Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVIDANCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


’’ MIDWIFERY KNOWLEDGE ’’

Disusun oleh: Kelompok 6 Kelas A – 1


1. Alfiana Fadhilah Shahab 15. Lita Amelia
2. Apriyanti Mayunda 16. Melisah
3. Asmidar 17. Muthahara Dalilaty
4. Claudia Riani 18. Neneng Pitriani
5. Efaj Fajriati 19. Nina Maryana
6. Eka Kartika Pratiwi 20. Putri Rochmawati
7. Ersa Meilita Putri 21. Putri Yulianingsih
8. Filzah Syadhila Alsyamsu 22. Siti Ma’Muroh
9. Idayati Manik 23. Stela Mega Anggraeni
10. Ika Yunila Wigianty 24. Suciati Romadhoni
11. Jubaedah 25. Wardiah
12. Kayantina Febiola 26. Yeni Oktaviyana
13. Kiki Supriyati 27. Yolanda Sriliska Manulang
14. Kuneng Umbarwati 28. Yulia

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas tentang
“Midwifery Knowladge”. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW semoga selalu terlimpahkan. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Dian Reflisiani SSiT, MKes selaku dosen yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Serta teman-teman kelompok 6 yang sudah bekerja sama
untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
EVIDANCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. Tujuan lain dari penyususn
makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan akademis serta
meningkatkan rasa tanggung jawab seorang mahasiswa.
Kami menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurna. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun,
sangat membantu demi terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang.
Semoga dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, makalah ini dapat
memberi manfaat kepada semua pihak terutama bagi kami dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jakarta , 13 Novemver 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian........................................................................................3
C. Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
A. Pengetahuan Kebidanan............................................................................5
B. Filosofi Kebidanan......................................................................................7
C. Prinsip Pokok Kebidanan...........................................................................7
B . Penerapan Kebidanan.................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang
sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence
based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai
dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan
kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan
menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal.
Kebidanan merupakan profesi dinamis yang sangat responsive terhadap
perubahan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Dengan mengutamakan keterampilan profesioanal denggunakan praktik berbasis
bukti, dalam bentuk evidence based midwifery agar hasil evaluasi terhadap
penelitian pada pelayanan kebidanan sehingga dapat digunakan dalam proses
preventif dan promotif dan sebagai bagian dari pengambilan keputusan keluarga
sesuai dengan kebutuhan ruang lingkup wanita. Dengan pelaksanaan praktik asuhan
kebidanan yang berdasarkan evidence based midwifery baik yang dilaksanakan di
Indonesia maupun akan didadptasi dari Luar Negeri tersebut sebagai media dalam
mengurangi risiko-risiko yang dialami ibu dan anak sehingga mengurangi angka
kematian ibu dan anak.
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menyita perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena Angka
Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan dunia. Terdapat berbagai
komponen yang berpengaruh terhadap proses kematian ibu. Yang paling dekat
dengan kematian dan kesakitan ibu adalah kehamilan, persalinan, atau
komplikasinya, dan masa nifas. Karena seorang wanita harus hamil atau bersalin
terlebih dahulu sebelum dapat digolongkan dalam kematian ibu (Saifudin,
2009:284).
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan,
dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu
kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta
pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-
kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan
pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan
negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.
Pelayanan kebidanan meliputi pelayanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus dan KB. Seorang wanita yang telah melahirkan harus mendapatkan
pelayanan kontrasepsi untuk menunda/merencakan dan mengakhiri kehamilan
dikarenakan sebagai berikut: jarak yang aman untuk persalinan adalah 2-4 tahun,
kesuburan seorang wanita akan terus berlangsung sampai mati haid, umur yang
terbaik untuk hamil adalah 20-35 tahun dan persalinan pertama dan kedua paling
rendah resikonya (Saifuddin, 2006:147).
Kematian pada bayi di Indonesia merupakan salah satu AKB yang tertinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN. Menurut survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2016, Angka Kematian Bayi di Indonesia tercacat 34 per 1000
kelahiran hidup dari target penurunan 17 kematian bayi dari 1000 kelahiran.
Kematian pada bayi disebabkan karena terjadi asfiksia 25%, BBLR dengan IUGR
1,4%, sepsis neonatrum 9,5%, kecacatan lahir 7,3%, bayi kurang umur 5,8%
(Depkes RI, 2015).
Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian
Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat
(Riskesdas, 2013). Maka dari itu diperlukan asuhan kebidanan secara Continuity
Of Care atau asuhan kebidanan yang berkesinambungan yaitu dengan strategi
kesehatan yang efektif dan memungkinkan perempuan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka, sepertihalnya pemeriksaan
kehamilan di lakukan kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali
kunjungan yaitu 1x di TM I K1 pada usia (16 minggu), TM II 1x K2 dilakukan
pada (24-28 minggu), TM III 2x K3 (32 minggu) dan K4 (36 minggu sampai lahir),
pertolongan persalinan yang sesuai dengan SOAP dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, asuhan masa nifas yang dilakukan kunjungan masa nifas minimal 4 kali
(KF I 6-8 jam setelah persalinan, KF II 6 hari setelah persalinan, KF III 2 minggu
setelah persalinan, KF IV 6 minggu setelah persalinan), melakukan kunjungan bayi
baru lahir minimal 3 kali (KN I 6 - 48 jam, KN II 3 hari - 7 hari, KN III 8 hari – 28
hari), memberikan pelayanan KB (Sarwono, 2007:101).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah menjadi beberapa, diantaranya:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan midwifery knowledge (pengetahuan kebidanan)?
1.2.2 Apa yang dimaksud filosofi kebidanan?
1.2.3 Bagaimana prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based ?
1.2.4 Bagaimana penerapan asuhan kebidanan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian midwifery knowledge (pengetahuan
kebidanan)
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud filosofi kebidanan.
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence
based.
1.3.4 Untuk mengetahui penerapan asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Midwifery Knowledge (Pengetahuan Kebidanan)


Bidan (bahasa Inggris: Midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki
izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan
melalui kongres ICM (International Confederation of Midwives) ke-27 yang
dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia.
Pengeetahuan kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal.
Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala
nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan
sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan
pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan
negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.
Dahulu definisi bidan hanyalah sebagai sebutan bagi orang yang belajar di
sekolah khusus untuk menolong perempuan saat melahirkan. Penyebutan
“menolong perempuan” bukan berarti seorang bidan dapat dipersepsikan layaknya
sebagai seorang pembantu. Penolong di sini dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan pertolongan berupa layanan kesehatan yang memadai kepada Ibu
yang sedang melahirkan atau persalinan. Persalinan yang sesungguhnya adalah
menempatkan seorang Ibu sebagai pelaku utama sedangkan orang-orang yang
disekitarnya berstatus sebagai penolong, termasuk di dalamnya adalah bidan dan
dokter spesialis kandungan. Persalinan yang ditolong bidan adalah persalinan yang
normal. Bila ditemui adanya kelainan maka seorang bidan harus merujuk ke dokter
spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (Dokter Sp.O.G.) untuk melakukan
pertolongan lanjutan dalam mengatasi kelainan tersebut.
Sedangkan definisi terbaru dari ICM (International Confederation of
Midwives)[1] yang dikeluarkan pada Juni 2011, bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi
oleh negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang
dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan
kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan
(register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai “bidan”, serta mampu
menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan. Definisi yang terakhir ini
adalah definisi yang berlaku saat ini hingga ditinjau kembali oleh ICM pada Tahun
2017.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.
Menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2023 tentang Tenaga Kesehatan,
bidan adalah tenaga kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan,
memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. Di dalam keadaan tertentu yakni suatu kondisi tidak adanya Tenaga
Kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk maka seorang
bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran dan/atau kefarmasian di luar
kewenangannya dalam batas tertentu.
Profesi Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan
yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung
jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada
ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Seorang bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi
orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Persepsi modern tentang profesi bidan memberikan penekanan bahwa di
dalam melakukan praktiknya, bidan profesional berperan dalam:
 Memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan yang
hamil, bersalin, dan juga periode setelah melahirkan (post-partum)
 Bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak, serta
bagi keluarga dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling,
perawatan kehamilan, dengan terlibat membantu secara penuh hingga periode
setelah melahirkan.
 Melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih mengarahkan seluruh
upaya sesuai kompetensinya agar persalinan berjalan secara normal / alami.
 Melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang membutuhkan
pertolongan dokter SpOG.
Bidan merupakan suatu profesi yang sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Mulai dari tengah perkotaan hingga pelosok desa bidan dengan mudahnya kita
temui. Mengemban amanah-amanah sebagai ujung tombak penurunan angka
kematian ibu dan bayi di setiap daerah maka profesi ini tidak dapat kita anggap
sebelah mata.
Masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian anak menjadi
keprihatinan tersendiri bagi banyak kalangan. Bidan berperan aktif dalam
program SDG’s melalui upaya akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi
menjadi 23/1.000 kelahiran hidup. Kiprah bidan dalam upaya ini dapat dilihat dari
penempatan bidan- bidan desa yang membawahi satu desa atau biasa disebut bidan
desa.

2.2 Filosofi Kebidanan


Filosofi asuhan kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan
yang digunakan sebagai kerangka piker dalam memberikan asuhan kebidanan.
Tujuan filosofi kebidanan adalah memberikan persepsi yang sama kepada bidan
mengenai hal-hal penting dan berharga dalam memfasilitasi proses
penganggulangan teori dan praktek. (Husanah,dkk. 2019: 3-7).
Secara filosofi kebidanan dapat dikatan suatu ilmu karena kebidanan
memiliki karakteristik ilmu pengetahuan sebagai berikut:
a. Bersifat universal yaitu berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan.
b. Bersifat generic yaitu mencirikan golongan tertentu dari pengetahuan ilmiah,
contoh: ilmu-ilmu sosial.
c. Bersifat spesifik yaitu memiliki ciri-ciri yang khas dari semua disiplin ilmu
yang membedakannya dengan disiplin keilmuan lain.
Prinsip dasar filosofi kebidanan menurut ACNM (1996)(dalam Husanah, dkk.
2019) meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Setiap individu meyakini bahwa mempunyai hak untuk merasa aman,
mendapat pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan
martabatnya.
b. Bidan meyakini bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses yang
normal.
c. Asuhan kebidanan difokuskan kepada kebutuhan individu, keluarga untuk
perawatan fisik, emosi dan hubungan sosial.
d. Klien ukut terlibat dalam menentukan pilihan.
e. Asuhan kebidanan berkesinambungan mengutamakan keamanan, kemampuan
klinis dan tanpa intervensi pada proses yang normal.
f. Meningkatkan pendidikan pada wanita sepanjang siklus kehidupan.
Prinsip dasar filosofi kebidanan menurut Maternity services Advisory
Commite (1995) dalam Hasanah,dkk (2019: 4) adalah sebagai berikut:
a. Dalam persalinan melibatkan partisipasi orang tua dan anggota keluarga dalam
menentukan asuhan.
b. Pada masa post natal setiap ibu harus diberi pedoman tentang perawatan bayi
dan tenaga penolong.
c. Selama dirawat di rumah sakit, ayah dianjurkan untuk terlibat dalam
merawat bayinya.
Beberapa prinsip filosofi asuhan kebidanan yang harus diperhatikan bidan
diantaranya:
a. Pusat asuhan adalah keluarga.
b. Orientasi pada upaya promotif dan preventif keluarga.
c. Self determination: menghormati, martabat manusia dan diri sendiri.
d. Respecting cultural and etnic divercity: menghormati perbedaan kultur dan
etnik.
e. Safety: memberi keamanan pada klien.
f. Satisfying: memperhatikan kepuasan klien.
Sebagai wujud dari penerapan filosifi asuhan kebidanan, akan lebih baik
apabila bidan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Asuhan kebidanan disusun untuk mengetahui kebutuhan ibu, bayi dan
keluarga.
b. Dalam pemberian asuhan kebidanan harus didukung dengan perhatian
kepada otonomi individu.
c. Merencanakan dan membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga.
d. Berpandangan bahwa perempuan dan keluarga berhak secara penuh untuk
menentukan dan memutuskan rencana asuhan.
e. Mempertimbangkan kebutuhan pendidikan fisik, psikologi, sosial, budaya
dan spiritual.
f. Asuhan diberikan dengan berdasarkan pada bukti yang telah ada (evidence
based).
g. Asuhan diberikan dengan empati, mempertimbangkan konsekuensi dan
berdasarkan kepercayaan.
h. Memberikan asuhan dengan menggunakan pendekatan/ manajemen
kebidanan.
i. Menanamkan pada ibu dan keluarga bawa kehamilan dan persalinan
merupakan proses alamiah/fisiologis.
j. Menerapkan komunikasi efektif dengan ibu dan keluarga serta dengan
tenaga kesehatan lain.
k. Mempunyai pandangan tentang pentingnya asuhan berkelanjutan

2.3 Prinsip Pokok Kebidanan


Prinsip pokok asuhan kebidanan adalah asuhan sayang ibu. WHO /
Safemotherhood menjelaskan cara memberikan asuhan yang bersifat sayang ibu
terbukti efektif sehingga kaum ibu merasa nyaman dan prinsip asuhan sayang ibu
perlu digalakkan pada penatalaksanaan asuhan kebidanan.
Landasan fisiologis dari asuhan sayang ibu sebagai berikut :

1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta
melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi
sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh
bukti ilmiah (evidence-based practice).
2) Pemberdayaan.
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu, bidan harus
memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman
mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri
pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3) Otonomi.
Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga. Untuk dapat mengambil suatu keputusan
mereka memerlukan informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang
resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan
sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu
dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya
berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4) Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas
sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu
maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan
intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5) Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan
pertimbangan yang matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi
tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin,
bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang
ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab
semua profesional bidan.

2.4 Penerapan Kebidanan


Dalam rangka mewujudkan harapan masyarakat, pemerintah telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
yang salah satu prioritasnya adalah menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada saat ini Angka Kematian Ibu telah menurun dari 307 per 100,000
kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2007, sementara Angka Kematian Bayi mengalami stagnasi dari 35 per
1,000 kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 34 per 1,000 kelahiran hidup
pada tahun 2007 Angka ini masih relatif lebih tinggi dibandingkan negara- negara
ASEAN.
Hasil pengkajian kualitas kesehatan ibu dan anak yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan WHO, IBI, UNICEF, UNFPA dan
HOGSI (2012) menyatakan sebagian besar pelayanan kesehatan ibu dan anak
masih belum memenuhi standar. Pelayanan yang belum terstandar ini
mencerminkan kwalitas kebidanan di Puskesmas dan RS yang berdampak pada
kehidupan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Hal ini tidak sejalan hasil
Riskesdas 2010 yang menyatakan tingginya cakupan K1 yang telah mencapai
92,7%, cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 82,2 %, cakupan
kunjungan neonatal pertama 71,4% dan cakupan KB cara modern sebesar 57,4%.
Masih di temukan disparitas antar daerah disebabkan oleh faktor geografis (daerah
terpencil dan kepulauan) belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan obat- obatan yang terjangkau,
kurangnya tenaga kesehatan serta masih adanya hambatan dalam mengakses
pelayanan kesehatan bahwa secara kuantitas sebagian besar sudah terfasilitasi
dengan baik namun secara kualitas masih belum memenuhi standar.
Untuk percepatan pencapaian target MDGs pada tahun 2015 bahwa Angka
Kematian Ibu harus dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup
dan Angka Kematian Bayi diturunkan menjadi 26 per 1000 Kelahiran Hidup telah
dilakukan upaya mendekatkan pelayanan ke masyarakat melalui program Desa
Siaga dengan Poskesdes, pelayanan PONED di Puskesmas dan pelayanan PONEK
di RS. Sistem rujukan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi hendaknya
dikembangkan dan ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan mengindentifikasi
kesiapan berbagai fasilitas daerah dengan mengindentifikasi kesiapan berbagai
fasilitas pelayanan kesehatan baik Puskesmas dan RS juga Bidan Desa sebagai satu
kesatuan pelayanan yang terintegrasi termasuk program SPGD-T. Pada tahun 2011
Kementerian Kesehatan memperluas upaya akselerasi pencapaian MDCs dengan
meluncurkan Program Jampersal sebagai salah satu upaya terobosan dengan
anggaran lebih dari Rp 1,2 triliun dengan program rumah tunggu untuk
mendekatkan akes masyarakat.
Program tersebut telah dilaksanakan oleh bidan sebagai pelaksana terdepan,
untuk menjaga kualitas dan kesinambungan pelayanan kebidanan diharapkan
dukungan penuh baik pendanaan maupun teknis dan manajemen dari kepala Dinas
Kesehatan provinsi, Kabupaten/ Kota.
1) Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan, memperlihatkan safety dan
security bagi pasien dan masyarakat.
2) Pemberi pelayanan kebidanan adalah bidan yang memenuhi standar
kompetensi tertinggi, ilmiah, menunjukan kepedulian yang tinggi ( care), etos
kerja dan kinerja yang baik, tercermin dalam perilaku pada saat memberikan
asuhan kebidanan.
3) Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan, berdasarkan pada standar
profesi dan kode etik, standar praktik dan standar pelayanan kebidanan yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi profesi.
4) Bidan dalam memberikan pelayanan mampu menghasilkan inovasi baru dan
menggunakan teknologi tepat guna sehingga dapat berkontribusi dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
5) Bisa terus mendukung kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
dimanapun bidan bertugas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evidence based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based antara lain:
1. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah
2. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,
terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif yang berdasarkan
evidence based practice seperti: gentle birth, water birth, hypnobirthing, lotus birth, dll.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna maka dari itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan, serta makalah ini diharapkan
menjadi sumber materi yang dapat menambah ilmu bagi para pembaca, penyusun
sangat mengharap saran yang sangat bermanfaat dan dapat membantu pembuatan
makalah selanjutnya:
a. Perlunya penambahan sumber-sumber yang tepat sehingga makalah yang
disusun lebih akurat dan lengkap.
b. Untuk mengoptimalkan hasil makalah, dianjurkan untuk benar-benar
memanfaatkan waktu yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Jayanti, Ira.2O2O. Evidence Based dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit


Deepublish

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz3YZGM2flV

Anda mungkin juga menyukai