Anda di halaman 1dari 2

(dedikasi untukmu GURU: HONOR KATEGORI 2)

Penantian Yang Terbawa Mati

(Puisi ini ditujukan kepadamu: bapak presiden)

"Lelah sudah aku menunggu


Kau tak datang datang
Jangankan menghampiri ku
Kabarpun tak ada
Kau diam kau bisu itukah sikapmu,pakk
Kau biarkan kami mati seiring waktu
waktu terus berdetik paaaaaakkkk....
Banyak diantara kami sudah tumbang
Apakah kau sengaja biarkan kami hilang degan sendirinnya ( mati )

Jangankan kau angkat kami


Kau lihat pun tidak
Kau katanya bela rakyat
Apakah kami bukan rakyatmu...
Mungkin kau anggap kami beban
Mungkin kau anggap kami sampah yg sdh tak layak
Lihat pak.. apakah bapak melihat kehidupan kami , kami juga manusia
Kami juga warga negri ini
Kami rakyatmu....
Kami juga layak kau perhatikan
Di mana hatimu paakkk...

Sekarang terserah kau pak...


Kami mau di buang , di hancurkan,
Bahkan kami mau di bunuh pun dgn tangan besi mu SILAHKAN..!

Sekali lagi kami sudah lelah, cape, bosan berteriak ,


Percuma kami marah pun kau sudah tak peduli pada kami

Sekali lagi aku katakan


TERSERAH PADAMU PAK PRESIDEN..."
Seorang ibu berjuang, dia seorang honorer, pandanglah dia dari sisimu seperti dirimu, ia butuh
hidup, ia bertahan, sampai kapan, roda zaman berputar, tapi kini ia belum menemukan jati diri,
jadi pns sejati, siapa peduli, banyak hajat yang perlu dituntaskan, tapi yang satu ini sampai
kapan, dia mencari, meminta, mengintip di dunia maya, tiada kabar berita, baru angin sorga..oh
tuhan, ampuni ia, apa salah dan dosa, sehingga yang bukan berhak pun membuatnya kalah,
kurang apa usahanya, apa kurang pendekatan.. Apa kurang pandai -pandai dengan pemegang
kebijakan,.. Bukan itu, pandanglah mereka dari sisi kemanusiaan..

Anda mungkin juga menyukai