Anda di halaman 1dari 4

PRANCANGAN BRAND IDENTITY

UMKM AMALIA DI KOTA MAGETAN


UNTUK MEMBANGUN BRAND AWARENESS
Kathleeya Saphira Errsani
Mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual, Universitas Ma Chung
kathleeya.se@gmail.com/081806066949

Abstrak :
Butik Amalia, didirikan pada 9 September 1999 di Magetan, Jawa Timur, oleh Yeni Amalia,
sukses sebagai standar busana berkualitas sebelum terdampak pandemi. Setelah mengalami PHK
karyawan dan penutupan sementara, butik menghadapi penurunan penjualan dan kesulitan
membangun citra merek melalui media pemasaran digital. Artikel ini menyoroti peran integrasi
teori brand identity dan brand awareness dalam memengaruhi keputusan pembeli. Meskipun
pentingnya promosi media sosial diakui, kurangnya perhatian setelah pandemi menghambat Butik
Amalia mencapai audiens yang lebih luas. Dalam konteks perbandingan dengan penelitian
sejenis, artikel ini menekankan strategi efektif desain komunikasi visual dan promosi untuk
mencapai tujuan brand identity dan awareness. Urgensi peningkatan kehadiran digital dan
konsistensi identitas merek diungkapkan sebagai langkah penting bagi Butik Amalia dalam
memastikan keberlanjutan dan daya saing di era digital.

Kata Kunci : Brand identity, Brand awareness,Butik

Pendahuluan
Butik Amalia didirikan pada 9 September 1999 oleh Yeni Amalia, pemiliknya, dan berlokasi
di kota Magetan, Jawa Timur. Dalam dua tahun pertama operasinya, butik Amalia sukses
menerima pesanan custom made baik dari perorangan maupun profesional, termasuk perias,
karena telah menjadi standar busana berkualitas di kota Magetan, seperti yang disampaikan dalam
wawancara dengan pemilik butik Amalia. Namun, ketika pandemi melanda, pemilik butik
terpaksa melakukan PHK terhadap beberapa karyawan dan menutup toko sementara. Setelah
pandemi, butik Amalia menghadapi penurunan penjualan dan kesulitan dalam meningkatkan citra
mereknya melalui media pemasaran digital.
Teori brand identity dan brand awareness memainkan peran yang sangat penting dalam
memengaruhi keputusan pembeli untuk membeli. brand identity, yang melibatkan unsur-unsur
seperti logo, nilai-nilai merek, dan pesan pemasaran, membentuk citra merek di mata konsumen
(Kapferer, 2008). Sejalan dengan itu, brand awareness memastikan bahwa konsumen mengenali
dan mengingat merek tersebut dalam berbagai konteks (Aaker, 1996). Melalui upaya konsisten
dalam kampanye pemasaran, media sosial, dan pengalaman langsung, brand awareness
menciptakan landasan bagi keputusan pembelian dengan membangun pengenalan merek oleh
konsumen (Keller, 1993). Studi menunjukkan bahwa brand awareness memiliki dampak positif
terhadap persepsi kualitas dan citra merek, yang pada gilirannya memengaruhi niat pembelian
konsumen (Keller, 1993). Dengan menggabungkan identitas merek yang konsisten dengan upaya
meningkatkan brand awareness, perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung
pengambilan keputusan pembelian yang positif. Keputusan pembeli untuk membeli lebih
mungkin terjadi ketika konsumen memiliki persepsi positif terhadap merek dan merasa akrab
dengan identitas mereknya. Oleh karena itu, integrasi yang efektif antara brand identity yang kuat
dan peningkatan brand awareness dapat menjadi strategi yang efisien dalam mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen.
Promosi melalui media sosial tidak hanya menjadi elemen penting dalam memengaruhi
keputusan pembeli, tetapi juga memainkan peran kritis dalam mengakses pasar yang lebih luas.
Namun, pada kasus Butik Amalia, terdapat kurangnya perhatian dari pemilik butik terhadap
potensi promosi di media sosial setelah masa pandemi dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Keterbatasan ini menghambat butik untuk mencapai audiens yang lebih besar, mengakibatkan
kesulitan dalam menggait pasar yang lebih luas dan meningkatkan brand awareness di dunia
digital. Sebagai akibatnya, kesempatan untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan dan pemasaran
online yang efektif menjadi terlewatkan, dan hal ini menunjukkan pentingnya adaptasi terhadap
tren digital dalam memastikan keberlanjutan dan daya saing UMKM seperti Butik Amalia di
pasar yang semakin digital. Penelitian oleh Smith dan Zook (2011) menyoroti bahwa interaksi
yang terjadi di media sosial dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat dan personal antara
merek dan konsumen. Aktivitas promosi, seperti penawaran eksklusif, diskon khusus, dan
kampanye interaktif di media sosial, merangsang konsumen untuk terlibat aktif dengan merek,
membangun keterlibatan yang positif (Kaplan & Haenlein, 2010). Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), kemampuan untuk mengikuti perkembangan media sosial menjadi esensial
untuk mencapai pasar yang lebih luas, dan kegagalan dalam beradaptasi dengan tren ini dapat
menghambat potensi pertumbuhan dan akses ke pasar yang lebih besar (Ryan & Jones, 2009).
Dengan demikian, promosi melalui media sosial tidak hanya membantu membangun kesadaran
merek, tetapi juga menjadi kunci dalam memengaruhi sikap dan keputusan pembeli,
memungkinkan UMKM untuk menciptakan interaksi bermakna, membangun kepercayaan, dan
akhirnya meraih keputusan pembelian yang positif.
Penelitian dengan topik Perancangan Brand Identity Untuk meningkatkan Brand Awareness
bukanlah topik yang baru. Ada 2 penelitian sejenis yang memiliki kesaman topik atau memiliki
kesamaan subjek penelitian. Penelitian pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Irvine
Ray dan Muh Ariffudin pada tahun 2022 dengan judul “PERANCANGAN BRAND IDENTITY
DAN MEDIA SOSIAL TRIVERSA SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN BRAND
AWARENESS”. Pada penelitian tersebut penulis menjelaskan tentang Triversa, anak perusahaan
Elevate Branding, berfokus pada jasa dan konsultasi produksi cetak dengan kebutuhan brand
identity yang mencakup logogram, logotype, dan desain modern. Dengan metode penelitian
kualitatif dan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities,threats), perusahaan berupaya
membedakan diri dari pesaing dan membangun kepercayaan melalui media sosial. Hasil penelitian
tersebut adalah Hasil perancangan melibatkan logo, GSM, stationery, dan media sosial sesuai
dengan visi dan keinginan owner Franky K. Nugroho (Ray & Ariffudin Islam, 2022). Penelitian
kedua merupakan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kartini Mayangsari, Abdul Azis, dan
Nurabdiasyah pada tahun 2017 dengan judul " PERANCANGAN VISUAL BRANDING BUTIK
LUTHFIAH MAKASSAR”. Pada penelitian ini peneliti menciptakan identitas yang khas,
memungkinkan konsumen lebih mudah mengenali dan merasa dekat dengan butik tersebut.
Melalui analisis desain komunikasi visual, penelitian ini menghasilkan logo yang mencerminkan
ciri khas etnik Butik Luthfiah (Mayangsari & Azis Said, n.d.). Dengan hasil penelitian berupa logo
dengan penerapan logo di beberapa media promosi dan identitas butik. Perbedaan dari kedua
penelitian tersebut adalah penelitian pertama adalah perancangan brand identity dengan metode
kualitatif dan analisis untuk mengindetifikasi kelebihan, kekurangan, peluang, dan tantangan
perusahaan. Sedangkan penelitian kedua, peneliti merancangan brand identity UMKM dengan
memfokuskan ciri khas batik yang dimiliki butik tersebut dengan tahapan perancangan dari
praproduksi, prodiksi, hingga pasca produksi dengan fokus pada analisis desain komunikasi visual
menggunakan media cetak. Dari perbedaan tersebut menunjukkan ada beberapa cara dan fokus
yang ingin dicapai dalam pembuatan identitas merek.
Dari yang sudah dipaparkan bisa disimpulkan kurangnya perhatian terhadap promosi di media
sosial setelah pandemi menjadi hambatan dalam mencapai audiens yang lebih luas. Teori brand
identity dan brand awareness diindikasikan sebagai kunci dalam mempengaruhi keputusan
pembeli, dengan integrasi yang efektif dapat membantu perusahaan seperti Butik Amalia
membangun citra merek yang positif dan memperluas pangsa pasar. Sementara itu, perbandingan
dengan penelitian sejenis menunjukkan variasi pendekatan, namun menekankan pentingnya desain
komunikasi visual dan promosi yang tepat dalam mencapai tujuan brand identity dan awareness
yang telah dipaparkan dalam artikel ini. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kehadiran
digital dan konsistensi identitas merek dapat menjadi strategi krusial bagi Butik Amalia dalam
menghadapi perubahan tren pasar dan memastikan keberlanjutan usaha di era digital ini.
Daftar Rujukan
Aaker, D. A. (1996). Building Strong Brands. Free Press.
Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business Horizons, 53(1), 59-68.
Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, Measuring, and Managing Customer-Based Brand Equity.
Journal of Marketing, 57(1), 1-22.
Kapferer, J.-N. (2012). The New Strategic Brand Management: Advanced Insights and Strategic
Thinking (5th ed.). Kogan Page.
Kotler, P., Keller, K. L., Brady, M., Goodman, M., & Hansen, T. (2009). Marketing Management
(1st ed.). Pearson Prentice Hall.
Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business Horizons, 53(1), 59-68.
Mayangsari, K., & Azis Said, A. (n.d.). PERANCANGAN VISUAL BRANDING BUTIK
LUTHFIAH MAKASSAR.
Ray, I., & Ariffudin Islam, M. (2022). PERANCANGAN BRAND IDENTITY DAN MEDIA
SOSIAL TRIVERSA SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN BRAND
AWARENESS. Jurnal Barik, 3(3), 221–235.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/
Ryan, D., & Jones, C. (2009). Understanding Digital Marketing: Marketing Strategies for
Engaging the Digital Generation. Kogan Page.
Smith, A. N., & Zook, Z. (2011). Marketing Communications Using Digital Media Channels.
Journal of Marketing Communications, 17(3), 179-196.

Anda mungkin juga menyukai