Anda di halaman 1dari 14

Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No.

1 Tahun 2022

PENYELESAIAN BPHTB TERUTANG SERTIPIKAT PTSL


PASCA UU No. 1 TAHUN 2022
Gunanegara
Fakultas Hukum, Universitas Pelita Harapan.
MH Thamrin Boulevard 1100, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kota Tangerang, Banten 15811
gunanegara.fh@lecturer.uph.edu

Abstrak
The successful implementation of complete systematic land registration (called as PTSL) which reached
43.7 million during 2017-2021 became monumental as public policy. But in the other side, of entire of
systematic certification products in it inherent about 10% to 40% that are have the tax related of
land/building right (called as BPHTB) that has not been repaid by the rights subject. The issue of BPHTB
that became an issue in this researched, and based on juridical-normative research methods, the
conclusion is that entire tax debts of BPHTB from the complete systematic land registration program is
local revenue from tax that should be billed by the local government as ordered by law of local tax and
local retribution (PDRD ) that promulgate of the year 2009 and law of financial relation between central
and local governement of the year 2022.

Keywords: Systematic land registration, land/building right tax, local government

Abstrak
Keberhasilan pelaksanaan pendaftaran tanah sistimatis lengkap (PTSL) yang mencapai 43,7 juta
dalam tahun 2017-2021 menjadi monumental dari sisi kebijakan publik. Namun pada sisi lain,
dari semua produk sertipikat sistimatis lengkap didalamnya ada sekitar 10% sampai 40% yang
masih melekat catatan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Terutang yang
belum dilunasi para penerima hak. Masalah itulah yang kemudian menjadi issu dalam
penelitian ini, dan berdasarkan metode penelitian yuridis-normatif, simpulan penelitian
mengarahkan bahwa semua BPHTB Terutang dari PTSL merupakan penerimaan daerah dari
sektor pajak yang harus ditagih pemerintah daerah karena mandat UU Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang diundangkan di tahun 2009 dan UU Hubungan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah tahun 2022.

Kata kunci: Pendaftaran tanah, BPHTB, pemerintah daerah

Pendahuluan pejabat yang berwenang (E.R. M.S. Merry, M.H


Program bagi-bagi sertipikat tanah yang Prasetyo, 2021). BPHTB singkatan dari Bea
berlangsung dari tahun 2017 sampai dengan Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
tahun 2022, dan mungkin akan tetap merupakan pajak atas perolehan hak atas tanah
berlangsung sampai 2024, merupakan perce- dan/atau bangunan yang menurut ajaran
patan pendaftaran tanah yang mencengang-kan materiil merupakan utang pajak yang timbul
banyak pihak dan membahagiakan banyak karena ketentuan undang-undang dan karena
orang. Satu dari sekian banyak yang keadaan diperolehnya hak baru, atau karena
membahagiakan banyak orang yakni pemilik perbuatan/peristiwa yang melahirkan hak
tanah penerima sertipikat tidak harus melunasi baru. Jadi, skupa BPHTB timbul karena ada
pajak bea perolehan hak atas tanah dan perbuatan atau peristiwa hukum yang
bangunan, selanjutnya disingkat BPHTB, yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
seharusnya dikenakan 5% dikalikan nilai dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau
perolehan obyek pajak. BPHTB merupakan Badan.
pajak objektif atau pajak terutang yang harus Program bagi-bagi sertipikat tanah,
dibayar pihak yang memperoleh hak atas sejatinya adalah pendaftaran tanah sistematis
tanah/bangunan sebelum surat keputusan yang di masa lampau disebut dengan PRONA
pemberian hak dibuat dan ditan-datangani atau AJUDIKASI, hanya saja program bagi-bagi

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 141


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

sertipikat saat ini—yang disebut PTSL— tumpang tindih, sertipikat ganda, sertipikat
mampu mendaftarkan tanah secara serentak tidak diketahui tanahnya dan kasus-kasus lain
dan berhasil menerbitkan 43.700.000 sertipikat yang serupa dengan itu.
dalam waktu 4 tahun. (lihat Gambar 1). Menurut hasil penelitian Handono, et al
dari ± 48 juta bidang tanah terdaftar
diperkirakan terdapat ± 18 juta bidang tanah
Gambar 1. yang melayang atau belum terpetakan dalam
Jumlah Total Sertipikat PTSL 2017-2021 peta pendaftaran di sistem komputer kantor
pertanahan dan kasus penomoran ganda,
gambar situasi (GS) atau surat ukur (SU) tidak
ditemukan atau belum terentri pada sistem
komputer kantor pertanahan, bahkan kantor
pertanahan tidak mampu mengidentifikasi
bidang tanah yang belum berkoordinat,
termasuk masalah tanah sudah terdaftar tetapi
tidak disertakan nomor identifikasi bidang
(Handono, et al. 2020).
Sumber : Press Release ATR/BPN-KOMPAS, 08-02-2022 (sumber
diolah)
Hasil penelitian Handono, el al hampir
senada dengan materi yang diungkap pada
Keberhasilan penerbitan sertipikat 5 juta rakernas kakanwil ATR/BPN se-Indonesia
sampai 10 juta per tahun dengan cara PTSL bulan Maret 2022, yang membahas kasus;
berbanding terbalik dengan program serupa 1. anomali data/warkah pertanahan pada-hal
seperti PRONA di masa lalu yang rata-rata sudah dinyatakan clean and clear dengan
hanya mampu menerbitkan sertipikat 400 ribu tipe K1-PTSL,
sampai dengan 600 ribu per tahun. 2. kejadian dengan kasus tipe KW 4 yakni
Realitas keberhasilan PTSL mendapat bidang tanah yang tidak terpetakan, tetapi
kritik dari S.D.R. Lika dan N. Sholichah, yang ada Gambar Situasi/Surat Ukur,
menggunakan teori Van Meter dan Van Horn, 3. kejadian dengan kasus KW 5 yakni bidang
bahwa dari 6 indikator yang terpenuhi baru 4 tanah tidak terpetakan dan Gambar
indikator, yakni; indikator standar dan sasaran; Situasi/Surat Ukur juga tidak ada,
indikator sumberdaya manusia; indikator 4. kejadian dengan kasus tipe KW 6 yakni
komunikasi publik; dan indikator sikap bidang tanah tidak terpetakan dan Gambar
implementor kebijakan; maka kebijakan dan Situasi/Surat Ukur spasial juga tidak ada
pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis dan Gambar Situasi/Surat Ukur tekstual
lengkap (disingkat PTSL) terlalu dini untuk tidak ada, tetapi ada Buku Tanah-nya.
disimpulkan berhasil atau gagal. Apalagi, Temuan kasus dan masalah pada program
prosedur atau tahapan pelaksanaan program PTSL, baik administrasi atau masalah hukum,
PTSL baru sampai di tahap pendaftaran an sich, menurut hasil penelitian menyebutkan 86,73%
(S.D. R. Lika dan N. Sholichah, 2021) yang responden menyatakan perasaan dan rasa
tidak dilanjutkan ke tahap optimalisasi aman setelah tanahnya disertifikasi PTSL
penggunaan tanah, pemberdayaan tanah serta (Sirait, et al. 2020).
pemiliknya. Demikian pula ukuran keber- Program sertipikat PRONA tidak
hasilan PTSL tidak seharusnya diuji dari sisi seberhasil PTSL dari sisi jumlah dan agregat
jumlah produk an sich, tetapi juga diuji kualitas akibat kepala kantor pertanahan taat ketentuan
alas hak, vailiditas data yuridis-data fisik dan pada UU BPHTB dan UU PDRD yang melarang
kualitas sertipikat hak atas tanah yang kepala kantor pertanahan menandatangani
diterbitkan. sertipikat sebelum penerima hak melampirkan
Kekuatiran soal kualitas produk hukum bukti lunas SSB/PDRD BPHTB. Ketentuan
pendaftaran tanah hampir selalu mengemuka yang melarang pada saat itu ada di Pasal 9 UU
dari waktu ke waktu sejalan dengan realitas No. 21 Tahun 1997 (UU BPHTB), yang
yang terungkap ke publik bahwa banyak tanah bunyinya, BPHTB menjadi terutang sejak
terdaftar tetapi belum terpetakan, sertipikat tanggal diterbitkan SKPH atau terutang saat
subyek pajak memperoleh hak atas tanah.

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 142


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Artinya, kepala kantor pertanahan sebelum (2) Pejabat Lelang Negara hanya dapat
menandatangani SKPH harus sudah ada bukti menandatangani Risalah Lelang perole-
lunas BPHTB dengan melampirkan SSB- han hak atas tanah dan atau bangunan
BPHTB. Hambatan keberhasilan PRONA yang pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti
lain, adanya ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU pembayaran pajak berupa Surat Setoran
BPHTB yang mengatur semua tanah dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
NPOP di atas Rp. 30 juta adalah obyek BPHTB Bangunan.
dan semakin berat ketika tanah PRONA tidak (2a) Pejabat yang berwenang menanda-tangani
diperkecualikan obyek BPHTB. Dengan dan menerbitkan surat kepu-tusan
demikian tanah-tanah masyarakat kecil yang pemberian hak atas tanah hanya dapat
menjadi sasaran PRONA hampir seluruhnya menandatangani dan menerbitkan surat
terkena BPHTB, dan harus sudah lunas keputusan dimaksud pada saat Wajib
sebelum ditandatangani SKPH. Walau-pun, Pajak menyerah-kan bukti pem-bayaran
pada praktiknya, wajib lunas BPHTB pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan
ditoleransi baru diminta saat sertipikat akan Hak atas Tanah dan Bangunan.
diserahkan kepada penerima hak. Namun, (3) Terhadap pendaftaran peralihan hak atas
kebijakan toleran tersebut tetap memberatkan tanah karena waris atau hibah wasiat
masyarakat para penerima sertipikat PRONA. hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Kelembaman pelaksanaan PRONA selain Pertanahan Kabupaten/Kota pada saat
akibat dari bunyi norma Pasal 7 dan Pasal 9 UU Wajib Pajak menyerahkan bukti pemba-
BPHTB juga adanya ketentuan sanksi hukum di yaran pajak berupa Surat Setoran Bea
Pasal 26 UU BPHTB `yang dikuatirkan banyak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
kepala kantor pertana-han, sebab ketentuan Kewajiban pelunasan BPHTB yang diatur Pasal
Pasal 24 yang mengatur harus sudah lunas 7, Pasal 9, Pasal 24 dan Pasal 26 pada UU
BPHTB sebelum pendaf-taran tanah ketika BPHTB tahun 2000 lebih jelas dan ekplisit
dilanggar maka kepala kantor pertanahan akan dibandingkan saat diatur UU BPHTB tahun
diberikan sanksi hukum. 1997, inilah yang kemudian banyak kepala
Rumusan norma Pasal 7, Pasal 9, dan kantor pertanahan di masa lalu tidak berani
Pasal 24 serta Pasal 26 UU BPHTB itulah yang melakukan manuver hukum sebagaimana yang
membuat pelaksanaan PRONA kalah cepat dan dilakukan kepala kantor pertanahan era PTSL,
tidak berhasil sebagaimana halnya PTSL. selain ada ancaman hukuman adminis-trasi
Sampai kemudian di tahun 2000, terbit UU tetapi juga dihantui sanksi delik korupsi.
BPHTB baru yakni UU No. 20 tahun 2000 yang Keengganan kepala kantor pertanahan era
mengubah UU BPHTB tahun 1997 dan PRONA dapat dimengerti, karena sejalan
menaikan NPOP-BPHTB yang yang semula 30 dengan yang dikatakan H.R. Tarigan, proses
juta berubah menjadi 60 juta. Untuk norma pendaftaran tanah tidaklah murni kewe-
yang lain, secara esensial tidak berbeda dengan nangan BPN, karena ada keterkaitan dengan
substansi norma yang sebelumnya telah diatur kementerian keuangan pada masalah pungutan
Pasal 7, Pasal 9, Pasal 24 dan Pasal 26 UU pajak PPh dan pemerintah daerah pada
BPHTB tahun 1997, bahwa pajak terutang harus masalah pungutan BPHTB (H.R. Tarigan, 2021)
dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak Dasar hukum pungutan BPHTB i.e UU
atau saat SKPH atau sebelum diterbitkan BPHTB tahun 1997 dan UU BPHTB tahun 2000
sertipikat. Berikut kutipan ketentuan di dalam kemudian dibatalkan dan dinyatakan tidak
UU BPHTB legislasi tahun 2000; berlaku sejak diundangkan UU No. 28 tahun
Pasal 24 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris Daerah (UU-PDRD), dan sejak saat itu tidak
hanya dapat menandatangani akta ada lagi undang-undang yang menggunakan
pemindahan hak atas tanah dan atau judul BPHTB namun pengaturan substansi
bangunan pada saat Wajib Pajak BPHTB masih berkelanjutan dan ada di Pasal 2
menyerahkan bukti pembayaran pajak ayat (2) huruf k dan Pasal 85 sampai dengan
berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak Pasal 93 di UU PDRD. Antara lain, ketentuan
atas Tanah dan Bangunan. tarif BPHTB masih tetap paling tinggi 5%,
tanah NPOPTKP-BPHTB paling rendah Rp. 60

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 143


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

juta, BPHTB wajib lunas sebelum SKPH atau Mencermati tiga norma di atas, ketentuan saat
sebelum sertipikat. Dengan demikian keten- terutang pajak BPHTB yang diatur UU PDRD
tuan soal tarif, saat pelunasan BPHTB, saat telah diubah “normanya” oleh permen
terutang masih sama, dan keharusan kepala tersebut.
kantor pertanahan tidak menerbitkan SKPH Tekad dan keberanian Menteri ATR/
atau sertipikat sebelum lunas BPTB juga masih BPN mengambil kebijakan di wilayah rejim
sama. pajak yang diatur undang-undang yang nota
Beranjak dari norma dan ketentuan yang bene diluar kewenangannya adalah pragma-
sama antara UU BPHTB dengan UU PDRD tically shortcuts pengaturan pendaftaran tanah
tetapi pelaksanaan PTSL bisa berjalan sukses sistemtis yang tidak pernah ada sebelumnya.
dan masif, dan berdasarkan hasil wawancara Realitas di lapangan ternyata efektif, karena
Penulis dengan pejabat pelaksana PTSL, yakni dengan permen tersebut membuat kepala
Sdr. Mp yang menjabat kepala kantor kantor pertanahan, atau ketua satgas yang
pertanahan di daerah rural-urban atau kantor diberikan delegasi olehnya, berani dan bersedia
pertanahan kelas B di Sumatera, Kalimantan, menandatangani sertipikat sekalipun wajib
Sulawesi dan Jawa, dan dengan Sdr. Hn yang pajak tidak menyerahkan bukti lunas BPHTB di
menjabat kepala bidang penyelesaian sengketa dalam berkasnya.
tanah pada salah satu provinsi di Kalimantan Kemudian, pelaksanaan PTSL di tahun
dan kini menjabat kepala kantor pertanahan di kedua, peraturan di atas diubah dan diganti
daerah urban atau kantor pertanahan kelas A, dengan Permen ATR/KBPN No. 6 Tahun 2018
dan Sdr. Am yang menjabat kasubdit di guna menindaklanjuti Instruksi Presiden No. 2
ATR/BPN dan pernah menjabat kepala kantor Tahun 2018 tentang Percepatan Pendaf-taran
pertanahan di daerah rural atau kantor Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah
pertanahan kelas C, memberikan penjelasan Republik Indonesia.
bahwa keberhasilan PTSL karena surat lunas Pasca berlakunya Permen ATR/KBPN
pajak daerah—yakni SSPD-BPHTB—disiasati No. 6 Tahun 2018, terkait relasi pajak BPHTB
dan disubstitusi dengan surat pernyataan dengan PTSL, hasil wawancara Penulis dengan
terutang dari calon penerima hak, hal tersebut kepala kantor pertanahan yang pernah
sesuai arahan Permen ATR/KBPN No. 12 menjabat di daerah rural, rural-urban, dan
Tahun 2017 pada Pasal 24 ayat (3), ayat (4) dan urban memberikan penjelasan bahwa
ayat (5) yang berbunyi, pensertipakatan tanah PTSL di daerah rural
Pasal 24 yang terkena obyek BPHTB rata-rata 10% dari
(3) Dalam hal peserta PTSL tidak atau belum total produk sertipikat PTSL per tahun. Tanah
mampu membayar BPHTB maka yang PTSL di daerah rural-urban yang terkena obyek
bersangkutan harus membuat surat BPHTB rata-rata 20% dari total produk
penyataan BPHTB terhutang. sertipikat PTSL per tahun. Tanah PTSL di
(4) Dalam hal bidang tanah berasal dari hasil daerah urban yang terkena obyek BPHTB rata-
jual beli di masa lampau di mana pembeli rata 40% dari total produk sertipikat PTSL per
sekarang tidak mempunyai bukti tahun.
pembayaran PPh dari pihak penjual di Berdasarkan data informatif di atas, total
masa lalu, maka yang bersangkutan harus produk sertipikat PTSL yang berjumlah
membuat surat keterangan PPh 43.700.000 didalamnya ada utang pajak yang
terhutang. harus dibayar dan merupakan beban pene-rima
(5) Materi muatan surat pernyataan dan hak. Dengan kalimat lain, ada 10%-40%
surat keterangan sebagaimana dimak-sud penerima sertipikat PTSL menunggak BPHTB
pada ayat (4) dan ayat (5) dimuat dalam dan itu pekerjaan rumah hampir semua pemda
Keputusan Pemberian Hak atas Tanah di seluruh Indonesia. Jika dihitung secara
dan selanjutnya dicatat dalam Buku sederhana, tergambar akumulasi BPHTB
Tanah dan Sertipikat sebagai BPHTB Terutang dari program PTSL di daerah rural
terhutang dari pemilik tanah yang sebesar + 4,3 juta wajib pajak dari tahun 2017-
bersangkutan atau PPh terhutang oleh 2021, daerah rural-urban sebesar + 8,7 juta
penjual tanah yang bersangkutan. wajib pajak tahun 2017-2021, dan daerah urban
+ 17,4 juta wajib pajak tahun 2017-2021.

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 144


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

(Gambar 2). Berdasarkan peraturan perundang- dari sektor kendaraan bermotor dan BPHTB
undangan, BPHTB Terutang per definisi, dari sektor tanah dan bangunan. (B.G.
merupakan pajak terutang yang harus dibayar Ardiansyah, C. Amanah, 2022). Praktiknya,
wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, BPHTB menjadi pelik terkait munculnya
dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun BPHTB Terutang yang tidak dilunasi pada
pajak menurut ketentuan peraturan masa pajak dan munculnya terkait pelak-
perundang-undangan perpajakan. Kemudian sanaan PTSL. Di sisi lain, PTSL merupakan
yang dimaksud wajib pajak adalah orang atau program nasional dan hampir semua penerima
badan yang menurut ketentuan peraturan sertipikat adalah masyarakat ber-penghasilan
perundang-undangan perpajakan ditentukan rendah. Situasi menjadi anti-nomi dan
untuk melakukan kewajiban perpajakan. problematik antara masalah pajak
(fiscalkadaster) dengan masalah pendaftaran
Gambar 2. tanah (rechtskadaster).
BPHTB Terutang di Daerah Rural, Penerimaan dari pelunasan pajak BPHTB
Rural-Urban, dan Urban 2017-2021 terutang dari sertipikat PTSL semakin rumit
17,480,000 karena pembebasan pajak hanya bisa diatur
dengan dan oleh undang-undang atau perda,
8,740,000 termasuk didalamnya masalah pengaturan
4,370,000
pajak BPHTB terutang dan momentum BPHTB
terutang yang menjadi kewenangan Perda,
bukan ranah Permen ATR/KBPN e.g. Permen
BPHTB BPHTB BPHTB ATR/KBPN No. 12 Tahun 2017 atau Permen
Terutang Terutang Terutang
di Rural di Rural-Urban di Urban ATR/KBPN No. 6 Tahun 2018. Hal ini sejalan
dengan yang disampaikan H. Suryanto, et al
Sumber: hasil wawancara dengan kepala kantor pertanahan,
diolah bahwa tugas dan tanggung jawab BPHTB
diatur dan ditetapkan dengan peraturan, baik
Jika masing-masing wajib pajak penerima peraturan daerah maupun peraturan bupati
sertipikat PTSL mempunyai utang BPHTB, atau walikota (Suryanto, et. al, 2018).
dengan asumsi, Rp. 1.000.000 per bidang tanah, Perdebatan akan selalu muncul dan akan terus
maka hak tagih pemerintah daerah terkait PTSL berkembang jika kewenangan Menteri ATR/
tergambarkan pada Gambar 3. BPN yang (ikut) mengatur penundaan BPHTB
yang ternyata dari sisi norma tidak sejalan
Gambar 3. dengan ketentuan dari UU PDRD.
Proyeksi BPHTB Terutang dengan asumsi Rp. 1 Beranjak dari latar belakang masalah dan
Juta/Bidang (2017-2021) keberadaan 43,7 juta sertipikat PTSL yang
melekat BPHTB terutang, sebagian atau
seluruhnya, kelak wajib dilunasi dan ditagih
serta ditunaikan penerima sertipikat PTSL, dan
bersamaan dengan telah diundang-kannya UU
No. 1 Tahun 2022 tentang Hubu-ngan
Keuangan antara Pusat dan Daerah
(selanjutnya disebut dengan UU HKPD),
mendorong Penulis melakukan penelitian
dengan rumusan masalah; “Bagaimana status
BPHTB terutang pada sertipikat PTSL dan pola
penyelesaiannya dengan diundangkan UU No.
Berdasarkan hasil penelitian, pajak 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
BPHTB menjadi salah satu andalan pemerin- Pemerintah Pusat dan Daerah (UU HKPD)?”.
tah daerah guna mendapatkan penerimaan
daerah atau kontributor kedua setelah PBB-P2
Metode Penelitian
(Triarda dan Damayanto, 2021). Sedangkan
Penelitian dilakukan dengan menggu-
penelitian lain, mengatakan bahwa penda-
nakan metode penelitian yuridis normatif
patan andalan daerah ada 2 (dua) yakni BBNKB

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 145


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

dengan pendekatan peraturan perundang- (3) Kepala kantor bidang pertanahan hanya
undangan dan pendekatan konseptual serta dapat melakukan pendaftaran Hak atas
dilengkapi dengan wawancara terstruktur Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas
dengan sumber acak dari sumber informasi Tanah setelah Wajib Pajak menyerah-kan
yang menjabat kepala kantor pertanahan bukti pembayaran pajak.
menduduki jabatan di Jawa, Sumatera, Senada ketentuannya dengan yang dirumus-
Kalimantan dengan kualifikasi rural atau kan Pasal 49 huruf e dan f UU HKPD, saat
kantor pertanahan kelas C, rural-urban atau terutangnya BPHTB ditetapkan:
kantor pertanahan kelas B, dan urban atau e. pada tanggal diterbitkannya surat kepu-
kantor pertanahan kelas A dan pejabat tusan pemberian hak untuk pemberian hak
fungsional di kantor pertanahan urban. Bahan baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
hukum yang sudah diperoleh dianalisis secara pelepasan hak;
kritis-analitik dan penarikan simpulan f. pada tanggal diterbitkannya surat kepu-
dilakukan dengan cara deduktif. tusan pemberian hak untuk pemberian hak
baru di luar pelepasan hak.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan ketentuan Pasal 91 ayat (3) UU
Status BPHTB Terutang di Sertipikat PDRD dan Pasal 49 huruf e dan f UU HKPD,
PTSL Menurut Aturan UU PDRD dan UU maka kepala kantor pertanahan, hukumnya,
HKPD tidak menerbitkan SKPH baik karena pembe-
Presiden sebagai kepala pemerintahan rian hak baru sebagai kelanjutan dari pelepasan
dalam instruksinya No. 2 Tahun 2018 yang hak atau di luar pelepasan hak sebelum
menjadi dasar percepatan PTSL di seluruh penerima hak melampirkan surat bukti SSPD-
wilayah Indonesia sama sekali tidak BPHTB. Artinya, sebelum tanggal penerbitan
mencantumkan diktum yang membebaskan SKPH dan/atau sertipikat PTSL harus sudah
atau menihilkan BPHTB bagi para penerima terlanpir SSPD-BPHTB di dalam berkas atau
sertipikat PTSL. Artinya, pelaksanaan pro-gram warkah BPN.
PTSL dalam hal NPOP, NPOPTKP, pungutan, Berbeda dengan praktik pensertipikatan
dan/atau saat pelunasan BPHTB harus patuh tanah sporadik non-PTSL, bahwa sertipikat
dan sesuai UU PDRD dan UU KUP. Masih tidak akan ditandatangani dan/atau dterbit-
menurut inpres tersebut, diktum ketujuh, kan jika pemohon hak tidak menyertakan
terdapat instruksi presiden kepada menteri SSPD-BPHTB bahkan kadangkala diper-
keuangan agar memberikan keri-nganan bea syaratkan hasil verifikasi dan validasi BPHTB
materai dan pajak penghasilan (PPh) bagi tanah yang dimohon dari bapenda/dispenda.
program PTSL, tetapi tidak dengan masalah (AW Widayat, 2016). Ketentuan ini sebenarnya
BPHTB. Sampai di titik ini, instruksi presiden berlaku sama untuk pendaftaran tanah
soal pajak BPHTB jelas-tegas (lex certa-lex sporadik maupun sistematis, termasuk bagi
stricta) bahwa PTSL tetap dikenakan pajak yang BPHTB nihil sekalipun.
BPHTB sesuai peraturan perudang-undangan Jika demikian ketentuan hukumnya,
yang berlaku di BPHTB. maka norma UU PDRD yang mengharuskan
Jika pelaksanaan PTSL harus patuh dan wajib lunas BPHTB dan sudah terverifikasi oleh
sesuai dengan peraturan perundang-unda-ngan BPKD (atau bapenda/dispenda) sebe-lum
BPHTB maka kepala kantor pertanahan di diterbitkan sertipikat, khusus program PTSL
seluruh Indonesia hanya dapat melakukan telah diterobos oleh Permen ATR/ KBPN No.
pendaftaran tanah atau pendaftaran peralihan 12 Tahun 2017 dan Permen ATR/ KBPN No. 6
hak setelah wajib pajak menyerahkan bukti Tahun 2018. Penerobosan norma atau kaidah
setor SSPD-BPHTB. Ketentuan tersebut ada di undang-undang oleh permen merupakan
dalam Pasal 91 ayat (3) UU PDRD yang hampir preseden unik di lapangan hukum pajak
sama bunyinya dengan Pasal 49 huruf e dan f Indonesia. Semakin unik, jika kedua materi
di dalam UU HKPD. muatan permen tersebut ditelaah dari teori dan
Ketentuan yang dirumuskan Pasal 91 ayat ilmu perundang-undangan atau dengan UU
(3) UU PDRD menyatakan; No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 146


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Jika berpedoman pada UU No. 12 Tahun dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Namun
2011, azasnya, peraturan perundang-unda- demikian, hukum yang berlaku saat ini, perda
ngan yang lebih rendah (lex inferior) harus yang menjadi peraturan pelaksana UU PDRD
mengacu pada peraturan yang ada diatasnya tetap masih berlaku untuk paling lama sampai
(lex superior) lihat Pasal 8 ayat (2) UU No. 12 di tahun 2024.
Tahun 2011 yang dalam penjelasannya Beranjak dari ketentuan Pasal 187, Pasal
disebutkan bahwa peraturan perundang- 188 dan Pasal 189 UU HKPD yang redaksi
undangan diakui keberadaannya dan normanya pada pokoknya membolehkan
mempunyai kekuatan hukum mengikat jika menggunakan peraturan lama sampai tahun
diperintahkan peraturan perundang-unda- 2024—kecuali terhadap pasal yang bertenta-
ngan yang lebih tinggi atau dibentuk ngan—maka pembahasan penulis mengguna-
berdasarkan kewenangan. kan UU PDRD, UU KUP juncto UU HPP dan
Ketidaktaatan peraturan pada asas pem- UU HKPD secara bergantian ketika mela-kukan
bentukan peraturan perundang-undangan kajian dan telaahan BPHTB terutang pada
menjadikan suatu peraturan menteri menjadi penerbitan sertipikat PTSL produk tahun 2017-
illegitimate, sedangkan ketiadaan otoritas/ 2021.
kewenangan menjadikan peraturan berubah
illegal. (Gunanegara, 2016). Namun, ternyata Gambar 5.
pada tataran praktis-pragmatis kedua permen Ketentuan Peralihan UU HKPD pada
tersebut efektik secara socio-yuridis, karena Pengaturan BPHTB
kepala kantor pertanahan mematuhi kedua
permen tersebut dan pelaksanaan ketentuan
wajib lunas BPHTB disiasati dengan mem-
berikan catatan di sertipikat PTSL dengan
tulisan “BPHTB terutang ”. Dengan demikian,
tulisan di dalam sertipikat tersebut menjadi
bukti bahwa ada realitas tunggakan BPHTB
yang belum tertagih, dan diminta pemohon
sertipikat PTSL membuat surat keterangan atau
surat pernyataan BPHTB terutang dalam
rangka melegitimasi tindakan kepala kantor Persoalan BPHTB terutang pada
pertanahan ketika menerbitkan sertipikat PTSL. sertipikat PTSL, jika berpedoman ketentuan
Saat ini UU HKPD sudah diundangkan Pasal 44 ayat (6) UU HKPD, bahwa penerima
tetapi belum mengikat sempurna, karena sertipikat program PTSL tetap terkena
belum ada peraturan pelaksanaannya, dan pungutan BPHTB. Artinya, penerima sertipi-
berdasarkan Pasal 187 huruf a dan huruf b UU kat PTSL yang masih mempunyai beban
HKPD bahwa: BPHTB terutang walaupun terbitnya di masa
a. hak dan kewajiban wajib pajak yang belum lampau (2017-2021) tetap melekat kewajiban
diselesaikan sebelum UU HKPD melunasi utang pajaknya. Sekalipun UU PDRD
diundangkan, penyelesaiannya dilakukan sudah diyatakan tidak berlaku—tetapi
berdasarkan peraturan perundang-unda- berdasarkan peraturan peralihan UU HKPD—
ngan di bidang pajak dan retribusi yang utang masa lalu tetap menjadi obyek penagihan
ditetapkan sebelum berlakunya UU HK PD; piutang fiskus. Apalagi, bunyi Pasal 44 ayat (6)
b. Perda mengenai pajak dan retribusi yang UU HKPD, masih sama mengatur bahwa hak
disusun berdasarkan UU PDRD masih tetap atas tanah yang terbit, termasuk dari program
berlaku paling lama 2 (dua) tahun terhitung PTSL, adalah obyek BPHTB. Karena, yang
sejak tanggal diundangkannya UU HKPD; diperkecualikan dari obyek BPHTB di
Pasal 187 huruf a dan b jika dikaitkan dengan peraturan yang baru hanya:
Pasal 188 huruf b UU HKPD bahwa ketentuan a. kantor pemerintah, pemerintahan daerah,
UU PDRD juncto UUCK tetap berlaku sepan- penyelenggara negara dan lembaga negara
jang tidak bertentangan dengan UU HKPD, lainnya yang dicatat sebagai barang milik
tetapi di sisi lain berdasarkan Pasal 189 huruf b negara atau barang milik daerah;
UU HKPD disebutkan bahwa UU PDRD

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 147


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

b. negara untuk penyelenggaraan pemerin- mengatur para penerima sertipikat PTSL yang
tahan dan/atau untuk pelaksanaan mendapat pembebasan BPHTB, kalau meme-
pembangunan guna kepentingan umum; nuhi syarat;
c. badan atau perwakilan lembaga inter- 1. terdaftar pada data nominatif atau surat
nasional dengan syarat tidak menja-lankan keputusan pemberian hak pada kegiatan
usaha atau melakukan kegiatan lain di luar PTSL yang dikeluarkan oleh kantor
fungsi dan tugas badan atau perwakilan pertanahan;
lembaga tersebut yang diatur dengan 2. data nominatif mencantumkan nama
peraturan menteri;. masyarakat yang penerima sertifikat PTSL,
d. perwakilan diplomatik dan konsulat berikut alamat, kecamatan, desa/
berdasarkan asas perlakuan timbal balik; kelurahan, luas bumi, nomor hak, nomor
e. orang pribadi atau badan karena konversi induk kependudukan, dan pekerjaan;
hak atau karena perbuatan hukum lain 3. peserta terdaftar sebagai wajib pajak PBB-
dengan tidak adanya perubahan nama; P2 kabupaten Bangka Barat serta telah
f. orang pribadi atau badan karena wakaf; melunasi akumulasi PBB-P2 yang teru-tang
g. orang pribadi atau badan yang digunakan hingga tahun berjalan;
untuk kepentingan ibadah; 4. peserta telah terdaftar dalam Keputusan
h. masyarakat berpenghasilan rendah sesuai Bupati tentang Penetapan Wajib Pajak
dengan ketentuan peraturan perundang- Penerima Pembebasan BPHTB Kegiatan
undangan. PTSL di Kabupaten Bangka Barat.
Penerima sertipikat PTSL, ke depan pasca UU Sedangkan contoh BPHTB 0% dan pengura-
HKPD, bisa diperkecualikan dari obyek BPHTB ngan BPHTB, sebagai perbandingan, Penulis
jika memenuhi kriteria masyarakat menggunakan model insentif pajak yang
berpenghasilan rendah sebagaimana yang digunakan Pasal 10 Pergub DKI Jakarta No. 60
dimaksud Pasal 44 ayat (6) huruf h UU HKPD Tahun 2021 yang memberikan tarif 0% bagi
atau konversi tanpa ada perubahan nama NPOP-BPHTB yang ada di bawah 2 milyar jauh
sebaigaimana dimaksud Pasal 44 ayat (6) huruf diatas limit NPOP nasional yang dipatok 60
e. Dengan demikian, sertipikat produk PTSL juta. Pemda DKI memberikan keringan BPHTB
sebelum UU HKPD yang terdapat catatan dengan menggunakan model insentif pajak
BPHTB terutang selain yang dimak-sud Pasal kepada wajib pajak orang pribadi untuk
44 ayat (6) huruf e dan h melekat kewajiban perolehan pertama kali atas rumah atau rumah
untuk melunasi utang pajaknya. Jika, pemda susun dengan NPOP > Rp 2 milyar sampai
tidak membebaskan atau meringankan BPHTB dengan ≤ Rp 3 milyar, dengan ketentuan:
terutang untuk tahun pajak 2017-2021 maka 1. keringanan sebesar 50% diberikan kepada
tetap menjadi piutang BPHTB. Dengan kalimat wajib pajak yang melakukan pembayaran
lain, BPHTB terutang penerima sertipikat PTSL BPHTB di bulan Agustus 2021;
tidak harus dilakukan pelunasan jika 2. keringanan sebesar 25% diberikan kepada
dibebaskan pemda atau dinyatakan 0% oleh wajib pajak yang melakukan pembayaran
pemda atau karena kedaluwarsa. BPHTB BPHTB pada periode bulan September 2021
terutang kedaluwarsa karena hukum jika lewat sampai dengan bulan Oktober 2021;
5 tahun, sedangkan pembebasan atau 0% 3. keringanan sebesar 10% diberikan kepada
BPHTB terutang dapat dilakukan jika dan wajib pajak yang melakukan pembayaran
hanya jika diterbitkan keputusan BPHTB pada periode bulan November 2021
bupati/walikota atau perda yang diberlakukan sampai dengan bulan Desember 2021.
mundur, dan disebutkan nama penerima secara Pemda Kota Semarang memberikan keringan
individual, kongkrit dan final sebagai bebas 40% dari BPHTB terutang dari pogram PTSL
atau BPHTB nihil. jika membayar di masa-masa tertentu yang
Pembelajaran pembebasan BPHTB teru- ditetapkan pemda, dan jika melewati masa
tang dari pemda, Penulis ambil contoh secara yang ditentukan pembayaran kembali 100%.
acak, yakni seperti Keputusan Bupati Bangka Masa tertentu yakni jika pembayaran BPHTB
Barat No. 38 tahun 2020 tentang pemberian terutang tidak melewati 31 Desember 2021 dan
pembebasan BPHTB untuk peserta kegiatan harus mengajukan permohonan terlebih dahulu
PTSL di kabupaten Bangka Barat, didalamnya ke pemda.

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 148


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Pola Penyelesaian BPHTB Terutang pada menerbitkan surat ketetapan pajak daerah lebih
Sertipikat PTSL bayar (SKPDLB) dan jika fiskus menghitung
Secara hukum, pola penyelesaian pajak ulang ternyata penerima sertipikat PTSL masuk
teru-tang—termasuk didalamnya BPHTB Teru- kriteria NPOPTKP maka fiskus menetapkan
tang—dapat menggunakan pola penyele-saian BPHTB nihil atau dinyatakan BPHTB 0% dan
hukum administrasi dan hukum pidana pajak fiskus menerbitkan surat ketetapan pajak
dengan tahapan-tahapan yang diatur UU KUP daerah nihil (SKPDN).
juncto UU HPP dan UU HKPD.
Fiskus dari Pemda diperintah UU KUP Gambar 6.
untuk melakukan penagihan kepada setiap Alur Penagihan BPHTB Terutang
wajib pajak yang mempunyai BPHTB terutang, Sertipikat PTSL
tidak terkecuali BPHTB terutang dari program
sertipikat PTSL.
Pada tindakan pertama, Fiskus melaku-
kan verifikasi dan klarifikasi BPHTB terutang
di sertipikat PTSL yang telah diterbitkan kantor
pertanahan guna mendata jumlah BPHTB
terutang yang timbul dari penerbitan
sertipikat PTSL tahun 2017-2021.
Tindakan kedua, hasil pendataan BPHTB
terutang berguna bagi fiskus untuk membuat
surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD)
kepada wajib pajak penerima sertipikat PTSL
yang terdapat catatan BPHTB terutang, untuk
kemudian dilakukan pembu-atan surat Manakala, wajib pajak tidak melunasi
ketetapan pajak daerah (SKPD) dan surat BPHTB terutang setelah diterbitkan SPTPD,
tagihan pajak daerah (STPD). Kedua surat SKPD, dan STPD maka fiskus menerbitkan
tersebut merupakan dasar fiskus untuk surat paksa (SP) yang isinya perintah kepada
memaksa wajib pajak segera melunasi BPHTB wajib pajak untuk segera melakukan pem-
terutang. Pada tindakan ketiga, fiskus bayaran utang pajak berikut biaya penagihan
melakukan penilaian ketidakpatuhan wajib pajak, denda dan/atau bunga pajak. Denda dan
pajak dalam membayar BPHTB Terhutang bunga pajak semakin lama semakin tinggi jika
dengan opsi terdapat unsur pidana atau tidak wajib pajak tidak segera melunasi utang pajak
terdapat unsur pidana. Jika terdapat unsur setelah menerima surat paksa dan/atau
pidana, maka fiskus memerintahkan penyidik STPD/SKPD, di sisi lain para penerima serti-
untuk memprosesnya dengan hukum pidana, pikat PTSL hampir seluruhnya masyarakat
namun jika tidak terdapat unsur pidana maka berpenghasilan rendah. Dalam perspektif
fiskus akan melanjutkan dengan tahap negara dan hukum pajak, penagihan pajak
administrasi berikutnya sampai wajib pajak harus tetap dijalankan dengan mempertim-
melunasi pajak terutangnya. bangkan kondisi ekonomi wajib pajak, kecuali
Jika wajib pajak BPHTB terutang ada pembebasan, penghapusan, atau pengam-
memilih pelunasan sukarela atas utang punan pajak.
pajaknya, maka wajib pajak bisa melakukan self Masyarakat pemilik tanah yang bereko-
assesment dengan menghitung sendiri nilai nomi lemah yang rata-rata berpenghasilan
pajaknya dengan rumus: 5% X (NPOP – rendah, agar tidak terbelit masalah pajak efek
NPOPTKP) dengan pilihan dilunasi secara dari akselerasi PTSL, membutuhkan asistensi
kontan atau diangsur berikut bunga 2% per dan pendampingan dari kepala kantor
bulan. pertanahan untuk membantu dilahirkannya
Jika pelunasan sukarela kurang bayar kebijakan pemda yang isinya pengurangan,
maka fiskus menerbitkan surat ketetapan pajak peringanan, atau pembebasan BPHTB untuk
daerah kurang bayar SKPDKB, sebaliknya jika para penerima sertipikat PTSL.
wajib pajak kelebihan bayar maka fiskus

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 149


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Pola penyelesaian BPHTB terutang yang Insentif pajak per definisi dapat
paling memungkinkan dengan merujuk Pasal 4 berbentuk: pengecualian dari pengenaan pajak,
ayat (3) huruf a PP No. 55 Tahun 2016 yakni pengurangan dasar pengenaan pajak,
pemda menerbitkan perda untuk memberikan pengurangan tarif pajak, atau penangguhan
pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak.
pajak BPHTB yang timbul karena program
sertipikat PTSL. 2. Kepala daerah memberikan keringanan,
Pilihan pola penyelesaian BPHTB teru- pengurangan, pembebasan, dan penun-
tang sertipikat PTSL 2017-2021 oleh Pemda daan pembayaran atas pokok dan/atau
akan lebih berhasil ketika ada peran dan upaya sanksi Pajak
aktif dari kepala kantor pertanahan (G to G) Menggunakan ketentuan Pasal 96 ayat (1)
daripada dilakukan sendiri oleh masyarakat UU HKPD yang bunyinya kepala daerah dapat
penerima sertipikat PTSL yang nihil akses, nihil memberikan keringanan, pengurangan,
modal, dan minim bargain power. pembebasan, dan penundaan pembayaran atas
Beberapa pola penyelesaian BPHTB pada pokok dan/atau sanksi pajak dan retribusi.
sertipikat PTSL, jika dikerucutkan menjadi tiga Berdasarkan kewenangan yang bersumber dari
alternatif penyelesaian, yakni; atibusi Pasal 96 ayat (1) bupati/walikota
1. Mengajukan insentif pajak sebagaimana menebirkan keputusan bupati/walikota atau
yang diatur Pasal 101 UU HKPD peraturan bupati/ walikota dengan pemberian
Orang pribadi penerima sertipikat PTSL keringanan, pengurangan, pembebasan, atau
yang masih ada catatan BPHTB terutang, untuk penundaan pembayaran dengan alasan kondisi
mendapat keringanan pajak harus wajib pajak dan/atau objek pajak memang
mengajukan permohonan insentif pajak kepada secara nyata merupakan masyarakat
kepala daerah. Kemudian, berdasar-kan berpenghasilan rendah dengan tanah yang
permohonan insentif pajak, secara jabatan tidak luas dan bukan untuk usaha menengah-
kepala daerah mempertimbangkan, antara lain: besar.
a. kemampuan membayar wajib pajak; b. Apapun pilihan bentuk pola penyele-
kondisi tertentu objek Pajak, seperti objek pajak saian yang dipilih pemda dari ketentuan Pasal
terkena bencana alam, kebakaran, dan/atau 96 UU HKPD harus ditetapkan dengan
penyebab lainnya yang terjadi bukan karena keputusan atau peraturan bupati/walikota atau
adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh perda. Pilihan bentuk produk hukum
wajib pajak dan/atau pihak lain yang bertujuan penyelesaian BPHTB terutang menjadi urusan
untuk menghindari pembayaran pajak; c. untuk penting sebagai salah satu syarat pemberian
mendukung dan melindungi pelaku usaha kepastian hukum atas kebijakan pemda yang
mikro dan ultra mikro; d. untuk mendukung sudah dipilih dan kepastian hukum dari status
kebijakan pemerintah daerah dalam mencapai BPHTB terutang sertipkat PTSL.
program prioritas daerah; dan/atau e. untuk
mendu-kung kebijakan pemerintah dalam 3. BPHTB Terutang harus ditagih sebelum
mencapai program prioritas nasional. kedaluwarsa
Ketentuan 101 huruf e UU HKPD paling BPHTB terutang yang timbul dari
dapat dipergunaan oleh Pemda untuk meri- program PTSL akan kedaluwarsa hak tagihnya
ngankan atau membebaskan BPHTB Terutang jika melewati 5 tahun. Jika PTSL pertama kali
para penerima sertipikat PTSL karena terkait diawali tahun 2017, kalau tanpa ada SPPT dan
Inpres No. 2 Tahun 2018 tentang PTSL. Dengan SKPD, maka BPHTB terutang terbitan tahun
demikian, diundangkannya UU HKPD, 2017 akan kedaluwarsa di tahun 2022.
khususnya Pasal 101, memberikan harapan dan Konsekuensinya, hak untuk melakukan
peluang keringanan BPHTB dengan ketentuan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, dan
jika pemda bersetuju dan menetapkan bahwa biaya penagihan pajak menjadi kedaluwarsa
PTSL merupakan program strategis karena melampaui 5 tahun. Jika BPHTB
daerah/nasional dan wajib pajak benar-benar terutang sertipikat PTSL pernah diterbitkan
dan ditetapkan sebagai masyarakat SPTPD, SKPD, SKPDKB, serta SKPDBT, dan
berpenghasilan rendah. SKP, SKK, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali maka kedauwarsa

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 150


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

dihitung sejak penerbitan SPTPD, SKPD, paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak
SKPDKB, serta SKPDBT, dan SKP, SKK, terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak
Kembali (H.H. Samosir, 2018). Bagaimana jika memenuhi kewajiban perpajakan
fiskus tidak pernah menerbitkan SPTPD, SKPD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
SKPDKB pada wajib pajak penerima sertipikat (5), sehingga merugikan Keuangan Daerah,
PTSL apakah lima tahun kedaluwarsa akan diancam dengan pidana penjara paling
dihitung dari catatan BPHTB terutang di lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
sertipikat PTSL atau dihitung dari tanggal surat paling banyak 4 (empat) kali jumlah Pajak
pernyataan/ surat keterangan BPHTB terutang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
dari pemohon hak? ketentuannya jelas, bahwa Sedangkan Pasal 182 menentukan;
kedaluwarsa pajak terutang sejak diterbitkan Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah
SPTPD, SKPD, SKPDKB. Jadi, tidak dikenal tidak dapat dituntut apabila telah
catatan BPHTB terutang yang dilakukan kantor melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun
pertanahan dan/atau pemohon hak PTSL terhitung sejak saat Pajak terutang atau
untuk momentum menghitung kedalu-warsa masa Pajak berakhir atau bagian Tahun
BPHTB terutang sertipikat PTSL. Pajak berakhir atau Tahun Pajak yang
Hemat Penulis, fiskus perlu melakukan bersangkutan berakhir.
pemungutan BPHTB di semua kantor perta- Penggunaan hukum pidana sebagai alat paksa
nahan sebagaimana perintah PP No. 55 Tahun pelunasan BPHTB terutang perlu memper-
2016 yakni melakukan serangkaian kegiatan timbangkan kondisi para penerima sertipikat
mulai dari penghimpunan data objek dan PTSL, seperti; pertama, hampir sebagian besar
subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang mereka adalah masyarakat berpenghasilan
terutang sampai kegiatan penagihan pajak rendah bahkan sangat rendah; kedua, kondisi
kepada wajib pajak serta pengawasan dan kemampuan serta tingkat likuiditas
penyetorannya dengan mencocokan data mereka sedari awal adalah masyarakat
BPHTB terutang yang dimiliki kantor golongan ekonomi lemah; ketiga, kondisi objek
pertanahan. Dengan demikian fiskus dapat pajak yang nyata-nyata tanah pertanian
segera membuat dan mengirimkan SPTPD, sempit/kecil, tanah dan bangunan benar-benar
SKPD, atau SKPDKB kepada semua wajib pajak ditempati dan tidak luas sekalipun
yang memilki BPHTB Terhutang dari program tanah/bangunan tersebut bernilai di atas NPOP
PTSL, pertama untuk menghindari BPHTB. Penulis sependapat dengan yang
kedaluwarsa BPHTB terutang; kedua, untuk disampaikan Yoserwan bahwa penyele-saian
memberikan kepastian hukum status BPHTB tindak pidana perpajakan hendaknya tetap
terutang sertipikat PTSL; dan ketika kepastian mengedepankan penyelesaian dengan
hukum bidang tanah yang BPHTB-nya nihil. menggunakan mekanisme hukum adminis-
Berdasarkan Pasal 102 ayat (1) UU HKPD, trasi. (Yoserwan. 2020).
pajak terutang berdasarkan SPPT, SKPD, Persoalan menjadi lain jika ternyata hasil
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, harus dibayar pemeriksaan penyidik, bahwa ditemukan
wajib pajak pada waktu yang sudah indikasi atau unsur pidana tidak dibayarnya
ditentukan, jika wajib pajak tidak membayar BPHTB terutang oleh wajib pajak dan
pajaknya maka akan diikuti penerbitan surat diketahui bahwa penerima sertipikat PTSL
paksa atau menggunakan ketentuan pidana ternyata badan usaha menengah atas, badan
yang diatur Pasal 181 UU HKPD sebelum pajak hukum, orang berpenghasilan menengah dan
menjadi kedaluwarsa (Pasal 182 UU HKPD). atas, lahan pertanian besar dan luas, lokasinya
Berikut kutipan rumusan ketentuan Pasal 182 berada di komplek real estate atau kondisi lain
UU HKPD yang menyatakan; yang tidak menunjukan sebagai wajib pajak
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya yang menjadi sasaran PTSL yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakan memprioritaskan orang pribadi dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat kualifikasi berpenghasilan rendah atau usaha
(5), sehingga merugikan Keuangan Daerah, mikro atau ultra mikro. Jika ini yang terjadi
diancam dengan pidana kurungan paling maka pola penyelesaian BPHTB terutang
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda sertipikat PTSL menggunakan pola

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 151


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

penyelesaian hukum pidana sebagaimana Kesimpulan


diskripsi Gambar 7. Diundangkan dan diberlakukannya UU
No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keua-
Gambar 7. ngan Pemerintah Pusat dan Daerah (UU
Penerapan Hukum Pidana Pajak atau Hukum HKPD) tidak berbeda secara prinsipiil dengan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi saat masih berlaku UU No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(UU PDRD) dalam pola penyelesaian BPHTB
terutang pada sertipikat PTSL. Hukumnya,
setiap utang pajak atau BPHTB terutang wajib
diselesaikan pembayarannya oleh wajib pajak,
kecuali: nihil, dibebaskan atau dikurangi oleh
pejabat pajak daerah yang berwenang (fiskus).
Saran penyelesaian masalah BPHTB
terutang pada sertipikat PTSL dapat dilaku-
kan dengan menggunakan 2 (dua) perspektif,
yakni; dari perspektif penerima sertipikat PTSL
dan dari perspektif pemerintah daerah selaku
fiskus. Alternatif pola penyelesaian BPHTB
terutang dari perpektif wajib pajak penerima
sertipikat PTSL mengajukan per-mohonan
pengecualian obyek (NPOPTKP) BPHTB,
penerima sertipikat PTSL mengaju-kan
Penegakan hukum pidana mengemuka pada permohonan pembebasan BPHTB Teru-tang,
sosialisasi UU HPP oleh direktorat jenderal penerima sertipikat PTSL mengajukan
pajak tahun 2021, yang intinya penggunaan permohonan insentif fiskal. Sedangkan dari
hukum pidana diperlukan demi dan perspektif pemerintah daerah sebagai fiskus
pengutamaan pemulihan kerugian negara. membebaskan BPHTB terutang sertipikat
(Gambar 8). PTSL, menyatakan BPHTB terutang serti-pikat
PTSL sebagai nihil atau 0%, memberikan
Gambar 8. insentif fiskal, atau dengan menegakan hukum
Penegakan Hukum Pidana Pajak administrasi perpajakan dengan menyita aset
bergerak ataupun tidak bergerak milik wajib
pajak, atau menegakan hukum pidana
perpajakan atau pidana khusus.

Daftar Pustaka
Ardiansyah, B.G. Amanah, C. (2022). Ana-lisis
Perlakuan Perpajakan Atas Pemba-
ngunan Untuk Kepentingan Umum.
Jurnal Pajak dan Keuangan Negara. Vol. 3
No. 2. https://jurnal.pknstan.ac.id/
index.php/pkn/article/download/1497/
804

Bapenda Kota Semarang. “Diskon BPHTB PTSL


40%.” https://bapenda.semarang
kota.go.id/home/detailpost/diskon-
Sumber: Paparan Sosialisasi UU HPP 2021_0.pdf (pajak.go.id).
bphtb-ptsl-40

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 152


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Direktorat Jenderal Pajak. (2021). Sosialisasi UU Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tan-ah
HPP.Paparan Sosialisasi UU HPP Sistematis Lengkap.
2021_0.pdf (pajak.go.id).
Peraturan Pemerintah No. Tahun 2016 Ten-tang
Gunanegara. (2016). Hukum Administrasi Nega- Ketentuan Umum Dan Tata Cara
ra, Jual Beli, dan Pembebasan tanah. Sejarah Pemungutan Pajak Daerah
Pembentukan Hukum Pengadaan Tanah
Indonesia. Jakarta. Tatanusa. Samosir, HH. (2018). Perlakuan Perpajakan
Atas Utang Pajak Yang Telah Daluwarsa
Handono, AB, Suhattanto. M.A, Nugroho V. Sehubungan Dengan Restitusi Pajak.
(2020). Strategi Percepatan Pe-ningkatan Simposium Nasional Keuangan Negara.
Kualitas Data Pertanahan Di Kantor
Pertanahan Kabupaten Karanganyar. Sirait, SY, Nazer, M , Azheri, B. (2020). Ser-
Jurnal Tunas Agraria. Vol. 3 No. 3. https: tifikasi Tanah Program Pendaftaran
//jurnaltunasagraria.stpn.ac.id/index.ph Tanah Sistematis Lengkap: Deskripsi Dan
p/JTA/article/download/125/122 Manfaatnya. Jurnal Agraria dan
Pertanahan. Vol. 6 No. 2. https://jurnal
Hasibuan, BM. (2016). Sekilas Tentang Insentif bhumi.stpn.ac.id/JB/article/download/4
Pajak. https://business-law.binus.ac.id 14/357
/2016/10/17/sekilas-tentang-insentif-
pajak/#_ftn5 Suryanto, H. Bambang. Rasmini, M. (2018)
https://jurnal.bppk.kemenkeu.go.id/snk Analysis Of Potential Land And Building
n/article/download/296/136/ Transfer Tax As One of The Local Taxes.
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi
Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2018 tentang Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 3 No. 3.
Percepatan Pendaftaran Tanah Sist-ematis https://doi.
Lengkap di Seluruh Wilayah Republik org/10.24198/adbispreneur.v3i3.19205
Indonesia.
Tarigan, Harry Raymond. (2021). Kepastian
Lika, S. D. R., & Sholichah, N. (2020). Imple- Hukum Pe-ngenaan BPHTB Kepada
mentasi Kebijakan PTSL (Pen-daftaran Pemilik Tanah dan/atau Bangunan Yang
Tanah Sistematis Leng-kap) Di Desa Belum Bersertifikat Dalam Rangka
Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Di
Sidoarjo. Journal of Social Politics and Kota Bin-jai. (Tesis). Universitas Sumatera
Governance, Vol. 2 No. 1. https://doi. Utara. Medan.
org/10.24076/jspg.v2i1.18
Triarda, R. Damayanti, R. (2021) Analisis
Merry, E.R.M.S. Prasetyo, MH. (2021) Prosedur Optimalisasi Potensi Daerah untuk
Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Meningkatkan Pendapatan Asli Dae-rah
Dan Bangunan Da-lam Jual Beli Oleh Kota Malang. Jurnal Ilmiah Ilmu
Badan Keuangan Daerah Kota Pemerintahan Vol. 6 No. 1. https://
Singkawang. Notarius. Vol. 14 No. 1. ejournal2.undip.ac.id/index.php/jiip/arti
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ cle/download/9350/5321
notarius/article/download/39132/19623
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Hubungan Keuangan Pemerin-tah Pusat
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. dan Daerah.
12 Tahun 2017 tentang Percepatan Pen-
daftaran Tanah Sistematis Lengkap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 juncto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Daerah.

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 153


Penyelesaian BPHTB Terutang Sertipikat PTSL Pasca UU No. 1 Tahun 2022

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Widayat, AW. (2016). Analisis Pengenaan Bea


Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Dalam Proses Jual Beli Tanah
Dan Bangunan Di Kabupaten Kebumen.
Lex Renaissance Vol. 2 No. 1. https://
journal.uii.ac.id/Lex-Renaissance/
article/download/7943/pdf

Yoserwan. (2020) Fungsi Sekunder Hukum


Pidana Dalam Penanggulangan Tindak
Pidana Perpajakan. Jurnal Penelitian
Hukum De Jure. Vol. 20 No. 2. http://
dx.doi.org/10.30641/dejure.2020.V20.165-
176

Lex Jurnalica Volume 19 Nomor 2 , Agustus 2022 154

Anda mungkin juga menyukai