Anda di halaman 1dari 17

MINI RESEARCH

Strategi Guru Mengajar Pada Era Industri 4.0 Dalam Upaya


Meningkatkan Minat Belajar Di SMA Persiapan Stabat

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar

Kelas C-Reguler
RAYSYAH DAULAY (2213151007)

RINI PADILLAH (2212151001)

DEBI YAINI BR SEMBIRING (2213151016)

REVALINA ANANDA GINTING (2213351004)

FIANTI RAMHI ACEH (2212151002)

DOSEN PENGAMPU : Drs. Azmi, M.Si

PROGRAM STUDI S1

PENDIDIKANSENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2022


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan
hidayah Nya Kami dapat menyelesaikan tugas kuliah “Mini Riset” ini dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu, yaitu Drs. Azmi, M.Si atas
bimbingannya sehingga Kami memenuhi tugas mata kuliah ini.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kesalahan dan masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu Kami meminta maaf jika memiliki kesalahan dalam penelitian
dan Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas
ini.

Akhir kata Kami ucapkan terimakasih, semoga mini riset yang Kami selesaikan ini
dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Medan, 5 Nopember 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
D. Manfaat................................................................................................
E. Metode Penelitian.................................................................................
F. Metode Pengumpulan Data..................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Startegi Belajar Mengajar.....................................................................


B. Strategi Guru Dalam Mengajar Di Era Industri 4.0.............................
C. Hasil Observasi....................................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................

A. KESIMPULAN..................................................................................
B. SARAN...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Strategi guru dalam mengajar sangatlah penting dalam sebuah proses belajar
mengajar. Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan
sengaja agar peserta di fasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapakan
(Miarso, 2004). Strategi pembelajaran memiliki memiliki beberapa kegunaan dan manfaat
diantaranya adalah siswa terlayani kebutuhannya mengenai belajar cara berfikir dengan lebih
baik. Juga membantu guru agar memiliki gambaran bagaimana cara membantu siswa dalam
kegiatan belajarnya.

Kita menyadari bahwa keberhasilan seorang guru, tidak lepas dari tingkat antusiasme
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar disekolah, serta dapat mengikuti pelajaran
dengan situasi kelas yang baik dan kondusif. Sehingga guru juga merasa senang dan tidak
sia-sia mengajar dan menyampaikan materi.

Namun tidak sedikit pula kita lihat di lingkungan sekitar kita siswa kurang antusias
dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yang mungkin di picu oleh beberapa
faktor, misal tidak suka pada mata pelajaran, tidak suka dengan guru yang mengajar,
membosankan dll.

Penelitian ini dibuat dengan menyampaikan data sesuai keadaan di kelas dan berharap
makalah ini dapat menjadi ide untuk diterapkan kepada siswa di kelasnya. Demi
meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran seni budaya, agar mutu
pembelajaran pendidikan di Indonesia dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
• Apa pentingnya strategi pembelajaran bagi seorang guru?
• Strategi apa yang digunakan guru dalam mengajar di kelas kelas X Ips2 di sekolah
SMA Persiapan Stabat?
• Apa saja kendala yang guru alami selama mengajar?

C. Tujuan
• Untuk mengetahui pentingnya strategi pembelajaran bagi seorang guru.
• Untuk mengetahui strategi apa yang digunakan guru dalam mengajar di kelas X Ips 2
di Sekolah SMA Persiapan Stabat.
• Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami guru selama mengajar.
D. Manfaat
• Sebagai pengetahuan bagi kita pentingnya strategi pembelajaran bagi seorang guru.
• Bagi penulis, sebagai pengetahuan tentang strategi apa yang digunakan guru dalam
mengajar di kelas X Ips 2 di Sekolah SMA Persiapan Stabat.
• Dapat menambah wawasan kita tentang berbagai kendala yang dialami guru selama
mengajar.

E. Metode Penelitian

Penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan metode Deskriptif yang mencakup,
Metode penelitian observasi, wawancara terhadap guru dan peserta didik, studi pustaka, serta
studi dokumentasi.

F. Metode Pengumpulan Data


• Metode Penelitian Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi Imenurut Lexy J Moleong (1988
157) memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek
Sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari
pihaknya maupun dari pihak subjek Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik
observasi yaitu pengalaman yang diperoleh secara mendalam dimana peneliti bisa
berhubungan langsung dengan subyek penelitian.

• Metode Penelitian Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara lisan terhadap
responden yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan masalah yang sedang
diteliti. Dengan menggunakan teknik wawancara diperoleh data secara akurat dalam suatu
penelitian. Wawancara (interview) menurut Kartini Kartono (1986:171) adalah "suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab
lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik".

• Studi Pustaka

studi pustaka adalah pencarian sumber-sumber atau opini pakar tentang suatu hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2017:291)

• Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi penelitian ini, penulis menambahkan dokumen berupa gambar yang akan
memberikan informasi bagi proses penelitian. Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi
adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat
mendukung penelitian.
BAB II PEMBAHASAN
A.Strategi Belajar Mengajar
Guru dalam menjalankan tugas dan perannya harus memiliki banyak wawasan seperti
wawasan design instruksional berkenaan dengan langkah-langkah umum dalam
merencanakan, juga tidak kala pentingnya wawasan guru memahami dan mampu
melaksanakan bermacam-macam strategi belajar mengajar secara rasional dan memberi
manfaat yang optimal.

Strategi, didefinisikan sebagai cara "seni jenderal" (dari bahasa Yunani strategos) Menurut
Webster's New World Dictionary, strategi adalah "ilmu untuk merencanakan dan
mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, menggerakkan pasukan ke posisi yang
paling menguntungkan sebelum pertempuran sebenarnya dengan masah" Delam pengertian
militer yang tegas, istilah tersebut diperoleh pertama kali di penghujung abad ke 18, ketika
peperangan masih relatif sederhana dan terbatas.

Proses pembelajaran dialami seseorang sepanjang hayat manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapan pun. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha
sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didaperkaya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

Kegiatan pembelajaran baik pengertian maupun urutan secara hierarki sebagai berikut. Untuk
awalnya dikenang:

1. Pendekatan pembelajaran adalah kerangka berpikir awal dalam meninjau masalah


pembelajaran untuk dianggap paling menjamin keberhasilan kegiatan pembelajaran secara
efektif dan efisien.

2. Model pembelajaran adalah representasi suatu fenomena pembelajaran baik nyata maupun
abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur dalam fenomena pembelajaran tersebut.

3. Strategi pembelajaran adalah pola dan urutan umum perbuatan guru dan siswa di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar.

4- Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru bersama siswa dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Teknik pembelajaran yaitu seni yang dilakukan guru bersama siswa dalam proses belajar
mengajar secara khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran.
a. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Mungkin selama ini setiap guru memiliki permasalahan serupa, yakni kesulitan dalam
menetapkan metode pembelajaran yang tepat pada peserta didiknya. Terlebih lagi, setiap
siswa memiliki kepribadian dan karakteristik yang berbeda. Bisa jadi metode belajar tertentu
cocok untuk siswa A, dan sebaliknya dianggap kurang menarik bagi siswa B. Untuk itulah,
guru perlu memahami apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran agar tercipta proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan
dalam mengimplementasikan rencana belajar yang telah disusun melalui kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sederhananya, metode pembelajaran merupakan alur kegiatan
belajar mengajar untuk menyampaikan materi kepada siswa yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Berikut ini beberapa metode belajar yang sering digunakan oleh guru.

1. Metode Ceramah

Menurut Nizar dan Hasibuan (2011:58), metode ceramah adalah metode yang memberikan
penjelasan-penjelasan sebuah materi. Biasa dilakukan di depan beberapa orang peserta didik. Metode
ini menggunakan bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang paling sering
digunakan, dimana guru memberikan materi kepada peserta didik secara lisan. Karena tidak
menggunakan media, metode pembelajaran ini bersifat praktis dan ekonomis. Meskipun
begitu, guru perlu memikirkan agar penyampaian materi bisa diterima dengan baik oleh
siswa, karena penggunaan metode ceramah secara terus-menerus dapat menimbulkan
kebosanan dan dikhawatirkan siswa tidak bisa menerima pembelajaran dengan maksimal.

2. Metode Diskusi

Menurut Djamarah & Zaim (2010: 87) metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana
siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama

Metode diskusi adalah kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk aktif menyampaikan
pendapat atau gagasan yang ada untuk bisa memecahkan sebuah permasalahan.
Penerapannya biasanya membagi siswa ke beberapa kelompok untuk memecahkan sebuah
persoalan secara bersama-sama. Tujuannya, selain mampu memecahkan permasalahan, siswa
juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait masalah yang dibahas, berani
mengeluarkan pendapat, serta mengambil keputusan.

3. Metode Demonstrasi

Pengertian metode demonstrasi menurut Syah (2000:208) adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan
kegiatan peragaan atau demonstrasi untuk memperjelas suatu teori, kejadian, atau cara kerja
suatu alat. Jika pada kegiatan praktikum siswa dapat berpartisipasi dan secara langsung
mencoba, pada metode demonstrasi hanya diperagakan oleh guru di hadapan peserta didik.

4. Metode Eksperimen

Menurut Zulnaidi (2007: 17) mengungkapkan bahwa metode eksperimen adalah prosedur
penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih,
dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode eksperimen adalah kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik untuk mencoba atau mempraktikkan materi
pembelajaran yang sedang disampaikan. Kegiatan praktikum ini umumnya dilakukan di
laboratorium, sehingga setiap eksperimen yang dilakukan dapat berjalan dengan aman.
Biasanya diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungan dengan sains (ilmu alam).

5. Metode Debat

Jimenez dalam (Wang & Buck, 2018: 30) menjelaskan bahwa metode debat merupakan salah satu
pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan berpendapat karena melibatkan bantahan-bantahan
diantara orang-orang yang berbeda, biasanya saling bertolak belakang atas topik yang dipertanyakan.
Metode debat adalah metode pembelajaran yang sering digunakan di mata pelajaran sosial atau
humaniora (sastra). Debat atau adu argumentasi dilakukan antara dua kelompok atau lebih, bisa secara
perorangan atau kelompok, untuk mengemukakan pendapat atas sikap yang diambil oleh kelompok
tersebut. Biasanya, kelompok dibagi menjadi pro dan kontrak terhadap sebuah permasalahan.
Tujuannya, peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bicara (public speaking) dan
mengemukakan pendapat.

6. Metode Peta Konsep

Menurut Dahar (2006), peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan beberapa
konsep yang merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi, dalam arti luas peta
konsep adalah peta atau jaringan yang membuat konsep-konsep lengkap dengan hubungannya.
Metode peta konsep merupakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan cara berpikir secara
runtut. Guru secara runut menjelaskan sesuatu mulai dari akar permasalahan, proses terjadinya,
hingga cara penyelesaiannya. Pembuatan peta konsep berpikir ini diharapkan dapat membantu siswa
untuk memahami setiap materi pembelajaran secara konseptual, dan meningkatkan daya analisis serta
berpikir kritis.

7. Metode Pembelajaran Daring

Bilfaqih (2015:1) berpendapat bahwa pembelajaran daring merupakan pelaksanaan pembelajaran


yang dilakukan dalam jaringan agar mencakup target yang luas. Metode daring atau belajar
secara online dengan menggunakan komputer menjadi solusi saat kegiatan belajar tidak bisa berjalan
normal seperti di situasi pandemi saat ini. Untuk bisa berjalan dengan baik, akses internet sebagai
media pembelajaran harus dalam keadaan optimal. Pembelajaran biasanya dilengkapi dengan
pemberian modul pembelajaran, rekaman video, serta rekaman audio.
8. Metode Blended Learning

Mosa (dalam Rusman, 2011) Blended learning adalah perpaduan antara dua unsur utama.
Kedua unsur tersebut yaitu belajar di kelas dan online, atau pembelajaran dengan
memanfaatkan jaringan internet dan berbasis website. Selain itu, terdapat beberapa teknologi
media yang diterapkan. Blended learning adalah metode yang menggabungkan dua model
pembelajaran, yaitu pembelajaran konvensional secara tatap muka dengan pembelajaran daring
berbasis teknologi komputer dan internet. Dengan menggunakan metode ini, guru dapat berinteraksi
langsung dengan siswa melalui video conference, meski terdapat jarak di antara mereka.

b. Cara Memilih Metode Pembelajaran yang Tepat agar Efektif dan


Menyenangkan
Untuk bisa menerapkan metode pembelajaran yang tepat, seorang guru perlu
memahami materi yang akan diberikan, serta karakteristik peserta didik. Artinya, guru
disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif, sehingga tidak terpaku
pada satu jenis saja. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih metode
pembelajaran.

1. Pahami materi yang ingin dijelaskan


Dengan mengetahui materi yang disampaikan secara mendalam, guru dapat mengetahui jenis
metode pembelajaran yang dirasa paling sesuai untuk menjelaskan materi tersebut. Untuk
meningkatkan kreativitas, pelajari juga metode pembelajaran yang digunakan oleh orang lain
untuk materi serupa.

2. Tentukan tujuan pembelajaran


Mengetahui tujuan pembelajaran adalah hal utama untuk dapat mengetahui metode
pembelajaran yang tepat. Apakah tujuan pembelajaran hanya sebatas agar siswa dapat
menguasai materi tertentu? Atau terdapat tujuan lain seperti penguasaan soft skill tertentu
yang diharapkan turut muncul melalui kegiatan belajar mengajar.
3. Pahami karakteristik siswa
Mengetahui karakteristik siswa adalah salah satu tanggung jawab setiap pendidik. Mengenal
kelebihan dan kekurangan mereka dapat membantu menentukan pendekatan yang harus
diambil saat mengajar. Beberapa informasi yang juga dibutuhkan seperti mengetahui minat
dan bakat siswa, kecerdasan dominan, gaya belajar yang sesuai, atau bagaimana motivasi
belajar siswa.

4. Pilih alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik dominan
Tentu setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Jika mengetahui karakteristik
dominan yang ada, setidaknya guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang diharapkan
dapat diterima oleh lebih banyak siswa. Meskipun begitu, guru tetap tidak boleh abai pada
siswa lainnya, sehingga tetap perlu memikirkan alternatif metode pembelajaran lain untuk
bisa mengakomodir kebutuhan seluruh siswa.

5. Dalam satu kali pertemuan, terapkan beberapa metode pembelajaran


Mengacu pada poin sebelumnya, bisa jadi dalam satu kali kegiatan belajar mengajar, guru
dapat langsung mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran sekaligus. Misalnya,
setelah memberikan gambaran umum tentang suatu materi (metode ceramah), selanjutnya
memberikan peragaan (metode demonstrasi), dan siswa diminta untuk melakukan percobaan
secara mandiri di rumah (metode eksperimen).

6. Perhatikan respons siswa


Ketika memberikan pengajaran, guru dituntut untuk peka terhadap respons siswa. Perhatikan,
apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik atau malah sebaliknya. Sikap abai
siswa terhadap penjelasan guru, merupakan cerminan awal bahwa penyampaian materi
tersebut tidak mampu menarik perhatian mereka. Oleh karena itu, coba terapkan jenis metode
pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya.

7. Lakukan evaluasi
Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau tidak, guru perlu
memberikan evaluasi atau penilaian. Dari sini akan diketahui apakah kegiatan belajar
mengajar sudah berjalan efektif atau belum.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Muhibin Syah (2003: 144) menyebutkan terdapat faktor yang memepengaruhi belajar peserta
didik,yaitu faktor internal dan eksternal.

1.Faktor internal

yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar,yang berasal dari peserta didik. Faktor
internal meliputi dua aspek yaitu fisiologi dan psikologis.

Fisiologi adalah faktor yang meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca
indera, sedangkan psikologis meliputi faktor kecerdasan, bakat, minat, aktivitas, emosi,
motivasi, dan kemampuan kognitif.

A.Aspek Fisiologis, Antaranya adalah jasmaniah(kesehatan). Sehat adalah kondisi dimana


seseorang terhindar atau bebas dari segala macam penyakit. Kesehatan akan sangat
mempengaruhi proses belajar seseorang, bila dalam kondisi sehaht tentunya orang tersebut
akan mampu dan sanggup dalam mengikuti proses belajar dengan baik.

2.Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik,yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1)Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia. Dalam lingkungan sosial yang
mempengaruhi belajar peserta didik ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu keluarga, guru,
teman dan masyarakat.

2) Lingkungan non sosial (fisik) disekolah mencakup kondisi dan materi fisik seperti rumah,
sekolah, peralatan atau perlengkapan di sekolah dan alam.

B.Aspek Psikologis
1)Heredita, Hereditas merupakan faktor pertama yang dibawa anak sejak lahir sebagai
warisan dari orang tua melalui gen dan kromosom, factor ini mempengaruhi belajar karena
genetika sangat mempengaruhi segala aspek yang ada pada anak serta factor genetika
menurunkan sifat sifat biologis(pembawaan dari orang tua,dari dirinya sendiri, dan kondisi
fisik dan mental individu).

2)Kecerdasan, Inteligensi menurut William Strem adalah kemampuan untuk menyesuaikan


diri dalam mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat yang sesuai.

3)Minat dan bakat, Minat belajar siswa adalah rasa antusias siswa yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap suatu pengetahuan. Sedangkan bakat siswa adalah kemampuan potensial
siswa untuk mencapai keberhasilan di masa depan.

4)Motivasi, Upaya secara keseluruhan psikis, psikologis, dan sosiologis untuk menjamin
kelangsungan belajar serta memberikan pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan belajar.

B. Strategi Guru Dalam Mengajar Di Era Industri 4.0


a).Sejarah Era Revolusi Industri

Revolusi Industri terdiri dari dua kata, yaitu revolusi dan industri. Kata revolusi
memiliki pengertian perubahan yang terjadi dengan sangat cepat, sedangkan kata industri
merupakan usaha pelaksanaan suatu proses produksi (KBBI Online). Berdasarkan pengertian
dari asal katanya, revolusi industri merupakan perubahan yang sangat cepat dalam proses
produksi. Pada Era Revolusi Industri, proses produksi yang biasa dikerjakan oleh manusia
digantikan oleh mesin. Barang produksi yang dihasilkan mesin mempunyai nilai komersial
yang lebih (value added) (Suwardana, 2018). Efiseiensi waktu dan kebutuhan tenaga kerja
manusia terlihat di Era Revolusi Industri 4.0.

Angka 4 pada Era Revolusi Industri 4.0 menandakan ada 4 perkembangan Era
Revolusi Industri sampai saat ini. Era Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan
mesin uap, sehingga barang mampu diproduksi lebih banyak. Era Revolusi Industri 1.0
terjadi pada abad ke-18. Setelah mesin uap ditemukan, penemuan listrik sekitar abad ke-19
sampai abad ke-20 memberikan dampak yang luar biasa. Biaya produksi barang menjadi
lebih murah. Penemuan listrik menjadi penanda Era Revolusi Industri 2.0. Era Revolusi
Industri 3.0 ditengarai dengan penggunaan komputerisasi sekitar tahun 1970an. Era Revolusi
industry 4.0 sekitar tahun 2010an ditandai dengan adanya intelegensia dan internet of thing
(Prasetyo & Sutopo, 2018). Intelegensia dimaksudkan adanya kecerdasan buatan (artificial
intelligence). Kecerdasan buatan yang dihasilkan oleh manusia menjadi hal penting dalam
menghubungkan manusia dan mesin.

b). Manfaat Era Revolusi Industri 4.0

Era Revolusi Industri 4.0 memiliki empat manfaat (Prasetyo & Sutopo, 2018;
Aldianto, Mirzanti, Sushandoyo, & Dewi, 2018) meliputi (1) Lebih cepat dalam
pengembangan produk baru dan produksi fleksibel serta efisien sumber daya, (2)
memperbaiki produktivitas, pendapat meningkat, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan
investasi meningkat, (3) melahirkan bisnis yang baru dan cara baru untuk mengkreasi nilai
tambah, dan (4) menyederhanakan rantai bisnis. (Umar, 2018) menguraikan ada tiga manfaat
Era Revolusi Industri, yaitu: >Inovasi Merancang strategi menggunakan digital untuk
melahirkan model-model bisnis baru >Inklusivitas Adanya layanan yang mampu menjangkau
khalayak ramai di berbagai daerah. Manfaat yang diperoleh adalah orang yang tinggal jauh
dari daerah metropolitan mampu menikmati layanan digital. > Efisiensi Dengan adanya Era
Revolusi Industri 4.0 menjadikan bisnis lebih efisien (tepat sasaran). Pembisnis memerlukan
kecerdasan dan strategi pemasaran.

c). Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

Tantangan di Era Revolusi Industri harus dihadapi. Beberapa tantangan yang harus
dihadapi pada Era Revolusi Industri 4.0 antara lain masalah keamanan informasi, mesin
produksi harus stabil, keterampilan yang kurang memadai, keengganan untuk berubah, serta
berkurangnya tenaga pekerjaan dalam jumlah yang banyak dikarenakan perubahan
otomatisasi. Pendidikan sebaiknya menjadi jembatan penghubung antara siswa dengan dunia
kerja sehingga dilahirkan SDM yang unggul. Keterampilan yang kurang memadai dapat
diantisipasi dengan pemilihan metode pembelajaran. Keterampilan dapat dilatih sejak dini.
Metode pembelajaran di sekolah diharapkan memberikan bekal bagi siswa untuk menghadapi
Era Revolusi Industri 4.0. Era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya tentang penyediaan fasilitas
pendukung, namun penekannannya lebih kepada mempersiapkan pendidikan Indonesia
sehingga lebih maju, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju, dan mampu
beradaptasi dengan Era Revolusi Industri 4.0 (Sudarminto, n.d.). Perbaikan pola pikir,
mentalitas, dan nilai-nilai merupakan hal mendasar yang perlu dipersiapkan (Ristekdikti,
2017). Dibutuhkan kurikulum yang mampu mengembangkan logika, bahasa, dan kreativitas
(Kuncoro, 2019).

d). Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0

Guru memberikan peranan penting dalam pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0.
Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru (Sukartono, 2018), yaitu menyiapkan siswa
untuk mampu menciptakan pekerjaan yang saat ini belum ada, menyiapkan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang belum ada, dan menyiapkan anak untuk mampu menggunakan
teknologi. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 bukanlah hal
yang mudah. Guru memerlukan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa
untuk berkembang. Strategi pembelajaran berpengarauh terhadap pola pikir dan apa yang
akan dihasilkan siswa kelak nanti. Pemilihan strategi pembelajaran mempunyai peranan
penting dalam menyiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Adapun lima
strategi yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran (Guru Produktif, 2019), yaitu:

1. Membantu siswa dalam belajar Proses pembelajaran yang terjadi adalah teacher center.
Guru sebagai sumber informasi satu-satunya di dalam kelas. Guru menjelaskan pembelajaran,
siswa diberikan waktu untuk menyalin catatan di papan tulis, siswa mengerjakan latihan soal,
pembahasan, dan dilanjutkan dengan penilaian. Untuk anak yang memperoleh nilai yang
baik, mendapatkan apresiasi dari guru. Namun untuk siswa yang belum mendapat nilai baik,
belum ada tindakan khusus/ remedial dari guru. Adapun empat pilar pendidikan menurut
Unesco (Rahmat, 2004) adalah:
1) Learning to do Diharapkan siswa memahami pembelajaran, bukan hanya mengetahui.

2) Learning to know Siswa diharapkan tidak hanya sebagai pendengar, namun juga
mengimplementasikan informasi yang diperoleh dengan praktik.

3) Learning to be Setiap manusia diberikan bakat dan minat berbeda dengan orang lain.
Siswa diharapkan mampu menjadi diri sendiri. Mengucap syukur atas segala kelebihan dan
kekurangan diri.

4) Learning to live together

Diharapkan hasil dari pembelajaran, siswa mampu hidup bersama dengan orang lain, mampu
menempatkan diri, saling menghormati, dan menghargai. Untuk membangun empat pilar
pendidikan tersebut, guru harus meningkatkan kualitasnya dengan memperkaya pengetahuan
tentang metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran teacher center belum memberikan
konstribusi yang besar.

2. Adanya kesempatan untuk berkembang dan berprestasi

Ukuran keberhasilan siswa biasa hanya dipandang dari angka yang diperoleh.
Peringkat di kelas menandakan prestasi yang didapatkan siswa. Tanpa disadari, manusia
diciptakan Tuhan memiliki kecerdasan yang berbeda. Howard Garner (Tobeli, 2009)
mengungkapkan ada sembilan kecerdasan majemuk, meliputi kecerdasan linguistik,
kecerdasan matematis, kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan
eksistensial. Guru bisa mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa saat
pembelajaran di kelas. Pemberian stimulus dan pengarahan guru mampu merangsang
kecerdasan siswa akan meningkat sehingga siswa diberikan kesempatan uktuk berkembang
dan berprestasi sesuai kecerdasan yang dimilikinya.

3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Pendidikan karakter harus dikembangkan sedini mungkin. Penanaman karakter


tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
merupakan kelanjutan dan revitalisasi dari pendidikan karakter dari tahun 2010. PPK dinilai
penting dikembangkan di dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan, bahwa PPK memiliki
peranan penting seperti ancaman keutuhan dan masa depan bangsa, menghadapi tantangan
global, dan membentuk etika pada siswa (Kemendikbud, 2017). Kunci penerapan PPK
terletak pada pembiasaan (habit) di sekolah. Guru memiliki peranan besar dalam penanaman
pendidikan karakter.

4. Melek teknologi

Era Revolusi Industri 4.0 menuntut sebagian besar orang memahami akan arti
pentingnya teknologi. Teknologi yang ada memberikan banyak pengaruh yang baik dalam
kehidupan. Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran memberikan tambahan
pengetahuan yang baik kepada guru untuk ditransfer ke siswa. Sebaiknya guru mampu
memanfaatkan fasilitas teknologi seperti dengan pencarian bahan ajar yang lebih menarik
sehingga siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain untuk pencarian bahan ajar,
guru bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mendukung pembelajaran dengan cara
menjadi blogger. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Selain itu, siswa mampu mengulang materi yang diberikan guru dimana saja siswa berada
dan kapanpun siswa mau. Tentunya didukung dengan fasilitas yang memadai. Guru harus
memberikan pengertian kepada siswa untuk menggunakan teknologi untuk hal yang baik.

5. Menjadi guru efektif

Guru efektif adalah guru yang selalu berpikir bagaimana cara menjadi lebih baik
(Henson & Eller dalam Fatimaningrum, 2011). Guru efektif bukan hanya mengetahui
pelajaran, namun bagaimana guru mampu menyampaikan kepada siswa dengan baik. Dengan
cara pikir guru mau menjadi lebih baik, guru akan mencari solusi apabila dalam
pembelajaran, ilmu yang ditransfer ke siswa belum sepenuhnya dipahami. Adapun
karakteristik guru efektif (Dzulkifli & Sari, 2015) yaitu (1) memiliki rasa simpati yang tinggi,
melayani, dan menganggap bahwa siswa merupakan anak sendiri, (2) ikhlas dalam
memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam bentuk apapun, (3) memberikan
tanggung jawab kepada siswa (tugas) berdasarkan porsi setiap siswa, (4) memberikan nasehat
apabila siswa melakukan pelanggaran, (5) semua ilmu memiliki kedudukan yang sama, (6)
tidak memaksakan siswa untuk mencapai target yang telah ditentukan, (7) pemberian bahan
ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa memahami pelajaran dengan baik.

C.Hasil Observasi

Berdasarkan dari hasil data observasi yang Saya lakukan, pada 38 orang siswa yang
terdiri dari 20 perempuan dan 18 laki-laki pada kelas X IPS 2 di sekolah SMA Persiapan
Stabat. Observasi yang Saya lakukan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 pada jam mata pelajaran
Seni Budaya. Saya menggunakan metode deskriptif yang mecakup metode penelitian
observasi, dari hasil observasi yang Saya lakukan saat berada di kelas para peserta didik
terlihat kondusif saat mendengarkan arahan dan contoh dari guru.

Hasil observasi menunjukkan bahwa murid sangat antusias dalam mata pelajaran ini
terlebih lagi gurunya masih muda dan pasti lebih gaul dan mengerti kesulitan mereka, saat
praktik seluruh murid sangat antusias dan bersemangat membuat tugas yang diberikan oleh
guru. Dan hasil gambar yang mereka buat hasilnya juga sangat bagus dan melibihi ekspektasi
guru.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas, Guru mengaku senang atas hasil yang dibuat
oleh muridnya. Terlihat saat proses sketsa sudah bagus, jadi saat di tambah warna makin
bagus.

• Guru menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi.

Beliau mengaku cara ini sangat efektif di terapkan pada kelas ini karena melihat anak
murid yang sangat aktif. Para murid juga memiliki sifat peniru, jadi di sini guru harus
memberikan contoh terlebih dahulu. Murid akan tergugah semangat untuk mengerjakan tugas
dari guru ketika guru mendemonstrasikan sebuah gambar di papan tulis dan di kertas gambar.

• Guru juga menggunakan metode pembelajaran Ceramah


Jadi di sini guru selain memberikan contoh guru juga menjelaskan tentang materi,
cara pengerjaan dan tips dalam menggambar.

• Guru juga menggunakan metode Diskusi

Sebelum memulai membuat karya, biasanya guru juga memberikan pilihan


tema,media, alat dll kepada murid. Agar murid merasa tidak tertekan dan santai saat
belajar.

Foto: Kegiatan Belajar Siswa Kelas X Ips 2 di SMA Persiapan Stabat

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

Guru dalam menjalankan tugas dan perannya harus memiliki banyak wawasan seperti
wawasan design instruksional berkenaan dengan langkah-langkah umum dalam
merencanakan, juga tidak kala pentingnya wawasan guru memahami dan mampu
melaksanakan bermacam-macam strategi belajar mengajar secara rasional dan memberi
manfaat yang optimal. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
bukanlah hal yang mudah. Guru memerlukan strategi pembelajaran yang mampu
memfasilitasi siswa untuk berkembang. Strategi pembelajaran berpengarauh terhadap pola
pikir dan apa yang akan dihasilkan siswa kelak nanti. Pemilihan strategi pembelajaran
mempunyai peranan penting dalam menyiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.

B. Saran

Dari hasil observasi yang dilakukan dapat kita lihat bahwa metode yang di gunakan oleh
guru di kelas X IPS 2 di sekolah SMA Persiapan Stabat, adalah menggunakan metode
Demonstrasi, Ceramah, dan diskusi. Metode ini sudah cukup efektif di terapkan di kelas
tersebut, namun akan lebih baik untuk menghadapi generasi di era industri 4.0 ini dapat
ditambahkan metode belajar berbasis digital dan belajar di alam.
Daftar Pustaka

Warsita, B. (2009). Strategi Pembelajaran Dan Implikasinya Pada Peningkatan Efektivitas


Pembelajaran. Jurnal Teknodik, 064-076.

Nazir, M. (1988). MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Azhiman, F., Dasmen, R. N., Putra, A., & Agustian, W. (2022). Collecting Data Desa di
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin untuk Pengimplementasian Sistem Digital Desa.
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia, 2(6), 1733-1742

Adnyana, I. M. D. S. (2021). Dharma Acarya: Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk


Menembus Portal Revolusi Industri 4.0. Nilacakra.

Imamah, F., & Fadilah, F. O. PENGEMBANGAN PENYUSUNAN ANGGARAN


PERSEDIAAN PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) TOKO
BANGUNAN BANGKIT JAYA.

Mawardi Janitra. Maret 1, 2022. “Kenali 8 Macam Metode Pembelajaran yang Efektif dan
Menyenangkan” https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-life/n-jenis-
metode-pembelajaran-efektif-menyenangkan/, di akses 07 November 2022 pukul 13:12
Tambak, S. (2014). Metode ceramah: Konsep dan aplikasi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jurnal Tarbiyah, 21(2).

Sugianto, E. (2012). APLIKASI METODE DISKUSI DAN TUGAS DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 2 PEKALONGAN TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 3(1).

Sitohang, M. N., Ginting, M. B., & Kilungga, E. (2022). PENINGKATKAN PEMAHAMAN


MAKNA KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRASI BERBASISLITERASI INFORMASI DIGITAL PADA MAHASISWA
PGSD STKIP KRISTENWAMENA. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 101-106.

Khotimah, K. K., Darius, D. D., & Sasmito, B. B. (2013). Uji aktivitas senyawa aktif alga
coklat (Sargassum fillipendulla) sebagai antioksidan pada minyak ikan lemuru (Sardinella
longiceps) (Doctoral dissertation, Brawijaya University).

Dra. Hery Kusmiatun. Tuesday, 30 August 2022 @14:52 wib. “Dongkrak Semangat Debat
dengan Problem Best Learning”https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-
guruku/2022/08/30/dongkrak-semangat-debat-dengan-problem-best-learning/, di akses 07
November 2022 pukul 13:18.

Muchlisin Riadi. Mei 14, 2020. “Peta Konsep (Pengertian, Manfaat, Jenis dan Cara
Pembuatan)”. https://www.kajianpustaka.com/2020/05/peta-
konsep.html#:~:text=Menurut%20Dahar%20(2006)%2C%20peta,konsep%2Dkonsep
%20lengkap%20dengan%20hubungannya, di akses 07 November 2022 pukul 13:23.

PRABOWO, I. K. (2021). Efektifitas Pembelajaran Daring pada Siswa Kelas 1 SDN


Kalikuning 3 Kecamatan Tulakan (Doctoral dissertation, STKIP PGRI PACITAN).

Aldianto, L., Mirzanti, I. R., Sushandoyo, D., & Dewi, E. F. (2018). PENGEMBANGAN
SCIENCE DAN TECHNOPARK DALAM MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0 -
SEBUAH STUDI PUSTAKA. Manajemen Indonesia, 18(1), 68–76.

Dzulkifli, & Sari, I. P. (2015). Karakteristik Guru Ideal. 89–93.

Fatimaningrum, A. S. (2011). Karakteristik Guru Dan Sekolah Yang Efektif Dalam


Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 7(2).

Kemendikbud. (2017). PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (L. Muliastuti, ed.).


Jakarta: Kemendikbud.

Kuncoro, A. (2019). Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian


Indonesia Nino. Harian Kompas, p. 6. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). INDUSTRI 4.0: TELAAH KLASIFIKASI ASPEK DAN
ARAH PERKEMBANGAN RISET. Jurnal Teknik Industri, 13(1), 17–26.
https://doi.org/10.2307/1782970

Anda mungkin juga menyukai