Anda di halaman 1dari 11

IMPETIGO

SK 1
___

Ujud Kelainan Kulit

Primer (location + size, topografi, konten)


Sekunder (texture, color) => perubahan setelah efloresensi primer, bisa akibat garukan,
infeksi sekunder, dll

● Decreased (menipis, mengikis)

Erosi hilangnya epidermis

Ulkus/ulserasi hilangnya epidermis+dermis


dan disertai perdarahan

Fissure hilangya lapisan sampai


dermis, dengan bentuk garis
tidak melebar

Ekskorisasi permukaan memerah dan


tampak berlubang, disertai
rasa gatal

Atrofi penipisan lapisan epidermis,


kulit tampak intak

● Increased

Krusta Hasil drainase luka yang


menjadi mengering

Scale/sisik Penebalan epidermis, tampak


bersisik kasar mengelupas

Scar Jaringan fibrosa → flat


Keloid Hipertofi jaringan → raised

Likenifikasi Penebalan kulit dengan adanya


peningkatan guratan atau
lipatan kulit

urtika Penonjolan dengan atap datar,


biasanya gatal
Impetigo krustosa/ kontangiosa (non bullosa)

Etiologi

● Streptococcus B Haemolyticus (jadi satu sama GAS)


● Staphylococcus aureus
● Streptococcus pyogenes (Group A Streptococcus)

Patomekanisme

Lesi impetigo non bullosa

- Awal papul eritematosa


- Inisiasi -> Vesikel transient atau pustule
- Plaque honey colored crusts
- Dasar sekitar eritma

Faktor Resiko

● Umumnya pada anak 2-5 tahun


● Poor hygiene
● Lingkungan tropis

Patognomonik

● Vesikel atau pustule mudah pecah


● Krusta tebal kekuningan (honey colored crust)
● Dasar krusta erosi
● Adanya lesi satelit
● Predileksi: nares, perioral, wajah

Tatalaksana

● Topikal
- Mupirocin (Karbapenem) dan retapamulin ointment
● Sistemik
- Lini pertama
1. Penisilin-> Kloksasilin/Dikloksasilin 4x250-500mg/hari
2. Beta laktam -> Amoxiclav 3x250-500mg/hari
3. Sefalosforin -> Sefaleksin 25-50mg/kgBB/hari
- Lini kedua
1. Azitromisin 1x500mg/hari
2. Klindamisin 15mg/kgBB/hari
3. Eritromisin 4x250-500mg/hari
- MRSA (methylene resistant staphylococcus aureus)
1. Trimetoprim-sulfametoxazol 160 mg
Impetigo bullosa (impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet)

Etiologi

Staphylococcus sp.

Faktor Resiko

- Usia → anak usia 2-5 tahun


- Infeksi atau trauma yang merusak lapisan kulit
- Kontak dengan penderita → cairan pada bulla
- Iklim → musim panas yang lembab
- Hygene buruk

Patomekanisme

Sc: Exfoliative Toxins of Staphylococcus aureus (2010)

- Impetigo primer => invasi bakteri langsung


- Impetigo sekunder => pembentukan infeksi di lokasi luka kulit sebelumnya
1. Adanya Staphylococcus sp. Merusak barrier kulit → mengakses ke reseptor
fibronektin
2. Produksi katalase, koagulase, lekosidin, toksin eksfoliatif => merusak
Desmoglein 1
3. Protein dsg-1 kulit rusak dan bakteri menyebar cepat (Dsg-1 berperan sebagai
adheren sel-sel lapisan kulit)
4. Enzim bakteri dikeluarkan dan menyebabkan rasa gatal serta terbentuknya lesi
Patognomonik dan manifestasi klinis

→ pecah menjadi

- Vesikel cepat berubah menjadi bula besar >0.5 cm


- Kadang tampak hipopion => bula berdinding tipis, berisi pus dan tampak menggantung
- Permulaan: bula berisi cairan kuning pekat ataupun keruh
- Bula pecah → mengempis, membentuk kolaret dengan dasar eritema (tepi meluas
berbatas dan tengah sembuh) → meninggalkan gambaran erosi
- Tempat predileksi → aksila, inguinal, gluteal, dada, punggung, ekstremitas atas dan
bawah
- Dapat disertai gejala sistemik

Penegakan Diagnosis

1. UKK
2. Pengecatan gram
a. Pus diambil untuk melihat gambaran coccus bergerombol seperti anggur →
staphylococcus aureus
b. Berwarna ungu
3. Nikolsky sign (-)

*note: nikolsky sign (+) merupakan patognomonik pemfigus dan SSSS, membedakan
intraepidermal dan subepidermal
Subcorneal : bullous impetigo

Intraepidermal : acute eczema, HS/HZ,


pemphigus

Subepidermal : pemphigoid, dermatitis

Sc: Identifying and understanding


blistering skin conditions (2017)

4. Kultur dan resistensi darah, darah perifer lengkap, kreatinin, C-reactive protein apabila
diduga bakteremia

Tata laksana

● Non-medikamentosa
○ Menjaga higienitas
○ Pengangkatan krusta apabila ada
○ Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase
● Medikamentosa
○ Topikal
■ Berkrusta => Kompres NaCl 0.9% untuk menjaga kebersihan dan
meringankan gejala nyeri dan panas, atau dengan povidone iodine 1%
■ Tidak berkrusta => salep/krim asam fusidat 2%, atau mupirosin 2%

=> 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari

○ Sistemik (minimal 7 hari)


■ Lini pertama
● Kloksasilin/dikloksasilin oral
○ Dewasa: 4 dd tab 1 => 250-500 mg
○ Anak-anak: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis
● Amoxiclav oral
○ Dewasa: 3 dd tab 1 => 625 mg
○ Anak-anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
● Ertiromisin 4x500 mg
■ Lini kedua
● Azitromisin 1x250 mg
● Klindamisin 15 mg/KgBB/hari terbagi 3 dosis
● Kriteria Rujuk
○ Tidak sembuh setelah diobati 5-7 hari
○ Terdapat penyakit sistemik
Impetigo ulseratif (ektima)

Etiologi

● S. aureus
● Group A Streptococcus
● Pseudomonas aeruginosa ( ektima gangrenosum)

Faktor Resiko

● Ekstremitas bawah anak


● Pasien lansia yang tidak terurus dengan baik
● Diabetes
● Poor hygiene

Patognomonik

● Ketika krusta diangkat, tampak ulserasi dengan punch out appearance


● Krusta kuning keabuan tebal dengan erosi atau ulserasi
● Indurasi (penebalan), meninggi, dan berwarna ungu pada margin ulkus
● Dasar luka bergranula

Patogenesis

Biasanya terjadi karena “untreated” impetigo dan bertambah parah karena menempel
dan teroklusi oleh pakaian → dari toksin eksfoliatif yang dibiarkan

Anda mungkin juga menyukai