Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGENALAN NILAI MATA

UANG MELALUI MEDIA PAPETANG (Papan Pengenalan Mata Uang) pada


ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII di SLB PAMARDI PUTRA

Dosen Pengampu:
Dr. Andriyani

Disusun Oleh:
Larasati (2000006013)
Siti Qotiyah (2000006036)
Azizah Zulfiani (2000006037)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2023

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu aspek yang penting pada kehidupan anak bangsa.
Pendidikan menurut M.J. Langeveld yaitu usaha , pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih
tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pendidikan mempunyai tujuan tertentu yaitu membantu anak mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Sesuai dengan pengertian yang telah disebutkan
pendidikan memiliki tujuan yaitu untuk membangun generasi muda indonesia yang
mencintai Tuhan Yang Maha Esa.

Fokus suatu pendidikan yaitu peserta didiknya. Bila kita perhatikan peserta
didik adalah objek pendidikan yang menarik, dimana peserta didik memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Keberagaman peserta didik dapat dilihat
dari berbagai aspek, salah satunya dalam hal kemampuan. Setiap anak mempunyai
kemampuan berbeda-beda. Ada yang cerdas, ada yang rata-rata, bahkan ada yang
kemampuannya sangat kurang sehingga disebut dengan tunagrahita, anak
berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan mental sehingga mengalami kesulitan
dalam hal belajar dan juga berinteraksi sosial.
Menurut Apriyanto (2012: 28) Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna
yang berarti “merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita adalah
kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang diartikan sebagai
terbelakang mental. Anak tunagrahita merupakan individu yang secara signifikan
memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. American Association on Mental
Deficiency mendefinisikan bahwa Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi
intelektual umumnya berada di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah.
Menurut Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin (2005) menyebutkan bahwa
tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan kecerdasan,
kemampuan kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi. Hal ini
ditunjukkan dengan pernyataan dari Kirk (Muhammad Efendi, 2006) yaitu “Mental
Retarded is not a disease but a condition”. Jadi dapat dipertegas tunagrahita
merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat.
R.G Thomas; dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi
pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk
pembayaran utang. A.C Pigou dalam bukunya The Veil of Money pada tahun 1950-an
mengatakan bahwa yang dimaksud uang segala sesuatu yang dipergunakan sebagai
alat tukar. Uang merupakan alat penukar atau standar pengukur nilai yang dikeluarkan
sang pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang
dicetak menggunakan bentuk dan gambar tertentu. Uang pada ilmu ekonomi
didefinisikan menjadi alat tukar yang bisa diterima secara umum.
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru pengampu, yaitu Ibu
Adila bahwa peserta didik di SLB Pamardi Putra mengalami kesulitan dalam
mengenal mata uang. Kebanyakan dari mereka mengetahui hanya dalam bentuk
uangnya saja, tetapi belum mengetahui perbedaan besaran nilai mata uang tersebut.
Hal ini dilihat dari pengamatan guru terhadap keseharian peserta didik dalam
berbelanja di koperasi sekolah. Dimana saat peserta didik melakukan transaksi dengan
uang yang nilainya lebih besar dari sebelumnya ,mereka berasumsi bahwa besaran
uang tersebut sama dengan yang mereka miliki pertama kali. Dengan menggunakan
media pembelajaran yang tepat dapat mempermudah peserta didik untuk memahami
kesetaraan nilai mata uang, sehingga tujuan dari pengenalan mata uang tercapai
dengan hasil yang baik dan maksimal. Maka dari itu, peneliti mengembangkan suatu
media pembelajaran berupa Media PAPETANG (Papan Pengenalan Mata Uang)
dengan tujuan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengenal nilai mata
uang.

Media Pembelajaran PAPETANG (Papan Pengenalan Mata Uang) berisi tentang


konsep dasar uang dan penggunaan uang dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang
digunakan pada media PAPETANG ( Papan Pengenalan Mata Uang) ini terdiri dari
papan persamaan dan bagaimana cara melakukan transaksi dengan nominal uang yang
berbeda. Dengan adanya media ini, diharapkan peserta didik mampu memahami
kesetaraan nilai mata uang serta membantu peserta didik dalam menggunakan uang
dengan baik dan benar.

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasikan
adanya beberapa masalah diantaranya;
1. Anak tunagrahita mengalami keterbatasan kecerdasan dalam mengenal nilai
mata uang.
2. kurangnya kemampuan penggunaan mata uang yang baik dan benar pada anak
tunagrahita
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara anak tunagrahita mengenal nilai mata uang
2. Bagaimana cara anak tunagrahita menggunakan uang dalam berbelanja
C. Tujuan
1. Peserta didik mampu membedakan nilai mata uang
2. Meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan uang
D. Manfaat
a. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan penggunaan uang pada anak tunagrahita.
b. Bagi siswa, hasil penelitian dapat membantu dalam peningkatan penggunaan
mata uang dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

B. Analisis Kebutuhan
Kebutuhan Anak Tunagrahita Ringan:
Kebutuhan-kebutuhan anak tunagrahita ringan menurut Mumpuniarti (2000 : 81-
87) dibagi menjadi tiga yaitu:
● Kebutuhan fisik: tidak berbeda dengan anak normal seperti; makan,minum,
pakaian, perumahan, perawatan kesehatan; sarana untuk bergerak,bermain, olahraga,
rekreasi, penampilan diri secara rapi, bersih dan menarik. Kebutuhan tersebut untuk
anak tunagrahita ringan perlu adanya latihan-latihan, pengarahan secara khusus dan
diulang-ulang.
● Kebutuhan psikologis: meliputi penghargaan, rasa harga diri, rasa
aman,kepercayaan diri, motivasi, realisasi diri dan penerimaan lingkungan. Anak
tunagrahita ringan juga ingin diperhatikan, dipuji, dihargai, disapa dengan baik dan
diperlakukan dengan elusan kemanjaan.
● Kebutuhan social: ingin berkomunikasi dan berkelompok, ingin
mengungkapkan diri, memiliki perasaan, keinginan-keinginan, ide dan gagasan walau
kurang berarti, ingin pengakuan sebagai anggota keluarga, dapat pengakuan di depan
teman-temannya, kedudukan dalam kelompok.

Analisis kebutuhan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Analisis


ini dilakukan dengan metode wawancara kepada wali kelas VII SMPLB Pamardi Putra.
Hasil dari analisis ini digunakan sebagai acuan untuk membuat suatu media
pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang ditanyakan peneliti kepada
salah satu seorang guru yang diwawancarai.

1. Bagaimana sikap dan karakteristik siswa


2. Media pembelajaran apa yang pernah di gunakan di kelas
3. Kesulitan apa yang sering dialami saat pembelajaran

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan anak tunagrahita


cenderung gemar melakukan kegiatan secara berkelompok dan senang mengemukakan
ide dan gagasan. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan sosial anak tunagrahita harus
lebih diperhatikan.

C. Solusi Media
Cara penggunaan media
1. Letakkan barang yang akan dibeli dibeli ke kotak yang tertulis (harga barang) sudah
disediakan.
2. Jika peserta didik bingung apakah uang yang dimiliki cukup atau tidak untuk membeli
barang, bisa menggunakan kotak penilaian mata uang.
3. Jika peserta didik sudah dapat membedakan mata uang yang lebih besar ataupun lebih
kecil maka dilanjutkan ke langkah jual-beli.
4. Peserta didik meletakkan uang yang dimiliki pada kolom pembayaran.
5. Peserta didik menentukan masih memiliki kembalian atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai