Anda di halaman 1dari 2

HUKUM PERIKATAN

A. PERIKATAN PADA UMUMNYA


1. Istilah perikatan
Istilah perikatan (verbintenis dalam bahasa Belanda) diterjemahkan secara
berbeda-beda oleh para sarjana, antara lain :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menggunakan istilah “perikatan”
untuk verbintenis.228
b. Prof. Utrech, memakai istilah “perutangan” untuk verbintenis.
c. Prof. Subekti, S.H., mempergunakan istilah iverbintenis untuk perkataan
erikatan”.230
d. Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H., menggunakan istilah “hokum
pengikatan” sebagai terjemahan dari verbintenissenrecht.231
e. Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro,S.H., memakai istilah het verbintenisserch
diterjemahkan sebagai “hokum perjanjian” bukan hokum perikatan.232
f. R. Setiawan, S.H., memakai istilah “perikatan” untuk verbintenis.233
g. Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H., memakai istilah “hokum
perutangan” untuk verbintenissenrecht.234
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa untuk istilah
verbintenis dikenal ada tiga istilah, adalah perikatan, perutangan, dan perjanjian.
Dengan demikian, istilah yang dipakai untuk terjemahan dari verbintenis dalam
buku ini adalah perikatan.
2. Pengertian Perikatan
Mengenai pengertian perikatan itu sendiri oleh para sarjana juga diberikan
secara berbeda-beda, diantaranya sebagai contoh :
a. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H., hokum perikatan ialah
kesemuanya.kaidah hokum yang mengatur hak dan kewajiban sesorang yang
bersumber pada tindakannya dalam lingkungan hokum kekayaan.235
b. Menurut Prof. Subekti, S.H., perikatan adalah suatu perhubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak, yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu.236
c. Menurut R. Setiawan, S.H., perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang
artinya hubungan yang diatur dan diakui oelh hukum.237
d. Menurut Abdulkadir Muhammad, S.H., perikatan adalah hubungan hukum
yang terjadi antara debitur dan kreditur, yang terletak dalam bidang harta
kekayaan.238
e. Menurut A. Pitlo, perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihakyang satu berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi.239
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksudkan dengan
perikatan adalah hubungan antara dua pihak, dimana dimana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
memenuhi tuntutan tersebut. Dalam hal ini, dapat disebutkan, bahwa pihak yang
menuntut disebut kreditur (pihak berpiutang) dan pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi prestasi disebut debitur (pihak berutang). Kemudian, jika kita
lihat dari dua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa :
a. Terhadap suatu hak dan kewajiban yang harus dilakukan kreditur dan
debitur tergantung dari yang diperjanjikan.
b. Hak dan kewajiban kreditur harus diatur oelh undang-undang yayaitu
sebagai tindakan untuk menuntut pihak yang lalai dalam melaksanakan
suatu prestasi dan kewajibannya.

1. Macam-macam perikatan

Pada dasarnya, suatu perikatan dapat dilakukan oleh dua orang dan tuntutan
tersebut dapat segera dilakukan. Perikatan dalam bentuk yang paling sederhana
ini disebut perikatan bersahaja atau perikatan murni. Di samping perikatan
murni ini, terdapat pula berbagai macam perikatan yang lebih rumit, yang
masing-masing penjelasannya akan dipaparkan berikut ini.

a. Perikatan bersyarat
Dalam KUH Per; perikatan bersyarat diatur dalam Pasal 1253 sampai
dengan Pasal 1267. Suatu perikatan adalah bersyarat apabila ia
digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan dating dan yang
masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan
hingga peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan
menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut (Pasal 1253 KUH
Per). Perikatan ini terdiri dari :

Anda mungkin juga menyukai