Anda di halaman 1dari 4

Masalah pernikahan selalu hangat untuk dibicarakan ya sobat WeCare...

Karena pernikahan dianggap sebagai ibadah terlama selama hidup...


mempertahankannya tentu saja bukan hal mudah, dibutuhkan kemauan dan kerja
sama suami dan istri. Lalu, bagaimana agar pernikahan selalu terjaga
keharmonisannya? Nah...berdasarkan penelitian-penelitian di dunia psikologi perkawinan,
secara garis besar ada 3 komponen utama yang akan memengaruhi bentuk dan dinamika hubungan
antara suami dan istri.

Apa sajakah itu? Swipe left

set:nAFHB5M_Clg
set:nAFL5m21oec
set:nAFGdTk_l8c
set:nAE8xY3LckE

Komponen dalam Hubungan Perkawinan


POSTINGAN 1

Komponen dalam Hubungan Perkawinan Berdasarkan. Ketiga komponen itu adalah:

Kedekatan Emosi, yaitu, bagaimana pasangan suami-istri merasa saling memiliki, saling terhubung
dua pribadi menjadi satu. Kedekatan emosi ini membuat suami istri merasa tenteram, sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum/30:21: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan (suami/istri) untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.

Komitmen, yaitu, bagaimana kedua pasangan suamiistri mengikat janji untuk menjaga hubungan
agar lestari dan membawa kebaikan bersama. Di dalam AlQur’an QS. An-Nisa/4:21 disebutkan
bahwa perkawinan adalah janji kokoh (mitsaqan ghalidhan). Dengan menjaga komitmen, pasangan
suami-istri tidak mudah mengkhianati pasangannya. Dengan adanya komitmen pula, pasangan
suami-istri tidak mudah putus asa saat dinamika perkawinan terasa sangat berat.

Gairah, yaitu bagaimana dalam hubungan suami istri itu tercipta keinginan untuk mendapatkan
kepuasan fisik dan seksual. Dalam hadis Nabi Saw dinyatakan bahwa perkawinan adalah demi
“menjaga mata dan alat kelamin/organ reproduksi” (Aghadhdh li al-Bashar wa Ahshan li al-Farji).
Jadi, salah satu tujuan perkawinan adalah menghalalkan hubungan seks antara laki-laki dan
perempuan. Allah SWT berfirman dalam QS. AlBaqarah/2:187 sebagai berikut: Mereka (istri-istrimu)
adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu.

Idealnya, ketiga komponen ini tumbuh subur dalam hubungan suami-istri. Keduanya memiliki
kedekatan emosi, merasakan gairah seksual yang sehat kepada pasangannya, serta memelihara
komitmen perkawinan. Namun sayangnya, tidak selalu terjadi demikian. Kadangkala, ada komponen
yang terabaikan.

POSTINGAN 2

Dari ketiga komponen itu muncul 7 macam kondisi perkawinan, yakni:

1. Kedekatan Emosi + Gairah + Komitmen Ini adalah kondisi yang ideal dan dapat menciptakan
kondisi sakinah mawaddah wa rahmah bagi pasangan suami istri.

2. Gairah + Komitmen – Kedekatan Emosi Dalam kondisi ini, pasangan suami-istri sulit mendapatkan
ketentraman hati. Ini karena kebutuhannya untuk memiliki pasangan jiwa tidak terpenuhi.
Akibatnya, salah satu atau kedua belah pihak merasa tidak bahagia.

3. Komitmen + Kedekatan Emosi – Gairah Tanpa gairah, kebutuhan seksual pasangan suamiistri tidak
akan terpenuhi, walaupun mereka memiliki komitmen hubungan yang kuat, dan saling memahami.
Padahal kebutuhan seksual tak dapat diingkari bagi individu yang sehat. Apabila kebutuhan ini tak
terpenuhi, cepat atau lambat ia akan cenderung mencari pemenuhan di luar hubungan pasangan
suami-istri.

4. Kedekatan Emosi + Gairah – Komitmen Bentuk hubungan seperti ini biasanya muncul pada saat
pasangan sedang jatuh cinta. Perasaan yang menggebugebu mendominasi, sementara komitmen
belum kuat. Tanpa komitmen, itikad kedua belah pihak tidak bisa dijamin. Karena itu bentuk
hubungan ini tidak langgeng.

5. Kedekatan Emosi - Gairah – Komitmen Bila yang dimiliki oleh pasangan suami-istri hanya
kedekatan emosi, tetapi tidak ada gairah maupun komitmen di antara keduanya, maka bentuk
hubungannya lebih mirip dengan persahabatan. Pasangan merasa nyaman, tapi tidak bisa
mendapatkan kepuasan seksual dan jaminan jangka panjang.

6. Gairah - Komitmen – Kedekatan Emosi Gairah yang tinggi tanpa komitmen dan kedekatan emosi
akan membuat hubungan yang tercipta menjadi hubungan yang sifatnya fisik belaka. Padahal untuk
hubungan jangka panjang dibutuhkan komitmen yang tinggi.

7. Komitmen - Kedekatan Emosi – Gairah Komitmen pasangan suami-istri adalah bentuk


penghormatan kepada perjanjian kokoh (mitsaaqan ghalidhan) di mata Allah SWT. Tetapi tanpa
kedekatan emosi dan gairah, hubungan yang terwujud adalah hubungan yang kering atau cinta
hampa (empty love). Kondisi ini rawan menyebabkan pasangan suami-istri terjebak perselingkuhan,
baik fisik maupun psikologis.

Keseimbangan antara ketiga komponen ini tentu saja tidak kaku. Ada dinamika yang berubah-ubah,
mengikuti dinamika perkembangan perkawinan. Suatu saat, mungkin saja satu komponen akan
terasa lemah. Apalagi bila keluarga atau pasangan suami-istri sedang berada pada kondisi tertentu,
seperti hidup terpisah sementara karena tugas pekerjaan, atau salah satu pasangan mengalami sakit
kronis. Dalam kondisi seperti itu, pasangan suami-istri perlu mengingat bahwa komitmen
perkawinan kita bukan hanya kepada pasangan tetapi juga kepada Allah SWT sebagai sebuah
perjanjian yang kokoh. Sikap saling memahami dan saling memberi kepada pasangan akan
mengalahkan sikap menuntut untuk dipenuhi kebutuhannya.

POSTINGAN 3
Menjaga dan Memupuk Tiga Komponen Hubungan Pasutri

Mengingat pentingnya ketiga komponen tersebut di atas, maka pasangan suami-istri perlu
senantiasa memupuk ketiganya. Mengabaikan salah satu komponen akan membuat hubungan
menjadi tidak seimbang, dan menyebabkan hubungan suamiistri semakin lama akan semakin
memburuk. Lalu bagaimana mempertahankan ketiga komponen itu agar tetap seimbang dan kuat?

Memupuk Kedekatan Emosi.

Bagaimana suami dan istri dapat memupuk kedekatan emosi? Dengan selalu menjaga keterbukaan
dan sikap saling memahami di antara mereka. Banyak suami dan istri terjebak pada sikap saling
menuntut dari pasangannya. Mereka berpikir “kalau kamu bisa membahagiakan saya, baru saya
akan membahagiakan kamu.” Padahal di dalam perkawinan ada prinsip saling (tabadul), dan ini
berarti kita tidak menunggu pasangan untuk melakukannya terlebih dahulu.

Menjaga Komitmen Tetap Kokoh.

Bagaimana suami istri dapat menjaga dan memupuk komitmen? Caranya adalah dengan menjaga
kejujuran dan kesetiaan, apapun yang terjadi, dan juga diiringi dengan sikap bertanggungjawab.
Orang yang mampu menjaga komitmen sesungguhnya sedang mengamalkan teladan Nabi
Muhammad Saw, yaitu bersikap Amanah. Selain itu juga harus selalu diingat bahwa komitmen
perkawinan adalah perjanjian kokoh di hadapan Allah SWT. Komitmen pasangan suami-istri akan
diuji oleh berbagai konflik dan persoalan yang muncul silih berganti dalam kehidupan berkeluarga.
Setiap kali pasangan suami-istri dapat menyelesaikan konflik dan masalah dengan baik, komitmen
juga akan bertambah kuat. Sebaliknya, setiap kali konflik dan persoalan dibiarkan berlarut-larut atau
tidak diselesaikan dengan baik, maka komitmen akan berkurang kekuatannya. Karena itu, pasangan
suami-istri perlu belajar bagaimana menyelesaikan masalah dan perbedaan di antara mereka.

Menjaga Api Gairah.

Bagaimana dengan gairah? Gairah seksual merupakan kebutuhan dan dorongan yang sehat dalam
kehidupan manusia. Apalagi dalam kehidupan suami istri. Menurut riset, bagi sebagian besar laki-
laki, hubungan seksual bukan hanya soal mendapatkan kepuasan fisik. Demikian juga bagi sebagian
perempuan. Di dalam hubungan seksual inilah, terjadi hubungan fisik dan emosional yang paling
dekat antara laki-laki dan perempuan. Untuk menjaga api gairah, pasangan suami-istri perlu dengan
sengaja memelihara hubungan yang sangat intim ini. Banyak hal akan membatasi hubungan seksual,
seperti kesibukan, kelelahan mencari nafkah, kehadiran buah hati, bahkan kondisi lingkungan secara
fisik. Justru dalam kondisi seperti inilah hubungan seksual perlu diperkuat. Ada banyak hal
sederhana untuk menjaganya. Misalnya sentuhan fisik sederhana setiap kali sedang berdekatan,
atau menyiapkan diri dengan pakaian dan wewangian yang mengundang keintiman. Bahkan
pasangan suami-istri perlu meluangkan waktu khusus secara berkala untuk dihabiskan berdua saja.

Anda mungkin juga menyukai