Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MELLY RISQI MAULINDA

NIM / TINGKAT : 0022048 / II

MATA KULIAH : TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

1. Buatlah sebuah formula sediaan obat!


Jawab :
Krim Anti Inflamasi

R/ Asam Strearat 7,25g


TEA 0,75g
Adeps Lanae 1,5g
Parafin Cair 12,5g
Nipagin 0,05g
Nipasol 0.025g
Aquades don.50 g
m.f. creamor 50 g

2. Beri keterangan tiap masing – masing bahan yang digunakan meliputi


pemerian, kelarutan dan khasiat!
Jawab :
- Asam Strearat ( FI III : 57 )
Nama resmi : Acidum Stearicum
Nama lain : Asam Sterat
Pemerian = zat padat keras mengkilat menggunakan susunan hablur putih,
atau kuning pucat mirip lemak lilin
Kelarutan = praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol(95%)
P,dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
Khasiat : zat pengawet

- TAE ( FI III : 612 )


Nama resmi : Triaethanolaminum
Nama lain : Trietanolamina
Pemerian = Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemak
mirip amoniak, hidroskopik
Kelarutan = Mudah larut dalam air dan dalam etanol ( 95% )P, larut dalam
Kloroform
Khasiat : zat tambahan
- Adeps Lanae( FI III : 61 )
Nama resmi : Adeps Lanae
Nama lain : Lemak Bulu Domba
Pemerian = Zat serupa lemak, liat, lengket, kuning muda atau kuning pucat
agak tembus cahaya bahu lemak yang khas
Kelarutan = praktis, tidak larut dalam air, agak sukar laurt dalam etanol
(95%), mudah larut dalam kloroform P dan dalam Eter P
Khasiat : zat tambahan

- Parafin Cair ( FI III : 474 )


Nama resmi : Paraffinum Liquidum
Nama lain : Parafin Cair
Pemerian = cairan kental, Transparan dan tidak berfluoresensi, tidak
berwarna hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelaurtan = tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95% ) P, Larut dalam
kloroform P dan dalam Eter P
Khasiat : laksativum

- Nipagin ( FI III : 378 )


Nama resmi : Methylis Parabenum
Nama lain : metil paraben/nipagin. M
Pemerian = serbuk hablur halus,putih, hampir tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelaurtan = larut dalam 500 bagian air dalam 20 bagian air mendidih, da 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter
P dan dalam larutan akali hidroksida larut dalam 60 bagian gliserol P panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan
tetap jernih.
Khasiat : Zat Tambahan

- Nipasol/ prpil paraben ( FI III : 535 )


Nama resmi : propylis parabenum
Nama lain : Propil Paraben/nipasol
Pemerian = serbuk hablur putih tidak bebau tidak berasa
Kelaurtan = sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol ( 95%)
P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol p dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Zat Tambahan

- Aquades / Aqua Destillata ( FI III : 69 )


Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air Suling
Pemerian = cairan jerih, tidak berwarna, tidak berbau tidak mempunyai rasa
Kelaurtan = -
3. Sebutkan dan jabarkan efaluasi yang dilakukan untuk sediaan obat tersebut
( Fisika dan Kimia )
Jawab :
1. Evaluasi Sifat Fisika Krim Anti Inflamasi
Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bentuk, bau,
dan warna. Parameter kualitas fisik krim yaitu tidak terjadi perubahan bentuk,
warna dan bau dari awal pembuatan, pada saat penyimpanan sampai zat
tersebut digunakan bahwa krim yang dibuat memiliki bentuk layaknya krim yakni
semi padat, bertekstur halus serta memiliki warna putih susu secara menyeluruh.
(Wardiyah, 2015).
Uji Homogenitas
Krim ditimbang 1 g dioleskan pada plat kaca, lalu digososk dan diraba. Bila
homogen maka masa krim tidak tersisa bahan padatnya atau teksturnya nyata.
menunjukan krim yang dibuat memiliki homogenitas yang baik dan dapat
disimpulkan homogen karena tidak ada penggumpalan- penggumpalan yang
mengurangi daya homogenitasnya. (Rahmawati et al., 2010).
Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter dengan
mencelupkan alat kedalam sediaan krim, setelah beberapa detik akan muncul
angka pada layar monitor. Angka yang muncul merupakan nilai pH dari sediaan
krim . Meski mendapatkan nilai pH yang berbeda saat uji pH, pH dari keempat
krim tersebut telah memenuhi persyaratan pH untuk suatu sediaan topikal yang
biasanya sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Rahmawati et al., 2010).
Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer dengan cara
mencelupkan spindel kedalam sediaan kemudian dilihat viskositasnya
(Pramuditha, 2019)
Uji daya sebar
Krim ditimbang 1 gram, lalu diletakan di atas plat kaca, kemudian ditambahkan
dengan beban 50 gram, beban di diamkan selama 5 menit, lalu diukur diameter
sebarnya. Hal tersebut dilakukan sampai didapat diameter sebar yang konstan
(Rahmawati et al., 2010).

Uji daya lekat


Ditimbang krim 0,33 gram diletakkan di atas gelas objek yang telah ditentukan
luasnya, lalu diletakkan gelas objek yang lain diatas krim tersebut dan ditekan
dengan beban 50 gram selama 5 menit. Catat waktu hingga kedua gelas objek
tersebut terlepas (Rahmawati et al., 2010).
Uji daya serap
Berdasarkan hasil pengujian daya serap, keempat krim memenuhi syarat, yakni
dengan hasil daya serap pada basis krim 6,3 ml/g
Uji Krim Pelembab
Pengujian ini dilakukan menggunakan alat skin moisture analyzer FCM-1 untuk
mengetahui kemampuan sediaan krim sebagai pelembab pada kulit, sebanyak 20
orang respondendipilih dengan kriteria usia 19-40 tahun dan bersedia memakai
sediaan krim yang dioleskan pada tumit kaki yang kering dua kali sehari pada pagi
hari dan siang hari dan di cek kelembaban pada saat sebelum dan sesudah
pengolesan krim, serta setuju untuk tidak menggunakan produk lain selain krim uji
selama penelitian, pengolesan krim dilakukan selama 10 hari dan pengamatan
dilakukan setiap satu kali dalam 3 hari, prosedur ini dilakukan untuk setiap formulasi
ekstrak, kontrol negatif, dan kontrol positif (Ratih, 2019).
Uji rasio pemisahan krim
Uji rasio pemisahan krim dengan metode sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan
dua atau lebih zat yang memiliki kepadatan yang berbeda seperti du cairan yang
berbeda atau cairn padatan karna adanya pegaruh gaya sentrifugal dan merupakan
sutu alat yang bergun untuk menilai dan memprediks shelf-life suatu emulsi.(Khan,et
al.,2010)
Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan responden terhadap
sediaan yang dihasilkan. Responden merupakan anggota yang terlibat dalam
penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif dan analisa sifat-sifat sensorik
suatu produk yang disajikan. Kriteria responden harus memiliki kepekaan,
konsistensi yang tinggi, berbadan sehat, tidak dalam keadaan tertekan, berusia
dintara 19-40 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit alergi, dan bersedian menjadi
sukarelawan (Ditjen, 1985; Utara et al., 2018).
Responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Pengujian dilakukan secara
visual, setiap responden diminta untuk menggosokkan sediaan pada kulit punggung
tangan dan memberikan penilaian terhadap parameter aroma, tekstur, warna, kesan
lengket, dan kesan lembab di kulit.
2. Kecepatan pelepasan obat
Untuk mengetahui pelepasan obat pada kulit dengan membran selofan (Voigt,
1984).

Metode pelepasan obat dari basis dapat dilakukan dengan


1. Metode in-vitro
Metode in-vitro terdiri dari:
a. Metode pelepasan tanpa batas membran
b. Metode difusi dengan kontrol membran, yang terdiri dari:
1) Membran kulit tiruan
2) Membran kulit alami
3) Sel difusi
4) Kondisi sel difusi tiruan secara in-vitro (Barry, 1983)
Uji pelarutan in-vitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media
dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam produk
obat. Sifat medium pelarutan juga akan mempengaruhi uji pelarutan. Kelarutan
maupun jumlah obat dalam bentuk sediaan harus dipertimbangkan. Dalam
melakukan uji in-vitro ini perlu diperhatikan beberapa faktor, yaitu
a. Ukuran dan bentuk wadah yang mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan.
b. Jumlah pengadukan dan sifat pengadukan. Kenaikan pengadukan dari media
pelarut akan menurunkan tebal stagnant layer mengakibatkan kelarutan obat
lebih cepat (Shargel dan Yu, 2005). Pengadukan terlalu lemah ada resiko
cuplikan dalam medium tidak homogen dan pengadukan terlalu kuat
menyebabkan turbulensi (Aiache,1982).
c.Suhu.
Dalam medium percobaan suhu harus dikendalikan pada keadaan yang konstan
yaitu dilakukan pada suhu 37 oC sesuai dengan suhu tubuh manusia. Adanya
kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien konsentrasi juga akan
meningkatkan energi kinetik molekul dan meningkatkan tetapan difusi sehingga
akan menaikkan kecepatan disolusi (Shargel dan Yu, 2005).
d. Medium pelarutan
Sifat medium pelarutan akan mempengaruhi uji pelarutan obat. Medium disolusi
hendaknya tidak jenuh dengan obat. Medium yang baik merupakan persoalan
tersendiri dalam penelitian. Dalam uji, biasanya digunakan suatu media yang
lebih besar daripada jumlah pelarut yang diperlukan untuk melarutkan obat
secara sempurna (Shargel dan Yu, 2005).

2. Metode in-vivo
a. Penelitian respon fisiologis dan farmakologi pada hewan uji.
b. Sifat fisika kulit
c. Metode histologi
d. Analisis pada cairan badan atau jaringan
e. Kehilangan permukaan (Barry, 1983).

4. Buatlah desain kemasan primer dan sekunder dari sediaan obat tersebut!
5. Sebutkan dan jabarkan informasi apa saja yang harus tercantum pada
kemasan obat tersebut

Informasi Yang Harus Ada Di Kemasan Obat


1. Nomor izin Edar (NIE)
untuk memastikan obat telah terdaftar di badan POM sehingga obat dijamin aman,
berkhasiat dan bermutu. Nomor ijin edar terdiri dari 15 digit. Contoh : DTLxxxxxxxxxx
Digit Pertama adalah D = Nama Dagang / G = Generik
Digit Kedua adalah B = Obat Bebas / T = Obat Bebas Terbatas / K = Obat Keras / P =
Psikotropika / N = Narkotika
Digit Ketiga adalah L = Lokal / I = Impor
2. Logo Jenis Obat
Ada 4 tanda lingkaran pada obat yang terdapat pada kemasan obat untuk membedakan
golongan obat yaitu: Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Keras, Obat Narkotika
3. Batas Kadaluwarsa (Expiry Date/ED)
Adalah batas waktu jaminan produsen terhadap kualitas produk. Belilah obat yang
belum melewati batas kadaluwarsa.
4. Kemasan Obat
Kondisi kemasan obat dalam keadaan baik seperti segel tidak rusak, warna dan tulisan
pada kemasan tidak luntur.
5. Indikasi
Adalah khasiat atau kegunaan dari suatu obat. Pastikan indikasi obat yang tercantum
sesuai dengan gejala penyakit yang dialami
6. Kontra Indikasi
Adalah penggunaan obat tidak di anjurkan karena dapat meningkatkan resiko terhadap
pasien dengan kondisi tertentu, misalnya bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui, usia
lanjut atau pengidap penyakit tertentu.
7. Peringatan dan Perhatian
Adalah hal-hal yang perlu di perhatikan pada saat mengguanakn obat, misalnya tidak
boleh mengendarai kendaraan bermotor/menjalankan mesin, jangan melampaui dosis
yang dianjrkan, dll.
8. Efek Samping
Adalah efek yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi setelah minum obat, pada
takaran lazim misalnya dapat menyebabkan kantuk, mual, gangguan saluran cerna, dll.
9. Aturan Pakai (Posologi)
Cara Penggunaan obat seperti ditelan (tablet, kaplet, kapsul), diminum (sirup, emulsi,
suspensi), dikunyah (tablet/serbuk efervesen), dioleskan (salep, krim, gel), dikumur
(obat kumur), dimasukkan dalam dubur (suppositoria, enema). Waktu Penggunaan
obat, seperti sebelum tidur, sebelum/sesudah makan, sebelum perjalanan (obat anti
mabuk perjalanan), dll. Takaran Obat, seperti sendok teh (5 ml), sendok makan (15 ml),
sendok atau gelas takar, tetes (untuk obat tetes mata/hidung/telinga), dll. Frekuensi
Penggunaan yaitu jumlah pengulangan penggunaan obat waktu tertentu seperti 3 x 1
hari, 1 kali sehari, dll. Lama Penggunaan Obat seperti minimal 2 minggu untuk obat
jamur kulit, dll.
10. Cara Penyimpanan
Simpan obat sesuai dengan cara penyimpanan yang terdapat pada kemasan agar mutu
obat tetap terjaga. Perhatikan masa simpan setelah kemasan dibuka, simpan obat pada
tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
REFERENSI
Agral, O. Dkk (2013).”FORMULASI DAN UJI KELAYAKAN SEDIAN KRIM ANTI
INFLAMASI GETAH TANAMAN PATAH TULANG.” Jurnal Ilmiyah Farmasi-UNSTRAT
vol 2 No. 03

Ditjen, POM. (1979). Farmakope Indonesia.,Edisi III., Jakarta: DepartemenKesehatan


RI

Pramuditha, Novi. (2019). UJI STABILITAS FISIK LULUR KRIM DARI AMPAS KELAPA
(Cocos nucifera L.) DENGAN MENGGUNAKAN EMULGATOR ANIONIK DAN
NONIONIK. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha, P. (2010). Formulasi Krim Minyak Atsiri
RimpangTemu Gring (Curcuma Heyneane Val dan Ziip): Uji Sifat Fisik dan Daya Anti
Jamur Terhadap Candida Albicans Secara Invitro. Majalah Obat Tradisional, 15 (2) 56

th
Shargel, L dan Yu (2005) applied biopharmaceutical and pharmachokinetic, 4 ed.
Appleton & Lange New York.

Wardiyah, S. (2015). perbandingan sifat fisik sediaan krim, jel, dan salep yang
mengandung etil p-Metoksissinamat dari ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galang
Linn). Jakarta, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai