2022
HALAMAN PENGESAHAN
Isi modul ini telah disusun dan disetujui oleh Tim Pelaksana Penyusunan Bahan Ajar
(Modul) Program Diploma III Program Studi Teknologi Pemeliharaan Pesawat Udara
(TPPU) Tahun 2023 Politeknik Penerbangan Makassar.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta didik atau taruna dalam
pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwa peserta
didik memiliki segmentasi yang berbeda-beda, sehingga modul ini disusun dengan
kualifikasi yang tidak diragukan lagi. Teknik penyajian yang diangkat dilakukan
secara terpadu tanpa pemilihan berdasarkan jenjang pendidikan. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir pengulangan topik berdasarkan jenjang pendidikan.
Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
Selain itu, modul ini menawarkan kelebihan dalam melihat keterpaduan mata kuliah
bahasa Indonesia. Pembahasan yang disampaikan juga dilengkapi dengan soal-soal
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan. Dalam
pembuatan modul, penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan sangat
membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Dalam kata pengantar ini, penyusun menyampaikan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
modul ini dapat diselesaikan. Modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peserta didik atau taruna dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dengan modul ini, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang Bahasa Indonesia. Modul ini disusun dengan teknik penyajian yang
terpadu dan dilengkapi dengan soal-soal untuk mengukur tingkat ketercapaian dan
ketuntasan. Penyusun juga membuka saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan dalam pembuatan modul ini.
Modul ini disusun dengan kualifikasi yang tidak diragukan lagi untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik atau taruna dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Pembahasan modul dimulai dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai
dan menawarkan kelebihan dalam melihat keterpaduan mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dalam pembuatan modul, penyusun sangat membuka saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk memperbaiki kekurangan.
Dalam kata pengantar ini, penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga modul ini
dapat diselesaikan. Dengan modul ini, peserta didik dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang Bahasa Indonesia. Modul ini disusun dengan teknik
penyajian yang terpadu dan dilengkapi dengan soal-soal untuk mengukur tingkat
ketercapaian dan ketuntasan.
Penulis
BAB I HAKIKAT BAHASA
1.1 Pendahuluan
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Tanpa
bahasa, manusia tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik. Bahasa menjadi
sebuah alat dalam komunikasi yang sangat penting. Bahasa merupakan
interpretasi dari apa yang hendak disampaikan oleh komunikator terhadap
komunikan. Penggunaan bahasa yang baik dan mudah untuk dimengerti oleh
orang lain akan berdampak pada komunikasi yang berjalan dengan baik pula.
Kehidupan tanpa bahasa akan sangat sulit. Bahasa menjadi alat untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain. Tanpa bahasa,
manusia tidak akan bisa menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan baik.
Bahasa juga memungkinkan manusia untuk mempelajari pengetahuan dan budaya
dari generasi sebelumnya.
Bahasa merupakan sebuah unsur penting dalam kehidupan manusia. Bahasa
memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain dan memperoleh
pengetahuan serta informasi yang diperlukan. Bahasa juga memungkinkan
manusia untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka dengan lebih baik.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mempelajari bahasa dengan baik
dan memahami hakikat bahasa dalam kehidupan manusia.
Gambar 2
2.2 Sejarah Bahasa Indonesia
Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi
sebagai:
1) bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra;
2) bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia;
3) bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di
Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar
Indonesia;
4) bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
maupun pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat pada Kerajaan
Sriwijaya sebagai bahasa pergaulan berkenalan dengan berbagai bahasa asing
lain, seperti bahasa Sansekerta, bahasa Portugis, bahasa Arab, bahasa Persia,
dan bahasa asing lainnya. Akibat dari adanya hubungan dengan bahasa asing
tadi maka terjadilah kontak bahasa, antara bahasa Melayu dengan bahasa
Sansekerta, antara bahasa Melayu dengan bahasa Portugis, dan antara bahasa
Melayu dengan bahasa Arab.
Hubungan tersebut menghasilkan kontak bahasa, yaitu bahasa Melayu
menyerap kosakata bahasa Sansekerta, kosakata bahasa Portugis, dan kosakata
bahasa Arab/Persia. Penyerapan kosakata tersebut menyebabkan bertambahnya
kosakata bahasa Melayu dan sekaligus memperkaya perbendaharaan kosakata
bahasa Melayu. Sebab bahasa Melayu memiliki sifat demokratis dan terbuka
terhadap bahasa asing sebagai sumber pengembangan kosakatanya. Bahasa
Melayu yang awalnya memiliki perbendaharaan kata yang terbatas kemudian
akhirnya memiliki kosakata yang banyak.
Kosakata bahasa Sansekerta dalam bahasa Melayu yang sekarang telah
menjadi kosakata bahasa Indonesia jumlahnya cukup banyak. Berikut ini
adalah beberapa contoh kosakata bahasa Indonesia/Melayu yang berasal dari
bahasa Sansekerta.
*angkasa * anugerah
*sarjana * bupati
*bayangkara * mahasiswa
*cakrawala * wisuda
*binagraha * raja
*binaraga * pujangga
*dasawarsa * dermawan
Orang-orang Portugis yang datang ke nusantara dengan tujuan berdagang
dan menyiarkan agama Kristen juga turut memengaruhi perkembangan
kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Orang-orang Portugis dalam menyiarkan
agama dan berdagang mau tidak mau mempelajari bahasa Melayu, karena
bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pergaulan dan perdagangan di wilayah
nusantara. Orang-orang Portugis itu menggunakan dua bahasa, yakni bahasa
Portugis dan bahasa Melayu. Akibatnya, terjadilah kontak bahasa antara bahasa
Portugis dengan bahasa Melayu.
Kosakata bahasa Melayu/Indonesia yang diserap dari bahasa Potugis ada
banyak jumlahnya. Berikut ini adalah beberapa contoh kosakata bahasa
Melayu/Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis.
*lampu * sepatu
*jendela * kereta
*meja * peluru
*kemeja * seradu
*lemari * arena
Perkembangan selanjutnya terjadi pada masa sebelum kemerdekaan.
Kedatangan orang-orang dari Jazirah Arab dan Persia ke wilayah nusantara
dengan tujuan berdagang dan menyiarkan agama Islam turut serta
memengaruhi bahasa Melayu/Indonesia. Sama halnya dengan orang-orang
Portugis, orang-orang Arab ini dalam berdagang dan menyiarkan agama Islam
mau tidak mau harus belajar bahasa Melayu. Mereka akhirnya harus
menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Arab dan bahasa Melayu dalam
melakukan kegiatan berdagang dan menyiarkan agama. Akibat dari
penggunaan dua bahasa tersebut, terjadilah kontak bahasa antara bahasa Arab
dan bahasa Melayu. Bahasa Arab turut memengaruhi bahasa Melayu, sebab
banyak kosakata bahasa Arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa
Melayu/Indonesia.
Kosakata bahasa Arab yang terserap ke dalam bahasa Melayu yang
sekarang menjadi bahasa Indonesia jumlahnya sangat banyak. Berikut ini
beberapa contoh kosakata yang diserap dari bahasa Arab.
*abad * gaib
*abjad * sujud
*adab * falsafah
*akal * haram
*batin * derajat
*akhirat * huruf
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap digunakan
sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda pada dasarnya
tidak mau menyebarkan bahasa Belanda pada masyarakat Indonesia (pribumi).
Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan penduduk pribumi
serta dengan masyarakat Indonesia lain yang berbeda bahasa sebagian besar
menggunakan bahasa Melayu. Selama masa penjajahan Belanda banyak terbit
surat kabar yang ditulis dalam bahasa Melayu.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan
sebagai bahasa pergaulan nomor dua sesudah bahasa Belanda. Akibat dari
hubungan tersebut, terjadilah kontak bahasa antara bahasa Belanda dengan
bahasa Melayu. Banyak kosakata bahasa Belanda yang terserap ke dalam
kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Berikut ini beberapa kosakata bahasa
Melayu/Indonesia yang diserap dari kosakata bahasa Belanda.
*absen * bengkel
*ajudan * dansa
*atraksi * demokrasi
*atribut * dongkrak
*berita * emosional
*beton * embargo
*bagasi * atraksi
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia menyatakan ikrar
Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak sejarah penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Salah satu butir penting dalam ikrar tersebut adalah
pengakuan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia dengan
nama bahasa Indonesia. Sejak saat itu, bahasa Indonesia terus tumbuh dan
berkembang menjadi bahasa yang modern dan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia.
Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang digunakan secara luas di
seluruh wilayah Indonesia, bahkan menjadi bahasa resmi negara. Bahasa ini
juga menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan bisnis di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga terus berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kata-
kata baru yang muncul dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing,
seperti bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Meskipun demikian, bahasa
Indonesia tetap mempertahankan karakteristiknya sebagai bahasa yang mudah
dipahami dan digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia..
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yakni sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan
melalui ikrar Sumpah Pemuda. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
yaitu:
1) sebagai lambang kebanggaan nasional;
2) sebagai lambang identitas nasional;
3) sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa; dan
4) sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan
nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus
merasa bangga karena adanya bahasa Indonesia yang dapat menyatukan berbagai
suku bangsa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggan inilah, bangsa
Indonesia terpelihara, berkembang, dan rasa kebanggaan pemakainya senantiasa
terbina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi di
samping bendera dan lambang negara. Sebuah bangsa memerlukan identitas
untuk membangun kepercayaan diri yang kuat. Hal itu dapat diwujudkan melalui
bahasa. Dengan adanya bahasa, dapat mengatasi berbagai suku bangsa dan bahasa
yang berbeda. Juga dapat mengidentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui
bahasa tersebut.
Kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang budaya dan
bahasa dapat terhindarkan berkat adanya bahasa nasional. Kita dapat bepergian ke
seluruh pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Bisa dibayangkan jika tidak ada bahasa Indonesia yang menyatukan
suku-suku bangsa di Indonesia yang berbeda, tentu akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa.
2.4 Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda tersebut
mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu. Mereka tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya
serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kita dapat meletakkan
kepentingan nasional di atas kepentingan daerah (kesukuan) atau golongan.
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945, bab XV, pasal 36. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yaitu:
1) Sebagai bahasa resmi kenegaraan;
2) sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
3) sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan; dan
4) sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang harus
digunakan dalam segala urusan kenegaraan. Sebagai bahasa resmi, bahasa
Indonesia digunakan dalam pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat-surat resmi
yang berkaitan dengan pemerintahan. Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan
dalam upacara-upacara resmi kenegaraan yang diatur sesuai dengan UUD 1945.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan sangat penting untuk
memperkuat jati diri bangsa dan menghargai keberagaman bahasa yang ada di
Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, dapat memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa serta memperkuat identitas bangsa Indonesia di mata dunia.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam urusan kenegaraan menjadi bagian
penting dalam membangun kesadaran berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang bersifat nasional dan dapat digunakan oleh seluruh rakyat
Indonesia untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu, penggunaan bahasa
Indonesia juga dapat memperkuat kebijakan pemerintah dalam membangun
bangsa dan negara. Bahasa Indonesia juga menjadi alat yang efektif untuk
memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa. Dalam era globalisasi, penggunaan bahasa Indonesia dalam segala urusan
kenegaraan menjadi penting untuk memperkuat identitas bangsa Indonesia dan
mempertahankan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.Sebagai bahasa
pengantar pendidikan, bahasa Indonesia digunakan sebagai pengantar dalam
dunia pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat
memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kecuali di daerah-daerah yang
masih menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan
tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, bahasa Indonesia digunakan bukan hanya
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan hanya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial
budaya dan bahasanya. Keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan
terganggu apabila ada lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai alat
perhubungan. Hal itu terjadi karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam
berkomunikasi,
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang memenuhi syarat tersebut.
Oleh karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut.
Bahasa Indonesia dimengerti oleh sebagian besar masyarakat yang ada di
Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat
untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.
2.5 Rangkuman
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu. Bahasa ini telah digunakan selama berabad-abad sebagai bahasa
pergaulan atau lingua franca di kepulauan nusantara dan hampir di seluruh
wilayah Asia Tenggara. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang
telah dirumuskan dalam Seminar Politik Bahasa Indonesia pada tahun 1975.
Sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah.
2.6 Tes Formatif
1) Uraikan menurut pendapat Anda, bagaimana perkembangan bahasa Indonesia!
2) Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia di negara Indonesia?
3) Jelaskan fungsi dari bahasa Indonesia!
4) Tuliskan beberapa peristiwa yang sekaitan dengan lahirnya bahasa Indonesia!
5) Uraikan perkembangan bahasa Indonesia di negara-negara tetangga, misalnya
Australia!
2.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, apakah pemahaman
Anda terhadap sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia sudah cukup? Jika
belum, silakan membaca artikel penelitian yang sekaitan dengan sejarah dan
perkembanganbahasa Indonesia. Pada pertemuan berikutnya, kita akan
mendiskusikan hasil pembacaan Anda. Setiap taruna akan memberikan laporan
hasil pembacaan secara lisan dan tertulis.
BAB III RAGAM BAHASA INDONESIA
3.1 Pendahuluan
Gambar 3
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat
saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling
belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa
Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas
pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur
harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya,
apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah varian dari bahasa menurut pemakaian. Berbeda
dengan varian dialek sesuai dengan pengguna. Variasi mungkin termasuk dialek,
aksen, laras, gaya, atau berbagai sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa
standar itu sendiri. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang
ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami
perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar
(Subarianto, 2000).
3.2 Ragam baku lisan dan tulisan
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui
media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat
membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan, yakni:
1) memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh;
4) berlangsung cepat;
5) sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) kesalahan dapat langsung dikoreksi; dan
7) dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah,
sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering
digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
berdiskusi atau pun berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan
atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
1. Cendikia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendikia, artinya bahasa ilmiah
itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis
(masuk akal). Bahasa yang cendikia mampu membentuk pernyataan yang tepat
dan seksama. Hal itu membuat gagasan yang ingin disampaikan penulis dapat
diterima oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan
ketelitian yang objektif, sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi
logika. Apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah
gagasan yang memiliki hubungan kausalitas maka dua gagasan beserta
hungannya itu harus tampak jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
Kecendikiaan bahasa juga nampak pada ketepatan dan keseksamaan
penggunaan kata. Oleh karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaika
dengan muatan isi pesan yang ingin disampaikan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut ini.
A B
paparan pemaparan
buatan pembuatan
bahasan pembahasan
Kata-kata pada contoh A menunjukkan suatu hasil, sedangkan kata-kata
pada contoh B menggambarkan suatu proses. Dalam penggunaan bahasa
ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara
cermat. Apabila paparan itu mengacu pada suatu proses, kata-kata yang cocok
adalah kata-kata pada contoh B. Akan tetapi, apabila paparan itu mengacu pada
hasil, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh A.
7. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah harus digunakan secara
konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, istilah, dan tanda-tanda lain
digunakan sesuai kaidah, semua itu selanjutnya digunakan secara konsisten.
Misalnya dalam uraian atau paragraf digunakan singkatan SMA (Sekolah
Menengah Atas) maka pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMA
tersebut.
3.4 Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
Yang dimaksud dengan bahasa Indonesia ragam baku adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia yang dijadikan pokok, yang dijadikan ukuran atau yang
dijadikan standar. Ragam bahasa baku ini lazim digunakan dalam hal-hal berikut
ini , yaitu:
1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya. (ragam bahasa
baku tertulis)
2) Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran,
dan sebagainya. (ragam bahasa baku tertulis)
3) Pembicaraan di depan umum, seperti dalam pidato, ceramah kuliah, khotbah,
dan sebagainya. (ragam bahasa baku lisan)
4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati, dan sebagainya. (ragam bahasa
baku lisan)
Ragam bahasa baku memiliki ciri tersendiri. Menurut Chaer (2006:5-8),
ragam bahasa baku memiliki ciri antara lain sebagai berikut ini.
3) Penggunaan pola frase untuk predikat aspek + pelaku + kata kerja secara
konsisten.
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Surat Anda sudah saya terima. Surat Anda saya terima.
(2) Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat;
Contohnya:
Bahasa baku Bahasa tidak baku
Dia datang ketika kami dan Ketika kami sedang makan
dia datang. sedang makan.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
jabatan atau pangkat yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
- Dia baru pulang haji.
- Ayahnya seorang bupati.
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
- Tahun Hijriah
- Dia lahir di bulan Januari.
- Sekarang adalah hari Senin.
- Semua umat Islam sedang merayakan Idul Fitri.
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama khusus dalam geografi.
Contoh:
- Danau Toba - Benua Asia
- Gunung Semeru - Jazirah Arab
- Selat Lombok - Teluk Benggala
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama resmi
badan, lembaga pemerintahan, ketetanegaraan, dan nama dokumen resmi.
Contoh:
- Bangsa Indonesia
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Kecuali kata partikel seperti di,
ke, dari, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
- Saya sudah dua kali membaca buku Surat Cinta Bunda.
- Majalah Makassar Terkini memang banyak menginspirasi.
- Surat kabar Kompas memang selalu memberi berita yang aktual, tajam, dan
terpercaya.
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama singkatan unsur nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Dia bernama H. Agus.
- Kami diajar oleh Prof. Darwis.
- Mau ke mana Pak?
13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, atau paman yang
digunakan sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
- Saya mau pergi dengan Ayah ke rumah nenek.
- Tolong tunjukkan kartu identitas Saudara!
- Kapan Paman datang?
14. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti atau kata sapaan.
Contoh:
- Saya memiliki beberapa orang kakak dan adik.
- Kita harus menghargai bapak dan ibu.
B. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring antara lain:
1. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku,
majalah, surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
- Buku Psikolinguistik karangan Abdul Chaer.
- Majalah Makassar Terkini edisi bulan Agustus 2015.
3. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
- Nama latin dari buah manggis adalah garcinia mangostana.
C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
- Ibu pergi ke pasar.
- Ayah pasti akan pulang malam ini.
2. Kata Turunan
a. Imbuhan, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:
- berlari
- dimakan
- penangkapan
- memperhatikan
b. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
- berpangku tangan
- garis bawahi
c. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata atau sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
- pertanggungjawaban
- melipatgandakan
d. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Unsur gabungan yang hanya muncul
dalam kombinasi itu, misalnya: a, antar, bi, catur, dasa, de, dwi, eka, in,
inter, ko, maha, mono, multi, non, panca, poli, pra, purna, re, semi, sub,
swa, tele, tri, tuna, ultra.
Contoh:
- asusila - antarbangsa
- amoral - dasawarsa
Catatan:
Bila bentuk itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf kapital maka di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Contoh: non-Indonesia
Maha sebagai unsur gabung ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, kecuali kata yang mengikutinya itu bukan kata dasar.
Contoh: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:
- bapak-bapak
- besar-besar
- porak-poranda
- tunggang-langgang
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Contoh:
- orang tua
- rumah sakit
- bungah desa
- kampung halaman
c. Gabungan kata yang lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh:
- Alhamdulillah
- matahari
- kepada
8. Partikel
a. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
- Siapakah yang menyanyi itu?
- Pergilah ke rumah pamanmu!
- Apatah gunanya bersedih.
b. Parikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali dalam
kata-kata yang sudah dianggap lazim maka penulisnya bergabung.
Contoh:
- Dipaksa makan pun dia tidak mau.
- Saya pun ingin ikut.
Adapun kata-kata yang sudah dianggap lazim untuk digabung penulisannya
dengan partikel pun antara lain:
- adapun - andaipun - meskipun
- ataupun - kalaupun - biarpun
- maupun - betapapun - bagaimanapun
c. Partikel per yang berarti “demi”, “tiap”, dan “mulai” ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Contoh:
- Mereka masuk satu per satu.
- Berapa harga mangga ini per kilo?
- Gajinya naik per 1 Agustus 2015.
4.3 Penulisan Angka dan Bilangan
a. Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor
Contoh:
- 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 0,....
- I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,.... (angka Romawi)
b. Angka digunakan untuk menyatakan: ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
satuan waktu; nilai uang; dan kuantitas.
Contoh:
- Tingginya sekitar 170 cm.
- Berat badannya naik 5 kg.
c. Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor rumah dan jalan pada
alamat.
Contoh:
- Jln. Sungai Saddang no. 30 Makassar
- Jln. Perintis Kemerdekaan VII
d. Angka digunakan untuk menomori karangan dan ayat dalam kitab suci, atau
bagiannya.
Contoh:
- Bab IV, halaman 76
- Surah An-nisa: 25
e. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an
Contoh: tahun 80-an atau tahun delapan puluhan
f. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan, seperti dalam
pemerincian atau pemaparan.
Contoh:
- Dia sudah dua kali tinggal kelas.
- Umurnya baru dua puluh tahun.
- Mahasiswa yang ikut berjumlah 50 orang, terdiri dari 30 orang laki-laki dan 20
orang perempuan.
g. Lambang bilangan yang terdapat pada awal kalimat ditulis dengan
huruf.
Contoh:
- Dua puluh lima orang temannya telah menjadi sarjana.
- Seratus lima puluh orang terpaksa mengungsi di mesjid.
h. Di dalam dokumen resmi, seperti akte dan kwitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
4.4 Penulisan akronim dan singkatan
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Contoh:
- Muh. Yunus - Bpk. (Bapak)
- Ir. Soekarno - Sdr. (Saudara)
- Anwar, S.E. - Prof. (Profesor)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, dan nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata, ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
- DPR - KTP
- KPK - SIM
- PGRI - GBHN
c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
- dll. (dan lain-lain) - hlm. (halaman)
- dsb. (dan sebagainya) - yth. (yang terhormat)
- dst. (dan seterusnya) - sda. (sama dengan atas)
d. Singkatan satuan ukuran, lambang kimia, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
- Cu (kuprum) - kg (kilogram)
- cm (centimeter) - l (liter)
- Rp (rupiah) - kVA (kilovolt-ampere)
e. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
- ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
- LAN (Lembaga Administrasi Negara)
- SIM (Surat Izin Mengemudi)
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
- Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
- Unhas ( Universitas Hasanuddin)
- Sekdes (Sekretaris Desa)
g. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh:
- pemilu (pemilihan umum)
- rudal (peluru kendali)
- rujab (rumah jabatan)
- tilang (bukti pelanggaran)
4.5 Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Adik suka makan nasi goreng.
b. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
- Muh. Irwan S.
- George W. Bush
c. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
- Dr. (doktor)
- S.E. (sarjana ekonomi)
- Kol. (kolonel)
- Bpk. (bapak)
d. Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya digunakan satu
tanda titik.
Contoh:
- dll. (dan lain-lain)
- dsb. (dan sebagainya)
- tgl. (tanggal)
- hlm. (halaman)
e. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
• Pukul 9.15.20 (pukul 9 lewat 15 menit 20 detik)
• 0.20.40 jam (20 menit, 40 detik)
f. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota itu berpenduduk 75.566 orang.
Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
• Nama Guntur terdapat pada halaman 1234 dan dicetak tebal.
• Nomor teleponnya adalah 445566
• Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mansur.
g. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
• DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
• SMA (Sekolah Menengah Atas)
• PT (Perseroan Terbatas)
• UUD (Undang-Undang Dasar)
• SIM (Surat Izin Mengemudi)
• rapim (rapat pimpinan)
2. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
2) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan
melainkan.
Contoh:
- Saya bergabung dengan Prudential, tetapi tidak aktif.
- Dia makan lahap sekali, seperti orang yang kelaparan.
3) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
• Kalau tidak hujan, saya akan datang.
• Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4) Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
• Oleh karena itu, kamu harus datang nanti malam.
• Jadi, kamu tinggal di mana?.
5) Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seru seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
• O, begitu rupanya.
• Wah, cantiknya.
6) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh: Kata Ibu, "Ayah pasti pulang, Nak".
7) Tanda koma digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Contoh:
• Makassar, 18 Juni 2015
• Manado, Indonesia.
8) Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Chaer, Abdul. 2011. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
9) Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990),
hlm. 22.
10) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh: Harianto, S.E.
11) Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
• 33,5 m
• Rp10,50
12) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Contoh: Dosen favorit saya, Pak Ikwan namanya, pandai sekali.
13) Tanda koma digunakan untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
14) Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana kamu tinggal?" tanya Pak Guru.
3. Kehematan Kata
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu,
sehingga kata dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Penghematan kata artinya penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, asalkan tidak menyalahi kaidah tata bahasa yang berlaku.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
1) Menghilangkan pengulangan subyek
Contoh:
(1) Karena dia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (boros/tidak fektif)
(2) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (efektif)
a. Paragraf Pembuka
Sebuah karangan tidak bisa lepas dari paragraf pembuka yang menjadi
pengantar bagi isi karangan. Paragraf pembuka harus mampu menarik minat
pembaca dan mempersiapkan pikiran mereka terhadap apa yang akan
diuraikan. Oleh karena itu, paragraf pembuka harus memiliki sifat yang
menarik dan perhatian, serta tidak terlalu panjang agar tidak menimbulkan
kebosanan pembaca. Dalam hal ini, paragraf pendek jauh lebih baik dan efektif
dalam memperkenalkan ide atau gagasan yang akan dijelaskan dalam karangan.
Dengan demikian, paragraf pembuka yang baik akan menjadi kunci sukses
dalam membuat karangan yang menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.
a. Paragraf Penghubung
Dalam menulis sebuah teks, paragraf penghubung memegang peranan
penting sebagai penghubung antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Paragraf penghubung haruslah disusun secara logis dan teratur agar dapat
memperkuat hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lainnya. Fungsi
utama dari paragraf penghubung adalah untuk memudahkan pembaca dalam
mengikuti alur pemikiran penulis. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk
memperhatikan penggunaan kata atau frasa penghubung yang tepat agar dapat
menghasilkan paragraf penghubung yang padu dan efektif. Dengan begitu, teks
yang ditulis akan menjadi lebih mudah dipahami dan lebih terstruktur secara
keseluruhan.
b. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berada pada bagian akhir. Dengan
kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah
diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik
atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf
penutup tidak terlalu panjang.
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
a. Paragraf Deduktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok dalam
kalimat utama lalu diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Persoalan atau ide
pokok terletak di awal paragraf pada umumnya mengandung pernyataan
yang bersifat umum (masih memerlukan pengembangan, rincian, dan
penjelasan lebih lanjut) kemudian diuraikan lebih khusus (Ramlan,1993)
Contoh:
Efektivitas pelaksanaan Ujian Nasional dipandang menjadi hal yang
penting. Pasalnya, Ujian Nasional merupakan hal yang penting dalam dunia
penndidikan nasional guna mengukur kualitas peserta didik dan sekolah tingkat
menengah. Namun, pengukuran itu harus objektif dan transparan. Jangan ada
berbagai kepentingan di dalamnya. Dengan adanya pengukuran, sekolah yang
bagus dan kurang bagus akan terlihat dengan jelas.
b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah jenis paragraf yang meletakkan ide pokok atau
gagasan utamanya di akhir kalimat, sedangkan awal paragraf diisi dengan
penjelasan atau kalimat pendukung yang memperjelas mengenai topik yang
dibahas untuk mendapatkan kesimpulan secara umum lebih dulu.
Paragraf induktif biasanya diawali dengan penyebutan peristiwa khusus
atau penjelasan yang berfungsi untuk mendukung gagasan utama. Tujuan dari
pembentukan paragraf induktif adalah untuk mengarahkan pembaca agar bisa
membaca hingga kesimpulan akhir, sehingga pembaca dapat memahami
gagasan yang disampaikan oleh penulis dengan baik.
Selain itu, tujuan pembentukan paragraf induktif juga untuk memudahkan
pembaca dalam memahami gagasan yang disampaikan oleh penulis, serta
memberikan perhentian secara wajar dan formal sehingga pembaca dapat
beristirahatParagraf ini dimulai dengan peristiwa khusus atau gagasan-gagasan
penunjang, kemudian diakhiri dengan generalisasi atau kesimpulan. Dalam
bentuk ini kalimat utama terletak pada akhir paragraf.
Contoh:
Di satu sisi, masyarakat berpendapat bahwa Ujian Nasional dapat
mengevaluasi siswa dalam menyerap ilmu yang diterimanya. Dengan adanya
Ujian Nasional, siswa juga dituntut lebih giat belajar dan memperbanyak doa
kepada Tuhan. Tetapi di sisi lain, ada juga masyarakat yang kontra terhadap
Ujian Nasional. Bahkan, mereka mengatakan Ujian Nasional tidak perlu
diadakan. Mereka beranggapan seperti itu karena adanya unsur penipuan dalam
pelaksanaaan Ujian Nasional. Hal itulah yang mendasari pro dan kontra
mengenai Ujian Nasional di kalangan masyarakat.
c. Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat utama terletak pada awal paragraf lalu diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan pengulangan kembali kalimat
utama. Biasanya pengulangan kalimat utama tersebut merupakan ringkasan
atau kesimpulan dari paragraf tersebut. Jenis paragraf ini sering digunakan jika
isi paragraf ini sering digunakan isi paragraf tersebut sangat kompleks,
sehingga memerlukan pengulangan atau penegasan.
Contoh:
Keterampilan membaca kamus merupakan keterampilan yang penting
dimiliki. Keterampilan itu sangat membantu Anda dalam mencari dan
menemukan arti kata secara cepat. Jika hal itu tidak dimiliki, bisa jadi Anda
akan menghabiskan waktu setengah jam atau lebih hanya untuk mencari arti
sebuah kata. Keterampilan membaca kamus juga akan membantu kita agar
terbiasa menemukan hal penting dalam suatu bacaan dalam waktu singkat.
1. Syarat Pembentukan Paragraf
Seperti juga kalimat, sebuah paragraf yang baik juga harus memenuhi
syarat-syarat terterntu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi syarat-
syarat antara lain kesatuan, koherensi, dan perkembangan (Keraf dalam
Kusumaningsih, 2013).
a. Kesatuan
Sebuah paragraf hanya mengandung satu pikiran utama. Oleh karena itu,
relevan dengan topik atau tidak boleh terlepas dari topiknya. Semua kalimat
terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Jadi
semua kalimat yang membina paragraf (alinea) itu secara bersama-sama
menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu (Keraf dalam Kusumaningsih
b. Kepaduan
Sebuah paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat
yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, akan tetapi dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dengan
mudah mengetahui atau mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa bahwa
ada semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya dan
tidak merasakan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Kohesi terjadi bila suatu keterangan dari beberapa unsur dalam wacana
berhubungan satu dengan yang lainnya. Jadi, tanpa adanya kepaduan suatu
paragraf hanyalah merupakan kumpulan informasi yang masing-masing dengan
gagasannya sendiri bukan suatu uraian yanng integral.
c. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1) Klasifikasi, yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh.
Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak
masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis yaitu sederhana dan
kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu membagi sesuatu ke
dalam dua kelompok, misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan
buruk. Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari
dua kelompok, misalnya: besar – sedang – kecil, pengusaha besar –
menengah – kecil, negara maju – negara terbelakang.
2) Ketuntasan bahasan, yaitu kesempurnaan membahas materi secara
menyeluruh dan utuh. Hal ini harus dilakukan karena pembahasan yang
tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak
valid.
Contoh:
Mahasiswa di kelas terdiri dari 15 orang perempuan dan
13 orang laki-laki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4
sebanyak 3 orang. IPK 3 sebanyak 10 orang, dan IPK 2,7
sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki-laki mencapai
IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka
yang belum mencapai IPK 4 berupa meningkatkannya dengan
menulis skripsi sesempurna munngkin sehingga dapat
mengaangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah
mencapai IPK 4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A
dengan harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4.
e. Keruntutan
Informasi di dalam paragraf hendaknya disajikan secara runtut dalam
pola urutan yang mudah diikuti pembaca. Ada beberapa model urutan
penyajian informasi paragraf, dan tiap model mempunyai kelebihannya
masing-masing. Model yang dimaksud antara lain, adalah model urutan waktu,
urutan tempat, urutan umum-khusus atau khusus-umum, urutan pertanyaan dan
jawaban, serta urutan sebab-akibat.
6.5 Rangkuman
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi gagasan dan kesatuan
pikiran yang mengungkapkan ide pokok. Penulisannya sedikit menjorok ke
bagian dalam atau menggunakan garis baru. Pengertian paragraf adalah bagian-
bagian yang berbeda dari sebuah tulisan atau karangan, biasanya berhubungan
dengan satu tema khusus dan ditandai dengan baris baru, lekukan, atau
penomoran.
6.6 Tes Formatif
Silakan dikerjakan soal-soal berikut ini.
1. Bagaimanakah perbedaan paragraf pembuka, penghubung, dan penutup?
2. Buatlah sebuah karangan yang terdiri atas lima paragraf. Topik sesuai
dengan bidang studi Anda. Perhatikan penulisan paragraf pembuka,
penghubung dan penutup serta penggunaan unsur kepaduan paragraf.
6.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan soal-soal pada Tes Formatif, silakan Anda mencari
satu berita di koran. Tentukan paragraf pembuka, penghubung, dan
penutupnya! Pada pertemuan berikutnya, kita akan membahas kembali tentang
tugas lanjutan yang Anda buat.
BAB VII PENULISAN TOPIK, TEMA, DAN JUDUL
KARANGAN ILMIAH
7.1 Pendahuluan
Menulis merupakan proses kreatif. Pertama tahap persiapan yaitu
mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus
penulisan, mengamati objek yang akan ditulis, dan memperkaya pengalaman
kognitif untuk proses selanjutnya. Misalnya penentuan topik kreatif, unik,
menarik, memikat, menimbulkan dorongan pembaca untuk mengembangkan
potensinya sehingga menghasilkan daya cipta bagi pembaca maupun
penulisannya. Kedua tahap inkubasi (pendadaran) yaitu proses logis dengan
memanfaatkan seluruh informasi yang dikumpulkan dari sebab ke akibat.
Topik karangan adalah subjek atau isu yang akan dibahas dalam tulisan.
Topik merupakan hal yang spesifik dan terfokus yang menjadi fokus utama
tulisan. Dalam menentukan topik karangan, penting untuk memperhatikan
keterbatasan ruang lingkup dan memilih topik yang dapat dikaji secara memadai
dalam kerangka waktu atau ruang yang tersedia.
Contoh topik karangan:
1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan
2. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Mental
3. Pengaruh Teknologi Komunikasi Terhadap Interaksi Sosial
Sedangkan tema karangan adalah ide atau gagasan umum yang meliputi
topik dan memberikan pengarahan atau makna yang lebih luas pada tulisan.
Tema merupakan pendekatan atau perspektif yang mencakup aspek-aspek yang
lebih umum dan menghubungkan topik dengan isu-isu yang lebih luas dalam
kehidupan atau konteks yang relevan.
Adapun judul karangan adalah frase atau kalimat singkat yang
merangkum esensi atau inti dari tulisan. Judul harus mencerminkan topik dan
tema secara jelas dan menarik perhatian pembaca. Judul yang baik harus
singkat, jelas, dan menggambarkan secara tepat konten tulisan.
Contoh judul karangan:
1. "Memanfaatkan Energi Terbarukan untuk Mengatasi Krisis Lingkungan"
2. "Mengembangkan Keterampilan Emosional untuk Meningkatkan
Kesehatan Menta
3. "Dampak Media Sosial dalam Mentransformasi Pola Komunikasi
Manusia"
Dalam proses penulisan karangan, penting untuk memilih topik yang
menarik, mengembangkan tema yang relevan, dan merumuskan judul yang
tepat. Topik, tema, dan judul yang baik membantu mengarahkan penulisan,
memberikan arahan pada pembaca, dan menggambarkan dengan jelas isi dan
fokus tulisan.s
Gambar 4
7.2 Definisi Karya Ilmiah
Jika mendengar tentang karya tulis ilmiah, secara sederhana, pasti yang
terbayang adalah suatu tulisan yang berisi hal-hal logis, terkait dengan suatu
penelitian,dan menghasilkan penemuan baru, benar atau tidak? Tapi,
sebenarnya, apa sih pengertian karya tulis ilmiah itu? Bagaimana fungsi, jenis,
struktur, dan contohnya? Supaya tidak penasaran, simak terus ulasannya ya!
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan atau laporan tertulis yang
menjelaskan mengenai hasil penelitian atau kajian dari suatu masalah. Karya
ilmiah ditulis dengan menerapkan konvensi ilmiah dan menggunakan logika
berpikir yang sistematis. Tujuan dari penulisan karya ilmiah antara lain untuk
melatih penulis dalam berpikir kritis, komprehensif, dan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Selain itu, tujuan penulisan karya ilmiah juga untuk dijadikan sebagai
sarana atau wahana transformasi pengetahuan antar sekolah dan masyarakat,
serta untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Manfaat dari penulisan
karya ilmiah antara lain dapat menambah wawasan, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, meningkatkan kemampuan menulis, serta dapat dijadikan
referensi untuk penelitian selanjutnya. Struktur karya ilmiah terdiri dari
beberapa komponen, seperti judul, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftar
pustaka
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang sengaja dibuat untuk
memecahkan suatu masalah. Biasanya berisi mengenai fakta, data serta solusi
mengenai isu yang diangkat. Mengutip dari buku ”Penulisan Karya Ilmiah”
yang disusun oleh Dra. Zulmiyetri, M.Pd., karya ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi
yang baik dan benar. Maksud dari penulisan karya ilmiah sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain tentang ilmu.
7.3 Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Berdasarkan pengertiannya, karya ilmiah memiliki beberapa ciri antara lain:
1) Ditulis secara sistematis
2) Ditulis berdasarkan penalaran yang logis sehingga apa yang ditulis oleh
penulis sesuai dengan akal sehat
3) Tulisan didukung oleh data yang objektif, maksudnya data yang teruji
kebenarannya secara empiris
4) Objektif, yakni ditulis atau dibukukan untuk individu atau kelompok
kelompok tertentu.
5) Argumentasi teori yang benar, sahih dan relevan.
6) Mengaitkan argumentasi empirik dengan teoretis.
7.4 Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Pembuatan karya ilmiah bertujuan untuk kepentingan memecahkan masalah
dari suatu persoalan yang ada dan dipilih oleh penulisnya. Jadi, dalam karya
ilmiah berisi data, fakta, dan solusi mengenai masalah yang diangkat. Ciri-ciri
dalam penulisan karya ilmiah menggunakan metodologi penyampaian riset yang
didasarkan pada teori serta aturan baku. Jadi, saat membuat karya ilmiah, seorang
penulis harus mentaati bagian-bagian penting dalam kaidah kepenulisan karya
ilmiah. Kaidah penting dalam penulisan karya ilmiah, antara lain penggunaan
bahasa harus formal, baku, sesuai teori, dan fakta yang ada di lapangan.
Di sisi lain, karya ilmiah mempunyai beberapa jenis. Apa saja karya ilmiah
yang ada di bidang pendidikan dan penelitian?
1. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang memiliki tujuan untuk
menyampaikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan dalam bidang ilmu
tertentu. Artikel ilmiah biasanya ditulis oleh para ahli atau peneliti yang memiliki
keahlian dalam bidang tersebut. Artikel ilmiah harus memenuhi kaidah penulisan
ilmiah yang ketat, termasuk penggunaan bahasa yang jelas dan tepat serta
penggunaan referensi yang akurat. Selain itu, artikel ilmiah juga harus
memperhatikan format dan struktur yang berlaku dalam jurnal atau kumpulan
artikel ilmiah.
Dalam dunia jurnalistik, artikel ilmiah sering digunakan sebagai sumber
informasi yang dapat dipercaya dan dijadikan referensi dalam pembuatan berita.
Artikel ilmiah juga dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat
umum yang ingin memperdalam pengetahuan dalam bidang tertentu. Oleh karena
itu, penting bagi para penulis artikel ilmiah untuk memperhatikan keakuratan dan
kejelasan informasi yang disampaikan, serta memastikan bahwa artikel tersebut
dapat dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang pendidikan. Dengan
demikian, artikel ilmiah dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperluas
pengetahuan dan meningkatkan pemahaman tentang berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
2. Makalah
Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang dimaksudkan untuk
memberikan informasi atau pengetahuan yang berguna dalam bidang tertentu.
Dalam menyusun makalah, penulis harus melakukan penelitian terlebih dahulu
untuk memperoleh data yang akurat dan objektif. Setelah itu, data tersebut
harus dianalisis dan diinterpretasikan dengan cermat sehingga dapat
memberikan kesimpulan yang tepat. Selain itu, penulisan makalah juga harus
mengikuti kaidah tata cara penulisan yang berlaku, seperti penggunaan bahasa
yang baik dan benar serta penyusunan struktur yang sistematis.
Berbeda dengan artikel ilmiah, makalah lebih bersifat praktis dan lebih
mudah dipahami oleh orang awam. Makalah seringkali dipaparkan dalam
sebuah seminar atau dipresentasikan di kelas sebagai bentuk komunikasi
ilmiah. Oleh karena itu, penulis harus mampu menyajikan informasi dengan
bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu teknis. Namun, hal ini tidak
mengurangi nilai ilmiah dari makalah tersebut. Sebaliknya, makalah yang
disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami akan lebih mudah diterima dan
dimengerti oleh khalayak luas. Dengan demikian, makalah dapat menjadi
sarana yang efektif dalam menyebarkan pengetahuan dan informasi yang
berguna bagi masyarakat.
3. Paper
Paper merupakan karya ilmiah yang sangat populer di kalangan mahasiswa.
Biasanya, para dosen memberikan tugas kepada mahasiswanya untuk membuat
paper sebagai salah satu bentuk evaluasi. Paper sendiri memiliki konten yang
hampir mirip dengan artikel ilmiah, namun memiliki perbedaan dalam tata cara
penulisan. Dalam paper, tidak terdapat bab dan sub-bab yang harus diikuti,
sehingga lebih fleksibel dan mudah untuk diikuti oleh pembaca. Selain itu, paper
juga memiliki jumlah halaman yang relatif sedikit, sehingga mahasiswa dapat
menyampaikan ide dan informasi secara singkat dan padat.
Meskipun hanya terdiri dari beberapa halaman saja, paper tetap memiliki
nilai penting dalam dunia akademik. Dalam paper, mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan menulis dan berpikir kritis. Selain itu, paper juga
dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mahasiswa
tentang suatu topik tertentu. Dengan membuat paper, mahasiswa juga dapat
belajar untuk menyusun argumen yang kuat dan efektif. Oleh karena itu, paper
merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan akademiknya..
4. Skripsi
Skripsi erat kaitannya dengan mahasiswa semester akhir. Pasalnya, jenis
karya ilmiah tersebut digunakan sebagai syarat wajib untuk lulus jenjang strata 1
dan mendapat gelar Sarjana (S1). Penulisan skripsi biasanya dilakukan pada akhir
masa studi. Hampir sama seperti artikel ilmiah, penulisan skripsi harus didasarkan
teori dari para ahli.
Secara lengkap, penulisan karya ilmiah ini berupa pengujian suatu teori
yang diterapkan pada suatu permasalahan yang dipilih oleh penulis. Hasil
penulisan biasanya berupa analisis maupun pembuktian yang berhasil ditemukan
oleh penulis. Analisis yang ditulis dalam skripsi dibedakan menjadi 2 metode
penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif.
5. Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang sangat penting bagi mahasiswa
pascasarjana. Sebagai syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan
gelar Magister, tesis harus ditulis dengan sangat serius dan mendalam. Berbeda
dengan skripsi yang lebih bersifat subjektif, tesis harus disajikan dengan analisis
yang lebih mendalam menggunakan teori. Selain itu, tesis juga bisa berupa
pembuatan produk baru, seperti media pembelajaran atau semua hal yang
berkaitan dengan jurusan yang dipilih. Oleh karena itu, tesis menjadi salah satu
karya ilmiah yang sangat penting dalam dunia akademik.
Membuat tesis bukanlah hal yang mudah. Mahasiswa pascasarjana harus
mengumpulkan data yang akurat dan melakukan analisis yang mendalam untuk
menyajikan hasil penelitian yang bermutu. Selain itu, mahasiswa juga harus
memperhatikan format dan aturan penulisan yang berlaku, serta menghindari
plagiarisme. Namun, tesis merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk
menunjukkan kemampuan akademiknya dan memberikan kontribusi pada dunia
ilmiah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengambil kesempatan ini dengan
serius dan bertanggung jawab untuk menghasilkan tesis yang bermutu dan
bermanfaat bagi masyarakat..
6. Disertasi
Jenjang pendidikan perkuliahan di Indonesia memiliki tiga strata, yaitu S1,
S2, dan S3. Setiap strata memiliki tugas akhir yang berbeda. Mahasiswa S1 dan
S2 diwajibkan untuk membuat karya ilmiah berupa skripsi dan tesis. Karya ilmiah
tersebut menjadi syarat wajib untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana
atau magister. Sedangkan bagi mahasiswa S3, mereka diwajibkan untuk
menyusun disertasi yang berisi penemuan atau teori baru yang dicetuskan oleh
penulis. Dalam menulis disertasi, mahasiswa S3 harus memiliki kemampuan
analisis dan sintesis yang tinggi serta mampu menghasilkan kontribusi baru dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gelar Doktor atau Ph.D. adalah gelar tertinggi yang bisa diraih di bidang
akademik. Gelar ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan dan
keahlian yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
menulis disertasi, seorang mahasiswa S3 harus melakukan penelitian yang
mendalam dan menyeluruh untuk menghasilkan kontribusi baru dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, mahasiswa S3 harus mampu
mempresentasikan hasil penelitian secara jelas dan sistematis. Dengan meraih
gelar Doktor atau Ph.D., seseorang diharapkan bisa menjadi pemimpin dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memberikan kontribusi
yang signifikan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
maupun di dunia.
7.5 Rangkuman
Karya tulis ilmiah atau yang biasa disebut karya ilmiah ialah laporan
tertulis yang menyajikan hasil temuan atau penelitian yang dilakukan sang
penulis. Menurut kamus bahasa Indonesia (KBBI), karya ilmiah merupakan
karya tulis yang dibuat dengan prinsip ilmiah, menurut data dan fakta
(observasi, eksperimen, kajian pustaka). Karya ilmiah bisa dikatakan erat
dengan dunia pendidikan dan penelitian. Kebanyakan karya ilmiah yang
diterbitkan merupakan hasil dari riset yang dilakukan lembaga penelitian dan
pendidikan.
7.6 Tes Formatif
Setelah membaca uraian tentang karya tulis ilmiah, tentu Anda sudah
memiliki pemahaman yang baik tentang jenis-jenis karya ilmiah. Silakan
mengerjakan soal-soal berikut.
1) Apa tujuan utama dari karya tulis ilmiah?
2) Bagaimana struktur umum dari karya tulis ilmiah?
3) Tulislah perbedaan-perbedaan di antara ke-6 karya ilmiah yang dipaparkan
pada materi!
4) Uraikan perbedaan artikel ilmiah konteks jurnalistik dengan artikel ilmiah
dalam konteks ilmiah!
5) Apa yang membedakan karya tulis ilmiah dengan jenis tulisan lainnya?
7.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Sebagai proyek lanjutan dari materi ini, silakan Anda susun artikel
sebuah artikel ilmiah berbasis kajian pustaka yang siap untuk diunggah pada
jurnal ilmiah. Tugas lanjutan ini dapat dikerjakan secara berkelompok (3-5
orang)!
BAB VIII PENULISAN KARYA ILMIAH:
SISTEM PENGUTIPAN, CATATAN KAKI, DAN DAFTAR
PUSTAKA
8.1 Pendahuluan
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan isi berupa ilmu
pengetahuan, yang dikemas dalam format, sistematika, dan konvensi naskah
tertentu, serta disampaikan dengan menggunakan bahasa yang resmi.
Kemampuan menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya ditunjukkan
dengan kemampuan mengelola gagasan atau ide dalam sarana tertulis, namun
ditunjukkan pula dengan kemampuannya dalam menguasai konvensi naskah.
Salah satu hal yang berkaitan dengan konvensi naskah adalah pengutipan.
Mendeley adalah aplikasi yang memudahkan mengelola database berupa karya
ilmiah, terutama dalam pengutipan. Sehingga seseorang tidak akan kesulitan saat
menuliskan daftar pustaka.
8.2 Definisi Kutipan dan Rujukan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang
atau ucapan orang yang terkenal yang terdapat dalam buku-buku, jurnal-jurnal,
majalah-majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari ucapan
langsung seorang ilmuan atau tokoh terkenal, baik melalui pidato, wawancara,
maupun melalui diskusi. Jadi, kutipan selain melalui sumber tertulis juga dapat
melalui sumber lisan.
8.3 Jenis Kutipan
Kutipan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita
mengambil informasi atau pendapat dari sumber lain. Jenis kutipan yang paling
umum adalah kutipan langsung, yaitu mengambil kata-kata yang sama persis
seperti yang terdapat di dalam sumber aslinya. Kutipan langsung biasanya diapit
oleh tanda petik dan diikuti oleh penulisan nama pengarang, tahun terbit, dan
halaman yang diambil kutipannya. Sementara itu, kutipan tidak langsung adalah
mengambil informasi atau pendapat dari sumber lain namun ditulis dengan bahasa
kita sendiri. Kutipan tidak langsung tidak diapit oleh tanda petik, namun tetap
harus mencantumkan sumbernya agar tidak terjadi plagiarisme.
Namun, perbedaan kedua jenis kutipan tersebut harus diperhatikan dengan
baik karena akan membawa konsekuensi yang berbeda-beda. Kutipan langsung
memerlukan ketelitian dalam menyalin kata-kata dari sumber aslinya, sehingga
perlu dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan penulisan. Selain itu,
penulisan kutipan langsung juga harus memperhatikan aturan penulisan tanda
petik, penulisan nama pengarang, tahun terbit, dan halaman yang diambil
kutipannya. Sementara itu, kutipan tidak langsung memerlukan kemampuan
dalam merangkai kata-kata dengan bahasa kita sendiri, sehingga informasi atau
pendapat yang diambil dari sumber asli dapat disampaikan dengan jelas dan tepat.
Namun, penulisan kutipan tidak langsung tetap harus mencantumkan sumbernya
agar tidak terjadi plagiarisme..
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara
apa adanya, sesuai dengan redaksi yang terdapat dalam sumbernya. Kutipan
langsung ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang
dari empat baris ketikan, dikategorikan sebagai kutipan pendek dan apabila
lebih dari empat baris ketikan dikategorikan sebagai kutipan panjang. Kedua
bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara pengutipan yang
berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini:
Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1) Kutipan diintegrasikan langsung dengan teks.
2) Jarak antara baris dengan baris dalam kutipan sama dengan jarak baris
dalam uraian teks.
3) Kutipan harus diapit oleh tanda petik ganda.
4) Sebelum atau sesudah kutipan dicantumkan sumber rujukan.
Contoh:
Carey (1989:21) menyatakan, “News is not information, but drama.
It does not describe the world, but potrays an arena of dramatic
forces and action…”. Misalnya peristiwa di Libanon yang saat ini
menjadi perhatian dunia. Media massa secara aktif menugaskan
wartawan dan krunya ke tempat kejadian. Mereka secara aktif
membentuk realitas seperti layaknya sebuah drama. Mereka yang
setuju dan yang tidak setuju dengan peristiwa itu dipertentangan.
Lalu dibumbui dengan analisis dari berbagai pihak, tokoh terlibat,
pakar politik, dan beberapa kepala negara.
2. Kutipan tak langsung
Pengutipan pernyataan juga dapat dilakukan secara tidak langsung.
Pengutipan tidak langsung dilakukan dengan memasukkannnya ke dalam teks
utama. Pernyataan yang diambil itu disesuaikan dengan redaksi penulis, tetapi
konsep, ide, dan pikirannya masih milik pengarang yang dikutip
pernyataannya. Menurut penulis, cara ini mungkin sama degan parafrase
(Muslich, dalam Muhammad, 2011:300). Pernyataan yang dikutip secara tidak
langsung mempunyai kriteria dan bersifat:
1) Bukan konsep dan pengertian yang penting
2) Berupa klasifikasi
3) Berupa ilustrasi dan contoh
4) Ungkapan yang berbelit-belit dan membingungkan pemahaman pembaca
5) Ungkapan yang sangat peting sehingga perlu diambil ide pokoknya saja.
Pengutipan secara tidak langsung tidak memerlukan tanda petik ganda
(“…”) atau tunggal (‘…’). Berikut adalah contoh kutipan tidak langsung
denngan nama pengarangnya disebutkan dalam teks.
Contoh:
Menurut Poloma (2014:308), teori definisi sosial beranggapan bahwa
manusialah yang membentuk prilaku masyarakat. Norma, struktur, dan institusi
soasila dibentuk oleh individu-individu yang ada di dalamnya. Manusia bnar-
benar otonom. Ia bebas membentuk dan memaknakan realitas, bahkan
menciptakanya. Wacana-wacana (discource) ia diciptakan sesuai dengan
kehedaknya. Jadi realitas dipandang sevagai sesuatu yang internal, subektif,
dan nisbi. Ia merupakan kenyataan subjektif yang bergerak mengikuti dinamika
makna subjektif individu.
8.4 Teknik Penyusunan Catatan Kaki
Catatan kaki adalah keterangan atas teks karangan yang ditempatkan
pada kaki halaman yang bersangkutan. Catatan kaki dapat merujuk pada bahan
peulisan yang dijadikan sumber dan dapat pula berupa keterangan tambahan.
Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud: menyusun pembuktian,
menyatakan utang budi, menyampaikan keterangan tambahan, dan merujuk
bagian lain dari teks.
a. Tata Cara Penulisan Catatan Kaki
1) Catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama
2) Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi
3) Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi
4) Catatan kaki diketik sejajar dengan margin
5) Catatan kaki jenis karangan ilimiah formal, diberi nomor urut mulai dari
nomor satu untuk catatan kaki pertama pada awal bab berlanjut sampai
dengan akhir bab. Pada setiap awal bab baru berikutnya catatan kaki dimulai
dari nomor satu. Laporan atau karangan tanp bab, catatan kaki ditulis pada
akhir karangan.
6) Nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apa pun.
7) Nomor urut ditulis lebih kecil dari huruf lainnya, misalnya font 10.
Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis
berdasarkan cara berikut ini.
1) Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama
pengarang yang ditulis pada buku diikuti koma.
2) Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki
mencantumkan gelar tersebut.
3) Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma.
4) Nama penerbit dan angka tahun diapit tanda kurung diikuti koma.
5) Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman
diakhiri titik (.)
Contoh penulisan:
1Wiliam N. Dunn, Analisis Kebijaksanaan Publik, terj. Muhajir Darwin,
Rendah di Kota, “dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah
Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992), 121-124.
3. Singkatan dalam catatan kaki
Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan informasi
pustaka dalam catatan kaki. Penulisan harus memperhatikan persyaratan baku
yang sudah lazim.
a. Ibid
1) Ibid singkatan kata ibidum berarti di tempat yang sama dengan di atasnya.
2) Ibid ditulis di bawa catatan kaki yang mendahuluinya.
3) Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelinginya.
4) Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring,
dan diakhiri titik.
5) Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman lain, urutan
penulisa: ibid, koma, jilid, halaman.
Contoh:
1Peg C. Neuhauser, Legenda Manfaatnya bagi Perusahaan, terj. Teguh Rahardja,
(Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1994), 13-34.
2Ibid,133-145.
b. Op. Cit. (Opere Citato)
1) Op. Cit singkata kata opere Citato berarti dalam karya yang telah disebut,
2) Merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain.
3) Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dcetak miring setiap suku
kata diikuti titik.
4) Urutan penulisan: nama pengarang, nama panngilan nama famili, Op. Cit.
nama buku, halaman.
Contoh:
1 Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung: Alumni,
1976), 111.
2 Daniel Gomeman, Emotional Inteligence (Jakarta:Gramedia, 2001), 161.
3 Op.cit
Chicken Soup for the Women’s Soul, terj. Anton MGS, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), 100.
e. Institusi Sebagai Penulis
Contoh:
1Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia Sampai Tahun 2000
f. Terjemahan
Contoh:
1James C. Vann Horne, Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, a.b. Junius Tirok
Contoh:
1Bagus Sumargo, “Validitas dan Realibitas Pengukuran Kemiskinan”, Jurnal
Surat Kabar
Urutan unsur yang dituliskan: nama pengarang (kalau tidak ada nama
tuliskan halaman pembahasan, misalnya: opini, tajuk, tifa), judul artikel (diapit
tanda petik), nama surat kabar (dicetak miring) dan tanggal dan tempat
penerbitan.
Contoh:
1Usep Setiawan, “Pemerintah Baru dan Konflik Agraria, “Kompas 24 September
2004, 4-5.
2Putut EA, “Rumah Hujan”, Media Indonesia 20 Juni 2004, 13.
8.5 Penyusunan Daftar Pustaka
Daftar pustaka, juga dikenal sebagai daftar referensi, adalah bagian penting
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang mencantumkan sumber-sumber yang
digunakan atau dirujuk dalam penelitian atau pembahasan. Daftar pustaka
memberikan informasi lengkap tentang sumber-sumber yang penulis gunakan,
termasuk buku, artikel jurnal, makalah konferensi, situs web, dan sumber lainnya
yang relevan dengan topik yang dibahas.
Tujuan utama dari daftar pustaka adalah memberikan pengakuan kepada
penulis atau peneliti lain yang telah berkontribusi pada pemahaman dan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Daftar pustaka juga membantu pembaca untuk
menelusuri dan memverifikasi sumber-sumber yang digunakan oleh penulis serta
melanjutkan penelitian lebih lanjut tentang topik yang sama.
Umumnya, daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama
belakang penulis atau judul sumber jika tidak ada penulis yang tercantum. Setiap
entri dalam daftar pustaka mencakup informasi seperti nama penulis, judul karya,
judul jurnal atau buku, nama penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman jika
relevan. Format penulisan daftar pustaka dapat berbeda tergantung pada gaya
penulisan yang digunakan, seperti APA, MLA, atau Chicago.
Penting untuk menyusun daftar pustaka dengan hati-hati dan akurat sesuai
dengan panduan gaya penulisan yang digunakan. Hal ini membantu menjaga
integritas akademik karya tulis ilmiah serta memberikan pengakuan yang layak
kepada penulis atau peneliti lain yang telah berkontribusi dalam pembangunan
pengetahuan di bidang tersebut.
Penulisan Bibliografi
1) Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang, tanpa nomor urut
2) Judul buku dicetak miring
3) Jarak antara butir buku dua spasi
4) Jarak dalam butir pustaka satu spasi
Satu Pengarang:
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Catatan:
1) Nama keluarga (fam) lebih dahulu kemudia nama sebenarnya kecuali nama
Tinghoa, antara nama keluarga (fam) dengan nama sebenarnya menggunkan
koma. Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama
itu yang menggantikan nama pengarang.
2) Judul buku dicetak miring dan menggunakan tanda titik pada setiap akhir
judul. Unsur data publikasi sesudah nama pengarang tanda titik, sesudah
tahun terbit tanda titik, sesudah judul buku pakai tanda titik, antara tempat
terbit nama penerbit titik dua, disusul titik.
Dua sampai Tiga Pengarang:
Pratama, Dian dan Susan Hasan. 2011. Kepribadian Wanita. Makassar: Trio
Lestari.
Rasyid, Harun, Charmila, dan Fitrahyani. 2015. Aspek-Aspek Menulis. Jakarta:
Terkini.
Catatan: Hanya nama pengarang pertama yang dibalik susunannya, yang lainnya
ditulis sesuai dengan buku.
Lebih dari tiga pengarang:
Kusumaningsih, Dewi, dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Andi.
Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
Keraf, Gorys. 1995 Komposisi. Cet. Ke-6. Ende Flores: Nusa Indah
Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih:
Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 jld. Bandung: Pustaka
Prima.
Sebuah edisi editor atau penyunting:
Ali, Lukam, ed. 1995. Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia sebagai Cerminan
Manusi Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
Buku Terjemahan:
Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple
Intelligence di Dunia Pendidikan. Terj. Yudhi Martanto. Bandung: Kaifa.
Artikel dalam Jurnal, majalah, harian:
Samsuri. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru,”
Majalah Medan Ilmu Pengetahuan, 1:10, 323-341 (Jakarta, oltober 1960).
Tajuk rencana artikel tanpa nama:
Tajuk Rencana, “Membangun Perangkat Lunak Demokrasi,” Kompas. 24
September 2004.
Wawancara, interview radio dan televisi
Nabaskara, Roni. Interview Televisi. “Pentingya Penyuluhan untuk Membuat
Masyarakat Berpikir Logis” Rajawali Citra Televisi Indonesia. Jakarta 15
Agustus 2004.
Disertasi yang diterbitkan
Purwanti, Siwi. 2002. Partisipasi Remaja dalam Penghijauan Kota: Survei pada
Remaja di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara. Disertasi Universitas
Negeri Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.
Skripsi
Ali, hasan. 1982. “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia” Skripsi
Sarjana Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bersumber dari internet
Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya,”
Jurnal Ilmu pendidikan, (Online). Jilid 5, No. 4,
(http://www.,Malangac.id. Diakses 20 Januari 2018).
8.6 Penggunaan Mendeley
Kelebihan menggunakan mendeley, yaitu:
1. Semua file yang dimasukkan kedalam Mendeley akan terdeteksi secara
otomatis berupa judul, penulis, halaman, volume tipe file, abstrak dan
lainnya tanpa perlu memasukkan manual satu persatu.
2. Tulisan dapat disesuaikan oleh penulis karena bisa diedit
3. Memudahkan kita dalam mengakses karena Mendeley menghubungkan
lewat website. Sehingga dapat mengakses kapan pun dan di manapun.
4. Setiap karya ilmiah yang diupload akan berurutan secara otomatis.
Cara menggunakan Mendeley
1) Kunjungi lamaan: https://www.mendeley.com/
2) https://www.mendeley.com/download-mendeley-desktop/
3) Mengisi form registrasi
4) Verifikasi email yang didatarkan di Mendeley
5) Download Mendeley
6) Cari file yang sudah didownload
7) Klik yang kemudian setup
8) Klik next 2x, Klik I Agree
9) Klik instal, setelah selesai akan ada icon pada komputer
Cara menggunakan Mendeley:
1. Konfigurasikan Mendeley dan Microsoft word dengan cara buka Mendeley
2. Klik menu Tools, Pilih Instal Microsoft Word plugin
3. Buka Microsoft word, untuk menggunakan Mendeley di Microsoft Word
4. Buka Mendeley dan klik File
5. Pilih Add File, cari jurnal yang ingin ditambahkan
6. Kembali ke Microsoft Word dan klik Reference, Pilih Style
7. Klik Insert citation, akan muncul kolom dari Mendeley
8. Klik search dari penulis atau judul tulisan yang dikutip
9. Bila sudah ditemukan, klik OK. Mendeley secara otomatis akan melakukan
sitasi dari kutipan yang sudah ditulis.
8.7 Rangkuman
Kemampuan menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya
ditunjukkan dengan kemampuan mengelola gagasan atau ide dalam sarana
tertulis, namun ditunjukkan pula dengan kemampuannya dalam menguasai
konvensi naskah. Salah satu hal yang berkaitan dengan konvensi naskah adalah
pengutipan. Mendeley adalah aplikasi yang memudahkan mengelola database
berupa karya ilmiah, terutama dalam pengutipan. Sehingga seseorang tidak
akan kesulitan saat menuliskan daftar pustaka.
8.8 Tes Formatif
Setelah membaca uraian materi di atas, tentu Anda sudah dapat
mengerjakan Tes Formatif berikut ini.
1. Jelaskan cara mengutip kutipan langsung yang jumlah barisnya kurang dari
empat baris dan lebih dari empat baris.
2. Sebutkan unsur yang harus ditulis dalam catatan kaki dan jelaskan cara
menuliskannya.
3. Susunlah sebuah daftar pustaka dengan menggunakan sumber berikut!
- Buku yang dikarang oleh Widjono dengan judul Bahasa Indonesia (Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi) ditulis tahun 2014
diterbitkan di Jakarta oleh PT Grasindo.
- Buku berjudul Konsep Strategi Pembelajaran ditulis pada tahun 2009 di
Kota Jakarta, penerbit oleh Aditama ditulis oleh Dr. Nanang Hanafoah,
M.Pd dan Drs. Cucu Suhana, M.Pd.
8.9 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan tugas-tugas pada Tes Formatif, sekarang saatnya
kita menggunakan Aplikasi Mendeley pada karya ilmiah (artikel ilmiah) yang
menjadi tugas Anda pada bab sebelumnya. Setiap kelompok yang membuat
artikel ilmiah wajib menggunakan aplikasi Mendelay dalam artikelnya.
BAB IX PRESENTASI ILMIAH
9.1 Pendahuluan
3. Impromptu (spontan)
Teknik ini biasa digunakan oleh pembicara profesional yang bisa
membawakan pidato tanpa persiapan. Impromptu biasa digunakan pada acara
yang santai atau resmi namun semiformal. Di dalam teknik ini, pembicara akan
berbicara berdasarkan pengalaman dan wawasannya secara spontan. Kelebihan
teknik impromptu adalah kebebasan pembicara untuk memilih topik yang
sesuai acara dan penggunaan bahasanya yang singkat, sehingga tidak akan
membuat para pendengar bosan. Sedangkan kekurangannya adalah
kemungkinan tidak sistematisnya pidato yang disampaikan atau ad hal-hal
penting yang terlupakan karena kurang persiapan.
4. Ekstemporan (penjabaran kerangka)
Dengan teknik ini, pembicara akan menuliskan pokok-pokok pidatonya
saja secara urut di selembar kertas yang berfungsi sebagai penuntun saat
berpidato nanti. Ketika berpidato, ia akan membawa kertas penuntun itu dan
menyampaikan pidato yang telah berkembang di dalam otaknya. Dengan
begitu, pembicara tidak akan terkesan kaku, sehingga bisa memandang para
pendengar. Namun, bagi beberapa pembicara, teknik ini mengekang pergerakan
tubuh mereka, karena keharusan untuk melihat ke kertas penuntun yang
dipegang.
Demikianlah 4 teknik pidato yang bisa dipakai untuk memikat para
pendengar. Silakan Anda pilih satu yang sesuai dengan situasi dan kondisi
acara dan para pendengar.
9.4 Rangkuman
Presentasi ilmiah merupakan jenis presentasi yang tujuannya untuk
menjelaskan hasil karya ilmiah. Penyampaian presentasi harus dilakukan secara
sistematis agar memudahkan audiens dalam memahami isi materi. Sedangkan
pidato adalah sebuah kegiatan yang cukup sering dilakukan. Tidak hanya di
kalangan petinggi negara saja. Pidato dapat dilakukan dimana saja oleh kapan
saja. Di dalam pidato, seseorang bisa menyampaikan berbagai hal dengan
banyak tujuan.
9.5 Tes Formatif
1. Uraikan perbedaan antara presentasi ilmiah dengan pidato!
2. Jelaskan teknik-teknik presentasi ilmiah yang baik!
3. Uraikan kelebihan dan kekurangan dari ke-4 teknik berpidato!
9.6 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Sebagai proyek akhir, carilah beberapa contoh pidato presiden dan
mantan presiden Republik Indonesia yang ada di YouTube. Analisis teknik,
kelebihan, dan kekurangan mereka dalam berpidato!
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.
Jakarta. Grasindo.
Cakra Media.
Widjono H. S. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.