Anda di halaman 1dari 95

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MEROKOK

DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA USIA


LANJUT DI POSYANDU LANSIA DESA BATU MERAH
KECAMATAN SIRIMAU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AIR BESAR
TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :
ANWAR A. DIEK
NPM. 1320117012

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MEROKOK
DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA USIA
LANJUT DI POSYANDU LANSIA DESA BATU MERAH
KECAMATAN SIRIMAU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AIR BESAR
TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada

Oleh :
ANWAR A. DIEK
NPM. 1320117012

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anwar A. Diek

NPM : 1320117012

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan Merokok Dengan

Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu

Merah Kecamatan Sirimau Wiayah Kerja Puskesmas Air Besar Tahun

2021

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain

yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kairatu, 14 Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan

Anwar A. Diek
NPM: 1320117004
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anwar A. Diek


Tempat Tanggal Lahir : Boyou, 13 April 1998
No. Telp : 082190260072
Riwayat Pendidikan
1. SD : SD Impres Leoknyo
2. SMP : SMP Negeri 5 Luwuk
3. SMA : SMA Negeri 1 Luwuk
4. Program tinggi : S1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Maluku Husada
Karya Tulis Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan Merokok
Dengan Tingkat Hipertensi Pada Usia
Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah
Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar
Tahun 2021
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
dan rasa tanggung jawab.

Kairatu, 14 Oktober 2021

Penulis

Anwar A. Diek
NPM. 1420117012
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN

“Skripsi Ini Dipersembahan Kepada Ibu Marina Laparai, Bapak Aci D.Pako Dan Keluarga
Tercinta Yang Telah Memberikan Dukungan Moril, Material Serta Motivasi Sehingga
Dapat Tercapai Skripsi Ini”

Motto

“Hanya Ada Dua Pilihan Untuk Memenangkan Kehidupan Yaitu Keberanian Atau
Keikhlasan. Jika Tidak Berani, Ikhlaslah Menerimanya. Jika Tidak Ikhlas, Beranilah
Mengubahnya.”
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN
TINGKAT HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI POSYANDU LANSIA DESA BATU
MERAH KECAMATAN SIRIMAU WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR BESAR
TAHUN 2021

Anwar A. Diek1, Suryanti Tukiman2, Iswandi Fataruba3


1
Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat
2
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat
3
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada
Email : anwaradiek97@gmail.com
ABSTRAK

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Lanjut usia merupakan sebagian tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan tingkat kejadian hipertensi pada
lanjut usia di posyandu lansia Desa Batu Merah wilayah kerja Puskesmas Air Besar Kota
Ambon. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian
deskriptif analitik dengan metode cross-sectional study, teknik pengambilan sampel
dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Lansia yang ada di posyandu lansia
Desa Batu merah wilayah kerja Puskesmas Air Besar dan sampel sebesar 102 responden.
Analisis data menggunakan uji spearman rho. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
aktivitas fisik dengan nilai p value =0,000 < 0,05, dan kebiasaan merokok dengan nilai p
value = 0,000 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di posyandu lansia Desa Batu
Merah wilayah kerja Puskesmas Air Besar dan ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi pada lansia di posyandu lansia Desa Batu merah wilayah kerja
Puskesmas Air Besar Kota Ambon.

Kata kunci : Hipertensi, Aktivitas Fisik, Kebiasaan Mererokok, Lansia


ABSTRACT

The Relationship Between Physical Activity And Smoking Habits With Hypertension
Levels In The Elderly In The Elderly Posyandu, Batu Merah Village
Sirimau District Working Area
Great Water Health Center
year 2021

Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and
diastolic blood pressure of more than 90 mmHg on two measurements with an interval of
five minutes in a state of sufficient rest/quiet. Elderly is part of the final stage of
development in the human life cycle. The purpose of this study was to determine the
relationship between physical activity and smoking habits with the incidence of
hypertension in the elderly in the elderly posyandu, Batu Merah village, the work area of
the Air Besar Health Center, Ambon City. The type of research used is quantitative with a
descriptive analytical research design with a cross-sectional study method, the sampling
technique was carried out using a purposive sampling technique whit predetermined
criteria. The total population in this study were all elderly people in the elderly posyandu in
Batu Merah village, the working area of the Air Besar Public Health Center and a sample of
102 respondent. Data analysis using Spearman Rho test. Based on the results of the study,
physical activity was obtained with p value = 0.000 < 0.05, and smoking habits with p
value = 0.000 < 0.05. The conclusion of this study shows that there is a relationship
between physical activity and the incidence of hypertension in the elderly at the village
health post in Batu Merah, the work area of the Air Besar Public Health Center and there is
a relationship between smoking habits and the incidence of hypertension in the elderly at
the Posyandu for the elderly in Batu Merah Village, the working area of the Air Besar
Public Health Center City Ambon.

Keywords: Hypertension, Physical Activity, Smoking Habit, Elderly


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat,

hidayahNya dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Hubungan Antara Aktivitas fisik dan Kebiasaan Merokok Dengan

Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar “ Adapun tujuan penulisan skripsi ini akan

dimaksudkan sebagai syarat untuk Menyusun laporan akhir penelitian serta untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana starta satu (SI) pada

program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Maluku Husada.

Pada proses penyusunan skipsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan

berupa sumbangsi pemikiran, saran dan dorongan semangat serta bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis sangat mengucapkan rasa hormat serta terima

kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Pembina Yayasan STIKes Maluku Husada Hamdan Tunny, S.Kep., M.Kes yang telah

menyediakan segala prasarana yang penulis perlukan selama menempuh pendidikan di

STIKes Maluku Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIkes Maluku Husada yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh Pendidikan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIkes Maluku Husada.


3. Dr.Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes selaku Ketua STIkes Maluku Husada.

4. Sunik Cahyawati, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIkes Maluku Husada.

5. Suryanti Tukiman, SKM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, saran dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Iswandi Fataruba, SKM., M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, masukan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Maryam Lihi, SKM., M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan

dan saran, yang membangun guna untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ns. Taufan Umasugi, S.Kep., M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan

arahan serta masukan guna untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh staff dan dosen Pengajar di STIKes Maluku Husada terima kasih atas

banyak ilmu yang diberikan kepada penulis.

10. Ucapan terimakasih saya kepada Puskesmas Air Besar Kota Ambon yang telah

memberikan izin untuk pengambilan data awal dan melakukan penelitian.

11. Terkhusus kepada kedua orangtua saya yang telah memberikan semangat untuk
menyelesaikan Pendidikan ini dan telah berkerja keras sehingga penulis bisa

menyelesaikan Pendidikan hingga tahap akhir.

Kairatu, 13 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN.............................................................................................................. i
SAMPUL DALAM............................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN HASIL PENELITIAN....................................................... v
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN............................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP............................................................................................................ vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................................... xi
ABSTRACT....................................................................................................................... xii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1........................................................................................................................................ La
tar Belakang................................................................................................................... 1
1.2........................................................................................................................................ R
umusan Masalah............................................................................................................ 6
1.3........................................................................................................................................ Tu
juan Penelitian............................................................................................................... 6
1.4........................................................................................................................................ M
anfaat............................................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia (Lanjut Usia)..................................................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Lansia............................................................................................... 8
2.1.2. Klasifikasi Lansia............................................................................................... 9
2.1.3. Proses Penuaan................................................................................................... 9
2.1.4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia......................................................................... 10
2.1.5. Posyandu Lansia................................................................................................. 11
2.2. Gaya Hidup................................................................................................................... 14
2.2.1. Definisi Gaya Hidup........................................................................................... 14
2.2.2. Gaya Hidup Pada Lansia.................................................................................... 15
2.3. Hipertensi ..................................................................................................................... 22
2.3.1. Definisi Hipertensi.............................................................................................. 22
2.3.2. Patofisiologi Hipertensi...................................................................................... 22
2.3.3. Jenis Hipertensi.................................................................................................. 24
2.3.4. Klasifikasi Hipertensi......................................................................................... 28
2.3.5. Pengukuran Tekanan Darah................................................................................ 29
2.3.6. Gejala Hipertensi................................................................................................ 30
2.3.7. Faktor Resiko Hipertensi.................................................................................... 31
2.3.8. Komplikasi Hipertensi........................................................................................ 34
2.3.9. Penatalaksanaan Hipertensi................................................................................ 36
2.4. Keaslian Peneliti........................................................................................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep......................................................................................................... 41
3.2. Hipotesis Penelitian...................................................................................................... 42
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian.......................................................................................................... 43
4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................................................... 43
4.3. Populasi, Sampel Dan Sampling.................................................................................. 43
4.4. Variabel Penelitian....................................................................................................... 45
4.5. Definisi Operasional..................................................................................................... 45
4.6. Instrumen Penelitian..................................................................................................... 47
4.7. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................................ 48
4.8. Analisis Data................................................................................................................. 49
4.9. Etika Penelitian............................................................................................................. 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian............................................................................................................. 51
5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Peneltian........................................................................... 51
5.1.2. Analisis Univariat...................................................................................................... 53
5.1.3. Analisis Bivariat........................................................................................................ 57
5.2. Pembahasan.................................................................................................................. 59
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan................................................................................................................... 64
6.2. Saran............................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Menurut WHO..................................................................... 28


Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Makarim (2021)................................................... 28
Tabel 2.3 Keaslian Penelitian................................................................................................. 39
Tabel 4.1. Definisi Operasional.............................................................................................. 46
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden Lansia (Lanjut
Usia) Di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon................................................................................................. 53
Tabel 5.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Lanjut
Usia) Di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon................................................................................................. 54
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik Di Posyandu
Lansia Desa Batu Merah Kec.Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar
Kota Ambon........................................................................................................... 55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Responden Merokok Dan Tidak Merokok Di
Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kec.Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon................................................................................................. 55
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di Posyandu
Lansia Desa Batu Merah Kec.Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar
Kota Ambon........................................................................................................... 56
Tabel 5.6 Uji Normalitas Data............................................................................................... 56
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kec. Sirimau Wilayah Kerja
Puskesmas Air Besar Kota Ambon........................................................................ 57
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kec. Sirimau Wilayah
Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon.............................................................. 58
DAFTAR LAMPIRAN

1. Informed Consent
2. Kuesioner
3. Surat Izin Meneliti Di Puskesmas
4. Surat Pengembalian Dari Puskesmas Bahwa Telah Melakukan Penelitian
5. Master Tabel
6. Analisis Data Dengan SPSS 16
7. Dokumentasi
8.
DAFTAR SINGKATAN

ACE = Angiotensin I-Converting Enzyme

ADH = Hormon Antidiuretik

BPS = Badan Pusat Statistik

JNC = The Sevent Report of The Joint National

KEMENKES = Kementerian Kesehatan

K = Kalium

KB = Keluarga Berencana

LANSIA = Lanjut Usia

MANULA = Manusia Usia Lanjut

mmHg = Milimeter Air Raksa

NIH = National Instittute Of Health

NaCl = Sodium Chloride

Na = Natrium

PD Persi = Pusat Data Dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

PERKI = Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia

RF = Rokok Filter

RNF = Rokok Non Filter

SPSS = Statistical Product and Service Solutions

UHH = Usia Harapan Hidup

WHO = World Health Organization


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) lansia merupakan tanda keberhasilan

pembangunan, terutama pembangunan kesehatan. Lansia merupakan salah satu

kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang semakin meningkat

jumlahnya. Dari segi aspek kesehatan, lansia menjadi kelompok yang rentan

mengalami penurunan derajat kesehatan, baik secara alami maupun akibat proses

penyakit. Penting untuk meningkatkan dan merencanakan berbagai program

kesehatan yang ditujukan pada kelompok lansia (Harsismanto J, Juli Andri, Tirta Dwi

Payana, Muhammad Bagus Andrianto, 2020).

Lansia terdiri dari kelompok, pasien berusia >65 tahun dan pasien 80 tahun atau

lebih tua dianggap "sangat tua". Penuaan adalah bagian kehidupan yang tak

terhindarkan dan membawa dua peristiwa yang tidak menyenangkan yaitu penurunan

fisiologis dan keadaan penyakit (Umam & Hafifah, 2021).

Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah

kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Undang – undang No 13

tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia

60 tahun keatas. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia
diatas 60 tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial

budaya, fisiologis dan kronologis (Keperawatan et al., 2018).

Peta gambaran menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia

sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia

meningkat 3 kali lipat dari tahun 2020. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar

5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia

24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia

mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020).

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) 2020, Perkembangan jumlah

lansia di Indonesia terjadi dalam jangka waktu kurang lebih 50 tahun. Dalam periode

tersebut, persentase penduduk lansia di Indonesia mengalami lonjakan dua kali lipat

dibanding sebelumnya. Pada tahun 2020, persentase lansia mencapai 9,92 persen atau

sekitar 26,82 juta orang.

Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pula penyakit yang

muncul dan sering diderita khususnya pada lansia atau lanjut usia. Pada usia lanjut

akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh, oleh sebab itu para lansia mudah

sekali terkena penyakit salah satunya hipertensi (Andria, 2013). Menurut Anies

(2018) hipertensi adalah nilai tekanan darah di atas batas normal yaitu sistol 110-130

dan diastol 90-100 (Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, 2020).


Menurut (Amila, Sinaga, dan Evarina Sembiring, 2018) Penyakit hipertensi

atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah persisten yang juga

dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer karena tidak memiliki gejala yang

khas sehingga seseorang yang mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tidak

menyadari sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat

menyebabkan kematian (Amila et al., 2018).

WHO 2019 menyebutkan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang

menjadi salah satu penyebab utama kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatan

dunia (world healt Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi

hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah

penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian

terhadap tekanan darah yang dimiliki. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi

tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan

prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. WHO juga memperkirakan 1

diantara 5 orang perempuan diseluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih

besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 diantara 4 (Kemenkes RI, 2019).

WHO (2013) juga menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh

dunia memiliki tekanan darah tinggi dan peningkatan tersebut terjadi seiring dengan

bertambahnya usia, yaitu satu dari sepuluh orang berusia 20-an dan 30-an sampai

lima dari sepuluh orang berusia 50-an. Penyakit terbanyak pada usia lanjut
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. Dengan prevalensi

45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65 tahun, 74% dan 63,8% pada usia ≥

75 tahun (Harsismanto J, Juli Andri, Tirta Dwi Payana, Muhammad Bagus

Andrianto, 2020).

Adapun menurut hasil Riskesdas 2018 menunjukan Peningkatan hipertensi

terjadi dihampir seluruh provinsi di Indonesia. Dan Provinsi Kalimantan Selatan

memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 39,6%,

Kalimantan Timur sebesar 39,3%. Provinsi Papua memiliki prevensi hipertensi

terendah sebesar 22,2% diikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera

Barat sebesar 25,16% (Kemenkes RI, 2019).

Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita

hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian tingginya

prevalensi hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta,

Denpasar, dan Makassar terhadap usia lanjut (55-85), didapatkan prevalensi

hipertensi sebesar 52,5% (Lalilli NF, 2018).

Di Maluku sendiri angka kejadian hipertensi tergolong banyak. Pada tahun

2012, berdasarkan data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas per kabupaten/kota,

hipertensi menempati urutan ke-9 di Kota Ambon dan di Kabupaten Seram Bagian

Barat (SBB) yaitu sebanyak 9.050 kasus dan 1.182 kasus, urutan ke-8 berada di
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) dan di Kabupaten Maluku Tengah sebanyak

99 kasus (2,3%) dan 1.816 kasus (4,7%), urutan ke-7 dengan jumlah kasus sebanyak

1.029 kasus (4,2%) di Kota Tual dan urutan ke-4 dengan jumlah kasus sebanyak 669

kasus (6,8%) di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) (Huningkor & Djoko, 2014).

Berdasarkan pengambilan data awal pada tanggal 14 juni 2021 di Puskesmas

Air Besar Kota Ambon kasus hipertensi dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas

Air Besar tahun 2020 menduduki peringkat yang ke lima. Dengan jumlah posyandu

lansianya sebanyak 5 posyandu yaitu Posyandu lansia harpan jaya, posyandu kahena,

Posyandu lorong putri, posyandu wara dan posyandu puskesmas, Usia lansia dalam

kunjungan ponsyandu lansia yaitu pralansia 45-59 tahun, lansia 60-69 tahun dan

lansia resiko tinggi >70 tahun, Dimana usia lansia tersebut sudah diatur dalam

Kemenkes RI. Dan jumlah penderita hipertensi pada lansia sebanyak 129 (2.58%)

orang pada tahun 2019, 292 (5.84%) orang pada tahun 2020, dan 137 (2.74%) orang

pada bulan Januari-Mei tahun 2021.

Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan di puskesmas Air Besar,

sebagian besar lansia yang mengalami hipertensi, tidak bisa meninggalkan kebiasaan

merokok alasannya karena sudah menjadi teman sehari-harinya dan pada aktivitas

fisik juga penderita tersebut tidak tahu bahwa aktivitas fisik tertentu (berolahraga)

mampu menurunkan tekanan darah tinggi, bila penderita terkena tekanan darah tinggi
yang penderita lakukan adalah dengan berdiam diri di rumah tanpa melakukan

aktivitas apapun.

Oleh karena itu penyebab utama yang mempercepat munculnya penyakit

degeneratif adalah Gaya Hidup yang tidak sehat, akan dapat menyebabkan terjadinya

penyakit hipertensi, misalnya:, aktifitas fisik dan merokok (Muryani, 2020).

Jadi dengan permasalahan dan juga data awal yang diperoleh dari Puskesmas

Air Besar tentang faktor-faktor yang berpengaruh dengan terjadinya hipertensi pada

usia lanjut, peneliti tertarik meneliti tentang “Hubungan Aktivitas Fisik dan

Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut di Desa Batu

Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ditemukan oleh peneliti dalam studi pendahulu

dan juga berdasarkan uraian latar belakang tersebut permasalahan yang peneliti

angkat ialah apakah ada Hubungan Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Merokok Dengan

Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau

Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Merokok

Dengan Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut di Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tingkat

Hipertensi Pada Usia Lanjut di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau

Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar Tahun 2021.

1.3.2.2. Untuk mengetahui hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat

Hipertensi Pada Usia Lanjut di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau

Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar Tahun 2021.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber

pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan tentang hubungan aktivitas fisik

dan kebiasaan merokok dengan tingkat hipertensi pada lansia.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi, sumber bacaan,

dan acuan penelitian selanjutnya mengenai hubungan aktivitas fisik dan

kebiasaa merokok dengan tingkat hipertensi pada lansia.

1.4.2.2. Puskesmas Air Besar

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan

gaya hidup dengan tingkat hipertensi pada lansia sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan untuk memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan

tentang hubungan hubungan aktivitas fisik dan kebiasaa merokok dengan

tingkat hipertensi pada lansia.

1.4.2.3. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian

selanjutnya terkait dengan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia (Lanjut Usia)

2.1.1. Pengertian Lansia

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai

usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut

adalah kelompok orang yang sedang dalam perubahan yang bertahap dalam

jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut

tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah–pisahkan (Pitriani, Risa.

Yanti, J. S., Afni, 2018).

Manusia lanjut usia, biasa disingkat MANULA, atau disebut saja

kelompok lanjut usia (LANSIA) (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk

berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan

tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015). Semua

orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa masa tua merupakan masa

hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya

sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa

yang kurang menyenangkan (Pakpahan, 2016).


2.1.2. Klasifikasi Lansia

A. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

2. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

B. Menurut Kemenkes RI ada lima klasifikasi lansia, yaitu:

1. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun.

2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

3. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.

4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya tergantung orang lain (Dewi, 2018).

2.1.3. Proses Penuaan

Menua adalah proses yang mengakibatkan suatu perubahan bersifat

kumulatif, dan suatu proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian

(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Secara umum, proses menua adalah


perubahan terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental

(Dewi, 2014). Proses penuaan merupakan proses biologis dimana terdapat

perubahan-perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis,

terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan

adanya kesalahan pada molekul DNA, dan perubahan yang terjadi di dalam sel

ataupun akibat pengaruh dari luar sel Menurut (Dewi, 2018).

Menua juga bukanlah suatu penyakit tetapi merupkan daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh walaupun

demikian harus diakui bahwa dihadapi berbagai penyakit yang sering

menghinggapi berbagiai penyakit. Proses menua sudah mulai berlangsung

seseorang mencapai usia dewasa (Pakpahan, 2016).

2.1.4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia

Menurut Badan Pusat Statistik 2015, seiring dengan penambahan umur,

proporsi lansia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar. Sebanyak

37,11% penduduk pra lansia mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan

terakhir, meningkat menjadi 48,39 % pada lansia muda, meningkat lagi menjadi

57,65 % pada lansia madya, dan proporsi tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar

64,01 % (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Keluhan kesehatan itu sendiri

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan kesehatan atau


kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas, atau sebab

lainnya (Dewi, 2018).

Organ tubuh khususnya lansia menyebabkan rawan terhadap serangan

berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus, stroke, gagal ginjal, kanker,

hipertensi, dan jantung. Jenis-jenis keluhan kesehatan pada lansia dapat

mengindikasikan gejala awal dari penyakit kronis yang sebenarnya tengah

diderita. Adapun jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami lansia

adalah keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan yang secara khusus

memang diderita lansia seperti asam urat, darah tinggi, darah rendah, rematik,

diabetes, dan berbagai jenis penyakit kronis lainnya (Dewi, 2018).

2.1.5. Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui progam puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tooh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Dwi Sulastri, 2017).

Pelayanan kesehantan dikelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu menuju sehat (KMS) pada usia
lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal

penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang

dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan

Kesehatan Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di

Puskesmas (Nurillah, 2018).

A. Tujuan Posyandu Lansia

Secara garis besar tujuan pembentukan posyandu lansia dalam (Dwi

Sulastri, 2017) adalah:

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Dwi

Sulastri, 2017).

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut (Dwi Sulastri, 2017).

B. Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan tidak langsung.

Sasaran langsung adalah semua kriteria yang termasuk lansia. Dan sasaran tidak

langsung adalah keluarga, masyarakat sekitar, organisasi sosial, petugas

kesehatan dan masyarakat luas (Dwi Sulastri, 2017).

C. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia menggunakan

sisitem lima meja, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan tiga meja

(Dwi Sulastri, 2017).

1. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan

tinggi badan.

2. Meja II: melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks masa

tubuh (IMT) dan pelayanan kesehatan seperti pengobatan dan rujukan

kasus.

3. Meja III: melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling.

D. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Menurut Erfandi (2008), beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam

mengikuti kegiatan psoyandu antara lain:

1. Pengetahuan Lansia

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri

kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana

cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang

ada pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia akan


meninggkatka, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong

minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia

(Dwi Sulastri, 2017).

2. Jarak Rumah

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya

tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi

posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi

posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih

serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan

faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu

lansia (Dwi Sulastri, 2017).

3. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi

motivator kuat bagi lansia apabila bersedia untuk mendampingi atau

mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal


posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama

lansia (Dwi Sulastri, 2017).

4. Sikap Terhadap Petugas Posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan

dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu

hadir atau mengikuti kegiatan yang di adakan di posyandu lansia. Hal ini

dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu obyek (Dwi Sulastri, 2017).

2.2. Gaya Hidup

2.2.1. Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,

minat, dan opininya. Menurut Kotler (2002) gaya hidup menggambarkan

“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi. Gaya hidup merupakan

faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat (Taufiq et

al., 2020).

Gaya hidup juga merupakan salah satu tujuan dari SDGs. SDGs adalah

sebuah program pembangunan yang berkelanjutan dimana didalamnya

terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah

ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk


kemasl`ahatan manusia dan planet bumi, salah satu tujuannya berkaitan

tentang gaya hidup yaitu memastikan pola konsumsi dan Produksi yang

berkelanjutan serta memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung

kesejahteraan bagi semua untuk semua usia. Menurut Lisnawati (2001) gaya

hidup sehat menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada

upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan

positif. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) Perilaku sehat adalah

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Taufiq et al., 2020).

2.2.2. Gaya Hidup Pada Lansia

Menurut Puspitorini (2009) Gaya hidup yang sangat mempengaruhi

kehidupan lansia. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya

penyakit hipertensi, misalnya; makanan, aktifitas fisik dan merokok (Fakultas et

al., 2018).

A. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif

cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering

jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri

(Fillat, 2018).

Lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh

penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses penuaan merupakan

proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik

yang berdampak pada penurunan aktifitas fisik, psikologis, sosial dan

spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan

tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun luar tubuh. Salah

satugangguan kesehatan yang paling banyak dialami olehlansia adalah pada

sistem kardiovaskuler (Teguh, 2013). Secara alamiah lansia akan mengalami

penurunan fungsi organ dan mengalami labilitas tekanan darah (Dana, 2018).

Selain berolahraga, aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil

melakukan kegiatan sehari-hari secara ekstra, misalnya :

1. Naik tangga, pilih naik tangga daripada naik eskalator atau elvator.

2. Jalan kaki.

3. Jalan cepat atau bersepeda saat ada kesempatan.

4. Bermain dengan anak-anak.


5. Tetap bergerak, misalnya dengan mengganti saluran TV secara manual

dariapda menggunakan remote control. Hal-hal kecil seperti ini akan

membuat anda tetap bergerak.

6. Berdiri setiap satu jam. Jika pekerjaan mengharuskan anda banyak duduk,

cobalah untuk berdiri atau berjalan beberapa menit setiap satu jam. Anda

bisa menerima telepon sambil berdiri, mengambil minuman ataupun

menghampiri meja rekan kerja daripada menghubunginya lewat ponsel.

7. Berkebun, membersihkan rumah dan mencuci peralatan yang ada dirumah

sendiri (Fillat, 2018).

Menurut (Ernawati, 2019) ada beberapa cara yang dapat mengukuran

aktifitas fisik seseorang salah satunya dengan menggunakan jenis kuesioner

international physical activity questionnair (IPAQ). IPAQ berisikan

pertanyaan yang meliputi jenis, durasi dan frekuensi seseorang melakukan

aktivitas dalam jangka waktu. Misalkan selama 7 hari terakhir. Pengukuran

aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur banyaknya energi yang

dikeluarkan untuk aktivitas setiap menitnya. Metode IPAQ memiliki salah

satu kelebihan yaitu memiliki ketelitian yang tinggi serta mudah digunakan

khususnya pada responden dewasa ataupun lanjut usia. Sebagai standar yang

dipakai yaitu banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh dalam keadaan
istrahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs (Metabolic Equivalen

Taks) IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik dengan rumus :

METs/minggu = METs level (jenis aktivitas) X jumlah menit

aktivitas X jumlah hari/minggu.

Keterangan bila mana Tinggi >3000 METs-menit/minggu, Sedang

600-3000 METs-menit/minggu dan Ringan <600METs-menit/minggu.

Jenis aktivitas fisik dalam IPAQ dikelompokkan dalam tiga bagian

meliputi : aktivitas fisik berat, contohnya mengangkat barang berat,

mencangkul, senam atau bersepeda cepat, aktivitas fisik sedang, contohnya

mengangkat barang ringan, menyapu, bersepeda santai, dan aktivitas fisik

ringan contohnya seperti berjalan kaki.

B. Kebiasaan Merokok

Menurut Vita Health (2005), merokok dapat mempermudah terjadinya

penyakit jantung. Selain itu, merokok dapat meningkatkan denyut jantung

dan tekanan darah. Hal ini disebabkan pengaruh nikotin dalam peredaran

darah. Kerusakan pembuluh darah juga diakibatkan oleh pengendapkan

kolesterol pada pembuluh darah, sehingga jantung bekerja lebih cepat (Fillat,

2018).
Kebiasaan merokok menurut PD persi (Pusat Data Dan Informasi-

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) seseorang dikatakan perokok

jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok menggangu

kesehatan. Banyak penyakit yang telah terbukti sebagai akibat buruk

merokok baik secara lansung dan tidak langsung (Ulfah Nurrahmani dan

(Fillat, 2018).

Perokok dapat dibedakan menjadi perokok pasif dan aktif. Perokok

pasif adalah asapa rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok

(Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan

lingkunagn sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif

daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif

dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon

monoksida, empat kali banyak mengandung nikotin. Perokok aktif adalah

asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok

yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perokokaktif adalah orang merokok dan langsung menghisap rokok

serta bias mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar (Pakpahan, 2016).

Merokok meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan

norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin.


Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, tidak

tergantung pada lamanya merokok. Seseroang yang merokok lebih dari satu

pak per hari memiliki kerentanan dua kali lebih besar dari pada yang tidak

merokok. Berdasarkan penelitian Oroh (2013) bahwa kebiasaan merokok

mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi. Perokok dibagi kedalam 3

kelompok :

1. Berdasarkan banyak rokok yang dihisap per hari, yaitu perokok ringan (1-

10 batang rokok/hari) dengan selang waktu merokok 60 menit setelah

bangun tidur pada pagi hari.

2. Perokok sedang (11-20 batang rokok/hari) dengan selang waktu merokok

6-30 menit setelah bangun tidur pada pagi hari.

3. Perokok berat (>20 batang rokok/hari) setiap hari dengan selang waktu

lima menit setelah bangun pagi hari (Fillat, 2018).

Lama menghisap rokok menurut bustan (2007) lamanya seseorang

merokok dapat dikalsifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun dan lebih dari

10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti

merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin mudah

usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok

dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan dengan

tingkat arterosclerosis. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan


banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini (Pakpahan,

2016).

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yaitu

tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan-bahan lain

dicampur untuk dibuat rokok. Adapun jenis rokok yang dihisap berdasarkan

penggunaan filter dibagi menjadi dua yaitu :

1. Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

penyaring.

2. Rokok non filter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak

terdapat penyaring (Pakpahan, 2016).

Pembeda dan yang dapat memicu hipertensi sebagi berikut, Rokok

Non Filter biasanya mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau asli yang

dikeringkan. Rokok Non Filter berasal dari Indonesia dan diekspor ke

berbagai belahan dunia. Selain cengkeh dan tembakau, Rokok Non Filter

mengandung minyak cengkeh dan berbagai bahan tambahan lainnya. Rokok

Non Filter sering kali dianggap lebih aman daripada rokok jenis lainnya

karena mengandung bahan-bahan alami. Sementara itu, rokok filter atau

rokok yang umum ditemukan di seluruh belahan dunia terdiri dari tembakau,

bahan kimia tambahan, filter, dan penutup kertas. Filter pada umumnya

terbuat dari selulosa asetat yang biasa didapat dari olahan kayu. Materi ini
digunakan dengan tujuan untuk menyaring tar dan nikotin dari rokok. Hal ini

dipercaya dapat menurunkan efek negatif dari rokok terhadap tubuh. Dan

kandungan tar yang tinggi pada rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi dan penyakit kronis lainnya pada perokok. Satu filter rokok dapat

memiliki 12.000 serabut yang terbuat dari selulosa asetat dan serabut ini

dapat ikut terhisap ke dalam paru-paru bersamaan dengan asap rokok

(Pakpahan, 2016).

Dalam pengukuran aktivitas merokok dengan menggunakan kuesioner

dari Narayana dan Sudhana, (2013) dalam (Pakpahan, 2016) yang telah di

modifikasi. Seperti pada usia berapa mulai merokok, sudah berapa lama

merokok, jenis rokok yang di gunakan, berapa batang merokok dalam sehari

dan kapan terakhir merokok.

2.2. Hipertensi

2.3.1. Definisi Hipertensi

Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Fadhli, 2018).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama

organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Khotimah et al., 2021).

2.2.2. Patofisiologi Hipertensi

A. Perubahan Pada Pembuluh Darah

Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah berupa adanya

aterosklerosis yaitu penumpukan plak-plak pada pembuluh darah yang

menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah dan mengurangi

elastisitas pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan lumen pada pembuluh

darah menyempit sehingga terjadi kelainan aliran darah dan terjadinya tekanan

darah meningkat (Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, 2020).

B. Sistem Renin-Angiotensin

Proses terjadinya hipertensi atau tekann darah tinggi ialah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting

enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati.

Kemudian oleh hormone, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

angiotensin I. oleh ACE yang terdapat dalam paru-paru, angiotensin I diubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II itulah yang mempunyai peranan penting


dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama (Muhammad Kamil,

Taufik Septiawan, 2020).

Aksi yang pertama ini ialah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, jadi sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler, dan akibatnya volume darah meningkat

yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Muhammad Kamil, Taufik

Septiawan, 2020).

Aksi kedua ialah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal

kita. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosterone akan mengurangi

ekskresi NaCI (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.

Naiknya konsentrasi NaCI akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada akhirnya akan meningkatkan volume dan

tekanan darah (Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, 2020).

2.3.2. Jenis Hipertensi

A. Berdasarkan Penyebabnya
Hipertensi ini dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau

hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dijumpai lebih kurang 90%

dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui yaitu 10% dari seluruh

hipertensi. Menurut Sunarta peneliti lain, berdasarkan penyebabnya hipertensi

dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu:

1. Hipertensi Primer

Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.

Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer

seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar

90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Pengobatan

hipertensi primer yang sering dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi

mereka yang kegemukan (obesitas), membatasi konsumsi garam, dan olahraga.

Obat anti hipertensi mungkin pula digunakan tetapi kadang-kadang

menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol, menurunnya

kadar natrium (Na) dan kaliun (K) didalam tubuh dan dehidrasi (Amila et al.,

2018).

2. Hipertensi Sekunder

Artinya penyebabnya boleh dikatakan sudah pasti yaitu hipertensi yang

diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang termasuk hipertensi sekunder

seperti : hipertensi jantung, hipertensi penyakit ginjal, hipertensi penyakit


jantung dan ginjal, hipertensi diabetes mellitus, dan hipertensi sekunder lain

yang tidak spesifik (Amila et al., 2018).

B. Berdasarkan Bentuknya

Hipertensi dibagi menjadi tiga yaitu hipertensi diastolik, hipertensi sistolik

dan hipertensi campuran (Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, 2020).

1. Hipertensi diastolik adalah hipertensi yang dapat ditemukan pada anak-anak

atauk dewasa muda. Hipertensi ini disebut diastolik karena terjadi

peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti oleh peningkatan sistolik.

2. Hipertensi sistolik adalah peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti oleh

peningkatan diastolic.

3. Hipertensi campuran adalah peningkatan tekanan darah diastole dan sistol.

C. Jenis Hipertensi Lain Yang Perlu Diketahui Menurut (Muhammad

Kamil, Taufik Septiawan, 2020) Adalah Sebagai Berikut:

1. Hipertensi pulnomal adalah suatu keadaan medis yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru saat

beraktivitas.hal ini dapat menyebabkan sesak napas, pusing bahkan

pingsan. Berdasarkan National Instittute Of Health (NIH) dalam

kementerian kesehatan RI (2014), seseorang dikatakan menderita hipertensi


pulnomal apabila memiliki tekanan sistolik artire pulnomalis lebih dari 35

mmHg atau lebih dari 25 mmHg saat keadaan istirahat atau lebih dari 30

mmHg saat beraktivitas serta tidak ditemukan kelainan katup pada jantung

kiri, kelainan paru, penyakit jantung konginetal dan penyakit miokardium.

2. Hipertensi pada kehamilah adalah hipertensi yang terjadi pada ibu yang

sedang mengandung atau hamil. Penyebab hipertensi pada kehamilan

belum diketahui secara jelas. Hipertensi pada kehamilah bukan hanya

membahayakan ibu, namun juga janin yang dikandungnya. Dalam hal ini

hipertensi pada kehamilah tidak boleh dibiarkan dan harus diberikan

penanganan, karena akan berdampak pada pertumbuhan janin dan

terganggunya pelepasan plasenta karena risiko keracunan kehamilan.

Dalam kementerian RI (2014), hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi 4

jenis sebagai berikut:

1). Preeclampsia-eklampsia disebut juga hipertensi yang diakibatkan oleh

kehamilan atau keracunan kehamilan. Pada hipertensi ini terjadi

peningkatan tekanan darah yaitu ≥140 mmHg disertai dengan kelainan

pada urine. Hal ini ditandai dengan adanya protein pada urine (proteinuria)

> 300 mg/24 jam setelah usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi ini juga

memungkinkan untuk berkembang menjadi eklampsia atau kejang.

Hipertensi ini lebih berisiko pada wanita nullipara (belum pernah


melahirkan hidup), hamil kembar, memiliki riwayat keluarga preeclampsia,

menderita hipertensi ≥ 4 tahun, menderita hipertensi pada kehamilan

sebelumnya dan memiliki penyakit ginjal.

2). Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada pada ibu sebelum hamil.

Hipertensi ini terjadi peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum

hamil atau sebelum usia kandungan 20 minggu. Hipertensi jenis ini

biasanya menetap >12 minggu setelah persalinan.

3). Preeclampsia pada hipertensi kronik adalah gabungan preeclampsia dengan

hipertensi kronik. Hipertensi ini terjadi peningkatan tekanan darah tiba-tiba

disertai peningkatan proteinuria hingga 3 kali, peningkatan aspartate

aminotransaminase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT) serta

adanya trombosit.

4). Hipertensi gestasional adalah hipertensi pada wanita yang sebelumnya

belum pernah mengidap hipertensi, namun ketika hamil tekanan darah

menjadi mengingkat.

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol dan

diastol. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (2015).

Tabel 2.1
Kalsifikasi Hipertensi Menurut WHO
Klasifikasi tekanan Tekanan darah Sistol Tekanan darah Diastol (mmHg)
darah (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tingkat 130-139 85-89
tinggi
Hipertensi derajat 140-159 90-99
I
Hipertensi derajat 160-179 100-109
II
Hipertensi derajad >180 >110
III
Sumber : (Kemenkes.RI, 2015)

Menurut makarim (2021) klasifikasi hipertensi pada wanita dan pria

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut Makarim

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistol Tekanan darah


Darah (mmHg) diastol (mmHg)
Laki-laki perempuan Laki- Perempuan
laki
Normal 120 110 80 60
Prahipertensi 140 130-140 90 80
Hipertensi derajad I 140-159 140-159 90-99 80-89
Hipertensi derajad II >160 >160 100 dan 90->100
>100
Sumber : (Makarim, 2021).

2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa disebut

dengan sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil pengukuran

tekanan darah berupa dua angka yang menunjukkan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik. Contohnya tekanan darah 120/80, angka yang diatas menunjukkan

tekanan darah sistolik yaitu tekanan diarteri ssaat jantung berdenyut atau

berkontraksi memompa darah melalui pembuluh tersebut dan angka yang di

bawah menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri saat jantung

berelaksasi diatara dua denyutan (kontraksi). Angka-angka ini memiliki satuan

millimeter merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk merkuri). Satuan ini

menunjukkan cara pengukuran tekanan darah sejak pertama kali ditemukan

Palmer dan William (2007) (Pitriani, Risa. Yanti, J. S., Afni, 2018).

Saat ini terdapat dua jenis tensimeter yaitu :

A. Tensimeter Digital

Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah digunakan

dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan nilai hasil

pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi aliran darah (bunyi korotkrof) dan

hasil pengukuran dapat dilihat pada layar. Beberapa alat tensimeter digital juga

dapat mencetak hasil pengukuran tekanan darah (Suriatun, 2018).

B. Tensimeter Manual

Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid dan

tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini sama.
Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah pada alat untuk membaca hasil

pengukuran di mana pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat dilihat

melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka sedangkan pada

tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai yang ditunjukkan

oleh air raksa pada skala yang ada (Suriatun, 2018).

Menurut Benson dan Casey (2006) dalam penelitian (Pakpahan, 2016) ada

beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengukuran tekanan

darah yaitu:

1. Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran

2. Duduk diam selama 5 menit.

3. Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua

lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan

jantung.

4. Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan, dan

manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju.

5. Jangan berbicara selama pengukuran.

2.3.5. Gejala Hipertensi

Hipertensi tidak memiliki gejala yang khas. Kebanyakan penderita

hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun melainkan cenderung menyerupai

gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya sehingga kebanyakan orang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Gejala umum yang terjadi pada

penderita hipertensi antara lain : jantung berdebar, penglihatan buram, sakit

kepala kadang disertai mual, muntah, telinga berdengung, gelisah, rasa sakit di

dada, mudah lelah, muka memerah serta mimisan. Hipertensi yang berat biasanya

menimbulkan gejala seperti gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguang

jantung, gangguan fungsi ginjal serta gangguan pada otak. Gangguan pada otak

dapat mengakibatkan kejang-kejang, kelumpuhan, pendarahan pada pembuluh

darah di otak, gangguan kesadaran serta dapat mengakibatkan koma. Gejala

tersebut tergantung berapa lama dan seberapa tinggi tekanan darah tersebut tidak

terkontrol dan tidak diberikan penanganan (Muhammad Kamil, Taufik

Septiawan, 2020).

2.3.6. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Menurut (Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, 2020) faktor risiko

terjadinya hipertensi sebagai berikut:

A. Usia

Usia merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Pada umumnya,

semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin besar pula resiko terjadinya

hipertensi. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah sepetri

penyempitan lumen dan dinding pembuluh darah menjadi kaku serta

keelastisannya berkurang sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.


B. Jenis Kelamin

Pria cenderung banyak terkena hipertensi dibandingkan dengan wanita,

karena adanya dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat. Akan

tetapi wanita mengalami peningkatan terkena hipertensi setelah masuk usia

menopause disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita

setelah menopause.

C. Keturunan

Orang terdekat atau keluarga dekat yang memiliki riwayat hipertensi

memiliki resiko terkena hipertensi lebih tinggi. Selain dari faktor keturunan dapat

berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam (NaC1) dan renin membrane

sel.

D. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak yang berlebihan di

dalam tubuh. Obesitas dapat memicu hipertensi akibat terganggunya aliran darah.

Seseorang dengan obesitas akan mengalami peningkatan kadar lemak dalam

darah (hyperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan penyempitan

pembuluh darah (arterosklerosis). Penyempitan tersebut memacu jantung untuk

bekerja lebih keras agar kebutuhan oksigen dan zat lain yang dibutuhkan dapat

memenuhi seluruh tubuh.


E. Merokok

Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk

disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan. Apabila seseorang menderita

arteroklerosis atau penumpukan lemak dalam pembuluh darah, merokok dapat

meperparah hipertensi dan dapat menyebabkan penyakit generative lain seperti

stroke dan penyakit jantung.

F. Konsumsi Alkohol Dan Kafein Berlebihan

Alkohol merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. Diduga

akibat adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah

dan kekentalan darah yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Sedangkan

kafein diketahui dapat membuat jantung bekerja lebih cepat sehingga

mengalirkan darah lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi dalam hal ini,

kafein memiliki reaksi yang berbeda pada setiap orang.

G. Stres

Individu yang memiliki kecenderungan stress emosional resiko terjadinya

hipertensi lebih besar. Keadaan seperti tertekan, murung, dendam, takut dan rasa

bersalah dapat merangsang hormon adrenalin dan memacu jantung berdetak lebih

cepat sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

H. Keseimbangan Hormon
Keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mempengaruhi tekanan

darah. Wanita memiliki hormon estrogen yang berfungsi mencegah terjadinya

pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah. Apabila terjadi

ketidakseimbangan maka dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.

Gangguan tersebut berdampak pada peningkatan tekanan darah. Gangguan

keseimbangan hormonal dapat terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi

hormonal seperti pil KB.

2.3.7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dapat terjadi

komplokasi dan menimbulkan kerusakan serius pada organ-organ sebagai

berikut, yaitu:

A. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan

penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan

meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung

dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,

yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan

menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi

ini disebut gagal jantung (Amila et al., 2018).


B. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak dapat menimbulkan risiko stroke.

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik

dan stoke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus) adalah

stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu.

Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20%

kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dektat otak pecah. Penyebab

utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah

meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak

sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius

(Amila et al., 2018).

C. Ginjal

kanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebaban kerusakan sistem

penyaringan di dalam ginjal, akibatnya ginjal tidak mampu membuang zat-zat

yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh (Amila et al., 2018).

D. Mata

Hipertensi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga

menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yangbabkan kebutaan dan

merupakan indikator awal penyakit jantung (Amila et al., 2018).


E. Stroke

Hipertensi menyebabkan stroke, hipertensi yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan stroke yang dapat menjurus pada kerusakan otak dan saraf. Stroke

umumnya disebabkan oleh kebocoran yang mensuplai darah ke otak. Dan

pencegahan yang paling baik untuk komlikasi-komplikasi hipertensi adalah

mengontol tekanan darah (Amila et al., 2018).

2.3.8. Penatalaksanaan Hipertensi

A. Terapi Non Farmakologi

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan

tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan

risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi

derajat I, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat

merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4-6

bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan

darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain,

maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi (PERKI, 2015).


Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

(Ladyani et al., 2021).

1. Penurunan Berat Badan

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran

dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan

tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia (Ladyani et al.,

2021).

2. Mengurangi Asupan Garam

Di Negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan

tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari

kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan

sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk

mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.

Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari (Ladyani et al., 2021).

3. Olahraga

Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/hari,

minimal 3 hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap

pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya

harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau memiliki

tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerja (Ladyani et al., 2021).
4. Mengurangi Konsumsi Alkohol

Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di

Negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring

dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.

Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada

wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan

darah (Ladyani et al., 2021).

5. Berhenti Merokok

Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat

menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko

utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti

merokok (Ladyani et al., 2021).

B. Terapi Farmakologi

Secara umum, teraa hipertensi dimulai bila pasien hipertensi derajat 1 yang

tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola

hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prisip dasar

terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping, yaitu: (PERKI , 2015).


1). Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.

2). Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya.

3). Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia

55-80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.

4). Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)

dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs).

5). Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi.

6). Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

2.4. Keaslian Peneliti

Keaslian peneliti berisi hal-hal penting yang harus diungkapkan mengenai

hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tentang topik atau tema

peneliti yang akan diteliti.


Tabel 2.3
Keaslian Peneliti

No Judul/Pengarang Desain Sampel Variabel Intrumen Analisis Hasil


1 M.Ramadhani metode semua penderita Independen Kuesioner Univariat Dari hasil penelitian variabel penelitian kebiasaan merokok
Firmansyah dan analitik hipertensi yang = perilaku dan dan dengan tekanan darah pada pasien hipertensi didapatkan nilai
Rustam dengan berkunjung ke merokok wawancara Bivariat p-value 0,014 <α (0.05), hal ini menunjukan ada hubungan
(2016) pendekatan Puskesmas dan minum antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada pasien
“Hubungan Merokok cross Pembina kopi hipertensi di Puskesmas Pembina Palembang tahun 2016.
Dan Konsumsi Kopi sectional Palembang, dan Dependen Hasil penelitian variabel konsumsi kopi pada pasien hipertensi
Dengan Tekanan sampel dalam = hipertensi didapatkan nilai p-value0,020<α (0.05), hal ini menunjukan
Darah Pada Pasien penelitian ini ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah
Hipertensi Di sebanyak 68 pada pasien hipertensi di Puskesmas Pembina Palembang
Puskesmas Pembina tahun 2016.
Palembang”
2 Muhammad Agus survey Seluruh lansia Independen Kuesioner Univariat Hasil uji statistik dengan Chi-square di dapatkan nilai p-value
Fahlove, Asrinawaty, analitik yang mengalami =pola dan = 0,008 < α 0,05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan pola
Septi Anggraeni, Edy dengan hipertensi pada makan dan Bivariat makan lansia dengan kejadian hipertensi di wilayah
Ariyanto, pendekatan bulan Juli gaya hidup Puskesmas Sungai Besar Tahun 2019.
SKM.,M.Kes cross sampai Dependen Dari Hasil uji statistik dengan Chi-square di dapatkan nilai p-
(2019) sectional. September =Hipertensi value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan
“Gaya Hidup Dengan sebanyak 483 pada Lansia gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas
Penyakit Hipertensi orang dengan Sungai Besar Tahun 2019.
Pada Lansia Di sampel
Wilayah Puskesmas sebanyak 83
Sungai Besar orang
Banjarbaru”
3 Tori Rihiantoro, Muji Disain Populasi Independen Kuesioner Univariat Hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue= 0,000. Hal ini
Widodo penelitian sebanyak 267 = pola dan bivariat menunjukan adanya hubungan antara pola makan dengan
(2017) survei orang yang makan dan kejadian hipertensi. Hasil analisis juga menggambarkan nilai
“Hubungan Aktivitas analitik berkunjung, aktifitas OR=4.31 (2,187-8,494) yang berarti orang yang pola
Fisik dengan penentuan fisik makannya buruk beresiko untuk menderita hipertensi 4,31 kali
Dengan Kejadian pendekatan pengambilan Dependen dibandingkan dengan yang pola makanya baik.
Hipertensi Di case sampel dengan = hipertensi Hasil uji statistik di peroleh nilai pvalue= 0,005. Hal ini
Kabupaten control menggunakan menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik
Tulang Bawang” simple random dengankejadian hipertensi. Hasil analisis juga menjelaskan
sampling jadi nilai OR=2,255 (1,245-4,084) yang berarti responden yang
didapatkan melakukan aktivitas fisik ringan beresiko untuk menderita
jumlah sampel hipertensi sebesar 2,26 kali dibandingkan dengan yang
keseluruhan melakukan aktivitas fisik sedang dan berat.
sebesar 64
4 Diek A. Anwar, (2021) Desain Populasi Independen kuesioner Univariat • Hasil uji statistik dengan Spearmen Rho di dapatkan nilai p-
“Hubungan Aktivitas penelitian sebanyak 137 = aktivitas dan bivariat value = 0,00 < α 0,05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan
Fisik Dan Kebiasaan deskritif orang dalam fisik dan aktivitas fisik lansia dengan tingkat hipertensi di wilayah
Merokok Dengan analitik kunjungan kebiasaan Puskesmas Air Besar Tahun 2021.
Tingkat Hipertensi dengan posyandu lansia, merokok • Dari Hasil uji statistik dengan Spearmen Rho di dapatkan
Pada Lanjut Usia Di pendekatan penentuan dependen= nilai p-value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak artinya ada
Posyandu Lansia Desa case pengambilan hipertensi hubungan kebiasaan merokok lansia dengan tingkat hipertensi
Batu Merah control sampel dengan di wilayah Puskesmas Sungai Besar Tahun 2021.
Kecamatan Sirimau menggunakan
Wilayah Kerja rumus slovin di
Puskesmas Air Besar dapatkan sampel
Kota Ambon” 102 orang lansia
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dan kebiasaan

merokok dengan tingkat hipertensi pada lansia di Puskesmas Air Besar. Maka dapat

digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Aktifitas fisik

Hipertensi pada
Kebiasaan lansia
merokok

3.1. Bagan Kerangka Konseptual

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Hubungan
3.2. Hipotesis

Ha : 1. Ada hubungan Aktivitas Fisik dengan tingkat hipertensi pada usia lanjut di

Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar Kota Ambon.

2. Ada hubungan Kebiasaan Merokok dengan tingkat hipertensi pada usia

lanjut di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau wilayah

Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana data variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan

dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2015). Rancangan ini dimaksudkan

untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan tingkat

hipertensi pada usia lanjut di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar

Kota Ambon.

4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar Kota Ambon.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 September tahun 2021.

4.3. Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalilasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakeristik tertentu (Sugiyono, 2012). Populasi

merupakan keseluruhan objek dari penelitian (Notoatmodjo, 2015). Populasi


pada penelitian ini adalah lansia terpapar hipertensi yang mengingkuti

posyandu lansia di Puskesmas Air Besar sebanyak 137 responden.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasiyang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (hidayat 2015). Untuk

menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan

rumus Slovin adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ N (e)²

137
n=
1+137 (0 , 05)²

n=102 , 48

Dimana :

N : Jumlah Populasi

n : Besarnya Sampel

e : Tingkat Kepercayaan

Berdasarkan rumus di atas dan juga dibulatkan maka jumlah sampel yang

diperoleh sebanyak 102 lansia.

4.3.3. Sampling

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel digunakan adalah

purposive sampling yaitu dimana pengambilan sampel berdasarkan kriteria


sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria sampel dalam

penelitian ini adalah :

A. Kriteria Inklusi

1). Lansia yang tercatat dalam data posyandu lansia di Puskesmas Air Besar

2). Bisa baca tulis

3). Bersedia menjadi responden

B. Kriteria Eksklusi

1). Tidak mengalami gangguan mental

2). Lansia yang mengalami penyakit kronis

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah aktifitas fisik dan kebiasaan merokok.

4.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dalam

penelitian ini adalah Hipertensi Pada Lansia (Lanjut Usia).


4.5. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Secara rinci definisi

operasional pada penelitian ini dijelaskan pada tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Variabel Independen
Aktifitas aktivitas fisik berat, Kuesiner Ordinal 1. Tinggi >3000 METs-
fisik contohnya mengangkat IPAQ menit/minggu
barang berat, (International 2. Sedang 600-3000
mencangkul, senam Physical METs-menit/minggu
atau bersepeda cepat, Activity 3. Ringan <600METs-
aktivitas fisik sedang, Promotion) menit/minggu
contohnya mengangkat (Dewi, 2018)
barang ringan,
menyapu, bersepeda
santai, dan aktivitas
fisik ringan contohnya
seperti berjalan kaki
Kebiasaan Gambaran kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Perokok Ringan ≤ 10
merokok merokok seseorang kebiasaan batang/hari
seperti apakah merokok 2. Perokok Sedang 11-20
pernah merokok, batang/hari
3. Perokok Berat >20
pada usia berapa
batang/hari
merokok, sudah (Narayana dan Sudhana,
berapa lama 2013) dalam (Pakpahan,
merokok, jenis rokok 2016).
yang dihisap, berapa
batang merokok
dalam sehari dan
kapan terakir
merokok.
Variabel dependen
Lansia Hipertensi adalah Sphygmomano Ordinal Tekanan darah
yang suatu keadaan dimana meter dan 1. normal <120 / <80
mengalami tekanan darah sistolik stetoskop mmHg.
hipertensi ≥ 140 mmHg dan 2. Normal tingkat tinggi
tekanan diastolik ≥ 130-139 / 85-89
90 mmHg pada dua mmHg.
kali pengukuran 3. Hipertensi >140 / >90
dengan selang waktu (WHO 2015, dalam
lima menit dalam Makarim, 2021).
keadaan istirahat
4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa

kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel independen yaitu

aktifitas fisik kuesioner IPAQ (International Physical Activity Promotion) dan

kebiasaan merokok kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian (Nurayana dan

Suhadha, 2013) dalam (Pakpahan, 2016) serta variabel dependen yaitu hipertensi

pada lansia. Secara rinci penjelasan instrumen penelitian sebagai berikut :

4.6.1. Identitas Responden

Kuesioner ini terdiri dari 4 pertanyaan untuk mengetahui identitas lansia

(Lanjut Usia) yaitu inisial lansia, umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

4.6.2. Kuesioner Aktivitas Fisik

Kuesioner aktivitas fisik yang peneliti gunakan disini ialah kuesioner

IPAQ (International Physical Activity Promotion). Dimana pertanyaan-

pertanyaan terdiri dari dalam berapa hari melakukan aktivitas fisik yang berat,

berapa lama waktu untuk melakukan aktivitas fisik berat, dalam berapa hari

melakukan aktivitas fisik sedang, berapa lama waktu untuk melakukan aktivitas

fisik sedang, dalam berapa hari berjalan, dan berapa lama waktu yang anda

habiskan untuk berjalan.


4.6.3. Kuesioner Kebiasaan Merokok

Kuesioner kebiasaan merokok disini peneliti menggunakan kuesioner

yang ada dalam penelitian Narayana dan Sudhana, 2013. Dimana pertanyaan

terdiri dari apakah pernah merokok, pada usia berapa merokok, sudah berapa

lama merokok, jenis rokok yang dihisap, berapa batang merokok dalam sehari

dan kapan terakir merokok.

4.6.4. Pengukuran Tekanan Darah

Pada pengukuran tekanan darah disini peneliti didampingi oleh petugas

kesehatan untuk mengukur tekanan darah tinggi dengan menggunakan alat

Sphygmomanomete dan stetoskop. Dimana karasteristik tekanan darah menurut

WHO (2015). optimal <120-<80, normal 130-85, normal tinggi 130-139 dan

85-89, hipertensi derajat 1 140-159 dan 90-99, hipertensi derajat 2 160-179 dan

hipertensi derajad 3 >180->110 mmhg.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

4.7.1. Tahap Persiapan

A. Sebelum dimulainya penelitian, dilakukan tahap persiapan yang meliputi

mengurus surat izin penelitian sekaligus melapor kegiatan penelitian

kepada Kepala Puskesmas Air Besar.


B. Meninjau lokasi penelitian.

C. Menyusun jadwal dan menghubungi tempat yang dijadikan sampel

penelitian.

D. Menyiapakan alat penelitian.

4.7.2. Tahap Pelaksanaan

A. Identifikasi subyek penelitian lansia yang akan dijadikan sampel penelitian.

B. Setelah mendapatkan responden maka penulis memberikan lembar

informed conset, jika responden setuju maka penulis memberikan

kuesioner untuk di isi.

C. Pengumpulan hasil data lembar kuesioner : editing, koding, entry, data

cleaning, dan tabulation.

4.8. Analisis Data

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variable yaitu umur, pekerjaan, dan tingkat

pendidikan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan jumlah lansia hipertensi dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi jumlah dan

presentasi dari tiap variable yang diteliti.

4.8.2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel independen terhadap

variable dependen dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan bantuan


SPSS. Jika pada uji normalitas diperoleh data terdistribusi secara normal maka uji

statistic yang digunakan yaitu uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan α =

0,05. Jika data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji Spearmen Rho dengan

tingkat kemaknaan α = 0,05.

4.9. Etika Penelitian

Penelitian dialakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika yang

meliputi :

4.9.1. Memperhintungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm

and benefits). Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan

populasi dimana hasil penelitian akan di terapkan (beneficience).

4.9.2. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Penelitian ini harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia. Subjek memiliki hak azasi dan kebebasan untuk

menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).

4.9.3. Menghormati pripasi dan kerahasian subjek (respect for privacy and

confidentiality). Peneliti menggunakan prinsip kerahasian dan anonymity

dengan cara menggunakan kode yang diisi oleh peneliti.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil penelitian

Pada bab ini akan di uraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di

wilayah kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon yang dimulai pada tanggal 01

September sampai 1 Oktober 2021, dengan responden 102 lansia yang telah

memenuhi kriteria inkulasi. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner

baku yang telah teruji. Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bagian yaitu data

umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik usia, Pendidikan

terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan data khusus terdiri dari pemeriksaan tekanan

darah, hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Posyandu Lansia Desa

Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar dan hubungan

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Posyandu Lansia Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar.

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Data Wilayah

Secara geografisnya, letak dan batas wilayah kerja puskesmas Air Besar,

dengan luas wilayah ± 5 km2, Batas Utara : Desa Hative Kecil (Dusun wara

dan Gunung melintang), Batas Selatan : Gunung Air Besar, Batas Barat :
Perumahan BTN Perumnas Kebun Cengkeh (Gadihu). Wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar, mencakup 6 RW dan 32 RT.

B. Batas Wilayah

Puskesmas Air Besar merupakan puskesmas rawat jalan yang ada di

Kecamatan Sirimau Kota Ambon Propinsi Maluku. Letak Puskesmas Air

Besar Secara geografisnya, letak dan batas Kota Ambon berada antara:

Lintang : S 3̊ 41’17”, Bujur : T 128̊ 13’15”, Ketinggian : 138,75m, Akurasi

: 3,22m dengan luas wilayah kerja Puskesmas Air Besar ± 52 km.

Batas wilayah kerja Puskesmas Air Besar adalah :

1). Sebelah Timur : Ahuru ( THR 2 )

2). Sebelah Barat : Perumahan BTN Manusela ( Gadihu )

3). Sebelah Selatan : Gunung Air Besar

4). Sebelah Utara : Desa Hative Kecil ( Dusun Wara dan Gunung

Malintang )

Secara umum wilayah kerja Puskesmas Air Besar mencakup luas wilayah

yang terdiri dari 1 desa, 6 RW, dan 32 RT.

C. Keadaan Penduduk

Data Estimasi yang didapat dari statistik adalah sebagai berikut :

Jumlah penduduk seluruhnya adalah 26.204 jiwa, yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 13.604 jiwa, dan perempuan sebanyak 13.140 jiwa.


D. Akses Terhadap Kesehatan

Masyarakat yang datang berobat di Puskesmas Air Besar sebagian

besar menggunakan kartu ASKES/BPJS/KIS/Jamkesmas. KTP untuk

masyarakat berusia 17 tahun ke atas dan yang tidak memiliki kartu

kesehatan. Kartu Keluarga untuk usia 16 tahun ke bawah bagi yang tidak

memiliki kartu kesehatan. Dikenakan tarif sesuai Peraturan Daerah (Perda)

bagi yang tidak memiliki Kartu Jaminan Kesehatan / KTP / Kartu Keluarga

penduduk Kota Ambon.

5.1.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi karakteristik usia,

Pendidikan terkahir, pekerjaan dan pengukuran tekanan darah. Hasil ulasan

data umum berupa tabel adalah sebagai berikut :


Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden Lansia (Lanjut
Usia) Di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon Tahun 2021

Karakteristik Responden n %
Umur
54-59 tahun 10 9,8
60 tahun 34 33,3
70 tahun keatas 58 56,9
Jenis kelamin
Laki-laki 41 40,2
Perempuan 61 59,8
Pendidikan
SD 39 38,2
SMP/SLTP 38 37,3
SMA/SLTA 21 20,6
S1/D3 4 3,9
Pekerjaan
Pns/Pensiun Pns 4 3,9
Polri/Tni/pensiunan 5 4,9
Pegawai swasta/wirawasta 16 15,7
Pedagang 35 34,3
Petani 42 41,2
Total 102 100
Sumber data : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 karakteristik reponden didapatkan hasil umur 70

tahun keatas sebanyak 58 (56,9%) orang yang tertinggi, umur 60 tahun

sebanyak 34 (33,3%) orang dan terendah umur 54-59 tahun sebanyak 10 (9,8%)

orang, jenis kelamin perempuan sebanyak 61 (59,8%) orang yang tertinggi dan

yang terendah jenis kelamin laki-laki 40 (40,2%) orang, pendidikan sd 39

(38,2%) orang yang tertinggi dan yang terendah S1/D3 4 (3,9%), pekerjaan
petani 42 (41,2%) orang tertinggi dan terendah sebanyak pns/pensiun pns 4

(3,9%) orang.

Tabel 5.2
Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Lanjut
Usia) Di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon Tahun 2021

Tekanan Darah Jenis kelamin Total %


Responden Laki-laki Perempuan
Ya 32 42 74 72,5
Tidak 9 19 28 27,5
Total 41 61 102 100
Sumber data : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 berdasarkan kejadian hipertensi pada lansia (lanjut

usia) dengan tingkat hipertensi 74 (72,5%) responden dan masing-masing

respoden perempuan 42 orang, laki-laki sebanyak 32 orang yang mengalami

tekanan darah tinggi dan yang tidak mengalami hipertensi 28 (27,5%)

responden dengan masing-masimg jumlah perempuan 19 orang dan laki-laki 9

orang.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik Di Posyandu
Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air
Besar Kota Ambon Tahun 2021

Aktifitas fisik n %
Tinggi 16 15,7
Sedang 31 30,4
Ringan 55 53,9
Total 102 100
Sumber : Data primer

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa setengahnya 55 (53.9%) responden aktifitas

fisik adalah ringan sejumlah 55 orang.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Responden Yang Merokok Dan Tidak
Merokok Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kec.Sirimau Wilayah Kerja
Puskesmas Air Besar Kota Ambon Tahun 2021

Kebiasaan merokok n %
Ya 83 81,4
Tidak 19 18,6
Total 102 100
sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa responden yang merokok

sebanyak 83 (81,4%) orang dan yang tidak merokok sebanyak 19 (18,6%)

orang.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di Posyandu
Lansia Desa Batu Merah Kec.Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar
Kota Ambon Tahun 2021

Kebiasaan n %
merokok
Merokok ringan 20 24,1
Merokok sedang 28 33,7
Merokok berat 35 42,2
Total 83 100
Sumber : Data Primer
Tabel 5.5 menunjukan bahwa kebiasaan merokok tertinggi adalah merokok

berat sebanyak 35 (42,2%) orang, selanjutnya kebiasaan merokok yang

terendah adalah merokok ringan sebanyak 20 (24,1%) orang.

5.1.3. Analisi Bivariat

Analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan masing-masing

variabel terikat yang mempunyai hasil analisis p < 0,05.

Tabel 5.6
Uji Normalitas Data

Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Aktivitas Fisik .336 102 .000
Hipertensi .455 102 .000
Kebiasaan merokok .341 60 .000
Hipertensi .278 23 .000
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 dari uji normalitas data di dapatkan hasil 0,000 <

0,005 nilia signifikan artinya data tidak berdistribusi normal.


A. Aktivitas Fisik

Tabel 5.7
Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah
Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon Tahun 2021

Aktivitas Hipertensi
Fisik Ya Tidak n % P-Value
n % n %
Tinggi 7 43,7 9 56,3 16 100
Sedang 18 58,5 13 41,9 31 100 P = 0.000
Rendah 49 89,9 16 29,9 55 100
Total 74 28 102 100
Sumber : Data Primer

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 55 responden yang memiliki aktifitas

fisik rendah 49 (89,9%) yang mengalami hipertensi dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 16 (29,9%) orang , selanjutnya aktivitas fisik sedang dari

31 responden yang mengalami hipertensi sebanyak 18 (58,5%) dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 13 (41,9%), dan aktivitas fisik tinggi dari 16

responden yang mengalami hipertensi sebanyak 7 (43,7%) dan yang tidak

sebanyak 9 (56,3%) orang.

Untuk melihat adanya hubungan maka dilakukan uji Spearmen Rho dan

dari hasil uji hipotesis diperoleh P-Value = 0,000 (p<0,005) maka Ha diterima

dan H0 di tolak artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon.


B. Kebiasaan Merokok

Tabel 5.8
Tabulasi Silang Hubungan Kebiasan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau
Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon Tahun 2021

Kebiasaan Merokok Hipertensi


Ya Tidak n % p-value
n % n %
Merokok ringan 10 50 10 50 20 100
Merokok sedang 17 60,7 11 39,2 28 100 P = 0,000
Merokok berat 33 94,2 2 5,7 35 100
Total 60 23 83 100
Sumber : Data primer

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 35 responden memiliki kebiasaan

merokok berat 33 (94,2%) orang yang mengalami hipertensi dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 2 (5,7%) orang , selanjutnya kebiasaan

merokok ringan dari 20 responden yang mengalami hipertensi sebanyak 10

(50%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 10 (50%).

Untuk melihat adanya hubungan maka dilakukan uji Spearmen Rho dan

dari hasil uji hipotesis diperoleh P-Value = 0,000 (p<0,005) maka Ha diterima

dan H0 di tolak artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan


kejadian hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air Besar Kota Ambon.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tingkat Hipertensi Pada Usia Lanjut Di

Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja Puskesmas Air

Besar

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan yang peneliti temukan bahwa

responden tidak tahu bahkan acuh dengan penyakit yang dideritanya. Mereka

mengatakan kalau sudah tua pasti akan banyak penyakit yang datang jadi itu

merupakan proses yang alamiah. Responden jarang bahkan tidak pernah

mengunjungi ke fasilitas kesehatan tetapi jika ada keluhan sedikit diantara

mereka datang ke fasilitas kesehatan. Padahal upaya melakukan kontrol tekanan

darah dan rutin mengonsumsi obat sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi

tekanan darah tinggi.

Tenaga kesehatan yang aktif memberikan sosialisasi kepada lansia

sangatlah diperlukan, agar penderita hipertensi sadar akan pentingnya

mengontrol tekanan darah. Tenaga kesehatan merupakan kepercayaan

masyarakat dan informasi yang di berikan sangat akurat sehingga akan terjadi

perubahan pola fikir penderita hipertensi untuk merubah gaya hidup.


Aktivitas fisik teratur telah menjadi suatu program terapi hipertensi.

Melakukan program olahraga secara teratur sebanyak tiga kali dalam seminggu

dan tiap kalinya 10 menit dapat memaksimalkan tekanan darah. Olahraga yang

teratur selama 6–12 minggu dapat menurunkan tekanan darah sebesar 5–10

mmHg, baik tekanan sistolik maupun diastolik. Olahraga aerobik merupakan

jenis olahraga yang baik untuk sistem kardiovaskular. Olahraga seperti berjalan

atau bersepeda memberikan keuntungan tehadap sistem kardiovaskular, dan

dapat memperbaiki risiko penyakit kardiovaskular. Program olahraga yang

tepat ditambah makan yang sehat serta terapi obat jika diperlukan dapat

memberikan hasil yang terbaik pada tekanan darah (Divine, 2019).

Menurut analisis peneliti bahwa aktivitas fisik yang teratur dan terukur

dapat mempertahankan tekanan darah dalam kondisi normal. Aktivitas fisik

sangat berperan dalam mengontrol tekanan darah dan dapat mengurangi faktor

risiko terhadap penyakit jantung, termasuk hipertensi.yang teratur dapat

memperbaiki risiko penyakit kardiovaskular.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muliyati (2018)

tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien

rawat jalan di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan hasil uji chi-square

diperoleh bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

pada pasien rawat jalan di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil penelitian
ini menunjukkan kurang melakukan aktivitas fisik dikarenakan sudah lanjut

usia pekerjaan dikerjakan oleh anak mereka.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Meylen, dkk, (2020)

yang berjudul Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di

Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Berdasarkan hasil uji statistik Spearman’s rho disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara gaya hidup aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi dengan nilai p= 0,000 dan nilai koefisien korelasi Spearman’s rho (r)

sebesar 0,584, menunjukkann bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat.

Hubungan kesehatan reproduksi pada aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi adalah perlunya menerapkan gaya hidup sehat dengan melakukan

aktivitas yang ringan secara teratur, dengan jalan kaki pagi atau sore, bersepeda,

senam, menyapu, mencuci pakaian atau kendaraan, tidak semua pekerjaan

menggunakan jasa orang lain atau mesin. Upaya preventif yaitu tenaga

kesehatan melaksanakan senam bersama para lansia setiap minggu di pelayanan

kesehatan baik puskesmas maupun balai pengobatan atau klinik.

5.2.2. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat Hipertensi Pada Usia

Lanjut Di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar


Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat cathecolamin tubuh seperti

hormon adrenalin. Hormon adrernalin memacu kerja jantung untuk berdetak

10-20 kali/menit dan meningkatkan tekanan darah 10-20 skala. Hal ini

berakibat volume darah meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.

Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah,

membuat darah mengalami penurunan dalm mengikat O2. zat ini juga dapat

meningkatkan keasaman sel darah sehingga darah menjadi lebih kental dan

menempel didinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa

jantung memompa darah lebih cepat lagi sehinga tekanan darah meningkat.

Merokok telah menunjukkan hubungan peningkatan kekakuan pembuluh

darah, penghentian merokok merupakan gaya hidup yang penting untuk

mencegah penyakit kardiovaskular. Merokok berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah

Sakit Daerah Cepu yang menyatakan bahwa semakin lama dan semakin banyak

jumlah rokok yang dihisap, maka semakin berisiko seseorang untuk mengidap

hipertensi (Suheni, 2020).

Kebiasaan merokok pada orang dewasa dan remaja umunya lansia

semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan

meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan

mereka mengalami ketergantungan nikotin. Ketika seseorang menghiup asap


rokok, nikotin disuling dari tembakau dan dibawa oleh partikel asap kedalam

vena pulmonaris paru. Selanjutnya, partikel nikotin memasuki sirkulasi arteri

dan bergerak menuju otak. Dimana partikel-partikel ini akan mengikat reseptor

nAChRs, reseptor ionotropik yang terbuka untuk memungkinkan kation seperti

sodium dan kalsium melewati membran dalam menanggapi lebih banyak

pengikatan utusan kimia, seperti neurotransmitter. Salah satu eurotransmiter ini

adalah dopamin, yang dapat meningkatkan mood perokok, mengaktifkan

perasaan senang dan perasaan nikmat (Ajeng, 2017).

Menurut analisis peneliti kebiasaan merokok merupakan pemicu penyakit

kardiovaskuler, serta kanker paru yang bisa mematikan. Merokok menyebabkan

Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih cepat

lagi sehinga tekanan darah meningkat.

Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

hiperensi. merokok dapat meningkatkan denyut jantung kebutuhan oksigen

untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan. Bagi penderita yang

memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak paada pembuluh darah,

merokok dapat memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penykit

degeneratif lain seperti stroek dan penyakit jantung (Sari, 2017).

Hal ini sesuai dengan penelitian Arif, dkk, (2019) hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa nilai p (0,003) < 0,05 dan nilai χ2 hitung (8,963) > χ2
tabel (3,84). Nilai r 0,243 menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya

bersifat searah dimana lansia yang mempunyai kebiasaan merokok akan

beresiko untuk mengalami hipertensi.

5.2.3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memniliki keterbatasan yaitu :

A. Peneliti memiliki keterbatasan waktu sehingga pengukuran pengendalian

hipertensi hanya menggunakan kuesioner dan juga observasi secara lansung

hanya sesaat saja. Hal ini memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian,

yang mungkin responden tidak jujur dalam mengisi kuesioner.

B. Peneliti juga memiliki keterbatasan jangkawan lokasi pengambilan data

karna sebagian besar lansia di posyandu lansia di Desa Batu Merah

rumahnya jauh.
BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

6.1.1. Adanya hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia

di Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar Kota Ambon tahun 2021.

6.1.2. Adanya hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Wilayah Kerja

Puskesmas Air Besar Kota Ambon tahun 2021.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Puskesmas

Menambah tenaga kesehatan terutama tenaga kesehatan promosinya agar

masyarakat Di Daerah Puskesmas Desa Batu Merah bisa diberikan penyuluhan

yang memadai dan mencukupi tentang dampak bahaya dari hipertensi terutama

pada lansia dan pengruh dari aktivitas fisik pada kenaikan tekanan darah. Dan

meningkatkan promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat

khususnya pada lansia untuk melakukan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup


Sehat) diantaranya tidak merokok dan melakukan aktifitas fisik misalkan

olahraga, serta rutin memeriksakan kesehatan kepuskesmas.

6.1.2. Bagi institusi pendidkan

Bagi institusi pendidikan perlu diadakan kegiatan pendidikan kesehatan

untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi

khususnya pada lansia dan segala faktor penyebabnya.

6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini bisa menambah referensi atau ilmu yang

bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Amila, A., Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Self Efficacy dan Gaya Hidup Pasien
Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 9(3), 360. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.974,
diperoleh 21 juni 2021.
Arif D, Rusnoto R, Hartinah D. (2019) Faktor– Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa Klumpit Upt Puskesmas Gribig
Kabupaten Kudus. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2019;4(2).
https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.974, diperoleh 29 juni 2021.
Divine GJ. (2019). Program Olahraga tekanan Darah Tinggi. Klaten PT Intan Sejati.
Dewi, N, R. (2018). "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun". Skripsi. Peminatan Epidemiologi
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia, Madiun.
Dwi Sulastri. (2017). Merawat Manusia Lanjut Usia. Lansia, 67(6), 14–21.
Dana, Y, E., Hariyono., Indrawati, U. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik
Denganderajathipertensi Pada Lansia (Studi di Dusun Pajaran Desa Peterongan
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Jurnal Kesehatan, 8(7), 13-22.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1774/1/jurnal%20yusuf%20ok.pdf, diperoleh 20 juni
2021.
Fadhli, W. M. (2018). Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada
Usia Dewasa Muda di Desa lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol. Jurnal
KESMAS, 7(6), 1–14.
Fahlove, M. A., Asrinawaty, Anggraeni, S., & Ariyanto, E. (2019). Hubungan Pola Makan
Dan Gaya Hidup Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Sungai Besar Banjarbaru Tahun 2019. EPrints UNISKA, 1–8. http://eprints.uniska-
bjm.ac.id/779/, diperoleh 21 juni 2021.
Fakultas, D., Keperawatan, I., & Darma, U. (2018). Pada Lansia Dipuskesmas Darussalam
Medan Poniyah Simanullang. Xxvi, 522–532.
Fillat, M. T. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada
pasien lansia di kelurahan semampir kota kediri tahun 2018. 1.
Harsismanto J, Juli Andri, Tirta Dwi Payana, Muhammad Bagus Andrianto, A. S. (2020).
Kualitas Tidur Berhubungan Dengan Perubahan Tekanan Darah. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Huningkor, J., & Djoko, S. W. (2014). Prevalensi Dan Karakteristik Penderita Hipertensi
Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Di Desa Eti Tahun 2013. Mm, 4(2).
https://tinyurl.com/re3e22g, diperoleh 22 juni 2021
Kemenkes.RI. (2015). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7, diperoleh 22 juni
2021.
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI, 1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf, diperoleh tanggal 22 juni 2021.
Kemenkes RI. (2020). Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular .
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/aceh/populasi-lansia-diperkirakan-terus-
meningkat-hingga-tahun-2020, diperoleh 23 juni 2021.
Keperawatan, A., Pada, K., Tn, L., Kep, S., Sumarsih, G., Kp, S., Biomed, M., Mahathir,
N., Kep, S., Kep, M., & Kom, S. (2018). Peminatan Keperawatan Gerontik.
Khotimah, A., Purnomo, P. S., & Amry, R. Y. (2021). Pengaruh Keturunan, Obesitas dan
Gaya Hidup yang Mempengaruhi Risiko Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pandak II Bantul DIY Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat :
Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 13(1), 34–40.
https://doi.org/10.52022/jikm.v13i1.106, diperoleh 23 juni 2021.
Kurniawati, Sandra Aprilia. (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pola Makan
Lansia Yang Menderita Hipertensi (Di Puskesmas Kecamatan Bareng, Kabupaten
Jombang). Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika. Jombang.
Ladyani, F., Febriyani, A., Prasetia, T., & Berliana, I. (2021). Hubungan antara Olahraga
dan Stres dengan Tingkat Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 10(1), 82–87. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.514, diperoleh 23 juni
2021.
Lalilli NF, R. A. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Hipertensi pada Pasien Lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri Tahun 2018. Java
HealthJournal,15(40),13.http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/
earth_summit_2012_v3. diperoleh 23 juni 2021.
Muliyati H, Syam A, Sirajuddin S. (2018) Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium
serta aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Media Gizi Masy Indones. 2018;1(1):46–51
Muhammad Kamil, Taufik Septiawan, T. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi
Elektroakupuntur terhadap Nilai Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi : Literature
Review. BSR Borneo Student Research, 2(1), 235.
Makarim, Fadhli, Rizal., (2021). Mengenal Tekanan Darah Normal pada Pria dan Wanita.
https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-tekanan-darah-normal-pada-pria-dan-
wanita, diperoleh 8 juli 2021.
Nurillah, R. (2018). Hubungan gaya hidup terhadap terjadinya resiko hipertensi pada lansia
di wilayah puskesmas unit 2 kecamatan sumbawa. Lansia, 67(6), 14–21.
Pakpahan, I. A. (2016). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. 1–100.
Pitriani, Risa. Yanti, J. S., Afni, R. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1), 74–77.
Suoth M, Bidjuni H, Malara R. (2020) Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di
puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara. J Keperawatan.
2021;2(1).
Setyonto, W. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia.
STIKes “ICME” Jombang, 6, 21.
Suriatun. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi di
posyandu lansia dusun pundung nogotirto gamping sleman yogyakarta. Universitas
’Aisyiah Yogyakarta, x(x), 1–13.
Susanti, D. C. A. (2015). Konsumsi Makanan, Obesitas Sentral dan Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. In Bagian Gizi Kesmas Universitas Jember.
Taufiq, L. O. M., Diliyanti, S., Taswin, & Muriman, Y. (2020). Hubungan Gaya Hidup
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-Meo
Kota Bau Bau. Jurnal Industri Kreatif (JIK), 4(01), 45–56.
https://doi.org/10.36352/jik.v4i01.55, diperoleh 24 juni 2021.
Umam, R. H., & Hafifah, V. N. (n.d.). Gambaran Gaya Hidup dan Hipertensi Pada Lansia:
A Systematic Review. Jurnal Sains Dan Informatika, 4(1), 88–93.
Wulandari, H. (2019). " Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Pra Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang
Tahun 2019". Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D III Gizi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis. Padang.
Widyaningrum, S. (2019). “Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia (Studi Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember)”.
Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai