Anda di halaman 1dari 3

Nama: Bayhaqi

NIM: 2108113066
Prodi: PJJ PAI
Matakuliah: Cirebon Studies
Dosen: H. Castra, M. Pd

1.Sunan Gunung Jati dikenal sebagai anggota Walisongo yang termahsyur dan memiliki
wilayah jangkauan dakwah di Jawa Barat yang dipusatkan di daerah Caruban Nagari atau
Cirebon. Nama Asli beliau adalah Syarif Hidayatullah. Secara nasab, banyak sumber yang
menuliskan bahwa Sunan Gunung Jati masih memilki hubungan darah hingga Rasullah SAW.
Dari mayoritas sumber tertulis yang ada, seperti Negarakretabhumi, Serat Purwaka Caruban
Nagari, Sejarah banten Rante-Rante dan Sedjarah Banten, kesemuanya memiliki kesamaan
dalam mengungkapkan silsilahnya. Bahwa Syarif Hidayat yang mahsyur disebut Sunan Gunung
Jati itu, leluhurnya berasal dari Mesir, yaitu Sultan Hud, Raja Bani Israil yang terhitung
keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Zainal Kabir keturunan Zainal Abidin bin Imam
Husein bin Fatimah binti Muhammad SAW. Adapun secara lebih terperinci, silsilah Sunan
Gunung Jati diterangkan Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Wali Sanga yang juga diambil dari
sumber-sumber tertulis diatas. Disebutkan bahwa, Ayah dari Sunan Gunung Jati adalah Sultan
mahmud yang bernama Syarif Abdullah putra Ali Nurul Alim dari Bani Hasyim kerurunan Bani
Ismail, yang berkuasa di Ismailiyah, negeri Mesir yang wilayahnya mencapai Palestina tempat
bermukimnya Bani Israil. Sedangkan Ibunya adalah Nyai Rara Santang, yang kemudian berganti
nama menjadi Syarifah Muda’im setelah pernikahannya dengan Syarif Abdullah.
Setelah berusia 20 tahun Syarif Hidayatullah berguru kepada Syekh Tajuddin al-Kubri selama
dua tahun kemudian dilanjutkan berguru kepada Syekh Ato’illah Sadzili, dilanjutkan berguru
tarekat ke Bagdad. Syarif Hidayatullah tidak memilih sebagai raja di Bani Israil, ia menyerahkan
tahta itu dan diserahkan kepada adiknya, Syarif Nurullah. Syarif Hidayatullah memilih berangkat
ke tanah Jawa. Dalam perjalanannya ia singgah di Gujarat, lalu berguru Islam kepada Sayid
Iskak di Pasei. Perjalanan pun dilanjutkan dan singgah di Banten pada tahun 1470 M
2. Cirebon pada awalnya merupakan kampung kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa.
Kampung ini kemudian dikembangkan oleh Ki Gedeng Alang-Alang dan dikenal menjadi Tegal
Alang-Alang. Di bawah kepimpinan Pangeran Cakrabuana, Cirebon berkembang pesat menjadi
tempat persinggahan pedagang karena lokasinya yang strategis yakni berada di perbatasan Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Banyak pedagang Islam dari Arab, Gujarat, dan China menetap di
Cirebon. Islam pun berkembang di Cirebon. Suatu hari, Pangeran Cakrabuana dan Lara Santang
pergi menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan Lara Santang menikah dengan Sultan Mesir,
Syarif Abdillah bin Nurul Alim. Dari pernikahan ini lahir Syarif Hidayatullah pada 1448.
Syarif Hidayatullah dibesarkan dengan ilmu agama Islam yang kuat. Dia pun dipercaya
menyebarkan agama Islam di Cirebon dan Jawa barat. Syarif Hidayatullah juga merupakan salah
satu wali songo yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Dia menikah dengan sepupunya,
anak Pangeran Cakrabuana, Nyai Pakungwati.
Dalam jurnal Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon karya Heru Erwantoro, pada 1479, Sunan
Gunung Jati mendapatkan izin dari Pangeran Cakrabuana untuk menghentikan upeti kepada
Kerajaan Pajajaran. Penghentian upeti ini sekaligus menjadi pertanda Cirebon melepaskan diri
dari Kerajaan Pajajaran. Sejak saat itu Kesultanan Cirebon atau Kerajaan Cirebon resmi berdiri
sebagai kerajaan atau wilayah yang merdeka. Sunan Gunung Jati pun menjadi raja pertama di
Kerajaan Cirebon.

3.Tokoh Sunan Gunung Jati Berbeda dengan Fatahillah/ Faletehan/ Fadhillah Khan
Syekh Syarif Hidayatullah adalah seorang kelahiran Mesir, 12 Rabiul Awal 1448 M putra dari
Nyai Rarasantang dan Maulana Mahmud Syarif. Setelah berumur 20 tahun ia berangkat menuju
pulau Jawa, singgah sebentar di Gujarat, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pasai untuk
belajar agama Islam. Setelah belajar dua tahun lamanya, ia berangkat ke tanah Jawa dan singgah
di Banten. Tahun 1470 Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang bergelar Insan Kamil
menyebarkan agama Islam di Cirebon.
Faletehan seorang yang lahir di Pasai tahun 1490, pada tahun 1521 ia pergi ke Mekkah dan
kembali lagi ke Pasai setelah dua atau tiga tahun. Tetapi ia segera pergi ke Jepara lalu
meneruskan ke Banten. Setelah berhasil merebut Sunda Kelapa dari Ratu Pajajaran tahun 1527
lalu ia ikut dalam serangan Demak terhadap Pasuruan tahun 1546. setelah itu ia lalu pindah dan
menetap di Cirebon hingga akhirnya wafat tahun 1570 dan dimakamkan di Gunung Jati sehingga
ia pun disebut Sunan Gunung Jati salah satu anggota Wali Sanga yang menyebarkan agama
Islam di pulau Jawa. Padahal sejatinya nama Faletehan dan Sunan Gunung Jati dalah dua nama
yang berbeda untuk dua orang yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai