Anda di halaman 1dari 15

KOMPONEN, FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Abdul Rahman M.Pd

Disusun Oleh:

Tias/ 2023010104173

Enjel/2023010104195

Hafiz Ramadan Alamsyah/2023010104197

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat allah yang maha esa, atas berkat
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu”Komponen,
Fungsi dan Tujuan Pendidikan”ini dengan sesuai harapan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen Pendidikan ..................................................... 2


B. Fungsi Pendidikan ............................................................................... 6
C. Tujuan Pendidikan .............................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan
atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan
oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaanya serta
mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya secara
mandiri.
Pendidikan merupakan fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup
manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan Pendidikan sebagai
gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam perkembangan
adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk mengembangkan
potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang pendidikan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen-komponen pendidikan?
2. Apa saja fungsi pendidikan?
3. Apa saja tujuan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen Pedidikan
1. Pendidik
Secara bahasa, dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia Pendidik adalah orang
yang mendidik. (Depdiknas, 2013: 263). Pengertian tersebut memberikan kesan
bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
Jika dari segi bahasa pendidik dikatakan sebagai orang yang mendidik, maka
dalam arti luas dapat dikatakan bahwa pendidik adalah semua orang atau siapa
saja yang berusaha dan memberikan pengaruh terhadap pembinaan orang lain
(peserta didik) agar tumbuh dan berkembang potensinya menuju kesempurnaan.
Abuddin Nata (2010: 159), pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt., dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang
mandiri.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39, pendidik meruapakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi.
Bukhari Umar (2010: 83) menjelaskan bahwa pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif
(cipta), maupun psikomotorik (karsa). Pendidik tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
pendidik kodrat dan pendidik jabatan. Keduanya akan dijelaskan dalam uraian
berikut ini:
a. Pendidik Kodrat
Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap anak
adalah orangtuanya. Orang tua disebut pendidik kodrat karena mereka
mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun, karena orang tua
2
kurang memiliki kemampuan, waktu dan sebagainya untuk memberikan
pendidikan yang diperlukan anaknya, maka mereka menyerahkan sebagian
tanggung jawabnya kepada orang dewasa lain untuk membimbingnya seperti
guru di sekolah, guru agama di masjid, pemimpin pramuka, dan tokoh-tokoh
masyarakat.
b. Pendidik Jabatan
Pendidik di sekolah seperti guru, konselor, dan administrator disebut
pendidik karena jabatan. Sebutan ini disebabkan mereka ditugaskan
untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu
mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan
peserta didik (siswa), khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk menjadi guru yang profesional tidaklah mudah, karena harus memiliki
berbagai kompetensi keguruan. Menurut Syaiful Sagala (2009: 29) kompetensi adalah
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Pasal 10 menyatakan
bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik, yang meliputi:
a. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
b. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik,
sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai
keunikan peserta didik.
c. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengamalan belajar.
d. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana
dialogis dan interaktif.
f. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan
standar yang dipersyaratkan.

3
g. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan
intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian.
Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 ayat (3) butir
b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang:
a. beriman dan bertakwa;
b. berakhlak mulia;
c. arif dan bijaksana;
d. demokratis;
e. mantap;
f. berwibawa;
g. stabil;
h. dewasa;
i. jujur;
j. sportif;
k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi Profesioanal.
Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 merupakan
kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,

4
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan:
a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
4. Kompetensi Sosial.
Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 ayat (3) butir
d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2. Peserta didik
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum Undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk
menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Hasbullah (2010: 121) berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses
pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan
pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada
pada peserta didik.
Peserta didik merupakan insan yang memiliki aneka kebutuhan. Kebutuhan itu
terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya sebagai
manusia. Asosiasi Nasional Sekolah Menengah ( Nasional Association of
Hight School ) Amerika Serikat (1995) dalam Danim, (2010: 3),

5
“mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi
pengembangannya, yaitu seperti berikut ini”.
a. Kebutuhan intelektual, dimana peserta didik memiliki rasa ingin tahu,
termotivasi untuk mencapai prestasi saat ditantang dan mampu berpikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
b. Kebutuhan sosial, dimana peserta didik mempunyai harapan yang kuat
untuk memiliki dan dapat diterima oleh rekan-rekan mereka sambil mencari
tempatnya sendiri di dunianya.
c. Kebutuhan fisik, dimana peserta didik “ jatuh tempo” perkembangan pada
tingkat yang berbeda dan mengalami pertumbuhan yang cepat dan tidak
beraturan.
d. Kebutuhan emosional dan psikologis, dimana peserta didik rentan dan
sadar sendiri, dan sering mengalami “ mood swings” yang tidak terduga.
e. Kebutuhan moral, dimana peserta didik idealis dan ingin memiliki kemauan
kuat untuk membuat dunia dirinya dan dunia di luar dirinya menjadi
tempat yang lebih baik.
f. Kebutuhan homodivinous, dimana peserta didik mengakui dirinya sebagai
makhluk yang berketuhanan atau makhluk homoriligius alias insan yang
beragama.

Menurut Danim (2010: 4), karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan
dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara
pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya
dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami
perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik
siswa itu sendiri. Ada empat hal dominan dari karakteristik siswa, yaitu:

a. Kemampuan dasar, misalnya, kemampuan kognitif atau intelektual, afektif,


dan psikomotor.
b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama, dan
sebagainya.
c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-
lain.
d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan, dan lain- lain.

6
B. Fungsi Pendidikan
Fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia telah diatur didalam undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang sisutrem pendidikan nasional. Di dalam
undang-undang tersebut memuat segala hal yang bersangkuta dengan pelaksanaan
pendidikan nasional di Indonesia yang meliputi dari pengertian pendidikan, fungsi
dan tujuan pendidikan, jenis-jenis pendidikan, jenjang pendidikan, standart
penddidikan dan lain sebagainya. Dengan demikian arah pendidikan di Indonesia
sudah ditentukan dengan sedemikian rupa.
Mengacu pada undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang menyatakan
bahwa’’Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa,Berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat
dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan Indonesia menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
Mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari fungsi yang diurakan tersebut menunjukan
bahwa pendidikan nasional Indonesi lebih mengedepankan akan pembangunan
sikap, karakater, dan transpormasi nilai-nilai filosopis negara Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme serta mampu bersaing di kancah
internasional.
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial, antara
lain:
1. melakukan reproduksi budaya
2. difusi budaya
3. mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelem tradisional
4. melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonom sosial
tradisional

7
5. melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar ter institusi-institusi
tradisional yang telah ketinggalan.

Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sebagai pusat


penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada
perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi
pada tingkat pendidikan tinggi.

Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah


mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi,
orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran akan
kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan
bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa.

Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan


kemampuan analisi kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern
telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir
kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap
yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap- sikap tersebut
akan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain,
terutama pada mereka yang berkuasa.

C. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan. Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapai, hal ini dapat dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang
berlaku pada masa Orde Lama berbeda dengan tujuan pendidikan pada masa Orde
Baru. Sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan mengenai tujuan pendidikan
selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan pembangunan dan
perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Maunah (2009: 1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah perubahan
yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik
tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat

8
dari alam sekitarnya dimana individu hidup. Suardi (2010: 7) mengemukakan bahwa
tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselengarakan kegigiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan,
yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakana komponen dari
sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap
tenaga pendidik perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan nasional di atas harus diupayakan dapat dicapai oleh
semua penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang bersifat
formal. Untuk mencapainya membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan
analisis tujuan yang lebih spesifik dari setiap jenjang pendidikan disesuaikan
dengan taraf kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Menurut Ki Hadjar
Dewantoro, tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak agar menjadi manusia
yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras
dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya
yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
bangsa.
Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945. Selanjutnta Tujuan Pendidikan Nasional
dalam UUD 1945 (versi Amandemen) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang.” 2) Pasal 31,
ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
9
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya tujuan pendidikan menurut UNESCO Dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan
mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know (belajar menngetahui), (2) learning
to do (belajar melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar menjadi sesuatu),
dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama). Dimana
keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan
SQ.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Abuddin Nata (2010: 159), pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt., dan mampu melakukan tugas
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat
dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan Indonesia menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan.
B. Saran
Berdasarkan materi makalah dasar-dasar pendidikan di atas, maka ada tiga
pembahasan tentang pendidikan yang kami sarankan agar teman-teman sekalian
memeperhatikan materi tersebut.
Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari teman-teman sekalian.
Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, Mohon maaf apabila ada kesalahan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Idi, Abdullah. 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Nusa Media.

12

Anda mungkin juga menyukai