Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER

SEMESTER GASAL T.A. 2023/2024

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila


Jurusan/Semester : Akuntansi Syari’ah/I
Kelas :B
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Desember 2023
Waktu : 1 Pekan Efektif
Dosen Penguji : Ikhwan Aulia Fatahillah, S.H., M.H.
Sifat Ujian : Take Home

Soal-soal :

1. Mahasiswa dipersilahkan membuat analisis dan contoh berkenaan dengan


pengamalan Sila Pertama, Sila Kedua, Sila Ketiga, Sila Keempat dan Sila
Kelima dari Pancasila!
2. Mahasiswa dipersilahkan membuat analisis berkenaan dengan adanya
perdebatan mengenai Khilafah yang dianggap bertentangan dengan Pancasila
menurut sudut pandang mahasiswa!
3. Mahasiswa dipersilahkan untuk membuat analisis berkenaan dengan slogan
Saya Pancasila dan NKRI Harga Mati menurut sudut pandang mahasiswa!
4. Bangsa Indonesia sejak dulu telah mempraktikan ide tentang demokrasi
meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Di tingkat
bawah dulu telah berdemokrasi, tetapi ditingkat bawah adalah feodal. Menurut
Muhammad Hatta dalam Padmo Wahyono (1990), desa-desa di Indonesia
sudah menjalankan demokrasi, misalnya dalm pemilihan kepala desa dan
adanya rembug desa. Sebutkan dan jelaskan memiliki lima unsur Demokrasi
desa!
5. Sebagai usaha mengembalikan kehidupan negara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung dalam semangat
reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945.
Sebutkan 5 (lima) alasan dilakukannya amandemen UUD 1945!
Tata Cara Penulisan :
1. Analisis dibuat dalam bentuk Words yang di PDF kan!
2. Dalam pembuatan analisisnya, mahasiswa diminta untuk membuat jawabannya
minimal 3 (tiga) paragraf untuk masing-masing pertanyaan.
3. Jawaban dikumpulkan maksimal hari Rabu, tanggal 21 Desember 2021

Terima kasih
Nama : Wildan Hilmawan
Kelas : 1B Akuntansi Syari’ah
Mata kuliah : Pendidikan Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Prinsip dasar ideologi Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa", adalah sila
pertama Pancasila, yang menekankan kepercayaan kepada Tuhan atau kekuatan
yang lebih tinggi. Analisis sila pertama melibatkan pemahaman mendalam tentang
nilai ini dalam konteks Indonesia.
Pertama, kebebasan beragama yang sangat dihargai di Indonesia tercermin
dalam sila pertama, berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk memeluk,
menjalankan, dan merayakan keyakinan agama atau kepercayaan mereka tanpa
terhalang oleh pemerintah atau pihak lain. Selain itu, terciptanya lingkungan yang
ramah dan terbuka di mana orang dari berbagai agama dapat hidup bersama dengan
damai.
Kedua, kebebasan agama di Indonesia didukung oleh sila pertama. Prinsip-
prinsip yang sangat dianut dalam masyarakat termasuk toleransi, pengertian, dan
penghormatan terhadap keyakinan orang lain.
Terakhir, sila pertama menggarisbawahi betapa pentingnya menjaga jarak
antara agama dan negara. Dalam hal agama, Indonesia netral dan tidak memihak
agama tertentu. Ini menunjukkan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk tujuan
politik. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah konflik agama dan menjamin
keadilan bagi semua warga negara, tidak peduli agama mereka.
Indonesia telah membangun masyarakat yang inklusif, toleran, dan berdasarkan
kerukunan antaragama setelah memahami dan menerapkan sila pertama. Selain itu,
prinsip-prinsip ini membentuk fondasi untuk melindungi hak-hak individu dan
mendorong keharmonisan di antara berbagai agama dan kepercayaan di negara ini.

Berikut beberapa contoh bagaimana sila pertama Pancasila, "Ketuhanan Yang


Maha Esa," digunakan di Indonesia:
• Kerukunan Antar Agama: Indonesia terkenal karena memiliki banyak orang
dari berbagai agama. Perayaan bersama hari suci agama yang berbeda adalah
contoh pengamalan ini. Misalnya, berbagai komunitas agama sering
melakukan perayaan agama seperti Idul Fitri, Natal, Waisak, dan lainnya. Hal
ini menunjukkan toleransi yang kuat dan kerukunan antaragama.
• Kebebasan Beragama: Orang-orang di Indonesia memiliki kebebasan untuk
menganut agama atau kepercayaan mereka tanpa diganggu oleh pemerintah
atau di diskriminasi. Individu bebas memilih keyakinan mereka, dan semua
agama diakui dan dihormati. Keanekaragaman agama di Indonesia dan hak
warga negara untuk beribadah sesuai dengan keyakinan mereka adalah contoh
pengamalan ini.
• Perlindungan terhadap Minoritas Agama: Perlindungan terhadap minoritas
agama juga terlihat dalam pengamalan sila pertama. Contohnya termasuk
pembangunan gereja, kuil, dan tempat ibadah lainnya untuk kelompok
minoritas seperti Hindu, Buddha, dan agama lainnya. Hak-hak minoritas agama
dilindungi.
• Pemisahan antara Agama dan Negara: Indonesia adalah salah satu negara yang
menjaga jarak antara agama dan negara. Hal ini ditunjukkan oleh konstitusi,
yang menjamin bahwa negara tidak terlibat dalam masalah agama. Pemerintah
tidak mendukung agama tertentu dan tidak memberikan dana untuk agama
tertentu. Perlindungan hak-hak individu dari berbagai keyakinan agama tanpa
campur tangan pemerintah dalam praktik agama merupakan contoh nyata.
• Pelajaran Agama di Sekolah: Indonesia memberikan pelajaran agama di
sekolah-sekolah untuk menghormati keyakinan agama siswa. Siswa memiliki
hak untuk memilih mata pelajaran agama yang sesuai dengan keyakinan
mereka. Pengamalan sila pertama memberikan kesempatan bagi orang untuk
menganut keyakinan agama mereka.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Menurut sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"
adalah prinsip bahwa orang Indonesia harus dihargai dan diperlakukan sesuai
dengan martabatnya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
dengan hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan agama, suku, ras, atau
keturunan mereka.
Menurut sila kedua Pancasila, semua manusia memiliki keadilan yang
setara di mata Tuhan. Dengan kata lain, semua manusia sama, tidak peduli apakah
mereka perempuan atau laki-laki, miskin atau kaya, atau berpangkat apa pun.
Cita-cita kemanusiaan untuk dapat menjadi lengkap, adil, dan beradab
dalam memenuhi seluruh hakikat manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila.
Sifat keluhuran budi manusia Indonesia terdiri dari kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila pertama membentuk dan mendukung sila kedua, hal ini menunjukkan
bahwa ajaran Tuhan Yang Maha Esa bahwa manusia adalah individu, anggota
masyarakat, dan hamba Tuhan memberikan dasar untuk kemanusiaan yang adil dan
beradab di Indonesia.
Pada dasarnya, sila kedua Pancasila menunjukkan komitmen
Indonesia terhadap hak asasi manusia, keadilan, dan peradaban. Dengan
menggarisbawahi nilai-nilai universal yang berkaitan dengan
kemanusiaan, prinsip-prinsip ini menciptakan landasan untuk
pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik di seluruh
negara.
Contoh sikap pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua
Pancasila adalah sebagai berikut:
• Pendidikan yang Merata: Salah satu elemen pengamalan sila kedua adalah
peningkatan akses pendidikan bagi semua warga negara. Indonesia
berkomitmen untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang
untuk berkembang.
• Perlindungan Lingkungan: Sila kedua berfokus pada perlindungan lingkungan
hidup dan keberlanjutan. Indonesia telah mengambil tindakan untuk menjaga
sumber daya alam dan lingkungannya agar dapat dinikmati oleh
generasi masa depan.
• Pemerintahan Demokratis: Sistem pemerintahan yang demokratis di Indonesia
mencerminkan pengamalan sila kedua. Rakyat memiliki hak untuk memilih
pemimpin mereka dan mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan
politik melalui pemilihan umum.
• Perlindungan Hak Asasi Manusia: Prinsip utama sila kedua adalah
penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia. Indonesia telah
memperkuat kerangka hukumnya untuk melindungi hak-hak individu seperti
hak atas kebebasan berpendapat, hak atas keadilan, dan hak atas
pekerjaan yang layak.
• Pengentasan Kemiskinan: Prinsip keadilan sosial yang terkandung dalam sila
kedua mendukung upaya pemerintah untuk mengakhiri kemiskinan dan
kesenjangan sosial. Berbagai program ekonomi dan sosial telah dilaksanakan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang kurang mampu.

Persatuan Indonesia
Sila ketiga Pancasila, "Persatuan Indonesia", menekankan keadilan dan
persatuan masyarakat Indonesia. Sila ketiga mengandung nilai-nilai yang memuat
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara lebih
penting daripada kepentingan individu.
Sila ketiga Pancasila, yang merupakan landasan kesatuan nasional,
menekankan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dalam konteks keragaman.
Ini menunjukkan bahwa kesatuan adalah fondasi penting untuk membangun negara
yang kuat dan mencerminkan perjuangan sejarah Indonesia dalam memperoleh
kemerdekaan dari penjajahan. Hal tersebut tentu mendorong semua warga
Indonesia untuk bersatu dalam semangat persatuan, terlepas dari agama, budaya,
atau etnis mereka.
Selain itu, perlindungan terhadap kebhinekaan, Sila ketiga menunjukkan
komitmen negara untuk melindungi hak-hak individu, termasuk hak untuk
beragama dan berbudaya tanpa diskriminasi. Hal ini memastikan bahwa setiap
warga negara dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok budaya,
agama, dan etnis merasa dihargai, dihormati, dan melindungi hak-haknya.

Berikut adalah beberapa aspek dari pengamalan sila ketiga Pancasila:


• Mampu memprioritaskan persatuan, kesatuan, dan kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan individu dan kelompok.
• Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
• Memelihara ketertiban global yang didasarkan pada kemerdekaan, perdamaian
yang berkelanjutan, dan keadilan sosial.
• Mengembangkan potensi lokal untuk kesejahteraan masyarakat.
• Memajukan kesejahteraan umum sangat penting untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
• Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk mengembangkan semua potensi negara.

Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat Pancasila, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," menekankan betapa
pentingnya rakyat terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pemerintahan. Prinsip ini menekankan bahwa kebijaksanaan dan keputusan yang
dibuat harus didasarkan pada musyawarah untuk mufakat, sehingga mereka dapat
mewakili kepentingan dan keinginan rakyat.
Contoh pengamalan dari sila keempat Pancasila :

• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
• Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” adalah sila kelima


Pancasila, yang menekankan konsep kesetaraan di antara seluruh warga negara.
Kesetaraan ini mencakup kesetaraan dalam hak, peluang, dan perlakuan hukum.
Menurut keadilan sosial, tidak boleh adanya diskriminasi berdasarkan agama, suku,
ras, gender, atau status sosial ekonomi.
Contoh implementasi sila Keadilan Sosial:
• Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong-royong.
• Peduli terhadap penderitaan yang dialami orang lain.
• Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak umum.
• Menghormati jerih payah kerja keras seseorang.
• Mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Akhir-akhir di masyrakat, sering terjadi perdebatan mengenai Khilafah yang


dianggap bertentangan dengan Pancasila. Khilafah adalah sistem pemerintahan yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam, sedangkan Pancasila adalah dasar negara
Indonesia yang mencakup prinsip-prinsip nasionalisme, demokrasi, ketuhanan yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta keadilan sosial.
Beberapa pihak percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia,
bertentangan dengan Khilafah. Pancasila menegaskan prinsip-prinsip demokrasi,
persatuan, dan keadilan sosial, mereka berargumen bahwa Khilafah didasarkan
pada syariat Islam dan pemimpinnya disebut khalifah. Mereka berpendapat bahwa
penerapan Khilafah dapat mengancam kesatuan dan keberagaman di Indonesia.
Sebaliknya, terdapat juga orang yang percaya bahwa Khilafah tidak
bertentangan dengan Pancasila, pendapat ini menegaskan bahwa setiap orang
berhak untuk menyatakan pendapat dan keyakinan mereka. Mereka berpendapat
bahwa Khilafah adalah gagasan tentang kenegaraan yang didasarkan pada syariat
Islam dan dapat dilaksanakan secara demokratis dan damai.
Dalam konteks ini, perdebatan tentang Khilafah dan Pancasila menunjukkan
betapa sulitnya memahami, mengendalikan perbedaan pendapat di masyarakat.
Tidak hanya penting untuk memahami bahwa setiap orang memiliki hak untuk
menyuarakan pendapat dan keyakinan mereka, tetapi juga penting untuk
memastikan bahwa diskusi berlangsung secara damai, terbuka, dan menghormati
perbedaan.
Pemahaman dan dialog antarberagam pihak menjadi kunci untuk mencapai
pemahaman bersama dan mencari solusi yang dapat diterima oleh masyarakat
Indonesia. Melalui dialog dan diskusi yang terbuka, masyarakat dapat saling
memahami dan menghormati perbedaan, sambil tetap mempertahankan prinsip-
prinsip demokrasi, persatuan, dan keadilan sosial yang menjadi landasan negara
Indonesia.

3. Slogan "Saya Pancasila dan NKRI Harga Mati" adalah slogan yang sering
digunakan untuk menunjukkan kesetiaan dan cinta kepada negara Indonesia.
Terdapat beberapa pendapat, bahwa slogan ini memiliki makna yang dalam dan
sangat penting untuk dipegang teguh oleh semua orang Indonesia.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa slogan ini dapat menjadi alat untuk
menindas perbedaan pandangan dan keyakinan dalam masyarakat. Beberapa orang
berpendapat bahwa slogan ini dapat digunakan untuk memaksakan keyakinan
tertentu dan mengabaikan keragaman dalam masyarakat. Mereka berpendapat
bahwa perbedaan dan perbedaan harus dihargai dan hak-hak individu dan kelompok
tidak boleh dihalangi dengan slogan ini.

Dalam situasi seperti ini, dialog antarkeyakinan dan pendekatan moderasi


beragama dapat menjadi solusi untuk mengatasi perbedaan pendapat tentang slogan
"Saya Pancasila dan NKRI Harga Mati". Dengan berbicara dan berdebat secara
terbuka, orang dapat saling memahami dan menghormati perbedaan sambil
mempertahankan demokrasi, persatuan, dan keadilan sosial sebagai dasar negara
Indonesia.

4. Muhammad Hatta berpendapat bahwa desa-desa di Indonesia telah menerapkan


demokrasi sejak lama, meskipun pada tingkat yang sederhana dan dalam konteks
feodal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Cahyono (2012), ada lima
komponen yang membentuk demokrasi desa:

1) Akuntabilitas: Bagian ini menekankan betapa pentingnya memiliki


pemerintahan desa yang akuntabel, responsif, dan terbukti. Hal ini mencakup
pertanggungjawaban atas kinerja pemerintah desa dan transparansi dalam
pengelolaan keuangan dan kebijakan.
2) Partisipasi Masyarakat: Dalam demokrasi desa, masyarakat harus terlibat secara
aktif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat dicapai melalui
musyawarah dan pemilihan kepala desa yang melibatkan seluruh penduduk desa.
3) Keadilan: Bagian ini menekankan betapa pentingnya keadilan dalam
menjalankan pemerintahan desa, termasuk dalam memberikan sumber daya dan
memberikan pelayanan publik.
4) Kemandirian: Desa adalah komunitas self-governing yang memiliki otoritas
sendiri untuk mengelola urusan pemerintahannya, termasuk perencanaan dan
anggaran.
5) Keterbukaan: Bagian ini menekankan bahwa pengambilan keputusan dan
operasi pemerintahan desa harus transparan. Hal ini termasuk memberikan
informasi kepada masyarakat dan mempertimbangkan berbagai kepentingan.

Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Heru Cahyono (2012), terlihat
bahwa demokrasi desa di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan pertumbuhan
yang signifikan. Perubahan ini menjadi bagian penting dari sejarah demokrasi
Indonesia sebelum penerapan sistem demokrasi di tingkat nasional setelah
kemerdekaan.

5. Di Indonesia, reformasi memicu keinginan untuk mengembalikan kehidupan


negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945. Berbagai masalah dan
perubahan yang muncul dalam masyarakat mendorong proses amandemen UUD
1945. Ada lima alasan yang mendorong amandemen UUD 1945:

1) Menyempurnakan UUD 1945: Amandemen dilakukan bukan untuk mengganti


UUD 1945, tetapi untuk menyempurnakannya. Hal ini mencakup perbaikan
terhadap beberapa pasal yang dianggap perlu diperbarui untuk menyesuaikan
dengan kemajuan zaman dan tuntutan masyarakat.
2) Memperkuat Sistem Pemerintahan: Amandemen dibuat untuk memperkuat
sistem pemerintahan, termasuk sistem pemerintahan presidensial, otoritas Badan
Pemeriksa Keuangan, proses pemilihan hakim agung, dan pembentukan Komisi
Yudisial dan Mahkamah Konstitusi.
3) Perluasan Otonomi Daerah dan Desentralisasi: Otonomi daerah dan
desentralisasi diperluas untuk meningkatkan pemerintahan daerah dan
mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
4) Perlindungan Hak Asasi Manusia: UUD 1945 diamandemen untuk memperkuat
hak asasi manusia, menjaga keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan setiap warga
negara. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketentuan yang berkaitan
dengan hak-hak individu.
5) Adaptasi terhadap Tantangan Global: Amandemen UUD 1945 dapat dilakukan
untuk menyesuaikan diri dengan tantangan dan transformasi yang terjadi di
seluruh dunia. Hal ini dapat mencakup partisipasi Indonesia dalam perlindungan
lingkungan, kerja sama internasional, dan masalah global lainnya.

Proses amandemen UUD 1945 merupakan langkah penting dalam memastikan


bahwa konstitusi negara akan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Proses ini menunjukkan semangat yang dinamis dan fleksibel dalam
menjaga sistem demokrasi dan kedaulatan rakyat Indonesia tetap bertahan.

Anda mungkin juga menyukai