.2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Sri Nugraheni, Aninditya dan Muhammad Rohmani. 2011. Belajar Bahasa

Indonesia: Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah. Surakarta:

Cakra Media.
Widjono H. S. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai