Anda di halaman 1dari 112

IMPLEMENTASI STRATEGI DISCOVERY LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN


KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 1
SUKOMORO.

TESIS

Oleh:
AHMAD IDHAM ROMI
NPM. 01272.07.020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
Agustus 2022

i
IMPLEMENTASI STRATEGI DISCOVERY LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN
KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 1
SUKOMORO.

TESIS

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh Program
Megister (S2) Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Institut Agama Islam Tribakti Kediri

Oleh:
AHMAD IDHAM ROMI
NPM. 01272.07.020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
Agustus 2022

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Karunianya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul: Implementasi Strategi Discovery Learning Dalam
Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Peserta Didik Di
SMPN 1 Sukomoro.

Tesis ditulis dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh


gelar Magister (S.2) di IAI Tribakti Kediri. Penulis menyadari bahwa tesis dapat
diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi dalam menyelesaikan Tesis ini.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
• Allah SWT atas segala rahmad dan hidayahnya hingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
• Bapak Dr. H. Abbas Sofwan M.F., S.HI, LLM selaku direktur Pascasarjana IAI
Tribakti Kediri.
• Bapak Dr. Tri Prasetyo Utomo, M.Pd.I selaku Ketua Prodi PAI Pascasarjana
IAI Tribakti Kediri.
• Bapak M. Arif Khoiruddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan Tesis.
• Bapak Dr. KH. Muhammad Ma’shum, MHI selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Tesis.

iv
• Bapak Drs. Bahrul Ulum selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Sukomoro yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMPN 1
Sukomoro.
• Bapak/Ibu guru dan Siswa-siswi SMPN 1 Sukomoro yang telah rela
meluangkan waktunya untuk membantu melakukan penelitian.
• Kepada Istri saya yang telah rela meluangkan waktunya untuk membantu dan
menemani menyusun Tesis ini.
Penulis menyadari Tesis ini masih jauh dari sempurna, karena hal tersebut tidak
lepas dari kelemahan dan keterbatasan penulis. Akhirnya penulis berharap tesis ini
dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Ilmu
Pendidikan Agama Islam di sekolah maupun di Perguruan Tinggi serta bermanfaat bagi
para pembaca. Amin yaa rabbal alamin.

Kediri, Agustus 2022


Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. viii
ABSTRAK………………………………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1
A. Konteks Penelitian…………………………………………………………… 1
B. Fokus Penelitian……………………………………………………………… 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 7
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………………. 7
E. Penegasan Istilah…………………………………………………………….. 8
F. Sitematika Pembahasan…………………………………………………….. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………….. 11
A. Diskripsi Teori/Konsep……………………………………………………... 11
B. Penelitian Terdahulu………………………………………………………... 21
C. Paradigma Penelitian……………………………………………………….. 29
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………….... 31
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian…………………………...………………. 31
B. Kehadiran Peneliti………………………………………………………….. 31
C. Lokasi Penelitian…………………………………………………………… 32
D. Sumber Data…………………………………………………………........... 32
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………. 33
F. Analisa Data…………………………………………………………........... 34
G. Pengecekan Keabsahan Temuan…………………………………………… 34
H. Tahap-Tahap Penelitian……………………………………………………. 35

vi
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN…..………………… 37
A. Setting Penelitian ………………………………………..………………… 37
B. Paparan Data ……………….……………………………………………… 41
C. Temuan Penelitian ………………………………………………………… 57
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………………….
A. Perencanaan Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran PAI di SMPN 1
Sukomoro…………………………………………………………………... 60
B. Implikasi Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran PAI di SMPN 1
Sukomoro…………………………………………………………………... 64
C. Implementasi Strategi Discovery Learning dalam Pembelajaran PAI untuk
Meningkatkan Kreatifitas Belajar Peserta Didik di SMPN 1 Sukomoro
……………………………………………………………………………… 68
BAB VI PENUTUP……………………………………………………………….... 74
A. Kesimpulan………………………………………………………………..... 74
B. Implikasi…………………………………………………………………..... 74
C. Saran ……………………………………………………………………….. 75
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….... 76
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 81

vii
ABSTRAK

ROMI, AHMAD IDHAM. 2022: Implementasi Strategi Discovery Learning Dalam


Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Peserta Didik Di
SMPN 1 Sukomoro. Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana IAIT
Kediri, Dosen Pembimbing M. Arif Khoiruddin, M.Pd, Dr. KH. Muhammad
Ma’shum, MHI.
Kata Kunci : Pembelajaran PAI, Discovery Learning
Model discovery learning menempatkan peserta didik pada lingkungan yang
dikondisikan dalam bentuk desain pembelajaran yang eksploratif, dimana peserta didik
berperan secara aktif dalam belajar di kelas dengan melakukan eksplorasi bahan
pelajaran. Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PAI yang menumbuhkan
kemampuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai ajaran Islam dalam bahan pelajaran
secara intens yang kemudian dapat diterapkan dan dilaksanakan secara relevan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh asumsi peneliti tentang keberhasilan SMPN
1 Sukomoro dalam membawa peserta didiknya meraih berbagai prestasi baik bidang
akademik maupun non akademik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui
perencanaan pembelajaran PAI berbasis strategi discovery learning, (2)
Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis strategi discovery learning,
(3) Mengetahui dampak pembelajaran PAI berbasis strategi discovery learning. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif lapangan. Adapun data dikumpulkan melalui observasi,
wawancara (interview) dan dokumentasi. Untu Analisis data peneliti lakukan dengan
cara reduksi data, penyajian data, dan consclucing drawing/verificaton.
Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Perencanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berbasis discovery learning diwujudkan dalam bentuk Silabus beserta
pengembangan RPP. (2) Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan model discovery learning
(Stimulation, problem statement, data collection, data processing, generalisation) dan
tambahan kolaborasi oleh guru, (3) dampak pembelajaran PAI berbasis discovery
learning di SMPN 1 Sukomoro untuk meningkatkan perilaku keaktifan siswa dalam
mengaktualisasikan diri.

viii
ABSTRACT

ROMI, AHMAD IHAM. 2022: Implementation of Discovery Learning Strategies in


PAI Learning to Improve Student Creativity at SMPN 1 Sukomoro. Islamic
Education, IAIT Kediri Postgraduate Program, Advisory Lecturer M. Arif
Khoiruddin, M.Pd, Dr. KH. Muhammad Ma'shum, MHI.
Keywords: PAI Learning, Discovery Learning
The discovery learning model places students in an environment that is
conditioned in the form of an exploratory learning design, where students play an active
role in learning in the classroom by exploring lesson materials. Following the
characteristics of PAI subjects that foster the ability to explore the values of Islamic
teachings in the subject matter intensely which can then be applied and implemented
relevantly in everyday life.
This research is motivated by the researcher's assumptions about the success of
SMPN 1 Sukomoro in bringing its students to achieve various achievements in both
academic and non-academic fields. This study aims to (1) determine the PAI learning
planning based on discovery learning strategies, (2) describe the implementation of
PAI learning based on discovery learning strategies, (3) determine the impact of PAI
learning based on discovery learning strategies. This type of research is field
qualitative. The data were collected through observation, interviews (interviews), and
documentation. For data analysis, researchers did use data reduction, data presentation,
and concluding/verification.
The results of the study are as follows: (1) The learning planning of Islamic
Religious Education based on discovery learning is realized in the form of a syllabus
along with the development of lesson plans. (2) The implementation of Islamic
Religious Education learning is carried out by the stages of implementing the discovery
learning model (Stimulation, problem statements, data collection, data processing,
generalization) and additional collaboration by teachers, (3) the impact of discovery
learning-based PAI learning at SMPN 1 Sukomoro to increase the active behavior of
students in self-actualization.

ix
‫امللخص‬

‫رومى‪ ،‬امحد إدام‪ :2022 .‬تنفيذ اسرتاتيجيات التعلم االكتشاف ف تعلم الدين اإلسالمي لتحسني إبداع‬
‫الطالب ف املدرسة املتوسطة احلكومية األول سوكومورو‪ .‬تعلم الدين اإلسالمي‪ ،‬الدراسات العليا اجلامعة تريباكيت كديري‬
‫االسالمية‪ ،‬احملاضر االستشاري حممد عارف خور الدين املاجستي‪ ،‬الدكتور احلج حممد معشوم املاجستي‪.‬‬

‫الكلمات الرئيسية‪ :‬تعلم الدين اإلسالمي‪ ،‬التعلم االكتشاف‬

‫يضع منوذج التعلم االكتشاف الطالب ف بيئة مشروطة ف شكل تصميم تعليمي استكشاف‪ ،‬حيث يلعب‬
‫الطالب دورا نشطا ف التعلم ف الفصل من خالل استكشاف مواد الدرس‪ .‬اتباع خصائص مواضيع تعلم الدين اإلسالمي‬
‫اليت تعزز القدرة على استكشاف قيم التعاليم اإلسالمية ف املوضوع بشكل مكثف واليت ميكن بعد ذلك تطبيقها وتنفيذها‬
‫بشكل مناسب ف احلياة اليومية‪.‬‬
‫هذا البحث مدفوع ابفرتاضات الباحث حول جناح املدرسة املتوسطة احلكومية األول سوكومورو ف جلب‬
‫طالهبا لتحقيق إجنازات خمتلفة ف كل من اجملاالت األكادميية وغي األكادميية‪ .‬هتدف هذا البحث إل (‪ )1‬حتديد ختطيط‬
‫استنادا‬
‫ً‬ ‫استنادا إل اسرتاتيجيات التعلم االكتشاف‪ )2( ،‬وصف تنفيذ تعلم الدين اإلسالمي‬‫ً‬ ‫التعلم تعلم الدين اإلسالمي‬
‫إل اسرتاتيجيات التعلم االكتشاف‪ )3( ،‬حتديد أتثي تعلم الدين اإلسالمي بناءً على اسرتاتيجيات التعلم االكتشاف‪ .‬هذا‬
‫النوع من البحث نوعي ميداين‪ .‬مت مجع البياانت من خالل املالحظة واملقابالت (املقابالت) والتوثيق‪ .‬لتحليل البياانت‪،‬‬
‫استخدم الباحثون تقليل البياانت‪ ،‬وعرض البياانت‪ ،‬واخلتام ‪ /‬التحقق‪.‬‬
‫وجاءت نتائج هذا البحث على النحو التايل‪ ) 1( :‬التخطيط التعليمي للرتبية الدينية اإلسالمية القائم على‬
‫التعلم االكتشاف يتم حتقيقه ف شكل منهج مع تطوير خطط الدروس‪ )2( .‬يتم تنفيذ تعلم الرتبية الدينية اإلسالمية من‬
‫خالل مراحل تنفيذ منوذج التعلم االكتشاف (التحفيز ‪ ،‬بياانت املشكلة‪ ،‬مجع البياانت‪ ،‬معاجلة البياانت‪ ،‬التعميم) والتعاون‬
‫اإلضاف من قبل املعلمني‪ )3( ،‬أتثي التعلم االكتشاف التعلم القائم على تعلم الدين اإلسالمي ف املدرسة املتوسطة‬
‫احلكومية األول سوكومورو لزايدة السلوك النشط للطالب ف حتقيق الذات‪.‬‬

‫‪x‬‬
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memberikan sinyal


atau mentransferkan ilmu kepada peserta didik yang berlangsung dalam
interaksi antara pendidik dan peserta didik.1 Dalam melakukan pembelajaran
peserta didik dibantu oleh pendidik sebagai fasilitator dalam melibatkan diri
untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi
kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan
kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut
tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas pendidik dalam menciptakan
lingkungan belajar yang aktif. Karena itulah Allah berfirman:

ِ‫علَّم ا‬
﴾۵ : ‫اْلنا َسا َن َما ََلا يَ اعلَ ام ۗ ﴿العلق‬ ََ
Artinya: Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al-'Alaq: 5)2

Oleh karena itu, pembelajaran bisa diartikan sebagai aktivitas


pendidik atau pendidik secara terprogram melalui desain instruksional agar
peserta didik dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber
belajar yang disediakan secara kompleks yang berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman. Secara umum, pembelajaran ialah usaha
yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk
membelajarkan peserta didiknya dengan memberikan arahan sesuai dengan
sumber-sumber belajar lainnya untuk mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan.3

1
Aprida Pane and Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran,” Fitrah:
Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman 3, no. 2 (2017): h. 52.
2
Al-Qur’an, Al-Hikmah (Bandung: Diponegoro, 2014), h. 597.
3
Pane and Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran.”, h. 53.

1
2

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik


dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.4 Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan
berbagai ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.5

Belajar, dalam konteks pembelajaran di sebuah lembaga formal


ataupun non formal interaksi tersebut tidaklah terlepas dari proses belajar
mengajar dari perilaku pendidik (penyampai ilmu pengetahuan), dan peserta
didik.6 Dalam keseluruhan proses tersebut, pendidik atau pengajar atau
pendidik memegang peranan utama dan amat penting. Perilaku pendidik
dalam proses pendidikan dan belajar juga bagian yang teramat penting, hal
ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pembinaan perilaku
dan kepribadian anak didik.7

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia


serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.8 Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan pendidik mengajar supaya peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan

4
Muh Sain Hanafy, “Konsep Belajar Dan Pembelajaran,” Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 17, no. 1 (2014):h.79.
5
E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, Cet.III, (Bandung: Remaja RoSMPakarya, 2009), h. 204.
6
Haerullah Haerullah and Elihami Elihami, “Dimensi Perkembangan Pendidikan Formal
Dan Non Formal,” Jurnal Edukasi Nonformal 1, no. 1 (2020): h. 199–207.
7
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),
h. 10.
8
Iswati Iswati, “Long Life Eduction dalam Perspektif Hadits (Suatu Tinjauan Pendidikan
Sejak Pranatal Dan Analisis Terhadap Kualitas Hadits Pendidikan Sepanjang Hayat),” At-Tajdid:
Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam 3, no. 2 (2020): h. 47.

2
3

peserta didik dalam menguasai isi pelajaran sehingga mencapai suatu


pembelajaran yang diharapkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:9

‫اُطالُبُوا العِال َم ِم َن امل اه ِد إِىل اللَّ اح ِد‬


َ
Artinya: Tuntulah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.


Peran pendidikan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka dan demokratis. Di samping itu, tuntutan terhadap kualitas
pendidikan yang terus meningkat, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang menuntut
dunia pendidikan nasional melakukan upaya pembaharuan menuju
pendidikan yang kompetitif dan inovatif, dengan melakukan pembaruan
pendidikan.10

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu yang perlu


disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan
efektifitas metode pembelajaran.11 Metode pembelajaran mempunyai andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki anaka didik, ditentukan oleh kerelevansi
penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan.12 Dengan demikian
dalam pembaruan pendidikan, harus dilakukan inovasi pembelajaran
terhadap metode pembelajaran yang selama ini masih diterapkan.

Sedangkan penggunaan metode pembelajaran yang teacher oriented


dengan modus ekspository yang menjadikan peserta didik tidak aktif dan
tidak produktif selayaknya mulai ditinggalkan. Penggunaan metode
pembelajaran yang student oriented bermodus discovery yang mana peserta

9
Iswati.
10
Bresman Rajagukguk, “Paradigma Baru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,”
Jurnal Tabularasa 6, no. 1 (2009): h. 77–86.
11
Nurhadi, dkk, Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam Kbk (Malang:
UniversitasNegeri Malang, 2004), h.2.
12
Djamarah, Syaiful Bahri& Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta,2002), h.3.

3
4

didik berperan aktif mulai dikembangkan dengan mengaplikasikan metode


Discovery Learning dalam pembelajaran di kelas, sebab kualitas hasil belajar
yang teacher oriented dan bermodus ekspository dewasa ini menjadikan
peserta didik menguasai bahan pelajaran dengan dihafal dari pada menguasai
keahlian tertentu.13 Apalagi sebagian besar dari peserta didik tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan digunakan/ dimanfaatkan.

Oleh sebab itu, penerapan pembelajaran yang student oriented dan


bermodus discovery menduduki peringkat yang tinggi dalam dunia
pendidikan modern.14 Sebab dengan penggunaan metode Discovery Learning
diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Sedangkan
untuk memperbaiki proses pembelajaran, metode Discovery Learning
memiliki kelebihan yang menekankan pentingnya keterlibatan peserta didik
dalam proses belajar secara aktif. Sehingga kadar keaktifan yang tinggi
dalam proses belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai
anak didik.15

Demikian dalam kenyataannya, proses pembelajaran PAI yang tidak


berbasis discovery terkesan bersifat seadanya, rutinitas, formalis, dan kurang
bermakna. Kualitas pembelajaran semacam itu akan menghasilkan mutu
pendidikan agama yang rendah pula.16 Seharusnya hasil pembelajaran yang
menjadi tujuan adalah pembelajaran itu dapat membawa peserta didik kepada
perubahan tingkah laku baik aktual maupun potensial.

13
Desty Annisa RiSMPianti, “Penggunaan Model Pembelajaran Expositori/Model
Pembelajaran Yang Berpusat Pada Guru/Model Pembelajaran Konvensional Untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Di Kelas.,” h.2021.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
RoSMPaKarya, 2004) h.243.
15
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h.1.
16
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja RoSMPa Karya, 2002), h.
190.

4
5

Adapun untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal


diperlukan strategi pembelajaran yang sistematis dan terarah,17 sementara itu
strategi dalam beberapa dekade yang berjalan dipakai dalam pembelajaran
sudah memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kecerdasan baik intelektual, emosional, spiritual dan kreativitas.
Sebab pembelajaran yang sistematis dan terarah memang mampu
mengembangkan intelektual para peserta didik di SMPN 1 Sukomoro, dan
pada sekolah tersebut terdapat pembelajaran umum seperti bahasa Indonesia,
bahasa Inggris dan seterusnya. Termasuklah dalam pembelajaran umum
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP). Hal ini menimbulkan
kejenuhan dan kemalasan para peserta didik untuk mempelajarinya. Mereka
lebih mementingkan pelajaran yang akan menjadi tolak ukur kelulusan atau
sering disebut ujian akhir nasional (UN) daripada pelajaran umum (agama,
bahasa jawa, dan seni budaya).18

Menciptakan kegiatan belajar yang mampu mengembangkan hasil


belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban pendidik.19
Oleh karena itu pendidik memikirkan dan membuat perencanaan kegiatan
belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien
walaupun pembelajaran tersebut bersifat bukan kejuruan.

Berdasarkan observasi awal peneliti melihat pada pembelajaran PAI


(Pendidikan Agama Islam) di SMPN 1 Sukomoro yang merupakan satu-
satunya sekolah SMPN di Kecamatan Sukomoro, bahwa kinerja peserta didik
memberi respon baik terhadap materi dan pertanyaan dari pendidik.
Pembelajaran dikelas tidak lagi berfokus pada pendidik sebagai sumber

17
Putu Ekayani, “Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa,” Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja 2, no. 1 (2017): h. 1–11.
18
Ibu Farih Novita MZ, Wawancara pendidik PAI pada tanggal 10 Desember 2021 di
SMPN 1 Sukomoro.
19
Muhammad Ali, “Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam,” Tarbawiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan 11, no. 01 (2017): h. 82–97.

5
6

utama pengetahuan.20 Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan


menjadi fokus pilihan utama karena dirasa efektif.

Salah satu upaya dilakukan oleh pendidik yang peneliti lihat dalam
mengefektifkan pembelajaran PAI adalah dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning. Dengan model strategi pembelajaran
Discovery Learning menciptakan keefektifan pembelajaran yang kondusif.
Strategi pembelajaran ini banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif.

Pada dasarnya pembelajaran Discovery Learning menciptakan


kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik
dalam mencari dan menyelidiki sehingga mereka mampu merumuskan
sendiri hasil pembelajaran.21 Maka dari itu, peneliti akan mengungkap proses
pembelajaran PAI dengan menggunakan startegi Discovery Learning di
SMPN 1 Sukomoro sebagai awal bisa diaplikasikannya UU nomor 56 tahun
2022 tentang pedoman implementasi kurikulum merdeka.22 mengingat
pentingnya strategi tersebut jika diterapkan pada pelajaran umum lainnya
atau disekolah lainnya sebagai bentuk problem solving terhadap masalah
pembelajaran yang ada. Sehingga peneliti menformulasikan judul
“IMPLEMENTASI STRATEGI DISCOVERY LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 1 SUKOMORO”.

20
Observasi awal dengan Mewawancarai pendidik PAI pada tanggal 10 Desember 2021
di SMPN 1 Sukomoro.
21
Wahyu Bagja Sulfemi, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan,” Jurnal Rontal
Keilmuan Pancasila Dan Kewarganegaraan 5, no. 1 (2019). h. 3
22
“Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran (kurikulum
merdeka) sebagai pedoman penerapan kurikulum baru disekolah non peserta program sekolah
penggerak ”

6
7

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang ada, maka peneliti mengambil


fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencaaan strategi Discovery Learning dalam pembelajaran
PAI di SMPN 1 Sukomoro?
2. Bagaimana implementasi strategi Discovery Learning dalam pembelajaran
PAI di SMPN 1 Sukomoro?
3. Bagaimana implikasi Strategi Discovery Learning dalam pembelajaran
PAI untuk meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik di SMPN 1
Sukomoro?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis perencaaan strategi Discovery Learning
dalam pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro.
2. Mengetahui dan menganalisis implementasi strategi Discovery Learning
dalam pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro.
3. Mengetahui dan menganalisis implikasi strategi Discovery Learning dalam
pembelajaran PAI untuk meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik di
SMPN 1 Sukomoro.
D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari adanya penelitian ini secara
umum terbagi menjadi dua:
1. Secara teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangsih bagi
perkembangan khazanah keilmuan terkait strategi Discovery Learning
dalam pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro.

7
8

2. Manfaat praktis :
a. Bagi peneliti,
Untuk menambah wawasan kelimuan khususnya di bidang
Pendidikan.
b. Bagi pengajar,
Diharapkan dengan adanya penelitian ini berguna untuk menambah
informasi dan masukan terhadap pengajar menggunakan metode
Discovery Learning pada Pendidikan Agama Islam, dan menjadi
motivasi dalam upaya meningkatkan semangat belajar pengajar.
c. Bagi lembaga,
Sekolah berkontribusi dalam memajukan pendidikan serta
perkembangan dengan meningkatkan kompetensi pendidik dan peserta
didik. Sehingga, mampu bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain.

E. Penegasan Istilah
1. Konseptual
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia ( stratos:
militer dan ag: memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
seorang jendral. Strategi bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk
pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-
daerah tertentu untukmencapai tujuan tindakan tertentu.23
Strategi adalah ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-
operasi bisnis berskala besar, menggerakan semua sumber daya
perusahaan yang dapat menguntungkan secara aktual dalam bisnis, Jhon
A. Bryne endefinisikan strategi adalah sebuah pola yang mendasar dari
sasaran dan direncanakan, penyebaran sumber daya dan interaksi
organisasi dengan pasar, pesaing, dan faktor-faktor lingkungan.24
Menurut David strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan

23
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2008), h.3.
24
Ali Hasan, marketing Bank Syariah, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010), h.29.

8
9

dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa


tujuan utama dari perusahaan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi.25
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa startegi
merupakan suatu rencana yang ditunjukan untuk mencapai tujuan yang
di inginkan.

2. Operasional
a. Discovery Learning
Pada mulanya teori-teori belajar modern yang melandasi model
pembelajaran dikembangkan oleh para ahli psikologi. Diantara teori
belajar tersebut adalah teori belajar konstruktivisme. Pendidik tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi
juga memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membangun sendiri
pengetahuannya.26
Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi semdiri.
Menurut Nur Hamiyah dalam bukunya Strategi Belajar-
Mengajar Di Kelas, Discovery Learning adalah kegiatan atau
pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
menemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri.27
b. Pembelajaran PAI
Syarat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses

25
David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta : Selemba Empat, 2004), h. 14.
26
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.21.
27
Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas (Jakarta:
PrestasiPustakarya, 2014), h.180.

9
10

pendidikan.28 Menurut D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau


pembinaan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasamani dan rohani si terdidik menjadi kepribadian yang utama.29
Apabila definisi tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Agama
Islam (PAI), maka akan kita ketahui bahwa Pendidikan Agama Islam
(PAI) itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang
akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri
maupun orang lain. disisi lain, pendidikan Islam tidak hanya bersifat
teoritis saja tetapi juga praktis.

F. Sistematika Pembahasan
BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang konteks peneliian, fokus penelitian, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, sistematika penelitian.
BAB II. TINJUAN PUSTAKA
BAB ini memuat tentang diskripsi teori strategi Discovery
Learning, pembelajaran PAI dan paradigma penelitian.
BAB III. METODE PENELITIAN
Memuat secara rinci metode penelitian penelitian yang digunakan
peneliti beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi,
populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan
variable, serta analisis data yang digunakan.
BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berisi paparan data dan temuan penilitian.
BAB V. PEMBAHASAN
Berisi pembahasan focus penelitian.
BAB VI. PENUTUP
Bab terakhir berisi kesimpulan, implikasi, dan saran-saran atau
rekomendasi penelitian.

28
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarat: Bumi Aksara, 1992), h.28.
29
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma’arif, 1998),
h.19.

10
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi Teori/Konsep
1. Strategi Discovery Learning
a. Definisi Strategi Discovery Learning
Pembelajaran pada dasarnya adalah merupakan upaya untuk
mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam
pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi dan perbedaan-
perbedaan individu anak karena mereka mempunyai keunikan masing-
masing yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan
memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut maka pembelajaran benar-
benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak terampil menjadi
terampil, dari yang tidak paham menjadi paham dan dari yang
berperilaku kurang baik menjadi baik.
Strategi adalah merupakan sekumpulan tindakan seorang pendidik
yang terjadi dengan bentuk yang teratur dan sistematis di dalam kelas,
dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahruddin30 dalam
Hanafiah berpendapat bahwa strategi adalah sekumpulan langkah-langkah
yang harus dilaksanakan oleh seorang pendidik untuk mewujudkan atau
mencapai tujuan pembelajaran. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan
banyaknya pendidik yang menggunakan strategi pengajaran yang
cenderung sama tiap kali mengajar. Pembelajaran yang kurang
memperhatikan perbedaan individual anak dan hanya berdasarkan pada
keinginan pendidik akan sulit mengantarkan anak didik ke arah pencapaian
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta
didik perlu dilatih untuk menyelidiki dan menemukan sendiri sesuatu dari
apa yang dipelajari. Strategi discovery-inquiry (menyelidiki dan
menemukan) adalah strategi belajar dengan cara mendorong dan
30
Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2009) h. 77.

11
12

membimbing peserta didik untuk menemukan sesuatu dari apa yang telah
dipelajari. Masalah dalam pembelajaran discovery adalah masalah yang
bersifat tertutup, artinya jawaban dari masalah itu sudah pasti, tugas
pendidik hanya menggiring peserta didik melalui proses tanya jawab atau
diskusi tentang sesuatu yang sebenarnya jawabannya sudah pasti. Strategi
pembelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan dalam diri
peserta didik tentang jawaban dari suatu masalah.31
Strategi pembelajaran discovery sering juga dinamakan heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemukan. Pembelajaran discovery menekankan kepada proses mencari
dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran
peserta didik dalam strategi pembelajaran ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai
fasilitator atau pembimbing peserta didik untuk belajar.32

Menurut Bell dalam Hosnan mengatakan belajar discovery


(penemuan) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari peserta didik
memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.33
Hanafiah berpendapat bahwa Discovery Learning adalah suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.34
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Discovery Learning
merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar
peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka

31
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
danbahan ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), h. 68.
32
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 134.
33
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, cet-
2 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 281.
34
Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2009), h.77.

12
13

hasil yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak
akan mudah dilupakan oleh peserta didik.
Berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,
manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekitarnya merupakan kodrat
manusia sejak ia lahir ke dunia. Manusia memiliki keinginan untuk
mengenal segala sesuatu melalui indera pengecapan, pendengaran,
penglihatan, penciuman sejak ia masih kecil. Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya.
b. Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning
Dalam setiap model pembelajaran tentunya terdapat prosedur atau
langkah-langkah yang mesti dipelajari dan diterapkan oleh guru. Hal ini
berguna agar tujuan-tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Menurut Madjid (2006) “Penyusunan langkah ini pada hakikatnya
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan dalam suatu proses
belajar mengajar. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk
mengkoordinasikan komponen-pembelajaran.”

Berikut adalah langkah persiapan model discovery learning secara


umum yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini guru menentukan


terlebih dahulu tujuan dari pembelajaran discovery yang akan
dilakukan agar proses pembelajaran dapat memenuhi hasil belajar
yang telah ditentukan. Misalkan merumuskan masalah-masalah
yang terdapat dalam kelas dan menentukan target dari proses
belajar-mengajar dengan model discovery learning.
2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik. Pada tahap ini
guru mengidentifikasi setiap karakter peserta didik yang ada di

13
14

kelas SMP tersebut. Karakteristik yang berbeda dari setiap peserta


didik perlu diidentifikasi agar dapat disesuaikan dengan bahan ajar
dan model discovery learning seperti apa yang harus diterapkan
pada peserta didik SMP tersebut. Sebab tidak semua peserta didik
SMP memiliki karakter, kemauan, tingkat kognitif, dan tingkat
kecerdasan yang sama.

3. Memilih materi pelajaran. Pada tahap ini guru membuat bahan dan
materi ajar yang akan diberikan dengan menyesuaikan materi
dengan model discovery learning serta karakteristik peserta didik
SMP yang berbeda. Selain itu, materi pelajaran pun harus mengacu
pada tujuan pembelajaran dari model discovery learning.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif. Pada tahap ini guru mencari tema dan topik pembelajaran
yang berkaitan dengan model discovery dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik SMP dengan menyusunnya secara
induktif. Penyusunan topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif ini dapat diartikan bahwa topik atau tema
pembelajaran harus disusun dari hal yang spesifik atau khusus ke
hal yang umum.
5. Mengembangkan bahan-bahan ajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. Setelah
menyusun topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik secara
induktif, guru membuat serangkaian contoh, ilustrasi, tugas, dan
sebagainya yang berkaitan dengan topik yang akan diajarkan. Hal
ini dilakukan guna membantu proses pembelajaran yang dilakukan
para peserta didik SMP.
6. Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
Pada tahap ini guru membuat suatu rancangan penilaian proses dan
hasil belajar peserta didik yang berkaitan dengan topik yang
diberikan serta model discovery learning. Rancangan ini bisa
berbentuk penilaian sikap afektif sampai pada tingkatkognitif.

14
15

c. Langkah Prosedur Strategi Discovery Learning


Setelah membuat langkah persiapan yang telah dijelaskan di atas,
selanjutnya dibuat prosedur aplikasi model discovery learning. Sani (2014,
hlm. 99) mengemukakan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning secara umum yang dilakukan dalam suatu proses belajar
mengajar. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran
adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan
komponen- pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran dengan
baik maka tahapannya dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Stimulation (Pemberian Rangsangan)


Dalam pemberian rangsangan peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b. Identifikasi Masalah
Setelah itu mengidentifikasi masalah, guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c. Pengumpulan Data
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan peserta didik
terlebih dahulu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
Tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

15
16

objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab


pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

d. Pengolahan Data
Selanjutnya peserta didik melakukan pengolahan data dengan
percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
yang telah dirancang oleh guru dalam bentuk pertanyaan yang
disediakan di lembar kerja peserta didik. Pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh peserta didik melalui wawancara, observasi dan
sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi, sehingga peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.

e. Pembuktian
Hasil kegiatan percobaan dianalisis dan ditulis dalam lembar
kerja peserta didik. Setiap kelompok mempresentasikan hasil yang
diperoleh dan membuktikan hasil yang diperoleh kepada teman
satu kelas. Pada tahap ini peserta didik melalakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan
hasil pengolahan data.

f. Menarik Kesimpulan
Pada tahap ini, guru menginstruksikan untuk membuat kesimpulan
dari topik yang telah diberikan kepada peserta didik. Kesimpulan
ini bisa berupa generalisir dari sekian banyak hal yang telah
diajarkan kepada peserta didik. Tahap generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

16
17

2. Pembelajaran PAI
a. Definisi pembelajaran PAI
Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila
disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap
seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.35 Dalam
dokumen Kurikulum 2013, PAI mendapatkan tambahan kalimat “dan
Budi Pekerti” sehingga Menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, sehingga dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua
jenjang pendidikan.
Menurut Muhaimin,36 dalam Syamsul Huda mengatakan
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan sunnah. Pendidikan Agama Islam adalah suatu
proses pengembangan potensi manusia menuju terbentuknya manusia
sejati yang berkepribadian Islam (kepribadian yang sesuai dengan nilai-
nilai Islam).37 Sedangkan Ramayulis38 mengatakan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup
dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, dan tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlak), teratur pikirannya,
halus perasaannya, mahir dalam pekerjaanya, manis tutur katanya, baik
dengan lisan maupun tulisan. Sedangkan Zakiyah Daradjat berpendapat

35
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
RoSMPakarya, 1992), h. 32
36
Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Araska, 2012), h. 143
37
Ibid, h. 143
38
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 202

17
18

bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk


membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah), lalu menghayati tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup. Pendidikan Agama Islam di sekolah, diharapkan
mampu membentuk kesalehan pribadi (individu) dan kesalehan sosial
sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai, menumbuhkan
sikap fanatisme, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta
didik dan masyarakat Indonesia dan memperlemah kerukunan hidup
umat beragama dan memperlemah persatuan dan kesatuan nasional.
Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu
menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti yang luas, yaitu ukhuwah fi
al-ubudiyah, ukhuwah fi alinsaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-
nasab, dan ukhuwah fi din al-islamiyah.39
Dalam materi pendidikan agama Islam mencakup bahan-bahan
pendidikan agama berupa kegiatan, atau pengetahuan dan pengalaman
serta nilai atau norma-norma dan sikap dengan sengaja dan sistematis
di berikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
agama.40 Materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang dapat
memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang telah di pelajarinya. Dengan cara tersebut peserta
didik terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian
kompetensi.41
Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta
diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

39
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 202
40
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadani 1993), h. 54
41
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung
PTRemaja RoSMPakarya, 2005), h. 94

18
19

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud


kesatuan dan persatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang mayoritas masyarakat memeluk agama Islam idealnya pendidikan
agama Islam mendasari pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi
suatu hal yang disenangi oleh masyarakat, orang tua, dan peserta
didik.42 Pendidikan Agama Islam juga memiliki makna mengasuh,
membimbing, mendorong mengusahakan, menumbuh kembangkan
manusia bertakwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan
kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia tetapi juga
dihadapan Allah SWT.43
b. Dasar-Dasar Pelaksanaan PAI
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai
dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini, dapat ditinjau dari
berbagai segi, yaitu:44
a. Dasar Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan
dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
b. Aspek Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.
Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan
merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak

42
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja RoSMPakarya,
2011),h. 6-8
43
Nusa Putra & Santi, Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,
(Bandung:PT. Remaja RoSMPakarya, 2012), h. 1
44
Zuhairini, Pendidikan Agama Islam…, h. 132-133

19
20

tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan


hidup. Mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan
yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka
berlindung dan tempat merekamemohon pertolongan-Nya.

d. Tujuan PAI
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga
pengalaman serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus
menjadi pegangan hidup. Zakiah Daradjat45 mengemukakan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Selama hidupnya, dan mati
pun tetap dalam keadaan muslim.

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang


mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,
bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan Pendidikan Agama Islam tidak
hanya menyangkut masalah keakhiratan akan tetapi juga masalah-
masalah yang berkaitan dengan keduniawian. Dengan adanya
keterpaduan ini, pada akhirnya dapat membentuk manusia sempurna
(insan kamil) yang mampu melaksanakan tugasnya baik sebagai
seorang Abdullah maupun Khalifatullah. Yaitu manusia yang
menguasai ilmu menpendidiks diri dan menpendidiks sistem.46

E. Mulyasa47 menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam


di sekolah adalah untuk menumbuh dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

45
Akmal Hawi, Kompetensi Pendidik PAI, (Jakarta: Rajawali Pers. 2013), h. 20
46
Syamsul Huda Rohmadi menyatakan, “Manusia adalah Khalifatullah yang
menpendidiks aktiviti kehidupan dirinya dan juga ummat dalam mewujudkan kemakmuran di
muka bumi, serta mewujudkan keselamatan dan kebahagian di muka bumi dengan cara beriman
dan beramal saleh.”
47
E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam…, h. 135-136

20
21

pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam


sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu
berbicara Pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya
haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia
bagi anak didik yang kemudian akan mampu menambahkan kebaikan
di akhirat kelak.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk mausia lebih
sempurna lagi bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat yang mana
kesempurnaan itu dapat didapatkan melalui menghayati, meyakini,
dan mengamalkan ajaran agama Islam itu dengan sebaik-baiknya agar
menjadi manusia muslim seutuhnya sebagai Abdullah maupun
Khalifatullah dengan baik. Dan membentuk manusia yang hanya
beribadah hanya kepada Allah SWT.

B. Penelitian Terdahulu
Sebenarnya dalam konteks strategi Discovery Learning dewasa ini
sering digunakan dalam penelitian pembelajaran Agama Islam oleh beberapa
kalangan akademisi. Dalam hal ini peneliti menemukan 5 artikel jurnal dan 1
tesis. Diantara 5 jurnal dan 1 tesis tersebut, peneliti memaparkan hal-hal yang
menunjukkan adanya perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan
sebagai berikut:
No Penulis; Judul Tujuan Jenis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian;
Tahun

1 Winarti; Untuk Jurnal; Model Jurnal ini Penelitian ini

21
22

Pelaksanaan menerapkan 2020 pembelajaran sama dalam tidak hanya


Model strategi tersebut telah hal materi sebatas
Discovery pembelajaran dilaksanakan yaitu berkaitan memberikan
Learning Discovery dengan baik dengan stimulasi
Jerome Bruner Learning dari melalui prosedur Pendidikan sampai
pada Jerome Bruner sebagai berikut: Agama Islam, menarik
Pembelajaran dalam memberikan dan sama kesimpulan,
PAI di SMPN pembelajaran stimulasi, halnya tetapi juga
3 Depok PAI yang dapat mengidentifikasi membahas dilengkapi
Sleman membuat masalah, tentang model proses
Yogyakarta peserta didik mengumpulkan pembelajaran evaluasinya
lebih aktif informasi dan Discovery
dalam data, mengolah Learning
memahami data, kemudian
konsep dan membuktikan
pengalaman dan menarik
baru kesimpulan; serta
didukung oleh
beberapa faktor
pendukung
(kurikulum yang
terintegrasi,
penguasaan
pedagogik
pendidik, dan
sarana prasarana
yang memadai).
Meski ada
beberapa
kendala, namun
strategi
pembelajaran ini
cukup

22
23

menjanjikan.48

2 Nopiyanti, 1) mengetahui Tesis; 2020 (1) Terdapat Sama-sama Berbeda


Efektivita efektivitas efektivitas positif membahas dengan

s Model model signifikan model tentang model penelitian

Discovery pembelajaran pembelajaran pembelajaran ini, Tesis ini


Discovery Discovery Discovery focus pada
Learning
Learning dalam Learning dalam Learning penerapan
dalam
meningkatkan meningkatkan pada
Meningka
keterampilan keterampilan pembelajaran
tkan
berpikir kritis berpikir kritis IPA; lebih
Keteramp peserta didik. peserta didik menekankan
ilan 2) mengetahui nilai p-value pada
Berpikir efektivitas 0,000 < 0,05. (2) efektifitasnya
Kritis dan model Terdapat
Sikap pembelajaran efektivitas positif

Ilmiah Discovery signifikan model


Learning dalam pembelajaran
Peserta
meningkatkan Discovery
didik
sikap ilmiah Learning dalam
pada
peserta didik 3) meningkatkan
Pembelaj
mengetahui sikap ilmiah
aran IPA efektivitas peserta didik
Di Kelas model nilai p-value
V MI pembelajaran 0,042 < 0,05. (3)
Darul Discovery Terdapat
Ulum Learning efektivitas positif
Kota Batu melalui signifikan model
keterampilan pembelajaran
berpikir kritis Discovery
dalam Learning melalui

48
Winarti Winarti and Suyadi Suyadi, “Pelaksanaan Model Discovery Learning Jerome
Bruner Pada Pembelajaran PAI Di SMPN 3 Depok Sleman Yogyakarta,” QALAMUNA: Jurnal
Pendidikan, Sosial, Dan Agama 12, no. 2 (2020): h. 153–162.

23
24

meningkatkan keterampilan
sikap ilmiah berpikir kritis
peserta didik dalam
meningkatkan
sikap ilmiah
peserta didik
nilai p-value
0,000 < 0,05.49

3 Tarmizi; untuk Jurnal; Penerapan model Jurnal ini Jurnal ini


Penerapa melakukan 2022 Discovery sama dalam membuktika

n Model penelitian Learning dapat hal materi n hasil

Discovery terhadap membangkitkan yaitu berkaitan belajar siswa


penggunaan proses dengan secara angka.
Learning
model pembelajaran di Pendidikan Belum
Untuk
Discovery dalam kelas, di Agama Islam menjelaskan
Meningka
Learning dalam mana peserta dan model tentang
tkan Hasil meningkatkan didik dapat pembelajaran kondisi nyata
Belajar hasil belajar berkonstribusi Discovery siswa di
Pai Di peserta didik secara aktif, Learning kelas secara
SMPN 4 pada materi kritis, dan lengkap.
Lhokseu “Iman kepada inovatif,
mawe Allah SWT” sehingga hasil
belajar PAI dapat
meningkat.50

4 Nur Fikriyah; Untuk Jurnal; Peneliti ingin Jurnal ini Jurnal ini
Model mendeskripsika 2019 merubah kondisi sama dalam lebih
Discovery n dan belajar yang pasif hal materi menekankan

49
Nopiyanti Nopiyanti, “Efektivitas Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran IPA Di Kelas V MI
Darul Ulum Kota Batu” (PhD Thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2020). h.
120-135.
50
Tarmizi, “Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pai
Di Smp Negeri 4 Lhokseumawe,” STRATEGY: Jurnal Inovasi Strategi Dan Model Pembelajaran
2, no. 1 (2022): h. 1–8.

24
25

Learning mengetahui menjadi aktif dan yaitu berkaitan pada konsep


dalam konsep kreatif. dengan pendidikan
Pembelajaran pendidikan Mengubah Pendidikan berdasarkan
PAI ditinjau berdasarkan pembelajaran Agama Islam Al-An`ām
dari Qs. Al- Al-An`ām ayat yang teacher dan model ayat 74-79.
an'am ayat 74- 74-79 serta oriented ke pembelajaran
79. penerapannya student oriented. Discovery
Undergraduate dalam Merubah modus Learning
thesis, UIN pembelajaran peserta didik
Sunan Ampel Pendidikan hanya menerima
Surabaya Agama Islam informasi secara
keseluruhan dari
pendidik ke
modus Discovery
peserta didik
menemukan
informasi sendiri.
Namun Islam
juga memberikan
keseimbangan
dengan mengajak
manusia untuk
tetap mengacu
kapada tauhid
dan tidak semata-
mata hanya
berpedoman
kepada akal-
51
fikiran.

5 Fahrujjaini; mendapat Jurnal; (1) Penerapan Jurnal ini Jurnal ini


Meningkatka gambaran model sama dalam lebih

51
Nur Fikriyah, “Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran PAI Ditinjau Dari Qs.
Al-an’am Ayat 74-79” (PhD Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019). h. 153-160.

25
26

n Aktivitas tentang tingkat 2021 pembelajaran hal materi membahas


Belajar rata-rata Discovery yaitu berkaitan tentang

Materi Iman aktivitas belajar Learning dengan seberapa

Kepada Hari peserta didik menjadi alternatif Pendidikan besar


dalam pada materi Iman Agama Islam peningkatan
Akhir
mengikuti Kepada Hari dan model hasil belajar
Menggunaka
pembelajaran Akhir, (2)) pembelajaran peserta didik
n
Pendidikan Melalui Discovery ketika
Pembelajaran Agama Islam penerapan model Learning menggunaka
Discovery seta mendapat pembelajaran n Discovery
Learning Pai gambaran Discovery Leearning
Sman-1 tingkat rata-rata Learning dapat
Belawang aktivitas meningkatkan
peserta didik aktivitas belajar
dalam belajar peserta didik.
Pendidikan Hasil penelitian
Agama Islam juga
tentang materi menunjukkan
Iman Kepada perubahan
Hari Akhir suasana kelas
setelah yang cenderung
menggunakan demokratis dan
model perubahan sikap
pembelajaran peneliti untuk
Discovery lebih peduli
Learning. terhadap suasana
Setelah itu kelas.
bagaimana
model
pembelajaran
Discovery
Learning dapat
meningkatkan

26
27

aktivitas belajar
peserta didik.

6 Jamilatur Untuk Jurnal; Penerapan model Sama-sama Jurnal ini


Rosyidah; mengungkap 2021 Discovery termasuk lebih

Implementasi fenomena Learning di SMP penelitian menekankan


holistik- Wahid Hasyim Kualitatif, pada faktor
-Discovery
kontekstual berjalan dengan Jurnal ini pendukung
Learning
melalui baik ketika sama dalam dan
dalam
pengumpulan pendidik PAI hal materi penghambat
Pembelajaran
data dari menerapkannya yaitu berkaitan model
.Daring PAI
setting alam dalam dengan pembelajaran
di SMP sebagai sumber pembelajarannya. Pendidikan Discovery
Wahid langsung Adapun faktor Agama Islam Learning
Hasyim Kota dengan pendukung dan model
Malang instrumen proses pembelajaran
kunci peneliti pembelajaran Discovery
sendiri adalah tingginya Learning
rasa ingin tahu
dan rasa ingin
tahu peserta didik
terhadap materi
pembelajaran,
sikap pendidik
yang terbuka
dalam
memotivasi
peserta didik
khususnya orang
tua, dan fasilitas
sekolah yang
memadai. Faktor
penghambatnya
adalah ego

27
28

peserta didik
dalam menerima
pelajaran,
terkadang
mereka juga
52
belum siap.

Dari review pustaka di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian tentang strategi Discovery Learning belum ada yang lengkap


dengan proses evaluasinya.
2. Penelitian tentang strategi Discovery Learning umumnya hanya berbicara
tentang efektifitasnya, proses simulasi sampai menarik kesimpulan, dan
faktor-faktor pendukung-penghambatnya, belum berbicara sampai
evaluasinya.
3. Penelitian tentang strategi Discovery Learning yang dihubungkan dengan
pembelajaran Agama Islam masih berkisar tentang pembelajaran masa pra-
pandemi dan pandemi saja, belum membahas tentang pembelajaran pasca-
pandemi.
Dengan demikian, penelitian tentang “Strategi Discovery Learning dalam
Pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro” perlu dilakukan. Selain belum ada
penelitian tentang itu, juga berguna untuk pengembangan kualitas pendidik dalam
mengajar.

52
Fahrujjaini Fahrujjaini, “Meningkatkan Aktivitas Belajar Materi Iman Kepada Hari
Akhir Menggunakan Pembelajaran Discovery Learning PAI SMAN-1 Belawang,” Prosiding
Pendidikan Profesi Guru Agama Islam (PPGAI) 1, no. 1 (2021): h. 998–1008.

28
29

C. Paradigma Penelitian

Tabel 1.1
Paradigma Penelitian
Implementasi Strategi Discovery Learning Dalam
Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar
Peserta Didik Di SMPN 1 Sukomoro.

Fokus Penelitian Tujuan Penelitian Teori Penelitian

1. Bagaimana 1. Untuk mengetahui 1. Perencanaan silabus dan


perencanaan dan mengganalisis Rencana Pelaksanaan
strategi Discovery perencanaan strategi Pembelajaran (RPP).
Learning dalam Discovery Learning 2. Meliputi stimulation,
pembelajaran PAI dalam pembelajaran problem statement
di SMPN 1 PAI di SMPN 1 (pernyataan/identifikasi
Sukomoro? Sukomoro.
masalah), Data Collection
2. Bagaimana 2. Untuk mengetahui (pengumpulan data), Data
implementasi dan menganalisis Processing (Pengolahan data),
implementasi strategi
strategi Discovery Verification (pembuktian),
Discovery Learning
Learning dalam dalam pembelajaran Generalization (menarik
pembelajaran PAI PAI di SMPN 1 kesimpulan).
di SMPN 1 Sukomoro.
Sukomoro? 3. Penilaian proyek
3. Untuk mengetahui
3. Bagaimana pembelajaran berbasis
dan mengganalisis
implikasi strategi Discovery Learning
implikasi strategi
Discovery Discovery Learning
Learning dalam dalam pembelajaran
pembelajaran PAI PAI untuk
untuk meningkatkan
meningkatkan kreatifitas belajar
kreatifitas belajar peserta didik di
peserta didik di SMPN 1 Sukomoro.
SMPN 1
Sukomoro?

29
30

Tabel 1.2
Paradigma Penelitian

Discovery Learning Pembelajaran PAI

Stimulation Problem statement Data collection processing

Generalization Verification

Penilaian 1. Memahami dan mendenifisikan permasalahan.


2. Merumuskan dan merencanakan solusi
alternatif.
3. Menerapkan strategi/solusi pemecahan.
4. Mengevaluasi.

30
31

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Dalam melakuan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa ucapan-ucapan
atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri.53
Ciri khas pendekatan kualitatif ini terletak pada tujuannya untuk
mendiskripsikan kasus dengan memahami makna dan gejala. Dengan kata
lain pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasarkan pada perwujudan satuan-satuan gejala yang ada
dalam kehidupan manusia.54 Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk
menetapkan sifat suatu situasi kehidupan pada waktu penyelidikan itu
dilakukan, karena tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variabel
atau kondisi dalam suatu situasi.
Metode penelitian penelitian ini menghasilkan data-data deskriptif
dalam responden yang sifatnya penggambaran, penjelasan serta ungkapan-
ungkapan terhadap seluruh hasil penelitian tanpa dilakukan perhitungan
statistik, dalam hal ini akan di ungkap tentang bagaimana pandangan
sekolah umum terhadap metode pembelajaran Discovery Learning
terhadap pendidikan.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrument
sekaligus pengumpul data. Instrument selain peneliti dapat juga
digunakan, hanya sifatnya hanya sebagai pendukung. Oleh karenanya,
kehadiran dan kerterlibatan peneliti di lapangan sangat diperlukan dalam

53
Arief Fuchon, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 22.
54
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek, cet 1 (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), h. 47.

31
32

penelitian kualitatif, karena pengumpulan data harus dilakukan dalam


situasi yang sesungguhnya.55 Penelitian kulitatif merupakan perencana,
pelaksana, pengumpulan dan penganalisa data dan sekaligus menjadi
pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan berperan
sebagai pengamat penuh dan kehadiran peneliti sebagai individu yang
sedang melakukan penelitian terhadap lembaga tersebut akan
diungkapkan secara terbuka kepada subjek peneliti.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil objek di SMPN 1 Sukomoro, yang mana
lembaga ini berada di Kecematan Sukomoro Kabupaten Nganjuk.
Pertimbangan ditentukannya lokasi tersebut karena SMPN 1 Sukomoro
merupakan salah satu sekolah yang terdampak efek pandemic yang
dimana peserta didik siswinya mengalami penurunan dalam hasil
pembelajaran peserta didik terutama di mata pelajaran PAI.
D. Sumber Data
Sumber data yang kami dapatkan dari penelitian ini kami gali dari
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat bantu dalam mengumpulkan data
tersebut. Dalam hal ini, data primer kami kumpulkan melalui
wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian
kurikulum, pendidik dan peserta didik sekolah SMPN 1 Sukomoro.
Selain itu kami juga melakukan observasi langsung ke tempat
penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihal lain, tidak
langsung diperoleh dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

55
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RoSMPa
Karya, 2000), h. 103.

32
33

Dalam penelitian ini data sekunder kami ambilkan dari dokumentasi


dan buku pleno SMPN 1 Sukomoro.
E. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun data melalui pengamatan dan
pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki
secara langsung.56 Dalam penelitian ini kami melakukan observasi
dengan mengikuti dan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan
pula. Wawancara adalah suatu percakapan antara dua orang atau lebih
secara langsung yang mempunyai tujuan tertentu. Subjek yang kami
wawancarai dalam penelitian ini yaitu meliputi peserta didik dan
perangkat sekolah SMPN 1 Sukomoro. Penulis menggunakan metode
wawancara ini dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan penerapan metode Discovery Learning dalam pembelajaran
PAI di SMPN 1 Sukomoro.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
partisipasi, notulen rapat, agenda dan sebagainya.57 Dokumentasi yang
kami ambil dalam hal ini meliputi surat-surat, laporan, peraturan, foto,
buku pleno dan data yang lainnya yang tersimpan. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data berupa dokumentasi yang berkaitan
dengan penerapan metode Discovery Learning dalam pembelajaran
PAI di SMPN 1 Sukomoro.

56
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Ikatan Akutansi Indonesia, 2000), h.
136.
57
Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), h. 236.

33
34

F. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan sebuah cara untuk mengolah data
menjadi informasi agar karakteristik data tersebut mudah dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama hal yang berkaitan
dengan penelitian. Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan secara bergilir, yaitu dimulai sejak pengumpulan data hingga
penarikan kesimpulan akhir penelitian. Namun peneliti memisahkan tahap
analisis data menjadi dua, yaitu pada saat pengumpulan data dan setelah
data diperoleh secara keseluruhan dengan melakukan analisa yang lebih
mendalam tentang apa yang telah dianalisa sebelumnnya.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah pengujian data yang di dapat dalam
penelitian untuk memenuhi apakah data tersebut dapat dipertanggung
jawabkan atau tidak. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan
data digunakan teknik triangulasi. Sedangkan trianggulasi itu sendiri
adalah pemeriksaan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan ialah
pemeriksaan sumber data.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data untuk
memeriksa keabsahan data dalam meneliti metode Discovery Learning
dalam pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro. dengan membandingkan
data melalui beberapa metode dalam penelitian. Data yang kami
bandingkan bersumber dari observasi langsung, wawancara dengan pihak
terkait, dan dokumentasi yang kami dapatkan dari SMPN 1 Sukomoro.
Dengan demikian pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara
membandingkan data yang telah diperoleh melalui metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang mendukung hasil penelitian untuk
memastikan data tersebut tidak saling bertentangan sehingga dapat
diperoleh data yang valid mengenai penelitian ini.

34
35

H. Tahap-Tahap Penelitian
Ciri pokok penelitian kualitatif yaitu meletakkan peneliti sebagai
alat penelitian yang harus berperan aktif dalam penggalian data yang akan
diteliti dalam hal menjelaskan tahap-tahap penelitian yang nantinya
memberikan gambaran secara keseluruhan perencanaan, pelaksaan
pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan
laporan.58
Dalam melakukan penelitian ini, ada empat tahap dalam
penelitian, diantaranya yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Dalam melaksanakan penelitian ini, tahap-tahap yang harus
dilakukan penulis adalah :
1) Menyusun rancangan penelitian.
2) Memilih lokasi penelitian.
Setelah menyusun rancangan penelitian, peneliti menentukan
lokasi penelitian yang korelatif dengan permasalahan yang akan di
teliti. Dalam hal ini, peneliti lebih memilih SMPN 1 Sukomoro
sebagai lokasi penelitian karena dianggap sangat cocok dengan
permasalahan yang akan diteliti.
3) Menpendidiks perizinan.
Ada beberapa langkah yang dilewati oleh peneliti dalam
menpendidiks perizinan penelitian ini. Pertama, Mengajukan judul
ke Fakultas Tarbiyah. Kedua, membuat proposal penelitian agar
mendapatkan persetujuan dari P3M. Ketiga, meminta surat izin
penelitian. Keempat, memohon izin kepada dewan lembaga terkait,
dalam hal ini yaitu SMPN 1 Sukomoro dalam bentuk melayangkan
surat permohonan penelitian.

58
Taiyeb M, Panduan Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, (Makasar: Apis Indica
Laboratorium Biologi FPMIPA UNM, 1997), h. 31.

35
36

4) Menyiapkan perlengkapan penelitian.


b. Tahap lapangan (penggalian data)
Dalam penelitian tahap lapangan, berikut merupakan langkah yang
dilakukan peneliti:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
2) Memasuki lapangan.
3) Peneliti mengumpulakan data-data yang diperoleh dari objek
penelitian.
4) Penulisan laporan.

36
37

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Sejarah SMPN 1 Sukomoro
SMPN 1 Sukomoro berdiri pada tahun 1983 dengan sebutan SMP
2 Sukomoro dan masih memakai gedung Sekolah Dasar. Baru kemudian
pada tahun 1984 berubah menjadi SMPN 1 Sukomoro dan sudah
memiliki gedung sekolah sendiri.
SMPN 1 Sukomoro adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama
Negeri yang ada di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Sekolah
ini beralamat di Jalan Sukomoro, Desa Sukomoro, Kecamatan
Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Sekolah menegah
ini terletak di tempat yang strategis di wilayah Kecamatan Sukomoro
dengan batas-batas sebelah selatan Pasar Sentral Bawang Merah, sebelah
utara Desa Sukomoro, sebelah barat berbatasan Desa Kaliulo dan sebelah
timur berbatasan dengan Desa Kajang.1

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Sukomoro yang bertempat di
Jalan Sukomoro, Desa Sukomoro, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. SMPN 1 Sukomoro merupakan lembaga
pendidik an formal yang menyandang status Negeri yang dikepalai oleh
Drs. Bahrul Ulum.

3. Profil SMPN 1 Sukomoro


a. Nama yayasan : SMPN 1 Sukomoro
b. NPSN : 20538370
c. Alamat Lengkap Yayasan :
1. Desa : Sukomoro
2. Kecamatan : Sukomoro

1
Teguh Triyono, wawancara, kantor kepsek SMPN 1 Sukomoro, Tanggal 8 April 2022 , Pukul
09.30 WIB.

37
38

3. Kabupaten : Nganjuk
4. Provinsi : Jawa Timur
5. Kode Pos : 64481
d. Status : Negeri
e. Bentuk Pendidik an : SMP
4. Visi dan Misi SMPN 1 Sukomoro
a. Visi
Visi SMPN 1 Sukomoro adalah “Beriman, berprestasi, dan
berbudaya” (SASUKO IMPRESYA).2 Sekolah ini memiliki tekad
perjuangan dan himmah luhur untuk menjelmakan cita-cita
mewujudkan peserta didik siswi yang beriman, berprestasi, dan
turut menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.
b. Misi
Misi yang di usung SMPN 1 Sukomoro tidaklah jauh
berbeda dengan apa yang di kehendaki kebanyakan orang, tak
terkecuali insan pendidik, tentulah memendam rasa ingin keinginan
untuk mengantarkan peserta didik menjadi:
1. Melaksanakan pendidikan yang berkualitas berlandaskan
IMTAK (iman dan taqwa) dan IPTEK (ilmu pengetahuan
dan teknologi).
2. Mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam baca tulis
Al Qur’an.
3. Mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan yang efektif.
4. Meningkatkan kualitas prestasi akademik dan non akademik
yang komtetitif.
5. Melaksanakan pengembangan proses belajar mengajar
secara aktif, kreatif, efektif , inovatif dan menyenangkan.

2
Drs. Bahrul Ulum, Wawancara di kantor kepala SMPN 1 Sukomoro, Tanggal 8 April
2022, Pukul 09.30 WIB.

38
39

6. Mengotimalkan bimbingan peserta didik untuk mengenali


potensi dirinya sehingga dapat berkembang sesuai bakat dan
minatnya.
7. Melaksanakan budaya santun, disiplin dan agamis di sekolah
dan masyarakat.
8. Melaksanakan kebiasaan hidup bersih, sehat , indah di
lingkungan sekolah.
5. Data Jumlah Peserta didik SMPN 1 Sukomoro
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Peserta Didik
Jumlah
Kelas Jumlah
L P
VII 149 137 286
VIII 175 106 280
IX 156 120 276

6. Data Pengajar SMPN 1 Sukomoro


Tabel 4.2
Daftar Pengajar Dan Mapel Yang diampu
No. Nama Pengajar Mata Pelajaran
1. Drs. Bahrul Ulum Bahasa Indonesia
2. Drs. Edy Supriyanto, M.Pd Penjasorkes
3. Maspiani, S.Pd Bahasa Indonesia
4. Ari Yudiati, S.Pd Seni Budaya
5. Teguh Triyono Bahasa Jawa
6. Siti Rahayu, S.Pd BK/BP
7. Wahyudi, A.Md.Pd IPA
8. Drs. Puryadi, M.MPd IPS
9. Rustini, S.Pd BK/BP
10. Moh. Dardiri, M.MPd Matematika
11. Eko Sugeng Utomo, S.Pd Ppkn

39
40

12. R.Priyatmana, M.Si IPA


13. Wiwit Wahyu M., A.Md Matematika
14. Susilowati, S.Pd Penjasorkes
15. Irham, S.Pd IPA
16. Suryani, S.Pd Bahasa Jawa
17. Sugijanto, S.Pd IPS
18. Sukarjan IPA
19. Mohammad Kamal, S.Pd Bahasa Inggris
20. Suparti Bahasa Indonesia
21. Dra. Windari Bahasa Indonesia
22. Sunarni Bahasa Inggris
23. Murtini Fatwa Dewi, S.Pd Matematika
24. Mariyono Bahasa Inggris
25. Supriati, S.Pd Bahasa Indonesia
26. Lulut Suryani, S.Pd IPA
27. Teguh Murjoko, S.Pd Bahasa Inggris
28. Gogot Edy S, S.Kom TIK
29. Aprilliya Diyah, S.PD BK/BP
30. Herry Petri Eny, S.Pd Matematika
31. Dra. Titik Sugiarti Bahasa Indonesia
32. Endah Tri S, S.Pd Bahasa Indonesia
33. Balok S., S.Pd. M.MPd IPS
34. Aniek Sundari S.Pd TIK
35. Farih Novita MZ. S.Pd.i PAI
36. Harjito, S.Pd IPS
37. Agus Djoko Widodo, S.Pd Bahasa Inggris
38. Nila Pupa Dewi, S.Pd Ppkn
39. Lidya Elizabeth Seni Budaya
40. Wawan Fauzi, S.Pd Penjasorkes
41. Desy Dwi Atikawati, S.Pd BP/BK

40
41

42. Yusi Alanda, S.Pd Ppkn


43. Kris Johandoko, S.Pd Seni Budaya
44. Angindah, S.Pd Bahasa Indonesia
45. Ahmad Nur Fuad, M.Pd PAI
46. Intan Sucianingrum, S.Pd Ppkn
47. Novita Rahmawati, S.Pd Matematika

B. Paparan Data
Siklus perkembangan pembelajaran PAI (PAI) terus menerus berubah,
tentunya diiringi juga dengan semakin dewasanya pola pikir peserta didik.
Menjadi alasan tersendiri kenapa hal seperti itu bisa terjadi. Realitanya
banyak hal yang menjadi sebab atau pendorong perkembangan pola pikir
peserta didik, seperti: keluarga, lingkungan, teman, pendidikan, dan
sebagainya. Namun yang paling berpengaruh adalah Pendidikan. Pendidikan
yang dimaksud adalah pendidikan yang dikelola untuk merubah pola pikir
peserta didik menjadi lebih baik, mandiri, kritis, dan kreatif. Dalam hal ini
lembaga pendidikan tersebut harus memiliki pengelolaan pembelajaran
khususnya PAI (PAI) sebagaimana pembelajaran direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di
sekolah. Pengelolaan tersebut antara lain, nilai-nilai yang perlu untuk
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan
tenaga kependidikan, dan komponen lainnya. Dengan demikian, manajemen
pembelajaran di sekolah yang efektif dapat mendorong perkembangan pola
pikir (mindset) peserta didik yang mandiri, kritis, dan kreatif.
Berangkat dari pemaparan di atas, SMPN 1 Sukomoro memiliki cara
tersendiri dalam mengimplementasikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan pola pikir peserta didik khususnya pembelajaran PAI,
sebagai berikut:

41
42

1. Perencanaan Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran


PAI di SMPN 1 Sukomoro
a. Perencanaan Strategi Discovery Learning dalam Silabus
Pada sebuah pembelajaran, perencanaan pembelajaran
menjadi salah satu komponen yang penting agar proses
pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif, efesien dan
maksimal. Pada perencanaan tentunya banyak komponen yang di
harus di persiapkan sebelum pelaksanaan proses pembelajaran
berlangsung. Untuk mendapatkan informasi dari proses
perencanaan ini peneliti menanyakan tentang persiapan
seorang pendidik dalam malakukan perencanaan
pembelajaran. Adapun silabus sebagai acuan penyusunan
RPP di SMPN 1 Sukomoro terlampir.

Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada Ibu


Farih Novita MZ selaku pendidik PAI. Dari hasil wawancara
dengan Ibu Farih Novita MZ, beliau mengatakan:

“Sebelum melaksanakan pembelajaran tentunya saya


mempersiapkan komponen-komponen pembelajaran
terlebih dahulu, mulai dari pengembangan silabus,
menyusun RPP, kemudian kesesuaian antara silabus dan
RPP, dan ini biasanya dirapatkan di awal tahun. Lalu
dalam penyusunan RPP saya siapkan berbagai model
pembelajaran termasuk model pembelajaran Discovery
Learning”.3

Sebagai pendukung data di atas peneliti melakukan


wawancara dengan Bapak Drs. Bahrul Ulum selaku Kepala
Sekolah SMPN 1 Sukomoro, beliau menjelaskan :

“Perencanaan penyusunan silabus atau pengembangan


silabus itu dilkukan pada awal ajaran baru, dengan
mengacu pada silabus yang terdahulu, kami himbau untuk
para pendidik memilih mana yang bisa dilanjut dan

3
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Wawancara di SMPN 1
Sukomoro,5 Februari 2022.

42
43

dilaksanakan dan mana yang tidak bisa dilanjut. Dari


evaluasi tersebut, bisa digunakan untuk pembelajaran
berikutnya sehingga pembelajaran akan berlangsung
dengan baik dan sesuai harapan.”4

Dari data tersebut dijelaskan bahwa sebelum


pembelajaran di dalam kelas berlangsung, Ibu Farih Novita
MZ mempersiapkan segala komponen yang akan digunakan
dalam pembelajaran, baik dalam pengembangan silabus yang
disesuaikan dengan RPP maupun RPP yang nantinya akan
mengarah pada penggunaan model discovery learning.
b. Perencanaan Strategi Discovery Learning dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan
pegangan pendidik dalam kelas, RPP dibuat oleh pendidik
untuk membantunya dalam mengajar yang tentunya hasil dari
pengembangan silabus. Adapun RPP salah seorang pendidik
PAI di SMPN 1 Sukomoro telah mengembangkan memuat
strategi pembelajaran discovery learning yang penulis
cantumkan pada lampiran.
Sebagai pendukung data di atas peneliti melakukan
wawancara dengan Bapak Drs. Bahrul Ulum selaku Kepala
Sekolah SMPN 1 Sukomoro, beliau menjelaskan :

“Perencanaan penyusunan silabus atau pengembangan


silabus itu dilkukan pada awal ajaran baru, dengan
mengacu pada silabus yang terdahulu, kami himbau untuk
para pendidik memilih mana yang bisa dilanjut dan
dilaksanakan dan mana yang tidak bisa dilanjut. Dari
evaluasi tersebut, bisa digunakan untuk pembelajaran
berikutnya sehingga pembelajaran akan berlangsung
dengan baik dan sesuai harapan.”5

4
Bapak Drs. Bahrul Ulum, Kepala sekolah SMPN 1 Sukomoro, Wawancara pada
6 Februari 2022.
5
Bapak Drs. Bahrul Ulum, Kepala sekolah SMPN 1 Sukomoro, Wawancara pada
6 Februari 2022.

43
44

Dari hasil wawancara tersebut dapat di simpulkan


bahwa dalam menjalankan pembelajaran selama setahun
kedepan, setiap pendidik akan mempunyai Program tahunan
atau yang sering di sebut prota. Sehingga silabus beserta RPP
juga direncanakan pada awal tahun. Hal ini dikatakan juga
oleh Bapak Teguh Triono, sebagai Waka kurikulum,
“Mengenai model pembelajaran yang dipakai harus
dituangkan dalam silabus dan itu biasanya dibuat pada awal
ajaran baru”6
Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan
peneliti menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan
model Discovery Learning telah tertuang didalam kegiatan
pembelajaran yang langkah-langkahnya terintegrasi dalam
pendekatan Saintific.
Dalam observasi yang peneliti l,akukan peneliti
menemukan di dalam RPP Ibu Farih Novita MZ bahwa telah
menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada
pembelajaran PAI. Atas dasar ini peneliti mulai merencanakan
penelitian lanjutan.

2. Implementasi Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran


PAI di SMPN 1 Sukomoro
Seorang pendidik dalam pengembangan proses
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran PAI (PAI)
sesungguhnya diarahkan pada proses penanaman nilai-nilai Islami,
baik yang bersumber dari ajaran Islam (Al-qur’an dan Sunnah),
maupun bersumber dari nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dan
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Nilai-nilai Islami tersebut
kemudian mempengaruhi pola aktifitas manusia dalam segala

6
Bapak Teguh Triono, Waka Kurikulum SMPN 1 Sukomoro, Wawancara pada 6
Februari 2022.

44
45

aspeknya, baik aktifitas manusia hubungannya dengan Tuhan,


sesama manusia, dan hubungannya dengan hubunganya dengan
aktifitas manusia dalam mengelola alam ini.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI yang berbasis
discovery leaning ini, adapun langkah-langkah pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Dalam pembelajaran di kelas pasti ada trik-trik khusus
untuk mengembalikan konsentrsi peserta didik terhadap mata
pelajaran yang sedang berlangsung begitu juga dengan PAI.
Mengalihkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi pada
pembelajaran yang akan dilakukan, seorang pendidik harus
menguasai keadaan kelas tersebut sehingga akan mudah
mengembalikan konsentrasi peserta didik.

Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, Seperti


biasasanya, sebelum Ibu Farih Novita MZ menjelaskan materi di
hari itu, beliau mengucapkan salam dan anak-anak diajak untuk
berdoa bersama, selanjutnya membaca ayat Alqur’an yang
memang sudah menjadi kurikulum wajib di sekolah tersebut.
Setelah itu memotivasi peserta didik sesuai dengan pokok materi
yang akan di bahas pada hari itu, sehingga peserta didik
berkonsentrasi pada pembelajaran yang hendak berlangsung. Hal
itu Ibu Farih Novita MZ lakukan sebagai pembuka dalam sebuah
pembelajaran, sehingga dapat merangsang ingatan peserta didik
sebelum belajar.7
Dari keterangan tersebut menyatakan betapa pentingnya
mengembalikan konsentrasi peserta didik untuk mengikuti suatu
pelajaran. Seorang pendidik harus mengadakan kegiatan
pendahuluan dalam kegiatan pembelajaran.

7
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022.

45
46

Hal serupa juga peneliti temukan pada proses


pembelajaran di kelas Bapak Ahmad Fuad. Dalam kegiatan
pendahuluan, untuk mengalihkan konsentrasi peserta didik pada
mata pelajaran PAI, Bapak Ahmad Fuad mengabsen peserta didik
satu per satu, setelah itu mengajak mereka bermain game
beberapa menit. Semisal, menebak suatu tebakan yang diarahkan
pada tema belajar di hari itu, sehingga peserta didik bisa
tertawa dan senang dalam mengikuti belajar. Kemudian setelah
itu beliau arahkan pada tema yang akan kita bahas.8
Kesimpulan dari observasi di atas bahwa pembelajaran
tidak boleh langsung diadakan dan peserta didik langsung
diarahkan ke materi yang akan dibahas. Jika demikian, maka
peserta didik akan mengalami gejolak dalam pikirannya untuk
menghadapi materi berikutnya. Disini peneliti mencoba
wawancara dengan salah satu peserta didik kelas VIII setelah
berakhirnya proses pembelajaran:
Dian Faturrahmi mengatakan:
“Bapak Ahmad Fuad baisanya mengawali pelajaran dengan
salam, berdo’a bersama, membaca ayat al-Qur’an.
Kemudian setelah itu kami diajak bermain tebak kata dari
materi yang minggu lali kami pelajari, dan tidak
ketinggalan kami pasti di absen satu per satu.”9

Berdasarkan keterangan salah seorang peserta didik,


bahwa ternyata pembukaan di awal sebuah pembelajaran
sangatlah penting, mereka mereasa terefleksi dan terarahkan
konsentrasinya untuk mengikuti proses pembelajaran di hari itu.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ada kegiatan pendahuluan
sebagai bentuk mengalihkan perhatian dari pelajaran sebelumnya
ke maeteri pelajaran yang akan diberikan di hari itu, sehingga
peserta didik bisa fokus pada materi yang akan dibahas. Adapun
pengalihan perhatian untuk mendapat konsentrasi dengan cara

8
Bapak Ahmad Fuad, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 10 Februari
2022.
9
Dian Faturrohmi, Murid kelas VIII, Wawancara di SMPN 1 Sukomoro pada 10 Februari 2022
46
47

bermain game dan mengabsen peserta didik akan menjadikan


mereka lebih bersemangat dalam belajar.
b) Kegiatan Inti
Sebagai kegiatan yang paling penting dalam pembelajaran
adalah kegiatan inti. Di sini anak diminta untuk berkonsentrasi
penuh pada pelajaran di hari itu. Model pembelajaran dalam
kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta
didik dalam mendalami sebuah tema pelajaran. Pada model
discovery learning peserta didik diminta untuk aktif, baik fikiran
maupun gerakan badan. Langakah-langakah dalam discovery
learning mengarahkan mereka menjadi lebih tanggap yakni
diantaranya pemberian rangsangan (stimulation), identifikasi
masalah (problem statement), Pengumpulan data, pengolahan
data (data processing), pembuktian (verification), dan penarikan
kesimpulan (generalization).

Discovery
Learning

Pemberian Rangsangan
(Stimulation)

Identifikasi Masalah
(Problem Statement)

Pengumpulan Data

Pengolahan Data
(Data Processing)

Pembuktian
(Verification)

47
Penarikan Kesimpulan
(Generalisation)
48

Bagan Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning

Di dalam kelas terlihat jelas setelah pendahuluan, Ibu


Farih Novita MZ memberikan materi tematik melalui power
point dengan media proyektor. Materi tematik tersebut beliau
rancang sedemikian rupa yang tujuannya adalah untuk
menstimulasi peserta didik agar memahami dan mengarahkan
mereka menemukan tujuan akhir dari suatu pembelajaran.
Beliau membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok
dan terlihat peserta didik mencari data untuk memecahkan
permasalahan dari berbagai sumber yang sebelumnya telah
mereka persiapkan.10
Selanjutnya peserta didik mulai mendiskusikan hasil
identifikasi mereka yang telah mereka peroleh dan
kumpulkan dari berbagai sumber seperti buku cetak dan
internet. Dalam membuktikan apakah hipotesis mereka dalam
memecahkan permasalahan tentang tujuan materi di hari itu
benar atau tidak, mereka mencocokannya dengan gambaran
materi awal yang diberikan oleh Ibu Farih Novita MZ.11
Dari observasi di atas Ibu Farih Novita MZ
mengajarkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran
dimana peserta didik diminta untuk membuat kelompok
belajar, dan pendidik memberikan stimulasi sebagai langkah
awal dari model pembelajaran discovery learning.

Kemudian dengan adanya pembagian kelompok,


peserta didik dapat saling bermusyawarah untuk memecahkan
suatu masalah yang sudah ditentukan dan dibagi sesuai
kelompok masing-masing karena model pembelajaran yang
bisa mengaktifkan semua peserta didik adalah salah satu
tujuan dari pembelajaran. Kegiatan tidak hanya terfokus pada

10
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada5 Februari
2022
11
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022
48
49

pendidik tetapi peran peserta didik sangat diharapkan.


Masih dengan kelas yang sama, dari hasil observasi
peneliti, sebagai pendidik Ibu Farih Novita MZ Tentunya
harus pandai dalam mengarahkan peserta didik agar mereka
lebih aktif, dan tidak hanya itu, Ibu Farih Novita MZ selalu
mengulangi dan menambah motivasi pada setiap segmen
tahapan, yang tujuannya adalah memberikan stimulus
semangat bagi peserta didik dalam menyelesaikan peneuman
sampai akhir.12
Selanjutnya pada tahap ini (Pengolahan data), semua
informasi yang telah mereka dapat dan kumpulkan, baik
informasi pada saat Ibu Farih Novita MZ menjelaskan
melalui proyektor, hasil bacaan, maupun pada saat mereka
berdiskusi dengan teman satu kelompok. Lalu setelah itu
mereka klarifikasikan dan mereka tafsirkan sebagai dasar
membuat generalisasi sebelum melakukan penarikan
kesimpulan.13

Dengan topik yang sama saat peneliti melakukan


observasi di kelas VIII mata pelajaran PAI, Bapak Ahmad
Fuad mengarahkan peserta didik untuk pengolahan data baik
melalui yang telah ia peroleh dari mendengarkan penjelasan
diawal pengarahan maupun yang mereka peroleh dari sumber
lainnya. Lalu mereka diskusikan dengan teman satu
kelompok untuk mengeneralisasikan temuan mereka.14
Dalam model discovery learning peserta didik dituntut
untuk menemukan sebuah jawaban dari permasalahan yang
diberikan oleh pendidik. Peserta didik yang kurang aktif akan
diberikan pancingan dan bimbingan agar mereka bisa
mengikuti teman-teman mereka, dan disinilah fungsinya

12
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022
13
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022
14
Bapak Ahmad Fuad, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 10
Februari 2022

49
50

pendidik membagi mereka kedalam beberapa kelompok. Bagi


mereka yang kemampuannya kurang bisa berbaur dan
terntuntut diskusi dengan teman satu kelompok.
Selanjutnya, di akhir setelah berdisuksi anak-anak
akan mengemukakan pendapatnya masing-masing, yang
diwakilki oleh ketua kelompok, dan disinilah akan nampak
sikap anak dalam menanggapi pertanyaan, jawaban, atau
temuan dari kelompok lain. Dan disinilah juga Bapak Ahmad
Fuad akan mengetahui keterampilan anak dalam
menyampaikan pendapat, menanggapi dan bahkan mampu
mengaktuaktualisasikan kesimpulan dari tema pelajaran di
hari itu.15
Dari observasi kedua pendidik PAI di atas , dapat kita
pahami bahwa kegiatan pembelajaran dengan model
discovery learning akan melibatkan semua warga kelas.
Peserta didik dan pendidik harus menjadi team yang aktif dan
menyatu. Seorang pendidik bukan hanya sebagai informan
tetapi juga sebagai pendamping yang baik bagi peserta didik,
sekaligus dalam mengarahkan sesuai dengan langkah-
langkah model discovery learning pada pembelajaran di hari
itu, sehingga peserta didik akan dianggap sebagai orang yang
sangat diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
diungakapkan oleh Imah, peserta didik kelas VIII setelah
mengikuti pembelajaran PAI yang diampu oleh Bapak
Ahmad Fuad:
“Kami akan dilibatkan dalam memahami tema
pelajaran, kami bekerja kelompok yang membahas
tema pada saat itu. Mulai dari memahami lewat
power poin yang pendidik sampaikan, kemudian
kami tertuntut untuk mengidentifikasi, mengolah
data, sampai-sampai terkadang kami adu pendapat.
baru kemudian kami menyimpulkan dengan teman
satu kelompok.”16

15
Bapak Ahmad Fuad, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 10
Februari 2022
16
Imah Maharani, Murid kelas VIII, Wawancara di SMPN 1 Sukomoro pada 10 Februari
2022

50
51

Hal serupa diungkapkan juga oleh Azib Bagus :


“Kami akan selalu ikut menyampaikan pendapat,
bahkan kami sering beradu pendapat untuk saling
mempertahankan pendapat kami. Tapi ada juga
teman yang diam dan malu untuk menyamaikan
pendapatnya dan terkadang kelas ramai, tapi
menyenangkan teman-teman lebih aktif dan lebih
mudah dalam menerima pelajaran.”17

Model pembelajaran discovery learning tidak hanya


dapat melibatkan semua warga kelas, disampiing itu akan
melatih mereka untuk berdiskusi dan bekerja sama satu
sama lain dalam memecahkan masalah. Mulai dari tahap
stimulasi sampai dengan penarikan kesimpulan. Sebagaimana
yang juga dipaparkan oleh beberapa peserta didik di atas
bahwa model pembelajaran ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Disamping kelebihan-kelebihan model pembelajaran
discovery leanirng, adapula kekurangan pada penerapan
mdoel pembelajaran ini. Peneliti sempat mewawancarai Ibu
Farih Novita MZ setelah pembelajaran, beliau
megungkapkan:
“Adapun kendala saya ditahap ini adalah
beberapa anak dengan kemampuan yang kurang
akan kesuliatan untuk mengeneralisasikan untuk
kemudian disimpulkan, disinilah fungsinya saya
bagi mereka kedalam beberapa kelompok. Di dalam
kelompok yang saya bagi random akan menuntut
semua warga kelas berpartisipasi dalam
berdiskusi.”18

Kendala selalu dapat diatasi apabila tiap pendidik


mempunyai trik dalam melaksanakan tiap model
pembelajaran yang dipakai terutama model discovery
learning. Demikian yang juga dilaksanakan dan dikuasai oleh

17
Azib Bagus, Murid kelas VIII, Wawancara di SMPN 1 Sukomoro pada 10 Februari 2022
18
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022

51
52

pendidik-pendidik PAI di SMPN 1 Sukomoro.


Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan inti yang
tentunya tidak terlepas dari langka-langkah model
pembelajaran discovery learning di SMPN 1 Sukomoro dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pemecahan
masalah dan menemukan sendiri tujuan dari adanya
pembelajaran yang hendak disampaikan di hari itu.
c) Kegiatan Penutup
Pendahuluan dan kegiatan inti telah dilaksanakan,
maka kegiatan terakhir adalah penutup. Sebagaimana
seharusnya pendidik akan mengadakan refleksi dengan
memberi pertanyaan yang belum difahami. Atau saling
mengoreksi pembalajaran pada saat itu.
Hal ini dilakukan pula oleh Ibu Farih Novita MZ,
Sebelum beliau meninggalkan kelas, peserta didik beliau ajak
mengoreksi jalannya pembelajaran pada saat itu, sehingga
pendidik akan mengetahui sejauh mana pembelajaran pada
hari itu berhasil, kemudian beliau lanjut dengan pemberian
tugas untuk melanjutkan ke materi berikutnya, agar mereka
bisa mempersiapkan diri dengan baik.”19
Agar diketahui keberhasilan dari pembelajaran yang
dilaksanakan pada saat itu, seorang pendidik perlu
mengadakan refleksi atau umpan balik terhadap peserta didik.
demikian dengan proses pembelajaran di kelas Bapak Ahmad
Fuad, terakhir dari pertemuan peserta didik beliau
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menyampaikan saran tentang pembelajaran pada saat itu,
kemudian mereka kami ajak berdo’a bersama yang dilanjut
lanjut dengan ucapan salam penutup.20

Kegiatan pembelajaran yang mengarah kepada

19
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022
20
Bapak Ahmad Fuad, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5 Februari
2022

52
53

kebutuhan peserta didik adalah idaman bagi setiap pendidik.


Mereka bisa mengajak peserta didik untuk berbagi
pengalaman dan ilmu. Di akhir pembelajaran seorang
pendidik akan memberikan penguatan dan kegiatan penutup
sesuai dengan tema yang disajikan.
Waka Kurikulum, Bapak Teguh Triyono mengatakan :
“Di akhir pembelajaran akan ditutup dengan
sesuatu yang membuat peserta didik merasa senang
dan selalu mengingat materi yang sudah di pelajari
dengan pembelajaran saat itu sehingga akan selalu
dirindukan oleh peserta didik pembelajaran
tersebut.”21

Dari keterangan di atas, bahwa dalam kegiatan


penutup akan dilakukan refleksi bersama, umpan balik yang
di tutup dengan ucapan salam sebelum pendidik
menginggalkan kelas.
3. Implikasi Strategi Discovery Learning dalam Pembelajaran
PAI untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Peserta Didik
di SMPN 1 Sukomoro
Hasil yang dicapai dari strategi pendidik dalam
pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan Kreatifitas
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1
Sukomoro meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi
merupakan elemen penting yang membantu peserta didik
menyenangi mata pelajaran yang dipelajarinya. Tentu pendidik
tidak ingin bila tujuan pendidik an dan pembelajaran yang telah
direncanakan tidak tercapai melihat peserta didik tidak memiliki
Kreatifitas sedikitpun. Pengamatan penulis di kelas VIII saat
peserta didik mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PAI
dimana ada beberapa peserta didik yang kurangnya keinginan
untuk belajar. Mereka tidak konsentrasi dalam belajar dan terlihat
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran tersebut.22 Pelaksanaan pembelajaran discovery

21
Bapak Teguh Triyono, Waka Kurikulum, Wawancara di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022
22
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022

53
54

learning berusaha memperhatikan motivasi sebagai salah satu


faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Jika tidak, maka
kondisi ini tentu membuat peserta didik kesulitan dalam
menerima materi terjadi karena Kreatifitas peserta didik sangat
kurang sekali.
Kreatifitas bisa dibangkitkan dengan motivasi yang ada
dalam diri peserta didik. Berbagai permasalahan peserta didik yang
diantaranya dikarenakan motivasi mereka yang rendah untuk belajar
PAI, namun pendidik belum memotivasi peserta didik kembali
untuk belajar, namun terlepas dari kondisi tersebut, motivasi diri
dari peserta didik itu sendiri merupakan hal yang sangat penting.
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu
atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebut dengan dorongan
atau kebutuhan merupakan suatu tenaga yang berada pada diri
individu atau peserta didik yang mendorongnya untuk berbuat
mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang cukup
berperan dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi
dalam diri dapat muncul dari kepekaan seorang individu terhadap
lingkungan sekitarnya serta tujuan dan harapan yang ingin
dicapainya. Dengan dorongan dari dalam diri semacam inilah
seorang peserta didik akan bersungguh- sungguh dalam belajar.
Hasil observasi penulis di kelas VIII menemukan bahwa
peserta didik terbilang kurang begitu aktif dan antusias dalam
mengikuti pelajaran. Keaktifan belum terjadi pada sebagian peserta
didik, mereka tidak bertanya atau merespon materi yang diberikan
pendidik, dalam satu kali pertemuan rata- rata hanya ada sekitar satu
atau dua kali pertanyaan yang dilontarkan peserta didik kepada
pendidik untuk bertanya masalah materi yang kurang jelas.23
Paksanaan pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
Kreatifitas pendidik dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi

23
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022

54
55

dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik


secara mental maupun sosialnya.
Motivasi intrinsik ini merupakan kegiatan belajar dimulai
dan diteruskan, dan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri. Faktor ini
menyangkut diri pribadi dari peserta didik itu sendiri, mereka
kurang begitu berusaha untuk serius dalam belajar atau boleh
dikatakan tidak adanya usaha untuk meningkatkan usaha mereka
agar merubah sistem belajar mereka menuju cara yang lebih baik.
Seperti halnya mata pelajaran lain, pada mata pelajaran PAI juga
sangat membutuhkan sebuah motivasi yang kuat untuk
mempelajarinya. Terlepas dari motivasi yang diberikan pendidik
kepada peserta didiknya, peserta didik juga berusaha memotivasi
diri untuk sebisa mungkin menyenangi mata pelajaran tersebut.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran discovery
learning di kelas tidak terlepas dengan motivasi peserta didik itu
sendiri, karena dengan adanya motivasi yang tinggi terhadap suatu
pelajaran atau kegiatan, maka peserta didik itu akan sungguh-
sungguh belajar. Kesungguhan ini tentu nantinya bisa
mempengaruhi keberhasilannya dalam belajar. Wawancara penulis
dengan Bapak Ahmad Fuad yang mengatakan bahwa rendahnya
motivasi peserta didik dalam belajar dan mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran menyebabkan mereka kesulitan untuk belajar.
Kesulitan ini terbentuk karena kurangnya keinginan mereka untuk
belajar, tidak perhatian dalam belajar, ribut di kelas serta kurangnya
keinginan mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan pada
berbagai bidang studi yang seharusnya mereka pelajari.24
Lebih lanjut observasi pada kelas dan materi pelajaran yang
sama maka ditemukan ada tiga metode belajar yang digunakan
pendidik dalam pembelajaran PAI yang berlangsung di kelas

24
Ibu Farih Novita MZ, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022

55
56

tersebut. Pada saat pendidik memberikan materi secara ceramah,


terlihat ada 2 peserta didik yang tidak begitu aktif mengikuti
pelajaran atau terlihat tidak bersemangat mengikuti pembelajaran
yang berlangsung. Namun pendidik segera menyadari hal itu
dengan memberikan sejumlah pertanyaan tentang permasalahan
yang dihadapi. Selanjutnya peserta didik yang diberikan perhatian
oleh pendidik terlihat bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan
ikut bertanya pada saat tanya jawab berlangsung.25
Faktor ini menyangkut diri pribadi dari peserta didik itu
sendiri, mereka kurang begitu berusaha untuk serius dalam belajar
atau boleh dikatakan tidak adanya usaha untuk meningkatkan usaha
mereka agar merubah sistem belajar mereka menuju cara yang lebih
baik. Seperti halnya mata pelajaran lain, pada mata pelajaran PAI
juga sangat membutuhkan keinginan yang kuat untuk
mempelajarinya. Kesungguhan ini tentu nantinya bisa
mempengaruhi hasil belajar. Wawancara penulis dengan Bapak
Ahmad Fuad yang mengatakan bahwa rendahnya hasil peserta didik
dalam belajar dan mengikuti suatu kegiatan pembelajaran
menyebabkan mereka kesulitan untuk belajar. Kesulitan ini
terbentuk karena kurangnya keinginan mereka untuk melakukan
pengambilan data di lapangan pada strategi discovery.26
Tentu pendidik tidak ingin bila tujuan pendidikan dan
pembelajaran discovery learning yang telah direncanakan tidak
tercapai melihat peserta didik tidak memiliki keinginan belajar
sedikitpun. Pengamatan penulis di kelas VIII saat peserta didik
mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PAI dimana ada
beberapa peserta didik yang kurangnya keinginan untuk belajar.
Mereka tidak konsentrasi dalam belajar dan terlihat kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.27
Pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan psikologi peserta

25
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022
26
Bapak Ahmad Fuad, Pendidik mata pelajaran PAI, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5
Februari 2022
27
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022

56
57

didik sebagai salah satu faktor penentu hasil belajar. Jika tidak,
maka kondisi ini tentu membuat peserta didik kesulitan dalam
menerima materi.
Hasil observasi di kelas VIII di SMPN 1 Sukomoro pada
materi Beramal Sholeh dan Berbaik Sangka ditemukan bahwa
pendidik menemukan peserta didik yang kesulitan dalam
memahami materi pelajaran PAI. Apalagi jika ada materi pelajaran
yang khusus membaca, menghapal atau menulis dengan huruf arab
pada mata pelajaran PAI tersebut, sehingga pendidik melakukan
diskusi belajar dan terlihat peserta didik menceritakan kesulitan
belajar mereka yang salah satunya karena ketidaklancaran membaca
huruf-huruf Arab.28
Wawancara dengan peserta didik kelas VIII di SMPN 1
Sukomoro sebagai berikut karena saya kurang lancar membaca ayat-
ayat Al-Qur’an maupun Hadist, dan lambat sekali menghapalnya.
Maka pendidik membimbing saya untuk belajar memberikan saya
kesempatan untuk menghapalnya di rumah, dan pendidik juga
menekankan kepada saya tidak perlu ragu untuk bertanya kepada
pendidik jika saya kesulitan lagi dalam membaca.29
Berdasarkan observasi di atas, dapat diketahuai bahwa
pendidik telah memiliki model yang tepat dalam membangkitkan
motivasi peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran PAI
melalui interaksi pendidik dan peserta didik. Dan sebagai pacuan
kepala sekolah menerapkan kurikulum merdeka pada tahun ajaran
yang baru.
C. Temuan Penelitian
Dari berbagai paparan data di SMPN 1 Sukomoro tentang strategi
discovery learning dalam pembelajaran PAI dapat dikemukakan temuan
penelitian sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Menggunakan Strategi Discovery Learning
1) Perencanaan strategi discovery learning dalam silabus.

28
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 6 Februari 2022
29
Anindya, Siswi kelas VIII, Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 5 Februari 2022

57
58

Untuk menghasilkan suatu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kompetensi,


pendidik memasukkan strategi discovery learning dalam silabus yang disusun
pada awal tahun ajaran baru dan silabus sudah dipaket dari pusat.
2) Strategi discovery learning dalam RPP
RPP dibuat dengan mengacu pada silabus yang ada. pendidik hanya bisa
mengembangkan RPP yang sudah dipaket dari atas yang disesuikan dengan
keberadaan peserta didik SMPN 1 Sukomoro.
b. Implementasi Strategi Discovery Learning Dalam Pembelajaran PAI di
SMPN 1 Sukomoro.
1) Kegiatan pendahuluan
Pendahuluan diberikan untuk memotivasi peserta didik agar konsentrasi dalam
pembelajarannya, dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit. Menyiapkan
peserta didik untuk bekerja kelompok.
2) Kegiatan inti
Dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan memakai model
pembelajaran discovery learning. Peserta didik merasa senang karena mereka
ikut aktif dalam pembelajaran, mereka ditantang dengan berbagai pertanyaan
yang harus meraka pecahkan dalam kelompoknya. Durasi waktu sekitar 90
menit.
3) Kegiatan penutup
Penutupan diadakan dengan memberi masukan sebagai pemantapan dari
hasil diskusi, dan memberitahu tema yang akan dibahas dipertemuan
berikutnya. Durasi waktu kurang lebih 15 menit.
c. Implikasi Strategi Discovery Learning dalam Pembelajaran PAI untuk
Meningkatkan Kreatifitas Belajar Peserta Didik di SMPN 1
Sukomoro
Evaluasi digunakan untuk memeriksa tingkat keberhasilan program
berkaitan dengan lingkungan program dan sautu judgement, apakah kegiatan
ditunda, ditingkatkan, dilembagakan, diterima, atau ditolak.30 Keputusan-
keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator-indikator asasmen
kinerja pada setiap tahapan evaluasi dalam tiga katagori, yaitu: rendah,
moderat, dan tinggi.
Ketika peneliti mengadakan observasi di SMPN 1 Sukomoro, terlihat

30
Bapak Teguh Triyono, Waka Kurikulum, Wawancara di SMPN 1 Sukomoro pada 06 Februari 2022

58
59

pendidik PAI sedang mengajar dan mempunyai catatan-catatan terkait


dengan pembelajaran pada saat itu, dan setelah peneliti konfirmasi, ternyata
adalah catatan perkembangan anak dan nilai masing-masing anak.31
Dari hasil di atas, guru akan dibuat sibuk dalam pembuatan keputusan,
tetapi penilaian otentik sangat memberikan keuntungan bagi peserta didik.
Penilaian dalam kurikulum 2013 sangat banyak yang harus dinilai, tetapi
kalau itu dipersiapkan dan bisa dijalankan akan memberi penilaian yang
tidak salah tepat untuk peserta didik.
Konsep penilaian autentik terdiri dari konsep ipsative dengan
menggunakan dua cara yaitu sebelum pembelajaran dimulai, serta yang
kedua yaitu diakhir pembelajaran. Sedangkan konsep kedua dengan
menggunakan konsep penilaian ability test atau test kemampuan meliputi
tigaaspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam menjalankan kurikulum 2013, terkadang ada yang
terlewatkan dan tidak dijalankan. Tuntutan penilaian sangat berpengaruh
terhadap pembelajaran pada tema yang dibahas

31
Observasi di SMPN 1 Sukomoro pada 06 Februari 2022

59
60

BAB V
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran PAI di


SMPN 1 Sukomoro

Perencanaan Pembelajaran adalah bagian yang sangat penting sebelum


melakukan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu
hal yang penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Pembelajaran akan
lebih optimal jika pendidik terlebih dahulu menyiapkan perencanaan
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di SMPN 1
Sukomoro, pendidik mata pelajaran PAI mempersiapkan terlebih dahulu
baik dari RPP, silabus, alat pembelajaran serta perangkat pembelajaran
lainnya, dan tidak lupa memakai metode pembelajaran untuk mendukung atau
sebagai tambahan materipembelajaran.

Sesuai pendapat Erwin bahwa dalam merencanakan program


pembelajaran harus disertai dengan kemampuan membaca situasi dan kondisi
peserta didik, sarana dan prasarana sekolah maupun lingkungan. Jika guru
memahami kondisi peserta didik dan sarana-prasarana yang tersedia di
sekolah serta lingkungan, maka pembelajaran akan mengena pada peserta
didik.1

Dari hasil temuan pada SMPN 1 Sukomoro dapat dilihat bahwa:


Perangkat pembelajaran di sekolahan tersebut ditemukan silabus yang
sudah dipaket dari pusat, dimana silabus adalah kunci sebagai tolak ukur
dalam pencapaian pembelajaran harus disesuaikan dengan keberadaan
sekolah. Silabus yang sudah terpaket dari pusat, harus dipilah serta dicari
kesesuaian antara materi dan lingkungan yang ada.

1
Erwin Widiasoro, Rahasia Menjadi Guru Idola, Panduan Memaksimalkan ProsesBelajar
Mengajar secara Kreatif dan Interaktif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 24

60
61

Silabus dibuat dan dikembangkan berdasarkan pada lingkungan yang


ada. Karena lingkungan merupakan situasi dan kondisi ttempat lembaga
pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran, yang meliputi keadaan masyarakat. Sedangkan kondisi
berkaitan dengan tempat lembaga pendidikan tersebut berada. Misalnya: di
tengah kota, kota besar, kota kecil, desa, dekat kota, terpencil, pelosok, deakt
pasar, dekat masjid atau mushola dan lains sebagainya.

Lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap pencapaian


keberhasilan belajar. Agar mencapai dari kompetensi yang ada, maka silabus
harus disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi tersebut. Namun tidak bsia
dipungkiri bahwa keberhasilan seorang pendidik dalam pembelajarannya
tiidak hanya bergantung pada silabus yang dibuat, namun juga seorang
pendidikn harus mempunyai sikap dalam mengelola pembelajaran,
keterampilan pendidik dalam mengajukan pertanyaan, pengetahuan
pendidikan dan keterampilannya dalam menggunakan media.

Dengan temuan pada silabus yang dipakai, maka hal terebut sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Mulyasa, bahwa format silabus minimal
mencakup : Standar Kompetensi, Kopetensi dasar, Indikator, materi standar,
standar proses kegiatan belajar mengajar, Standar penilaian.2

Sehingga dalam mengembangkan silabus harus melalui pemikiran


yang valid dan berdasarkan pada kaidah yang ada. Silabus sebgai acuan
pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK,
KD, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus

2
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Bandung: RemajaRosdakarya,
2010) h. 208

61
62

dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan


Standar Kompetensi Lulusa (SKL), serta panduan penyusunan kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2013. Dalam
pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.

Dengan memperhatikan temuan dan teori dari Mulyasa, maka SMPN 1


Sukomoro tersebut telah mengadakan pengembangan silabus. Pengembangan
silabus diperbolehkan, tetapi tetap berpegangn pada prinsip-prinsip
sebagaimana batas-batas pengembangan silabus. Pengembangan silabus
diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi
yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi
kebebasan dan keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai kondisi dan
kebutuhan masing-masing.

Sedangkan RPP pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka


pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan
dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Sehingga
dalam RPP harus memuat suatu tentang proyeksi pendidik mengenai seluruh
kegiatan yang akan dilakukan, baik oleh pendidik maupun peserta didik.,
terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi.

Dalam kurikulum 2013 RPP sudah berada dalam buku guru, namun
masih global dan perlu dipecah agar mudah dalam memahami serta
melaksanakannya. Karena dalam kurikulum 2013 disedikakan buku siswa dan
buku guru, namun kenyataannya samapai saat ini buku tersebut belum ada,
sehingga guru harus pandai dalam menyikapi hal yang demikian.

62
63

Kurikulum 2013 sebagai bentuk menyempurnakan KTSP, untuk


menjawab tantangan dan persoalan yang ada disekitar pendidikan, akan tetapi
keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali
yang mendalam dengan pendekatan baru yang progresif. Pendekatan harus
didahului dengan penjelajahan yang mendahului percobaan, dan tidak boleh
semata-mata atau dasar coba- coba. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran
kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan
hanya dengan cara yang tradisional atau komersial.

Maka telah jelas bahwa RPP bisa dikembangkan sesuai dengan


kebutuhan peserta didik. Hal itu ditegaskan pula oleh Mulyasa, bahwa
didalam RPP harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta
didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah
menguasai atau memiliki kompetensi tertentu.3
Oleh karena itu model discovery learning, sebagai model yang dipilih
dalam pembelajaran harus dimasukkan kealam RPP sebagai prediksi dari
pembelajaran yang akan dilakukan. RPP dibuat untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi oleh guru dan peserta didik. namun demikian
permasalahan itu akan tetap ada, bahkan akan semakin kompleks.
Masalah-masalah inovasi kurikulum berkaitan dengan asaz relevansi
antara bahan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik, antara kualitas
pembelajaran di sekolah dengan pengguna lulusan di lapangan pekerjaan,
berkaitan dengan mutu secara kognitif, afektif dan psikomotorik, pemerataan
yang berhubungan dengan kesempatan dan peluang, kemudian efesiensi dari
segi internal dan eksternal, kecakapan hidup dan kompetensi lainnya.

3
E Mulyasa, Kurikulum Tingkat... h. 210

63
64

Sebagai salah satu wujud dari usaha memecahkan permasalahan


adalah dengan membuat RPP yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Tidak bisa dipungkiri, rencana yang ibuat dengan matang maka akan sangat
berpengaruh terhadap jalannya pembelajaran. Perencanaan pembelajaran PAI
dengan model discovery learning yang dibuat didalam silabus dan RPP
merupakan usaha yang memiliki jangkauan lebih jauh yaitu tidak hanya
membekali peserta didik dengan seperangkat kompetensi keduniawiaan
(artinya sikap kerja saja) saja dengan skill, tetapi juga muatan kompetensi
yang membekali siswa untuk siap dalam menghadapi kehidupan yang lebih
abadi/kekal yaitu menghadap kehadirat Allah SWT.
Maka dapat diambil suatu penegasan bahwa, perlunya memperhatikan
sesuatu yang akan dilaksanakan untuk kedepan, (hari esok). Dalam konteks
perencanaan silabus dan RPP dipahami sebagai suatu perintah untuk membuat
perencanaan yang baik, agar nantinyatidak gagal dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Demikian di SMPN 1 Sukomoro tersebut, telah merencanakan
pembelajaran PAI dengan strategi discovery learning yang dimasukkan
kedalam silabus, sebagai hasil pengembangan silabus. Dan dimasukkan
kedalam RPP yang dipakai sehari-hari sebagai perwujudan dari kewajiban
guru dalam merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan harapan dari
tujuan pendidikan Nasional.
B. Implikasi Strategi Discovery Learning pada Pembelajaran PAI di SMPN
1 Sukomoro

Pelaksanaan pembelajaran PAI dijalankan sesuai dengan silabus dan


RPP yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran merupakan cara melakukan
atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi
pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan

64
65

dari urutan kegiatan cara pengorganisasian materi pembelajaran dan peserta


didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. cara
pengorganisasian materi pembelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan,
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan model discovery learning di


SMPN 1 Sukomoro telah nampak pada kegiatan pembelajaran yaitu pada
kegiatan pendahuluan, Kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan
kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Tahap 1: Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-


tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu pendidik
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta
didik dalam mengeksplorasi bahan.4
Tahap 2: Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah). Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah pendidik memberi kesempatan

4
“Penggunaan Metode Discovery Learning Pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 10 Seluma | GHAITSA : Islamic Education
Journal.” h. 42

65
66

kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-


agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah).5
Tahap 3: Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi
berlangsung pendidik juga memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.6
Tahap 4: Data Processing (Pengolahan Data). Pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.7
Tahap 5: Verification (Pembuktian). Pada tahap ini peserta didik
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing. Verification bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori,

5
“Penggunaan Metode Discovery Learning Pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 10 Seluma | GHAITSA : Islamic Education
Journal.” h.43
6
“Penggunaan Metode Discovery Learning ………. h. 43
7
“Penggunaan Metode Discovery Learning ………. h. 43

66
67

aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam


kehidupannya.8
Tahap 6: Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.9
Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan model discovery learning yang telah dipaparkan pada temuan
peneliti menggambarkan bahwa guru benar-benar melaksanakan sesuai
dengan langkah-langkah model pembelajaran penemuan tersebut, bahkan guru
berkolaboarasi dengan peserta didik dalam upaya mengondusifkan selama
proses pembelajran berlangsung. Demikian pula guru terlihat lebih keatif
dalam memadukan discovery learning dengan materi tematik dan pembagian
kelompok untuk memecahkan permasalahan dan menemukan tujuan dari
suatu pembelajaran di hari itu.

Berdasarkan observasi peneliti bahwa SMPN 1 Sukomoro telah


membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan telah dilaksanakan dalam
pembelajaran PAI sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran
discovery learning. Terlihat jelas didalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
memenuhi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran discovery learning dan terakhir adalah kegiatan
penutup.

8
“Penggunaan Metode Discovery Learning Pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 10 Seluma | GHAITSA : Islamic Education
Journal.” h. 44
9
“Penggunaan Metode Discovery Learning ………. h. 43

67
68

C. Implementasi Strategi Discovery Learning dalam Pembelajaran PAI


untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Peserta Didik di SMPN 1
Sukomoro
Salah satu statgei pembelajaran yang dianggap baik dan layak untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran agar suatu pembelajaran lebih efektif
adalah strategi pembelajaran discovery learning. Di era kontemporer ini,
discovery learning sangat dianjurkan mengingat semakin kompleknya
permasalahan di dunia pendidikan dan juga besarnya tuntutan yang
dibebankan kepada pendidik dalam mensukseskan pembelajaran di tingkat
sekolah ataupun para dosen di tingkat perpendidikan tinggi.
Pembelajaran discovery learning bisa menajdikan peserta didik aktif
karena cara mengajar pendidik di kelas. Menggunakan bahasa yang tepat
(tidak bertele-tele, jelas) serta mudah dipahami (tanpa mengandung banyak
pengertian) oleh peserta didik, maka materi yang disampaikan akan mudah
dimengerti, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh atau bosan dengan
materi yang diberikan. Melainkan merasa tertarik dan antusias untuk
mengikuti materi demi materi yang disampaikan oleh pendidik PAI tersebut.
Pada saat terjadi proses pembelajaran di kelas VIII pendidik PAI tersebut
memakai bahasa yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik itu, jadi
kesannya pendidik itu bisa berkomunikasi dengan bahasa peserta didik-
peserta didik yang lagi trend (bahasa gaul yang menyalahi Ejaan Yang
Disempurnakan). Aktivitas pendidik PAI di SMPN 1 Sukomoro
menyampaikan materi dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti peserta
didik. Kata-kata yang sulit diterjemah pendidik agar mudah dipahami peserta
didik misalnya pada kosakata bahasa Arab.
Peserta didik senang dengan gaya bahasa pendidiknya, karena di saat
penulis tanya salah seorang peserta didik, peserta didik ini sangat senang
dengan gaya bahasa seperti gaya bahasa orang zaman dulu. Di samping itu,

68
69

pendidik ini bisa membuat mereka senang mendengarkan materi yang


disampaikannya dan tidak membosankan, dengan demikian tujuan
pendidikan, khususnya tujuan dari materi yang disampaikan akan tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Pembelajaran discovery learning juga menuntut Kreatifitas atau
peserta didik. Inovasi dapat muncul dari banyak sumber yang berbeda. Ia
bisa mencul dari individu-individu, sebagaimana gambaran yang populasi
tentang seorang penemu yang melakukan penemuan-penemuan diri atau para
pengguna yang merancang solusi-solusi bagi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri. Kegiatan pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan dengan
tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran PAI di
SMPN 1 Sukomoro, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan Kreatifitas
pendidik dalam menciptakan alat dan media yang efektif dengan dukungan
kompetesi pendidik secara memadai.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran PAI dan
evaluasinya dilakukan dengan memperhatikan profesionalitas pendidik,
sehingga pendidik melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran
dengan kualitas yang diharapkan. Hanya saja pendidik masih dihadapkan
pada banyak masalah seperti minimnya wawasan tentang pembelajaran yang
berbasis kurikulum PAI. Kondisi ini menjadikan kegiatan pembelajaran
menjadi sedikit terkendala, di samping persoalan keterbatasan sarana dan
prasarana yang seyogianya ada dan sebagian peserta didik rendah motivasi
belajarnya.
Pendidik yang baik memiliki kompetensi secara profesional, menekuni
kewajibannya dengan penuh loyalitas dan konsisten. Mereka tidak
menganggap pekerjaan pendidik sebagai sambilan atau sementara, apabila
ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka statusnya sebagai pendidik
akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya dibiarkan terlantar. Pendidik

69
70

memahami dengan baik bidang kependidikan yang ditekuninya. Penguasaan


bidang layanan dalam bidang kependidikan berisi kemampuan merancang
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran discovery learning dan memahami
taktik dan prosedur yang baik dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan
pencapaian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkan.
Kreatif bagi pendidik dalam mengajar artinya mengajar diluar rencana
yang ada disebabkan rencana yang ada tidak sesuai konteks (situasi dan
kondisi). Jika Kreatifitas tidak muncul, maka motivasi peserta didik menjadi
rendaha mengikuti pembelajaran. motivasi ini merupakan faktor menentukan
dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan peserta
didik untuk rajin belajar. Untuk melakukan ini pendidik tersebut dituntut bisa
melihat situasi dan kondisi yang ada di sekeliling peserta didik-peserta didik
tersebut.
Tindakan pendidik PAI di sekolah untuk bisa kreatif yaitu pada waktu
pelajaran PAI yang bertepatan pada jam siang sangat berbeda sekali dengan
jam pelajaran pagi peserta didik masih segar dan semangat mau belajar, pada
saat jam siang peserta didik sudah lelah dengan adanya pelajaran-pelajaran
sebelumnya. Ada sebagian peserta didik yang mulai mengantuk dan bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini saya lebih banyak memberikan humor-humor di
sela-sela pelajaran yang saya berikan. Dengan ini diharapkan para peserta
didik semangat lagi untuk menerima materi yang akan disampaikan.
Aktivitas pendidik PAI yang mengajar pada saat jam pelajaran siang
mennyiasatinya dengan mengajar memakai suara dan bahasa yang memberi
semangat kepada peserta didik, dengan memberi humor di sela-sela
pemberian materi pelajaran. Mata pelajaran PAI tidak hanya pada jam
pelajaran pagi ada juga pada jam semangat belajar peserta didik-peserta didik
sudah mulai menurun dan ada sebagian yang sudah mulai mengantuk. Di
sinilah pendidik tersebut harus bisa menguasai situasi tersebut, sehingga para

70
71

peserta didik masih semangat dan termotivasi, untuk mendengarkan materi


pelajaran yang diberikan.
Dengan efektifnya penerapan strategi pembelajaran discovery learning
ini diharapkan Kreatifitas belajar peserta didik lebih meningkat, karena
pendidik telah memberikan suatu pembelajaran yang menyenangkan serta
tidak membosankan. strategi pembelajaran discovery learning adalah sebuah
model dan terobosan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan
ketrampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar
sambil bekerja, sementara pendidik menggunakan berbagai sumber dan alat
bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan dan efektif.
Berdasarkan temuan di atas maka strategi pembelajaran discovery
learning yang diterapkan Pendidik PAI SMPN 1 Sukomoro sudah memenuhi
efektivitas pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan kelas dan peserta
didik yang belajar di kelas. Sesuai dengan pendapat ahli sebagai berikut:
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.
2. Pendidik harus mengunakan banyak metode pada waktu mengajar.
3. Pendidik perlu mempertimbangkan perbedaan individu.
4. Pendidik akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan
sebelum mengajar.
5. Seorang pendidik harus memiliki keberanian menghadapi peserta
didik peserta didiknya, juga masalah-masalah yang timbul waktu
proses pembelajaran berlangsung.
6. Pada penyajian bahan pelajaran pada peserta didik, pendidik perlu
memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk berpikir.

71
72

7. Dalam interaksi belajar, pendidik harus banyak memberi kebebasan


pada peserta didik, untuk dapat meyelidiki sendiri, mengamati sendiri,
belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri.10
Strategi pembelajaran discovery learning dimaksudkan untuk
memperhatikan kebutuhan peserta didik selama mendapatkan ilmu di kelas.
Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap peserta didik yang
kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap peserta didik yang
mereka miliki sekarang.11 strategi pembelajaran discovery learning sangat
tergantung dengan media pembelajaran yang memadai. Sebagai perancang
program media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan
awal peserta didik, yang dimaksud dengan pengetahuan/keterampilan yang
telah dimiliki peserta didik ia mengikuti kegiatan instruksional. Suatu
program media akan dianggap terlalu mudah bagi peserta didik bila peserta
didik tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan/keterampilan yang
disajikan oleh program media itu.12
Strategi pembelajaran discovery learning juga sangat tergantung
dengan tata kelola kelas yang kondusif untuk peserta didik agar bisa
menerima pelajaran. Pengelolaan kelas sangat membutuhkan kemampuan
pendidik PAI SMPN 1 Sukomoro dalam memberdayakan potensi kelas
berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap peserta
didik untuk melakukan kegiatan yang aktif, kreatif dan terarah sehingga
waktu dan kondisi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk
melakukan kegiatan kelas yang berkaitan dengai kurikulum dan

10
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: RinekaCipta, 2005), h. 92.
11
Arief. S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. (Jakarta:
Raja GrafindoPersada, 2014), h. 100.
12
Arief. S. Sadiman, Media Pendidikan: …. h. 103.

72
73

perkembangan peserta didik, meskipun pendidik juga tidak mudah dalam


mengelola kelas sesua tuntutan kurikulum saat ini.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa membuat perubahan signifikan
pada sesuatu yang sama pentingnya dengan sistem performance review
sebuah organisasi, anda terlebih dahulu harus berfokus pada pemimpin
perusahaan. pendidik di SMPN 1 Sukomoro melakukan upaya secara terus-
menerus untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran di sekolah
melalui peningkatan profesionalitas pendidik. Kondisi ini mempermudah
upaya peningkatan Kreatifitas belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI
di SMPN 1 Sukomoro.
Hasil yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis
discovery learning untuk meningkatkan Kreatifitas belajar siswa telah
tercapai, dengan bukti banyak peserta didik yang semakin kreatif dalam
belajar, berpikir kritis, mandiri.

73
74

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :

1. Perencanaan strategi pembelajaran penemuan (discovery learning) di


SMPN 1 Sukomoro adalah perencanaan dalam hal silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan disesuaikan kondisi siswa.
2. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan sesuai
dengan tahapan-tahapan pelaksanaan model Discovery Learning
(stimulation, problem statement, data collection, data processing,
verification, generalition). Yang menjadi berbeda dengan startegi
discovery pada umumnya adalah cara dan inovasi guru dalam
menyampaikan selalu diperbarui sesuai perkembangan teknologi, serta
mengkolaborasikannya dengan media yang ada. Hal ini menjadikan
pola pikir peserta didik berkembang dengan sangat baik.
3. Implikasi pembelajaran PAI berbasis Discovery Learning yaitu
semakin meningkatnya kreatifitas belajar siswa, terbukti dengan
banyaknya peserta yang semakin kreatif dalam belajar, berpikir kritis,
dan mandiri.

B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis

Penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

SMPN 1 Sukomoro dengan strategi Discovery Learning sebagai salah

74
75

satu alternatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolahan.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana dan

masukan bagi kepala sekolah maupun guru dalam mempersiapkan

pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) agar

tercapainya kualitas pembelajaran yang baik.

C. Saran
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Disarankan untuk memberikan fasilitas yang cukup terhadap
lingkungan pendidikan baik fasilitas yang di khusukan bagi guru
ataupun fasilitas bagi peserta didik agar kegiatan belajar mengajar
terasa nyaman.
2. Bagi Guru PAI
Disarankan agar lebih memperhatikan dan tidak mengabaikan
instruksi dari kepala sekolah maupun waka kurikulum, serta selalu
mengembangkan kompetensinya.
3. Bagi Peserta Didik
Disarankan dengan adanya kegiatan/pembelajaran yang sudah
diterapkan oleh pihak sekolah untuk selalu melaksanakan dan
mentaatinya, agar nantinya menjadi pribadi yang unggul dan memiliki
Akhlaqul Karimah.

75
76

DAFTAR PUSTAKA

Cucu Suhana, Konsep Strategi pembelajaran, Bandung: Refika Aditama, 2009.


“Penggunaan Metode Discovery Learning Pada Pembelajaran PAI Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Seluma |
GHAITSA : Islamic Education Journal,” accessed August 16, 2022.
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
Ali, Muhammad “Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam,” Tarbawiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan 11, no. 01 (2017).
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Al-Qur’an. Al-Hikmah. Bandung: Diponegoro, 2014.
Arif, Saiful “Penerapan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran PAI Di SMPN 1
Pamekasan,” NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam
11, no. 2 (2014).
Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
1998.
Bahri, Syaiful, Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Basori, wawancara guru PAI pada tanggal 10 Desember 2021 di SMP Negeri 1
Sukomoro.
Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarat: Bumi Aksara, 1992.
David. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta : Selemba Empat, 2004.
Dewi, Tiara Anggia “Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Guru Ekonomi SMA Se-Kota Malang,” Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Metro 3, no. 1 (2015).
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.

76
77

E. Mulyasa. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi


dan Kompetensi Dasar, Cet.III,. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Effendy, Ilham and Mustofa Abi Hamid, “Pengaruh Pemberian Pre-Test Dan Post-
Test Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Hdw. Dev. 100.2. a Pada Siswa Smk
Negeri 2 Lubuk Basung,” VOLT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro 1,
no. 2 (2016): 81–88.
Ekayani, Putu. “Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa,” Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja 2, no. 1 (2017).
Fuchon, Arief. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional,
1992.
Gunawan, Heri. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ikatan Akutansi Indonesia, 2000.
Haerullah, Haerullah and Elihami Elihami, “Dimensi Perkembangan Pendidikan
Formal Dan Non Formal,” Jurnal Edukasi Nonformal 1, no. 1 (2020).
Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar, Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas,
Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014.
Hanafi, Ahmat Nurul Ulfatin, and Wildan Zulkarnain, “Manajemen Kegiatan
Ekstrakurikuler Broadcasting Dalam Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik,”
JAMP: Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan 3, no. 1 (2020).

Hanafiah (KTSP) dan bahan ajar dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali
Pers,2011.
Hanafiah, Cucu Suhana. Konsep Strategi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama,
2009.
Hanafy, Muh Sain “Konsep Belajar Dan Pembelajaran,” Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 17, no. 1 (2014).
Hasan, Ali. Marketing Bank Syariah. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010.

77
78

Hawi, Akmal, Kompetensi Guru PAI, Jakarta: Rajawali Pers. 2013.


Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21,
cet-2. Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.
Iswati, Iswati. “Long Life Eduction dalam Perspektif Hadits (Suatu Tinjauan
Pendidikan Sejak Pranatal Dan Analisis Terhadap Kualitas Hadits Pendidikan
Sepanjang Hayat),” At-Tajdid: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam 3, no. 2
(2020).
J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
M, Taiyeb. Panduan Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Makasar: Apis Indica
Laboratorium Biologi FPMIPA UNM, 1997.
Majid, Abdul, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Al-Ma’arif, 1998.
Miftahuddin. “Membangun Guru Profesional Untuk Pendidika bermutu”. Tribakti
Jurnal Pemikiran Keislaman, (2017), vol. 28/2: 278-285.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mudlofir, Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, cet-2 , Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.
Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan bahan ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2011.
Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek, cet 1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

78
79

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.


Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008.
Mulyasa, E. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, Cet.III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Nurhadi, dkk, Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam Kbk, Malang:
Universitas Negeri Malang, 2004.
Pane, Aprida and Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran,”
Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman 3, no. 2 (2017).
Putra, Nusa & Santi Lisnawati. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Rajagukguk, Bresman “Paradigma Baru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,”
Jurnal Tabularasa 6, no. 1 (2009).
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Risdianti, Desty Annisa “Penggunaan Model Pembelajaran Expositori/Model
Pembelajaran Yang Berpusat Pada Guru/Model Pembelajaran Konvensional
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Kelas.,” 2021.
Rohmadi, Syamsul Huda, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
Yogyakarta: Araska, 2012.
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2007.
Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

79
80

Subhi, Imam “Urgensi Upaya Menjaga Mutu Pembelajaran Di Tengah Pandemi


Covid 19,” Edification Journal : Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (August 4,
2020).
Suherman, dkk. Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung, 2001.
Sulfemi, Wahyu Bagja “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan,”
Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila Dan Kewarganegaraan 5, no. 1 (2019).

Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.1997.


Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992.
Taiyeb M. Panduan Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Makasar: Apis Indica
Laboratorium Biologi FPMIPA UNM, 1997.

Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2008.


Widayati, Ani “Metode Mengajar Sebagai Strategi Dalam Mencapai Tujuan Belajar
Mengajar,” Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 3, no. 1 (2004).
Yamin, Martinis. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press, 2008.
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadani 1993.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

80
81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Wawancara dengan Bapak Drs. Bahrul Ulum selaku Kepala Sekolah

Wawancara dengan Bapak Ahmad Fuad Pengajar PAI

81
82

Wawancara dengan Ibu Farih Novita MZ Pengajar PAI sekaligus memantau


proses penyusunan RPP dan Silabus

Wawancara dengan Bapak Teguh Triyono sebagai Wakakurikulum

82
83

Peserta didik sedang berdiskusi dengan kelompoknya

Interaktif peserta didik dengan pendidik

83
84

Proses pemberian stimulation oleh pendidik

84
85

85
86

86
87

87
88

88
Instrumen Penelitian

A. Panduan Observasi
Peneliti melakukan pengamatan baik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
pembelajaran PAI maupun lingkungan yang berhubungan. Adapun aspek yang diamati sebagai
berikut: lokasi sekolah, lingkungan sekolah, proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
1. Keadaan Umum Objek Penelitian
a. Kondisi lingkungan SMPN 1 Sukomoro
b. Keadaan guru SMPN 1 Sukomoro
c. Sarana prasarana belajar di SMPN 1 Sukomoro
2. Waktu Pelaksanaan Observasi
Observasi dilaksanakan sebelum, ketika, dan setelah penelitian
3. Tujuan Observasi

Untuk mengetahui proses pemberian rangsangan, pelaksanaan, maupun penilaian


pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
a) Pra Penelitian
- Mengobservasi keadaan umum SMPN 1 Sukomoro
- Mengobservasi kondisi siswa SMPN 1 Sukomoro
- Mengobservasi kurikulum SMPN 1 Sukomoro
b) Ketika Penelitian
- Mengobservasi tujuan pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
- Mengobservasi materi pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
- Mengobservasi buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI menggunakan strategi
Discovery Learning.
- Mengobservasi media yang digunakan dalam pembelajaran PAI menggunakan strategi
Discovery Learning.
- Mengobservasi proses pemberrian rangsangan pembelajaran PAI menggunakan strategi
Discovery Learning.
- Mengobservasi pelaksanaan pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
- Mengobservasi penilaian pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
c) Setelah Penelitian
- Mengobservasi hasil pembelajaran pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery
Learning.
- Mengobservasi kondisi siswa SMPN 1 Sukomoro setelah proses pembelajaran PAI
menggunakan strategi Discovery Learning.
B. Panduan Wawancara
Aspek yang ditanyakan kepada kepala sekolah, waka kuriikulum, guru PAI
adalah terkait kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut, mencakup materi, metode
dan evaluasi pembelajaran PAI.
Sedangkan aspek yang ditanyakan kepada peserta didik adalah pemahaman,
minat dan ketertarikan, kesulitan dan faktor penyebabnya, serta pendapat peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
Adapun aspek yang ditanyakan kepada guru mata pelajaran PAI adalah metode
dan strategi guru dalam mengajar, suasana kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung, baik proses pemberian rangsangan, pelaksanaan, maupun penilaian
pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery Learning.
PEDOMAN WAWANCARA WAKIL KEPALA DAN WAKA KURIKULUM
SMPN 1 SUKOMORO

A. Identitas Diri
1. Nama Kepala/Waka Kurikulum :
2. Alamat :
3. Tanggal wawancara :
4. Tempat :

B. Waktu Pelaksanaan
Wawancara dilakukan pra dan pasca penelitian

C. Pertanyaan
1. Apa kurikulum yang digunakan di SMPN 1 Sukomoro?
2. Apa materi pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro?
3. Apa saja metode pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro?
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro?
PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI
SMPN 1 SUKOMORO
a. Identitas Diri
1. Nama guru :
2. Alamat :
3. Tanggal wawancara :
4. Tempat :

D. Waktu Pelaksanaan
Wawancara dilakukan pra dan pasca penelitian

E. Pertanyaan
1. Alasan memilih strategi Discovery Learning dalam pembelajaran PAI di SMPN
1 Sukomoro?
2. Bagaimana kegiatan pemberian rangsangan strategi Discovery Learning pada
pembelajaran PAI di SMPN 1 Sukomoro?
3. Bagaimana pelaksanaan strategi Discovery Learning pada pembelajaran PAI di
SMPN 1 Sukomoro?
4. Bagaimana penilaian strategi Discovery Learning pada pembelajaran PAI di
SMPN 1 Sukomoro?
PEDOMAN WAWANCARA SISWA KELAS VIII
SMPN 1 SUKOMORO
a. Identitas Diri
1. Nama siswa :
2. Alamat :
3. Tanggal wawancara :
4. Tempat :

b. Waktu Pelaksanaan
Wawancara dilakukan pra dan pasca penelitian

c. Pertanyaan
1.Bagaimana wujud partisipasi siswa untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
PAI di SMPN 1 Sukomoro?
2.Bagaimana respon siswa terhadap materi pembelajaran PAI menggunakan
strategi Discovery Learning di SMPN 1 Sukomoro?
3.Bagaimana hasil evaluasi pembelajaran PAI menggunakan strategi Discovery
Learning di SMPN 1 Sukomoro?
4.Bagaimana suasana kelas ketika pembelajaran PAI menggunakan strategi
Discovery Learning di SMPN 1 Sukomoro?
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMPN 1 Sukomoro
Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : VIII / 1-2 (Ganjil & Genap)
Jumlah Pertemuan : ...........................................................
Standar Kompetensi (KI) : 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
1.1 terbiasa membaca al- Q.S. al- ✓ Religius ✓ Menyimak bacaan Q.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al- Sikap 3 x 3 JP Kementerian Pendidikan
Qur’ān dengan meyakini Furqān / 25: ✓ Jujur, Isrā’/17: 26-27 • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
bahwa rendah hati, 63, Q.S. al- ✓ Disiplin, ✓ Mencermati artiQ.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al- menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
hemat, dan hidup Isrā’/17: 26- ✓ Santun, Isrā’/17: 26-27 Islam tentang rendah hati, hemat dan Agama Islam dan Budi
sederhana adalah 27 dan ✓ Percaya Diri, ✓ Menyimak penjelasan tentang hukum bacaan mad hidup sederhana dengan
perintah agama Hadis ✓ Peduli, dan ✓ Mengajukan pertanyaan tentang pentingnya Pekerti SMP/MTs Kelas
menggunakan lembar observasi (buku
2.1 menunjukkan perilaku tentang ✓ Bertanggung belajar al-Qur’an, apa manfaat belajar ilmu tajwid, jurnal) VIII (Buku Peserta didik)
rendah hati, hemat, dan rendah hati, Jawab atau pertanyaan lain yang relevan • Penilaian diri dalam menghargai, Jakarta: Kementerian
hidup sederhana sebagai hemat dan ✓ Mengajukan pertanyaan mengenai hukum bacaan menghayati, dan mengamalkan ajaran Pendidikan dan
implementasi pemahaman hidup mad Islam tentang rendah hati, hemat dan Kebudayaan (halaman
Q.S. al-Furqān/25: 63, sederhana ✓ Secara berkelompok mencari dan mengumpulkan hidup sederhana dengan lembar 79-95).
Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 dan lafal yang mengandung hukum bacaan mad di penilaian diri.
Hadis terkait dalam mushaf al-Qur’an • Penilaian antarteman dalam
3.1 memahami Q.S. al- ✓ Diskusi menyusun arti kataQ.S. al-Furqān/25: 63, Kementerian Pendidikan
menghargai, menghayati, dan
Furqān/25: 63, Q.S. al- Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 menjadi terjemah secara mengamalkan ajaran Islam tentang dan Kebudayaan. Edisi
Isrā’/17: 26-27 dan Hadis utuh. rendah hati, hemat dan hidup Revisi 2017. Pendidikan
terkait tentang rendah ✓ Secara berpasangan membaca dan menghafalkan sederhana dengan lembar penilaian Agama Islam dan Budi
hati, hemat, dan hidup Q.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 antarteman. Pekerti SMP/MTs Kelas
sederhana ✓ Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap Pengetahuan VIII (Buku Guru)
4.1.1 membacaq.S. Al- hasil pengumpulan lafal yang mengandung • Tes tertulis dengan soal pilihan ganda Jakarta: Kementerian
Furqān/25: 63, Q.S. al- bacaan mad atau uraian untuk mengukur
Isrā’/17: 26-27 serta Hadis ✓ Merumuskan, mengoreksi, dan memperbaiki hasil Pendidikan dan
kemampuan mengingat, memahami,
terkait dengan tartil. penterjemahan dan menerapkan makna Q.S. al- Kebudayaan (halaman
4.1.2 menunjukkan hafalan ✓ Mengidentifikasi dan mengklasifikasi lafal yang Furqan/ 25: 63 dan al-Isra’/ 17: 27 58-72).
Q.S. al-Furqān/25: 63, mengandung hukum bacaan madyang terdapat serta hadis terkait tentang rendah hati,
Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 pada Q.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al-Isrā’/17: 26- hemat, dan hidup sederhana. Departemen Agama RI.
serta Hadis terkait dengan 27. 2005. Al-Quran dan

Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
lancar. ✓ Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-Furqān/25: • Tugas mencari dan mengklasifikasi Terjemahnya. Jakarta:
4.1.3 menyajikan keterkaitan 63, Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 hukum bacaan mad. Departemen Agama RI.
rendah hati, hemat, dan ✓ Menyajikan paparan hasil pencarian hukum Keterampilan
hidup sederhana dengan bacaan mad dalam Q.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al- • Praktik hafalan Q.S. al- Q.S. al-
pesan Q.S. al-Furqān/25: Isrā’/17: 26-27 Furqan/ 25: 63 dan al-Isra’/ 17: 27 .
63, Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 ✓ Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi • Praktik memaparkan hasil pencarian
maknaQ.S. al-Furqān/25: 63, Q.S. al-Isrā’/17: 26- hukum bacaan mad dalam Q.S. al-
27 Furqan/ 25: 63 dan al-Isra’/ 17: 27 .
✓ Menanggapi paparan maknaQ.S. al-Furqān/25: • Proyek/produk paparan makna Q.S.
63, Q.S. al-Isrā’/17: 26-27 al-Furqan/ 25: 63 dan al-Isra’/ 17: 27 .
✓ Menyusun kesimpulan makna ayat dengan
bimbingan guru
1.3 beriman kepada kitab- Iman ✓ Religius ✓ Mengamati dan mencermati gambar atau Sikap 3 x 3 JP Al Qur’an dan
kitab suci yang diturunkan Kepada ✓ Jujur, tayangan yang terkait dengan iman kepada kitab- • Observasi sikap dalam menghargai, terjemahnya Depag RI
Allah Swt. Kitab-kitab ✓ Disiplin, kitab Allah menghayati, dan mengamalkan ajaran
2.3 menunjukkan perilaku Allah ✓ Santun, ✓ Menyimak dan membaca penjelasan iman kepada Islam tentang iman kepada kitab-kitab
toleran sebagai ✓ Percaya Diri, kitab-kitab Allah Allah dengan menggunakan lembar
implementasi beriman ✓ Peduli, dan ✓ Membaca dalil naqli tentang iman kepada kitab- observasi (buku jurnal)
kepada kitab-kitab Allah ✓ Bertanggung kitab Allah beserta artinya • Penilaian diri dalam menghargai,
Swt. Jawab ✓ Siswa mengajukan pertanyaan mengenai menghayati, dan mengamalkan ajaran
3.3 memahami makna perbedaan/persamaan kitab-kitab Allah yang Islam tentang iman kepada kitab-kitab
beriman kepada Kitab- diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya Allah dengan lembar penilaian diri.
kitab Allah Swt. ✓ Menggali pengetahuan tentang kitab-kitab Allah • Penilaian antarteman dalam
4.3 menyajikan dalil naqli melalui berbagai media yang ada menghargai, menghayati, dan
tentang beriman kepada ✓ Mencari dan menelaah dalil naqli tentang mengamalkan ajaran Islam tentang
Kitab-kitab Allah Swt. keberadaan kitab-kitab Allah selain al-Qur’an iman kepada kitab-kitab Allah dengan
✓ Mengumpulkan informasi dari media mengenai lembar penilaian antarteman.
bukti-bukti yang relevan terkait dengan Pengetahuan
keberadaan kitab-kitab Allah • Tes Lisan untuk mengukur
✓ Mengumpulkan contoh-contoh nyata perilaku yang kemampuan mengingat, memahami,
mencerminkan beriman kepada kitab-kitab Allah dan menerapkan makna iman kepada
✓ Menghubungkan makna dalil naqli tentang kitab- kitab-kitab Allah secara lesan
kitab Allah dengan bukti-bukti yang relevan terkait • Tes tertulis dengan soal uraian untuk
dengan keberadaan kitab-kitab Allah mengukur kemampuan mengingat,
✓ Merumuskan ciri-ciri orang yang beriman kepada memahami, dan menerapkan makna
kitab-kitab Allah iman kepada kitab-kitab Allah
✓ Menyajikan paparan makna dalil naqli tentang • Tugas mencari ayat-ayat al-Qur’an
kitab-kitab Allah disertai bukti-bukti lain yang yang berhubungan dengan iman
relevan terkait dengan keberadaan kitab-kitab kepada kitab Allah.
Allah mulai Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur’an Keterampilan
✓ Memaparkan rumusan ciri-ciri orang yang beriman • Memaparkan secara berkelompok
kepada kitab-kitab Allah dalil-dalil al-Qur’an yg berhubunagan
dengan iman kepada kitab Allah.

Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu

1.5 meyakini bahwa minuman Bahaya ✓ Religius ✓ Mengamati dan memberi komentar gambar atau Sikap 2 x 3 JP Kementerian Pendidikan
keras, judi, dan mengonsum ✓ Jujur, tayangan yang terkait dengan bahaya • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
pertengkaran adalah si minuman ✓ Disiplin, mengonsumsi minuman keras, judi, dan menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
dilarang oleh Allah Swt. keras, judi, ✓ Santun, pertengkaran Islam tentang bahaya mengonsumsi Agama Islam dan Budi
dan ✓ Percaya Diri, ✓ Menyimak dan membaca penjelasan mengenai minuman keras, judi, dan
2.5 menunjukkan perilaku pertengkara ✓ Peduli, dan bahaya mengonsumsi minuman keras, judi, dan Pekerti SMP/MTs Kelas
pertengkaran dengan menggunakan
menghindari minuman n ✓ Bertanggung pertengkaran lembar observasi (buku jurnal) VIII (Buku Peserta didik)
keras, judi, dan Jawab ✓ Membaca Q.S. al-Māidah/5: 90–91 dan 32 serta • Penilaian diri dalam menghargai, Jakarta: Kementerian
pertengkaran dalam Hadis terkait beserta artinya menghayati, dan mengamalkan ajaran Pendidikan dan
kehidupan sehari-hari. ✓ Mengajukan pertanyaan tentang bahaya Islam tentang perilaku mengonsumsi Kebudayaan (halaman
3.5 memahami bahaya mengonsumsi minuman keras, judi, dan bahaya mengonsumsi minuman
mengonsumsi minuman 79-95).
pertengkaranatau pertanyaan lain yang relevan keras, judi, dan pertengkaran dengan
keras, judi, dan dan aktual lembar penilaian diri.
pertengkaran. ✓ Mendiskusikan makna Q.S. al-Māidah/5: 90–91 da Kementerian Pendidikan
• Penilaian antarteman dalam
4.5 menyajikan dampak n 32 serta Hadis terkait menghargai, menghayati, dan dan Kebudayaan. Edisi
bahaya mengomsumsi ✓ Secara berkelompok mencari contoh-contoh nyata mengamalkan ajaran Islam tentang Revisi 2017. Pendidikan
minuman keras, judi, dan bahaya mengonsumsi minuman keras, judi, dan perilaku mengonsumsi bahaya Agama Islam dan Budi
pertengkaran. pertengkaran dalam kehidupan sehari-hari melalui mengonsumsi minuman keras, judi, Pekerti SMP/MTs Kelas
berbagai sumber dan pertengkaran dengan lembar VIII (Buku Guru)
✓ Merumuskan makna Q.S. al-Māidah/5: 90–91 dan penilaian antarteman. Jakarta: Kementerian
32 serta Hadis terkait Pengetahuan
✓ Menghubungkan bahaya mengonsumsi minuman Pendidikan dan
• Tes Lisan untuk mengukur
keras, judi, dan pertengkaran dengan makna Q.S. kemampuan mengingat, memahami, Kebudayaan (halaman
al-Māidah/5: 90–91 dan 32 serta Hadis terkait dan menerapkan 58-72).
✓ Menyajikan rumusan makna Q.S. al-Māidah/5: 90– • Tes tertulis dengan soal uraian untuk
91 dan 32 serta hadis terkait mengukur kemampuan mengingat, Departemen Agama RI.
✓ Memaparkan hubungan antara bahaya memahami, dan menerapkan tentang 2005. Al-Quran dan
mengonsumsi minuman keras, judi, dan bahaya mengonsumsi minuman
pertengkaran dengan makna Q.S. al-Māidah/5: Terjemahnya. Jakarta:
keras, judi, dan pertengkaran
90–91 dan 32 serta Hadis terkait Departemen Agama RI.
Keterampilan
✓ Menanggapi pertanyaan dan memperbaiki • Mencari sebab2 terjadi pertengkaran
paparan CD/Video Pembelajaran
✓ Menyusun kesimpulan Interaktif

1.6 meyakini bahwa perilaku Jujur dan ✓ Religius ✓ Mengamati dan memberi komentar gambar atau Sikap 2 x 3 JP Kementerian Pendidikan
jujur dan adil adalah adil ✓ Jujur, tayangan yang terkait dengan jujur dan adil • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
ajaran pokok agama ✓ Disiplin, ✓ Menyimak dan membaca penjelasan mengenai menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
2.6 menunjukkan perilaku ✓ Santun, jujur dan adil Islam tentang perilaku jujur dan adil Agama Islam dan Budi
jujur dan adil dalam ✓ Percaya Diri, ✓ Membaca Q.S.al-Māidah/5: 8 dan Hadis terkait dengan menggunakan lembar
✓ Peduli, dan ✓ Mengajukan pertanyaan tentang cara Pekerti SMP/MTs Kelas
kehidupan sehari-hari observasi (buku jurnal)
3.6 memahami cara ✓ Bertanggung menumbuhkan jujur dan adil • Penilaian diri dalam menghargai, VIII (Buku Peserta didik)
menerapkan perilaku jujur Jawab ✓ Mengajukan pertanyaan tentang manfaat perilaku menghayati, dan mengamalkan ajaran Jakarta: Kementerian
dan adil jujur dan adil atau pertanyaan lain yang relevan

Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
4.6 menyajikan cara dan aktual Islam tentang perilaku jujur dan adil Pendidikan dan
menerapkan perilaku jujur ✓ Mendiskusikan makna Q.S.al-Māidah /5: 8 dan dengan lembar penilaian diri. Kebudayaan (halaman
dan adil Hadis terkait • Penilaian antarteman dalam 79-95).
✓ Secara berkelompok mencari contoh-contoh nyata menghargai, menghayati, dan
jujurdan adil dalam kehidupan sehari-hari melalui mengamalkan ajaran Islam tentang
berbagai sumber Kementerian Pendidikan
perilaku jujur dan adil dengan lembar
✓ Mencari data dan informasi tentang kesuksesan penilaian antarteman. dan Kebudayaan. Edisi
yang diawali dari sikap jujur dan adil Pengetahuan Revisi 2017. Pendidikan
✓ Merumuskan makna Q.S.al-Māidah /5: 8 dan • Tes tertulis dengan soal uraian untuk Agama Islam dan Budi
Hadis terkait mengukur kemampuan mengingat, Pekerti SMP/MTs Kelas
✓ Menghubungkan perilaku jujur dan adil dalam memahami, dan menerapkan perilaku VIII (Buku Guru)
kehidupan sehari-hari dengan makna Q.S.al- jujur dan adil Jakarta: Kementerian
Māidah /5: 8 dan Hadis terkait Keterampilan
✓ Menghubungkan perilaku jujur dan adil dengan Pendidikan dan
• Mencari kisah nyata di berbagai
kesuksesan seseorang dalam kehidupan sehari- merdia tentang perilaku jujur dan adil Kebudayaan (halaman
hari. • Memaparkan kisah nyata tentang 58-72).
✓ Memaparkan makna Q.S.al-Māidah /5: 8 dan perilaku jujur dan adil di depan kelas
Hadis terkait Departemen Agama RI.
✓ Memaparkan hubungan antara jujur dan adil 2005. Al-Quran dan
dalam kehidupan sehari-hari dengan makna Terjemahnya. Jakarta:
Q.S.al-Māidah /5: 8 dan Hadis terkait Departemen Agama RI.
✓ Memaparkan hubungan perilaku jujur dan adil
dengan kesuksesan seseorang dalam kehidupan CD/Video Pembelajaran
sehari-hari Interaktif
✓ Menanggapi pertanyaan dan memperbaiki
paparan
✓ Menyusun kesimpulan
1.9 melaksanakan salat Salat Sunah ✓ Religius ✓ Mengamati dan memberi komentar gambar atau Sikap 4 x 3 JP Kementerian Pendidikan
sunah berjamaah dan berjamaah ✓ Jujur, tayangan yang terkait dengan salat sunah • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
munfarid sebagai perintah dan ✓ Disiplin, berjamaah dan munfarid menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
agama. munfarid ✓ Santun, ✓ Menyimak dan membaca penjelasan mengenai Islam tentang Salat Sunah berjamaah Agama Islam dan Budi
2.9 menunjukkan perilaku ✓ Percaya Diri, tata cara salat sunah berjamaah dan munfarid dan munfarid dengan menggunakan
✓ Peduli, dan ✓ Membaca dan mencermati dalil naqli tentang Pekerti SMP/MTs Kelas
peduli dan gotong royong lembar observasi (buku jurnal)
sebagai implementasi ✓ Bertanggung tatacara salat sunah berjamaah dan munfarid • Penilaian diri dalam menghargai, VIII (Buku Peserta didik)
pemahaman salat sunah Jawab beserta artinya menghayati, dan mengamalkan ajaran Jakarta: Kementerian
berjamaah dan munfarid. ✓ Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang Islam tentang Salat Sunah berjamaah Pendidikan dan
3.9 memahami tata cara salat terkait dengan ibadah salat sunah berjamaah dan dan munfarid dengan lembar penilaian Kebudayaan (halaman
sunah berjamaah dan munfarid diri. 79-95).
munfarid. ✓ Mengajukan pertanyaan tentang tatacara salat • Penilaian antarteman dalam
4.9 mempraktikkan salat sunah berjamaah dan munfarid beserta artinya menghargai, menghayati, dan
✓ Mengajukan pertanyaan mengenai pentingnya Kementerian Pendidikan
sunah berjamaah dan mengamalkan ajaran Islam tentang
munfarid. salat sunah yang dilakukan baik secara berjamaah Salat Sunah berjamaah dan munfarid dan Kebudayaan. Edisi
maupun munfarid dengan lembar penilaian antarteman. Revisi 2017. Pendidikan

Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
✓ Secara berkelompok mencari data dan informasi Agama Islam dan Budi
tentang dalil naqli, ketentuan, tata cara, dan Pengetahuan Pekerti SMP/MTs Kelas
manfaat salat sunah berjamaah dan munfarid dari • Tes lesan dengan untuk mengukur VIII (Buku Guru)
berbagai media/literatur kemampuan mengingat, memahami, Jakarta: Kementerian
✓ Mengumpulkan dan mengelompokkan macam- dan menerapkan Salat Sunah
macam salat sunah yang dikerjakan secara Pendidikan dan
berjamaah dan munfarid
berjamaah maupun munfarid • Tes tertulis dengan soal uraian untuk Kebudayaan (halaman
✓ Mendiskusikan dalil naqli, ketentuan, tata cara, mengukur kemampuan mengingat, 58-72).
dan manfaat salat sunah berjamaah dan munfarid memahami, dan menerapkan Salat
✓ Berlatih mempraktikkan salat sunah berjamaah Sunah berjamaah dan munfarid Departemen Agama RI.
dan munfarid • Mencari dalil-dalil yang berhubungan 2005. Al-Quran dan
✓ Mengolah informasi mengenai dalil naqli, shalat sunnah Terjemahnya. Jakarta:
ketentuan, tata cara, dan manfaat salat sunah
berjamaah dan munfarid menjadi paparan yang Departemen Agama RI.
Keterampilan
menarik • Proyek/produk menyusun laporan
✓ Merumuskan prosedur praktik salat sunah CD/Video Pembelajaran
pelaksanaan shalat sunnah
berjamaah dan munfarid Interaktif
• Memaparkan hasil laporan.
✓ Menyajikan paparan mengenai dalil naqli,
ketentuan, tata cara, dan manfaat salat sunah
berjamaah dan munfarid
✓ Mendemonstrasikan praktik salat sunah
berjamaah dan munfarid
✓ Menanggapi pertanyaan dalam diskusi
✓ Merumuskan kesimpulan
1.10 melaksanakan sujud Macam- ✓ Religius ✓ Menonton dan mencermati gambar atau tayangan Sikap 2 x 3 JP Kementerian Pendidikan
syukur, sujud tilawah, macam ✓ Jujur, yang terkait dengan tatacara sujud syukur, sujud • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
dan sujud sahwi sebagai Sujud ✓ Disiplin, tilawah, dan sujud sahwi menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
perintah agama. ✓ Santun, ✓ Mengamati secara langsung praktik tatacara Islam tentang dengan tatacara sujud Agama Islam dan Budi
2.10 menunjukkan perilaku ✓ Percaya Diri, pelaksanaan sujud syukur, sujud tilawah, syukur, sujud tilawah, dan sujud
✓ Peduli, dan dan sujud sahwi Pekerti SMP/MTs Kelas
santun sebagai sahwi dengan menggunakan lembar
implementasi dari sujud ✓ Bertanggung ✓ Mencermati, menyimak, dan membaca kembali observasi (buku jurnal) VIII (Buku Peserta didik)
syukur, sujud tilawah, dan Jawab penjelasan tentang tatacara pelaksanaan sujud • Penilaian diri dalam menghargai, Jakarta: Kementerian
sujud sahwi. syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi menghayati, dan mengamalkan ajaran Pendidikan dan
3.10 memahami tata cara ✓ Mencermati dan membaca dalil naqli mengenai Islam tentang dengan tatacara sujud Kebudayaan (halaman
sujud syukur, sujud sujud syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi syukur, sujud tilawah, dan sujud 79-95).
tilawah, dan sujud sahwi. ✓ Mengajukan pertanyaan tentang sujud syukur, sahwi dengan lembar penilaian diri.
4.10 mempraktikkan sujud sujud tilawah, dan sujud sahwi • Penilaian antarteman dalam
✓ Mengajukan pertanyaan terkait dengan tatacara Kementerian Pendidikan
syukur, sujud tilawah, menghargai, menghayati, dan
dan sujud sahwi pelaksanaan sujud syukur, sujud tilawah, mengamalkan ajaran Islam tentang dan Kebudayaan. Edisi
dan sujud sahwi dengan tatacara sujud syukur, sujud Revisi 2017. Pendidikan
✓ Secara berkelompok menggali informasi tentang tilawah, dan sujud sahwi dengan Agama Islam dan Budi
tatacara pelaksanaan sujud syukur, sujud tilawah, lembar penilaian antarteman. Pekerti SMP/MTs Kelas
dan sujud sahwidari berbagai sumber Pengetahuan VIII (Buku Guru)
✓ Mendiskusikan dalil naqli, ketentuan, tata cara, • Tes tertulis dengan soal uraian untuk
Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
dan manfaat sujud syukur, sujud tilawah, dan mengukur kemampuan mengingat, Jakarta: Kementerian
sujud sahwi memahami, dan menerapkan Salat Pendidikan dan
✓ Berlatih mempraktikkan sujud syukur, sujud Sunah berjamaah dan munfarid Kebudayaan (halaman
tilawah, dan sujud sahwi Keterampilan
58-72).
✓ Mengolah informasi mengenai dalil naqli, • Mempraktikkan sujud syukur, sahwi
ketentuan, tata cara, dan manfaat sujud syukur, dan tilawah.
sujud tilawah, dan sujud sahwimenjadi paparan Departemen Agama RI.
yang menarik 2005. Al-Quran dan
✓ Merumuskan prosedur praktik pelaksanaan sujud Terjemahnya. Jakarta:
syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi Departemen Agama RI.
✓ Menyajikan paparan mengenai dalil naqli,
ketentuan, tata cara, dan manfaat sujud syukur, CD/Video Pembelajaran
sujud tilawah, dan sujud sahwi Interaktif
✓ Mendemonstrasikan praktik pelaksanaan sujud
syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi
✓ Menanggapi pertanyaan dalam diskusi
✓ Merumuskan kesimpulan
1.13 meyakini bahwa Sejarah ✓ Religius ✓ Membaca dan mencermati teks atau bacaan Sikap 2 x 3 JP Kementerian Pendidikan
pertumbuhan ilmu Pertumbuha ✓ Jujur, tentang sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan • Observasi sikap dalam menghargai, dan Kebudayaan. Edisi
pengetahuan pada masa n Ilmu ✓ Disiplin, pada masa Umayah menghayati, dan mengamalkan ajaran Revisi 2017. Pendidikan
Bani Umayah sebagai Pengetahua ✓ Santun, ✓ Menyaksikan film atau tayangan yang terkait Islam tentang sejarah pertumbuhan Agama Islam dan Budi
bukti nyata agama Islam n pada ✓ Percaya Diri, dengan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan pada masa
dilaksanakan dengan masa ✓ Peduli, dan pada masa Umayah Pekerti SMP/MTs Kelas
Umayah dengan menggunakan
benar. Umayah ✓ Bertanggung ✓ Menyimak dan membaca penjelasan mengenai lembar observasi (buku jurnal) VIII (Buku Peserta didik)
2.13 menunjukkani perilaku Jawab sejarah sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan • Penilaian diri dalam menghargai, Jakarta: Kementerian
tekun sebagai pada masa Umayah menghayati, dan mengamalkan ajaran Pendidikan dan
implementasi dalam ✓ Mengajukan pertanyaan tentang sejarah Islam tentang sejarah pertumbuhan Kebudayaan (halaman
meneladani ilmuwan pada pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa ilmu pengetahuan pada masa 79-95).
masa Bani Umayyah. Umayah. Umayah dengan lembar penilaian diri.
3.13 memahami sejarah ✓ Mengajukan pertanyaan tentang faktor-faktor yang • Penilaian antarteman dalam
mendukung terjadinya pertumbuhan ilmu Kementerian Pendidikan
pertumbuhan ilmu menghargai, menghayati, dan
pengetahuan masa Bani pengetahuan pada masa Umayah mengamalkan ajaran Islam tentang dan Kebudayaan. Edisi
Umayah. ✓ Secara berkelompok mengumpulkan data dan sejarah pertumbuhan ilmu Revisi 2017. Pendidikan
4.13 menyajikan rangkaian informasi mengenai bukti-bukti sejarah pengetahuan pada masa Umayah Agama Islam dan Budi
sejarah pertumbuhan ilmu pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa dengan lembar penilaian antarteman. Pekerti SMP/MTs Kelas
pengetahuan pada masa Umayah Pengetahuan VIII (Buku Guru)
Bani Umayah ✓ Mendiskusikan karya dan kiprah tokoh-tokoh • Tes tertulis dengan soal uraian untuk Jakarta: Kementerian
ilmuwan muslim pada masa Umayah mengukur kemampuan mengingat,
✓ Mengolah data dan informasi mengenai bukti-bukti Pendidikan dan
memahami, dan menerapkan tentang
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada sejarah pertumbuhan ilmu Kebudayaan (halaman
masa Umayah menjadi paparan yang menarik pengetahuan pada masa Umayah 58-72).
✓ Merumuskan karyadan kiprah tokoh-tokoh Keterampilan
ilmuwan muslim pada masa Umayah • Proyek/produk dengan mencari Departemen Agama RI.
✓ Memaparkan data dan informasi mengenai bukti- biografi salah satu tokoh ulama jaman 2005. Al-Quran dan
Copyright © www.ilmuguru.org
Materi Alokasi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Pokok Waktu
bukti sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada bani Umayah Terjemahnya. Jakarta:
masa Umaya Departemen Agama RI.
✓ Memaparkan karya dan kiprah tokoh-tokoh
ilmuwan muslim pada masa Umayah CD/Video Pembelajaran
✓ Menanggapi pertanyaan dalam diskusi. Interaktif
✓ Merumuskan kesimpulan

Sukomoro, .. ............... 20..


Mengetahui
Kepala Sekolah SMPN 1 Sukomoro Guru Mata Pelajaran PAI Kelas 8,

Drs. Bahrul Ulum Ahmad Nur Fuad, S.Pd


NIP. 19670830 199802 1 002 NIP.

Copyright © www.ilmuguru.org
Nomor : /per/408/Pps/ /2022
Lamp. : -
Hal : Permohonan Pembimbing 2

Kepada:
Yth. Dr. KH. Muhammad Ma'shum, MHI
di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, bahwa proses penulisan tesis Program Pascasarjana IAIT
Kediri Tahun Akademik 2021-2022 telah mulai dilaksanakan. Terkait hal tersebut
dimohon Bapak/Ibu berkenan untuk menjadi dosen pembimbing mahasiswa tersebut di
bawah ini:

Nama : Ahmad Idham Romi


NPM : 01272.07.020
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : STRATEGI DISCOVERY LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 1 SUKOMORO

Demikian permohonan ini disampaikan atas kesediaannya disampaikan terimakasih.


Wassalamu’alaikum Wb. Wb.

Kediri, 25 April 2022


Ka Prodi,

Dr. Tri Prasetyo Utomo, M.Pd.I


Nomor : /per/408/Pps/ /2022
Lamp. : -
Hal : Permohonan Pembimbing Utama

Kepada:
Yth. M. Arif Khoiruddin, M.Pd
di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, bahwa proses penulisan tesis Program Pascasarjana IAIT
Kediri Tahun Akademik 2021-2022 telah mulai dilaksanakan. Terkait hal tersebut
dimohon Bapak/Ibu berkenan untuk menjadi dosen pembimbing mahasiswa tersebut di
bawah ini:

Nama : Ahmad Idham Romi


NPM : 01272.07.020
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : STRATEGI DISCOVERY LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 1 SUKOMORO

Demikian permohonan ini disampaikan atas kesediaannya disampaikan terimakasih.


Wassalamu’alaikum Wb. Wb.

Kediri, 25 April 2022


Ka Prodi,

Dr. Tri Prasetyo Utomo, M.Pd.I

Anda mungkin juga menyukai