Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

FAKTOR KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA


DITINGKATAN KELAS IV, V DAN IV
SEKOLAH DASAR AISYIYAH PLUS 01 CILACAP

Dosen Pengampu:
WAHYU NUNING BUDIARTI, M.Pd.

Di Susun Oleh :
M. FAIZ HARDIANSYAH
NIM. 23CJ80001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN KEGURUAN DAN ILMU
PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA AL GHAZALI
CILACAP
2023
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dann hidayahNya
sehingga kami masih dikaruniakan kenikmatan sehingga kami selaku penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik . Sholawat dan salam
senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafaat di akhir zaman nanti.
Pertama penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing mata
kuliah Media dan Teknologi Penelitian di kelas karyawan di Universitas
Nahdatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) ini.
2. Ibu Eli Supriyatin, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Aisyiyah Plus 01
Cilacap.
3. Pak Darseno, Bu Ida Farida, dan Bu Nurul Hidayati selaku guru wali kelas
IV, V dan VI yang turut membantu keberlangsungan penelitian ini.
4. Siswa-siswi kelas IV, V, dan VI yang saya cintai dan saya banggakan
karena telah membantu saya untuk bisa membuat proposal ini.
Tidak lupa kami mengucapkan rasa syukur yang setinggi-tingginya karena kami
telah dikaruniakan keluarga dan teman-teman yang baik, santun, kompak,
mensupport di mata kuliah ini.
Proposal penelitian ini kami buat yaitu pembahasan mengenai “FAKTOR
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DITINGKATAN KELAS IV, V DAN
VI SEKOLAH DASAR AISYIYAH PLUS 01 CILACAP”. Kami menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semia pihak demi
menyempurnakaan proposal ini. Akhirnya kami selaku penyusun meminta maaf
kepada semua pihak, apabila selama pembuatan proposal tersebut terdapat
kesalahan. Kami berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
semoga Allah SWT senantiasa memberikan anugerah Nya pada kita semua.

Cilacap,
Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Kesulitan Belajar Matematika 5

2. Pengaruh Kesulitan Matematika Terhadap Perilaku Siswa di Sekolah


9

3. Solusi dari Hasil Observasi dan Analisa 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14
C. DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia terjadi kesulitan mengenai kemampuan akademis, salah satu mata
pelajaran yang paling menjadi perbincangan anak didik, wali murid dan beberapa guru
dimana banyak sekali kendala yang menyebabkan banyak anak didik yang kurang memahami
pada mata pelajaran ini yaitu Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang
kurang diminati saat ini dikarenakan tingkat kesulitannya menerima pelajaran yang
memerlukan lebih banyak tenaga dibandingkan pelajaran lainnya. Lapmipran Permendiknas
nomor 22tahum 2006 tentang standart isi mata pelajaran matematika SD/Mi menjelaskan
bahwa pembelajaran Matematika diberikan unutk membekali peserta didik unutk berpikir
logis, analitis, sistematis, krisis dan kreatif serta kemampuan kerja sama dikutip dari
(Depdiknas,2006). Sehingga peserta didik mampu memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti
dan kompetitif. Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa betapa pentingnya karakteristik
matematik yang memiliki objek kajian abstrak, berkaitan dengan karakteristik siswa SD yaitu
senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung.
Matematika padahal merupakan mata pelajaran penting karena mempunyai banyak
peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan berpikir manusia, dan
mengembangkan logika. Sebagai ilmu dasar, matematika juga berperan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan lain seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan pengembangan teknologi.
Matematika salah satu pelajaran wajib yang diajarkan satuan pendidikan, mulai dari Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bahkan hingga ada yang sampai ke Perguruan Tinggi.
Salah satu tujuan dengan adanya pembelajaran matematika di sekolah yakni siswa diharapkan
mampu menjadi manusia yang memiliki kemampuan berpikir matematis, logis, kritis, dan
strategis. Yang dimana kemampuan berpikir matematis ni cakupannya luas dan sangat
dibutuhkan di jaman ini yang penuh dengan tantangan perkembangan zaman. Logis, ini
kemampuan untuk menganalisa dan mengidentifikasi penyebab dari masalah, dan
menemukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan membuat orang mampu berpikir
secara positif. Berpikir kritis ini akan sangat berguna ketika kamu menempuh pendidikan di
sekolah dan perguruan tinggi, dunia kerja, hingga ranah politik dengan berpikir kritis, kamu
bisa menganalisis, mempertimbangkan, lalu menyimpulkan suatu hal. Berpikir strategis
merupakan kemampuan menilai serta mengembangkan rencana yang berorientasi pada masa
depan. Kenyataannya tujuan matematika agars siswa mampu berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kamampuan kerja sama masih jauh dari harapan. Hasil
observasi penelitian pembelajaran matematika di SD Aisyiyah Plus 01 Cilacap menemukan
permasalahan bahwa pembelajaran matematika dibeberapa kelas masih berpusat pada guru,
dimana Guru masih menggunakan metode lama seperti memberikan materi saja (mode

1
ceramah), contoh soal, latihan soal, dan pemberian tugas. Dengan cara lama itu membuat
siswa merasa kurang semangat mengikuti pelajaran matematika, merasa kurang terlibat
dalam proses pembelajaran, cenderung pasif, hanya mendengarkan penjelasasn guru dan
mengerjakan soal-soal tanpa ada kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung. Kondisi
pembelajaran metode tadi berdampak rendahnya keteramplan proses pemecahan masalah
matematika dan hasil belajarnya. Pada perkalian sederhana saja masih ada peserta didik yang
masih belum memahami dan menghapalnya. Dari data kelas IV terdapat 9 siswa dari 27
siswa (30%), kelas V terdapat 10 siswa dari 37 siswa (27,1%), kelas VI terdapat 15 siswa dari
37 siswa (40,5%) yang masih belum memahami dan menghapal perkalian dasar. Padalah
perkalian dasar merupakan salah satu dasar pokok untuk memastikan peserta didik paham
tidaknya pada materi yang lain. Tetapi tidak memungkiri bahwa dengan ketidakbebasan guru
untuk mengajar dan mempertegas anak didiknya membuat para guru menjadi lebih waspada
dalam menghindari masalah daripada masa depan anak didiknya, contoh hal kecil yang
marak terjadi ada peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik karena mengobrol
dengan teman atau mainan, ataupun alasan lainnya. Pastinya guru ingin menegurnya dan
sebagai sanksi kecil seperti dimarahi, dicubit telinganya atau mungkin berdiri didepan kelas
saja. Namun apa yang terjadi selanjutnya setelah peserta didik tersebut dihukum dan
diceritakan kepada orang tuanya. Orang tuanya justru memarahi sang guru, dan mengancam
akan melaporkan kepihak yang berwajib. Dari sinilah yang menjadi pokok masalah
pendidikan kita di Indonesia, yang membuat citra guru hanya sebatas pekerjaan, bukan
sebuah jasa lagi.
Setiap anak memiliki kemampuan, kecerdasan, daya tangkap dan keahlian yang
berbeda. Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Maszora (2013), kesulitan
belajar ini merupakan gangguan yang secara nyata ada pada anak terkait yang tugas umum
maupun khusus, yang bisa saja disebabkan faktor disfungsi neurologis, proses psikologis
maupun sebab lainnya. Sehingga anak yang berkesulitan belajar dalam suatu kelas
menunjukkan prestasi belajar rendah. Didalam pembelajaran matematika ini yang paling
tampak kesulitan anak-anak memahami, mempelajari, dan mengerti. Namun dalam
pembelajaran matematika ini, jika anak mengalami kesulitan belajar justru dianggap sebuah
hal yang biasa dan sudah menjadi realita umum. Hal ini memang disebabkan karena
matematika itu dianggap pelajaran yang paling sulit, paling menakutkan dan lain-lain.
Matematika dianggap sebagai sebagai ilmu yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang
khusus, ilmu yang sulit untk dipahami karena abstrak, tidak saja oleh siswa tingka sekolah
dasar bahkan hingga mahasiswa perguruan tinggi. Akibat meremehkan pembelajaran
matematika megakitabkan anak-anak semakin kurang berminat belajar dan membuat
matematikan menjadi momok menakutkan dihadapan anak-anak. Anak akan selalu bosan dan
mudah jenuh dalam pembelajaran matematika. Jika dilihat dari bagaimana terkaitnya

2
matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka akan dapat diperkirakan bagaimana sulitnya
anak-anak dalam kehidupan sosialnya jika tidak dapat memahami matematika dengan baik.
Karena sebenarnya pembelajaran matematika tidak sekedar soal hitung-hitungan.
Menurut Johnson dan Myklesbus (Abdurrahman 2003:252), matematika adalah bahasa
simbolis yang berfungsi untuk mengapresiasikan hubungan-hubungan kuantitatif, keruangan
sedangkan fungsi teoritismya itu memudahkan berpikir. Dibidang pelajaran matematika yang
diajarkan di SD perlu diajarkan kepada siswa karena :

1. Digunakan dalam segala segi kehidupan.

2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.

3. Merupakan sara komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.

4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara

5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan


(spatial sense).
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang
Melihat pentingnya matematika bagi anak, maka kesulitan belajar yang dihadapi anak
sebaiknya di deteksi dan dicari solusinya bersama baik dengan sang anak, orang tua dan guru.
Kesulitan belajar matematika ini akan mulai terlihat sejak anak duduk di bangku sekolah
dasar. Ada faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika, seperti minat dan
motivasi yang kurang dalam matematika, pembelajaran yang kurang tepat dalam
mengajarkan matematika, dan kurangnya dukungan dari orang tau dan lingkungan sekitar
dalam pembelajaran matematika bagi anak yang dikarenakan kurang pahamnya orang tua dan
lingkungan terhadap matematika. Ada kalanya pula anak-anak butuh bimbingan diluar jam
pelajaran atau kesulitan belajar ketika ramai orang yang dimana butuh waktu untuk belajar
lebih, seperti jam tambahan oelh guru sendiri atau juga bisa menggunakan jasa privat.
Berkaitan dengan paparan masalah di atas, maka diperlukan pemahaman dan penanggulangan
segara bagi anak-anak yang mendapatkan kesulitan dalam belajar matematika. Seharusnya
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika diberikan dukungan dan motivasi
yang baik agar mampu mengikuti pembelajaran matematika dan menyenangi matematika,
bukan dibiarkan saja dengan anggapan sebagai anak bodoh dan pemalas.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang membuat anak-anak tidak suka dengan matematika?
2. Mengapa anak-anak takut dengan matematika?

3
3. Apa yang membuat anak-anak sulit memahami matematika?
4. Bagaimana cara kita (guru) mengatasi kesulitan belajar matematika?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menentukan penyebab anak-anak kesulitan belajar matematika.
2. Untuk mengetahui alasan anak-anak tidak suka matematika.
3. Untuk membuat cara mengatasi kesulitan belajar matematika.
4. Untuk membuat rencana membuat anak-anak suka dengan matematika.
5. Untuk membuat bahan diskusi dengan orang tua anak mengenai kendala mereka sulit
belajar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Kesulitan Belajar Matematika

Menurut Dumont (dalam Van Steenbrugge, 2010) kesulitan belajar dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu : ketidakmampuan belajar yang terletak dalam perkembangan
kognitif anak sendiri dan kesulitan belajar yang disebabkan banyak factor luar atau masalah
lain pada anak. Berdasarkan yang dikutip oleh Carnine, Jitendra, dan Silbert (dalam Van
Steenbrugge, 2010) menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar bukan
berarti memiliki kekurangan atau gangguan dalam intelektual atau kecerdasan, namun juga
disebabkan karena hasil desain dari pembelajaran yang kurang efektif. Kesulitan belajar
matematika juga disebut diskalkulia. Diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang
adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Diskalkuia juga mengacu kepada
kesulitan belajar matematika pada konsep-konsep matematika dan komputasi.

Karakteristik peserta didik mengalami kesulitan belajar terlihat dari :


1. Gangguan Perhatian (Gagal Fokus)
2. Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi dengan menggunakan strategi dalam
proses belajar.
3. Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan baik dan kasar.
4. Permasalahan-permasalahan persepso yaitu pembedaan stimulus pendengaran,
pengelihatan, closure dan frequency pendenganran dan pengelihatan.
5. Kesulitan dalam mengucapkan bahasa secara lisan.
6. Kesulitan dalam hal membaca.
7. Kesulitan dalam hal bahasa.
8. Kesulitan matematika, yaitu pemikiran kuantitatif , berhitung, waktu, ruang, dan
menghitung
fakta.
9. Tingkah laku sosial yang kurang mendukung.

Secara umum kita mengetahui bahwasannya pelajaran Matematika itu menjadi


pelajaran yang dikeluhkan bagi sebagian banyak peserta didik. Walau tetap ada cukup banyak
siswa yang menyukai pelajaran matematika, bagi mereka yang menyukai matematika dengan
berbagai alasan seperti menyenangkan, seru, menarik, gampang, jawabannya pasti jelas, dan
lainnya yang menjadi factor pendukung mereka menyukai matematika. Dan bagi mereka
yang tidak menyukai matematika ini, dengan alasan yang kuat juga seperti sulit
menghitungnya, tidak paham, lama dalam menghitung, pusing, dan lain-lainnya. Namun
salah satu alasan yang paling banyak disebutkan oleh anak-anak itu adalah materinya yang
semakin naik kelas semakin sulit dipelajari. Ada beberapa materi yang sulit dipahami oleh

5
peserta didik sekolah dasar di mata pelajaran Matematika yaitu perkalian, pembagian,
bilangan pecahan, pangkat, bangun datar dan bangun ruang, dan lain-lain.

Hasil wawancara dengan para peserta didik kelas IV, V, dan VI SD Aisyiyah Plus 01
Cilacap bahwa dari kelas IV terdapat 14 siswa dari 27 siswa (51,9%) yang tidak menyukai
matematika dengan beragam alasan seperti susah, tidak paham, terlalu menguras tenaga, tidak
suka berhitung, dan lain sebagainya. Sedangkan terdapat 13 siswa dari 27 siswa (51,9%) yang
menyukai matematika dengan alasan yang cukup unik seperti mudah, seru atau asik, merasa
tertantang, menyenangkan, suka uang,dan lain sebagainya. Lalu hasil yang ada dikelas V
terdapat 11 siswa dari 27 siswa (40,7%) tidak menyukai matematika dengan alasan yang
hampir sama dengan kelas IV, sedangkan 14 siswa dari 27 siswa (51,9%) menyukai
matematika. Hasil di kelas VI terdapat 15 siswa dari 37 siswa (40,5%) yang tidak menyukai
matematika dengan alasan yang mayoritas adalah sulitnya materi yang dipelajari dan mulai
banyak rumus yang dipelajari dan dihafalkan saat kelas VI, sedangkan 22 siswa dan 37 siswa
(59,5%) yang menyukai matematika dengan alasan memang dari awal mereka sudah suka
dengan matematika sehingga materi baru apapun di kelas VI mereka siap dan mampu
mempelajarinya dengan baik. Berikut grafik dari hasil observasi kelas IV, V dan VI :

Hasil Observasi Matematika


Kelas IV, V dan Vi

25
20
15
10
5
0
IV V VI

Suka MTK Tidak Suka MTK

Grafik 1. Hasil Observasi Matematika Metode Pembelajaran


Konversional

6
Dengan data diatas bisa dibuat persentase dari peserta didik yang tidak menyukai matematika
dan menyukai matematika kelas IV, V dan VI di SD Aisyiyah Plus 01 Cilacap.

Persentase Sebelum
55.0

45.0

35.0

25.0

15.0

5.0
IV V VI
Suka MTK 48.1481481481481 59.2592592592593 59.4594594594595
Tidak Suka MTK 51.8518518518519 40.7407407407407 40.5405405405405

Suka MTK Tidak Suka MTK

Grafik 2. Persentase Data Matematika

Beberapa yang bisa jadi berpengaruh dalam terhambatnya pelajaran matematika terhadap
para peserta didik namun belum tentu mereka menyadari bahwa hal ini bisa saja menjadi
faktor yang membuat mereka terkendala, hal itu adalah kurang fokusnya mereka
mendengarkan penjelasan guru, malu bertanya saat tidak paham, tingkat kemampuan daya
tangkap pelajaran, kurang berinteraksi atau praktik saat pelajaran matematika, dan kurang
nyaman di ruang kelasnya. Penjelasan dari alasan faktor luar ini, dijabarkan sebagai berikut:

Kurang Fokus

Kurang fokus atau yang sering kita dengar “Gagal Fokus” ini sering dialami
peserta didik saat pelajaran apapun, apalagi matematika yang seharusnya tingkat
fokus mendengarkan penjelasannya lebih tinggi dibanding pelajaran lain. Kurang

7
fokus ini disebabkan dari dua faktor yaitu diri sendiri dan orang lain/teman. Dari diri
sendiri dikarenakan bosannya mendengarkan penjelasan saja, lalu latihan soal, atau
mungkin guru yang sudah mencoba dengan praktik saat pembelajaran matematika
namun dalam diri mereka ingin bermain atau cerita dengan teman. Mulai kehilangan
fokus mereka saat pelajaran itu walau hanya beberapa detik saja mampu membuat
mereka kehilangan materi-materi penting. Bisa juga dikarenakan rasa kantuk yang
tidak tertahan, karena mereka tidur terlalu larut malam. Pada zaman ini, tidur larut
malam sudah menjadi hal biasa bagi peserta didik. Haus dan lapar salah satu faktor
juga yang menjadi mereka kurang/tidak fokus dan konsentrasi pada saat pelajaran.
Dari orang lain atau teman, seringnya teman sebangku atau sebelah kanan, kiri, depan,
dan belakang mengganggu konsentrasi peserta didik dengan obrolan atau ajakan
mainnya yang membuat kita kehilangan konsentrasi saat mendengarkan penjelasan
guru.

Malu/Takut Bertanya

Ini sering dialami peserta didik dikalangan sekarang, malu saat pelajaran
sedang berlangsung atau bisa jadi justru mereka takut bertanya saat pelajaran sedang
berlangsung. Dua rasa ini mampu menghambat perkembangan dan pemahaman
peserta didik disekolah terutama saat pelajaran berlangsung. Rasa malu dikarenakan
merasa nantinya dirinya sendiri yang tidak paham akan materi atau pelajaran yang
sedang diterangkan, malu jika dianggap temannya sedang mencari muka didepan
gurunya. Rasa takut dikarenakan takut nanti dimarahi oleh guru jika bertanya, dan
bisa juga takut disorak oleh temannya jika dia bertanya di saat pelajaran.

Tingkat Kemampuan Daya Tangkap

Bagian ini merupakan kemampuan individu pribadi masing-masing peserta


didik, tiap kerja otak pada setiap manusia itu memiliki kecepatan, kekuatan,
kemampuan, daya ingat dengan kadar atau tingkatan yang berbeda-beda. Ada kalanya
peserta didik cepat tanggap dalam materi A namun bisa jadi di materi lain dia merasa
bingung, ada kala satu kelas mampu paham sekali penjelasan, tetapi ada kalanya satu
kelas itu tidak ada satupun yang mengerti.

Kurang Berinteraksi/Tidak Praktik

Pasif saat belajar mampu membuat kecenderungan peserta didik gampang


bosan, mengantuk, dan lain-lain. Metode konversional atau metode lama yang
digunakan zaman dulu yaitu terangkan, latihan, dan mencoba kurang efektif di era
sekarang, penyebab kurang efektif dizaman sekarang adalah kurang rasanya keinginan
untuk bisa Matematika karena bagi orang tua dan diri mereka bisa matematika itu
pintar dan tidak bisa matematika itu biasa, kurang tegas atau tidak bisa tegas pada

8
peserta didik yang belum bisa mengerti pelajaran atau materi yang diajarkan karena
keterbatasan gerak guru yang tidak bisa memberikan sanksi agar memacu semangat
dan kedisiplinan pada peserta didik, era modern yang dimana pola pikir peserta didik
dan orang tua yang selalu ingin instan, dan beberapa alasan lain yang mungkin
terlewatkan.

Kurang Nyaman pada Kelas

Kenyamanan suatu tempat itu dapat berpengaruh untuk mengingkatkan daya


keinginan belajar peserta didik. Dimana suasana, ruangan, situasi dan kondisi juga
merupakan faktor pendukung bagi guru dan para peserta didik untuk siap menerima
materi. Ketika ruang kelas yang kotor, bau, panas, dan sempit mampu membuat rasa
enggan saat belajar ditambah saat kondisi sedang pelajaran matematika dimana
dibutuhkan ketenangan pikiran, suasana yang sejuk sehingga mereka dapat
berkonsentrasi lebih saat pelajaran matematika. Karena mereka merasa bahwa belajar
matematika membutuhkan dan mengeluarkan energi yang banyak, sehingga
metabolisme dalam tubuh mereka naik, dan membuat tubuh serta otak mereka terasa
panas. Jika ruangan kelas dalam keadaan panas membuat pikiran mereka
mengutamakan mendinginkan tubuh mereka terlebih dahulu ketimbang
mendengarkan pelajaran matematika.

Pengaruh Kesulitan Belajar Matematika Terhadap Perilaku Siswa Di Sekolah

Sesuatu hal yang tidak baik akan berbuah yang tidak baik pula, itu menggambarkan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar matematika juga memiliki perilaku-perilaku yang kadang menyimpang di sekolah.
Perilaku menyimpang ini bukanlah sebuah hal yang jahat tetapi dapat berupa kurangnya atau
bahkan hilangnya rasa percaya diri bahkan kemampuan pada dirinya, menjadi anak pemalas
dan suka membuat masalah, bahkan bisa menjadi pelaku bullying disekolah.

Peserta didik yang menunjukkan kesulitan dalam belajar matematika juga


menunjukkan bukti kekurangan atau kesulitan dalam mengontrol sikap buruknya. Ada juga
yang menjadi kurang terampil menolong diri sendiri seperti pemalu atau tidak percaya diri,
sulit dalam bekerja kelompok serta sulit bersosialisasi (Rourke dalam Little, 2009). Adanya
gangguan emosional rasa tak tenang, khawatir, mudah tersinggung, agresif, gangguan dalam
proses berpikir, semuanya menjadikan kegiatan belajar terganggu. (Paridjo, 2008).

Peserta didik kesulitan belajar juga menunjukkan rasa kurang wajar, seperti acuh tak
acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dan sebagainya. Peserta didik menunjukkan tingkah
laku lain seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, mengganggu dalam

9
kelas dan luar kelas, tidak tertib dan disiplin, melawan guru, tidak mau bekerja sama dan
sebagainya. Dasn secara emosi peserta didik menunjukkan rasa kurang wajar seperti mudah
tersinggung, pemarah, pemurung, kurang tanggap, tidak sedih atau menyesal nilai rendah dan
lain-lain. (Fauzi,2012).

Solusi dari Hasil Observasi dan Analisa

Faktor-faktor, penyebab atau alasan yang membuat para peserta didik mengalami
kesulitan dalam belajar matematika tidak hanya berasal dari diri sendiri, ada juga yang
berasal dari faktor luar yang sudah dibahas diatas. Untuk mencoba peneltian berikut saya
menggunakan variabel terikat yaitu para peserta didik kelas IV, V dan VI, dan variabel bebas
yang diubah adalah cara mengajar dengan variasi berbeda, yaitu teknik mengajar, ruangan,
dan penerapan yang berbeda. Dari Faktor internal atau pada diri peserta didik ini perlu
adanya penyuluhan, dukungan dari diri mereka sendiri, orang tua dan juga guru sehingga
dapat membangun semangat belajar terutama belajar matematika. Butuhnya motivasi dan
kesadaran diri pada setiap peserta didik agar membuat mereka menyadari betapa pentingnya
belajar,salah satu yang terpenting adalah belajar matematika.

Untuk Faktor Eksternal diperlukannya perhatian dari semua elemen sekolah baik dari
Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua peserta didik, dan para peserta didik. Mengatasi “Kurang
Fokus” ini diperlukan cara-cara untuk melatih fokus dan konsentrasi peserta didik sehingga
tetap pada jalur yang tepat. Bisa dengan cara membuat kelompok, cara belajar sambil
bermain, teka-teki atau metode-metode lainnya yang mampu membuat peserta didik merasa
senang dalam keadaan duduk lama di bangku sambil belajar materi yang diajarkan. Peserta
didik akan merasa lebih senang mengikuti pelajaran dan mampu menangkap pelajaran lebih
baik dengan praktik atau mereka berinteraksi langsung dengan materi yang dipelajari, dengan
begitu fokus mereka terjaga, lebih muda menangkap ilmu yang sedang dipelajari.

Untuk mengatasi faktor “Malu / Takut Bertanya” ini ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, pertama dari pihak peserta didik itu sendiri diberikan pengertian dan diberitahu
ada peribahasa “Malu Bertanya Sesat di Jalan” yang diartikan bahwa jika kita tidak mau
menanyakan sesuatu yang kita belum tahu, belum jelas dan belum paham itu akan membuat
kita tidak tahu ilmu dan cara yang tepat bagaimana, penjelasan konkrit, dan detail-detail
lainnya Yang kedua dari pihak teman sekelasnya, ini cukup berpengaruh saat
berlangsungnya pembelajaran karena saat ada salah seorang dari mereka bertanya, banyak
yang beranggapan bahwa yang bertanya itu sedang mencari muka, sedang cari perhatian
guru, dan lain sebagainya. Yang ketiga dari pihak guru, sedikit saran untuk kita semua para
pendidik. Mengingat tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama, daya tangkap yang
sama, dan tingkat kepintaran yang sama dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dari situ lah
kita perlu berjanji untuk bersabar menghadapi para peserta didik yang banyak bertanya
dengan catatan selama pertanyaan itu dapat memberikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi
10
peserta didik makanya kita perlu bersabar dan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
peserta didik. Lebih terbukanya guru kepada peserta didik itu dapat mempengaruhi rasa
semangat mereka dalam belajar, merasa diperhatikan dan dipedulikan oleh gurunya.
Terutama dalam matematika pembawaan guru yang killer di image peserta didik harus bisa
kita hilangkan dan kita buktikan bahwa belajar matematika itu menyenangkan. Dalam belajar
matematika pembawaan guru yang rileks, asik, santai, dan bisa mencairkan suasana itu dapat
berpengaruh besar dalam metode dan semangat belajar mereka.

Untuk mengatasi faktor “Kurang Berinteraksi atau Tidak Praktik” , mudah untuk
mengatasinya namun diperlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Jika kita ingin
mengajarkan peserta didik dengan cara praktik ini dibutuhkan persiapan materi yang matang,
bahan praktik, waktu yang banyak saat dikelas karena dibutuhkan penjelasan detail untuk
membuat peserta didik mengerti apa yang kita inginkan untuk mereka laksanakan. Dari situ
lah diperlukan kerjasama dengan peserta didik agar menghemat waktu dan tenaga untuk
menjalankan praktik saat pelajaran dimulai.

Untuk mengatasi faktor “Kurang Nyaman pada Kelas” , kenyamanan pada kelas itu
merupakan tanggung jawab bersama terutama peserta didik yang menggunakan kelasnya dan
pastinya yang menyebabkan kotor kelasnya sendiri. Diperlukannya kesadaran tinggi dan
kesabaran yang besar untuk membuat mereka tersadar akan kebersihan. Diperlukannya sanksi
bisa saja mampu mengurangi buang sampah sembarangan dan kelas menjadi tidak terlalu
kotor. Bisa juga menggunakan sistem lepas sepatu ketika berada didalam kelas, larangan
untuk makan didalam kelas, membawa sandal khusus dalam ruangan kelas sehingga
mengurangi terjadinya kotoran masuk. Menambahkan atau memperbaiki fasilitas sekolah
seperti kipas angin, karena untuk mengatasi masalah panas dalam kelas tanpa memerlukan
banyak biaya itu dengan kipas angin, jika ingin menggunakan AC beresiko uang SPP akan
naik. Itu akan berpengaruh ke orang tua. Dengan merawat dan menjaga fasilitas sekolah
peserta didik dapat lebih fokus dan konsentrasi dalam belajar. Bisa juga melaksanakan
pembelajaran matematika diluar kelas dengan mengganti suasana baru dapat membuat
pikiran peserta didik menjadi lebih rileks dan lebih mudah menerima materi pembelajaran.

Tambahan untuk kita semua para pendidik, ada dua hal yang perlu disampaikan.
Pertama, kita sebagai pendidik untuk mengajarkan matematika, perlu yang namanya Aktif,
Praktik, Penjelasan ringan, gunakan gambaran jika diperlukan karena dengan gambaran
situasi peserta didik mampu berimajinasi dan simulasi pada materi-materi tertentu. Ada
kalanya kita perlu mengadakan pengelompokkan saat pembelajaran, karena bisa jadi jika
mereka belajar dari penjelasan temannya bisa jauh lebih paham. Kenapa bisa seperti itu? Bisa
saja karena belajar dengan temannya menjadi tidak perlu malu dan tidak perlu takut untuk
bertanya jika mereka merasa bingung. Perlunya selingan dan reward saat pelajaran untuk
memancu semangat mereka. Yang kedua, perlunya kita terbuka akan keadaan sang peserta

11
didik kepada orang tua mereka masing-masing agar kita bisa saling bekerja sama satu sama
lain. Bahas yang perlu diperbaiki pada peserta didik tersebut agar membuat peserta didik
menjadi lebih baik, dan berikan juga penjelasan kepada orang tua mereka bahwa tidak semua
anak itu sama, sehingga tidak adanya penekanan batin kepada peserta didik yang bisa
berakibat mental anak yang jadi membenci belajar. Bagi peserta didik dirasa kurang
memahami dikarenakan daya tangkapnya yang lambat, berikan dia jam tambahan belajar bisa
saja karena terlalu ramai dikelas membuat dia terganggu dan tidak bisa fokus belajar.

Hasil observasi dari pembelajaran matermatika selama beberapa kali pertemuan,


praktik dan mengubah suasana pembelajaran ini membuat cukup banyak perubahan pada
minat belajar peserta didik pada pelajaran matematika. Diluar dari nilai yang diperoleh, minat
belajar peserta didik sudah meningkat itu titik awal menjadi perubahan yang lebih baik. Hasil
observasi dari kelas IV yang awalnya hanya ada 13 siswa (48,1%) yang suka matematika
menjadi 24 orang dari 27 orang (88,9%) yang suka matematika. Peningkatan 11 orang (naik
40,8%) yang mulai suka dengan matematika merupakan hasil yang memuaskan, mungkin
harus ditingkatkan. Kelas V dari 16 siswa (59,3%) yang suka matematika kini menjadi 22
siswa (81,5%) yang suka matematika. Peningkatan 6 siswa (naik 22,2%) ini membuat guru
menjadi semangat untuk menerangkan matematika, antusia peserta didik yang ingin belajar
matematika merupakan apresiasi sederhana namun membuat bangga untuk guru yang
menyampaikan materi. Kelas VI dari 22 siswa (59,5%) yang suka matematika kini menjadi
30 siswa (81,1%). Peningkatan 8 siswa (naik 21,6%) ini membuat bukti bahwa matematika
bisa dipelajari dengan metode yang berbeda dari konvetsional.

Dari data diatas dapat dibuat grafik peroleh data sesudah mengganti metode pembelajaran.
Sebagai berikut :

Hasil Observasi Matematika


Kelas IV, V dan VI

30
25
20
15
10
5
0
IV V VI

suka MTK Tidak Suka MTK

Grafik 3. Hasil Observasi Matematika Setelah Metode Pembelajaran


Baru

12
Dengan data diatas bisa dibuat persentase dari peserta didik yang tidak menyukai matematika
dan menyukai matematika kelas IV, V dan VI di SD Aisyiyah Plus 01 Cilacap.

persentase sesudah
85.0
65.0
45.0
25.0
5.0
IV V VI
Suka MTK 88.8888888888889 81.4814814814815 81.0810810810811
Tidak Suka MTK 11.1111111111111 18.5185185185185 18.9189189189189

Suka MTK Tidak Suka MTK

Grafik 4. Persentase Data Matematika

Semangat peserta didik untuk belajar, mencoba hal baru, siap untuk menerima ilmu baru itu
akan membuat kita sebagai pendidik juga turut senang dan ikut bersemangat untuk mengajar.
Dengan mengajak mereka ikut terlibat dalam pembelajaran matematika dengan cara praktik,
itu akan memudahkan dan membuat peserta didik lebih merasa mereka sedang bermain tetapi
tetap mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan data pembahasan diatas, bahwa kesulitan belajar


matematika dipengaruhi dari dua faktor yang dialami,yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal atau pada diri peserta didik ini perlu adanya penyuluhan, dukungan
dari diri mereka sendiri, orang tua dan juga guru sehingga dapat membangun semangat
belajar terutama belajar matematika. Butuhnya motivasi dan kesadaran diri pada setiap
peserta didik agar membuat mereka menyadari betapa pentingnya belajar, salah satu yang
terpenting adalah belajar matematika. Beberapa yang bisa jadi berpengaruh dalam
terhambatnya pelajaran matematika terhadap para peserta didik namun belum tentu mereka
menyadari bahwa hal ini bisa saja menjadi faktor yang membuat mereka terkendala, hal itu
adalah kurang fokusnya mereka mendengarkan penjelasan guru, malu bertanya saat tidak
paham, tingkat kemampuan daya tangkap pelajaran, kurang berinteraksi atau praktik saat
pelajaran matematika, dan kurang nyaman di ruang kelasnya.

Saran
Kesulitan belajar matematika ini tidak bisa dianggap enteng atau sepele, karena
matematika merupakan mata pelajaran yang vital. Tidak hanya dipelajari di sekolah dasar
saja, bahkan hingga kita bermasyarakatpun tetap terlibat dengan mananya perhitungan. Mana
dari itu perlunya sejak dini peserta didik diatas masalah kesulitan belajar matematika.
Perlunya kerjasama antar guru dan orang tua peserta didik untuk saling mendukung,
menguatkan dan memikirkan jalan keluar mengenai ini.

Tentu saja bagi pengajar selalu mengembangkan cara mengajarnya, mencari solusi,
dan mencari cara mengajar yang bagi para peserta didik itu enak diterima. Tapi, dibalik itu
semua tetap diperlukan dukungan, nasihat, dan pengertian dimana faktor lain yang bisa saja
membuat peserta didik tidak mempelajari dengan baik, seperti mengobrol, bermain sendiri,
dan lain sebagainya. Kepada guru cobalah untuk mengajak peserta didik terlibat dalam
pembelajaran di materi yang akan diajarkan, itu bisa mengurangi gangguan faktor kurang
fokus, bosan, dan pasif. Dan perlu diingatkan kembali, bahwa tiap peserta didik memiliki
kemampuan dan daya tangkap yang berbeda, sehingga jika ada siswa bertanya jawablah
dengan santai, ramah dan lembut. Dan pastinya jika terdapat peserta didik spesial dalam
artian dia membutuhkan penjelasan secara konkrit, membutuhkan waktu yang sedikit lebih
lama maka sediakan waktu jam tambahan untuk mereka, dan bagi orang tua siswa tidak
hanya menerima hasil anak anda saja, tapi lihatlah proses yang sudah anak ibu/bapak lakukan

14
dan usahakan, dan lihat perjuangan guru yang telah mengajarkan mereka dengan penuh
kesabaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adhiyati, U. P., Kumala, I., & Heryani, R. D. (2022). Tips Dan Trik Cara Mudah Belajar
Matematika. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bangun Cipta, Rasa, & Karsa,
1(1), 07–13. https://doi.org/10.30998/pkmbatasa.v1i1.956

Alisnaini, A. F., Pribadi, C. A., Khoironi, D. R., Ibrohim, M., Azilla, M. D., & Hikmah, N.
(2023). Kesulitan Belajar Siswa dan Penanganannya pada Pembelajaran Matematika
SD. Alsys, 3(1), 10–20. https://doi.org/10.58578/alsys.v3i1.743

Basuki. (2011). Cara Mudah Menyusun Proposal Penelitian - Dengan Menggunakan


Pendekatan Kuantitatif (Kn). 1–26.

CONTOH PROPOSAL USULAN PENELITIAN KUANTITATIF Judul : EKSPERIMENTASI


PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENTS ( TGT ) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. (n.d.).

Elvira Nathalia Husna, Regita Mutiara Rezani, Syahrial, S. N. (2022). Jurnal Pendidikan dan
Konseling. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, Volume 1 N(2), 79.
https://core.ac.uk/download/pdf/322599509.pdf

Fauziyah, N. (2020). Proposal Kuantitatif JAMALUDIN (1710111210009). April.

Giarti, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar
Matematika Menggunakan Model Pbl Terintegrasi Penilaian Autentik Pada Siswa Kelas
Vi Sdn 2 Bengle, Wonosegoro. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(3),
13. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2014.v4.i3.p13-27

Heriyati, H. (2017). Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap. Formatif : Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 7(1), 22–32.
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/1383

Jeklin, A. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Smk
Negeri 6 Kabupaten Bungo. July, 1–23.

Kompasiana. (2022). Problematika Pembelajaran Matematika di Indonesia Beserta Solusinya.


Matematika.
https://www.kompasiana.com/rosnidwi/6304d35e04dff0350a52fcb2/problematika-
pembelajaran-matematika-di-indonesia-beserta-solusinya

Machali, I. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif. In Laboratorium Penelitian dan


Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mualawarman,
Samarinda, Kalimantan Timur (Issue April).
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50344/1/Metode Penelitian Kuantitatif

16
%28Panduan Praktis Merencanakan%2C Melaksa.pdf

Musdalifah, M., Irawan, H., & Irmayanti, I. (2023). Bimbingan Belajar Matematika Dasar
dengan Mudah dan Menyenangkan Terhadap Anak-Anak. Jdistira, 2(2), 79–84.
https://doi.org/10.58794/jdt.v2i2.125

Nissa, I. (2015). PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (Teori dan Contoh Praktek).

Rizal, A. (n.d.). Logika Matematika_Skripsi-2013.Pdf. 1–55.

Rusminati, S. H., & Rosidah, C. T. (2018). Korelasi Penerapan Gerakan Literasi Sekolah
(Gls) Dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Di Sdn
Kebondalem Mojosari Dan Sdn Ketabang Surabaya. Inventa, 2(2), 97–103.
https://doi.org/10.36456/inventa.2.2.a1710

Safitri, M., Casmudi, C., & Pratama, R. A. (2019). Studi Kasus Kesulitan Belajar Matematika
Siswa Kelas I, Ii & Iii Di Sd Negeri 009 Balikpapan Selatan. Kompetensi, 12(1), 34–43.
https://doi.org/10.36277/kompetensi.v12i1.14

Suwarsito, S. (2017). Analisis Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar. Wanastra: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9(2), 89–98.
https://doi.org/10.31294/w.v9i2.2094

Utami, F. N. (2020). Peran Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 93–100.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.91

Yeni, E. M., & Almuslim, U. (2015). JUPENDAS , ISSN 2355-3650 , Vol . 2 , No . 2 ,


September 2015. 2(2), 1–10.

Yoon, C. (2014). Teori Belajar Matematika. In Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents.

17

Anda mungkin juga menyukai